Pembimbing:
dr. Vidya Dewantari
Kelompok 3
Oleh:
Irma Nuraeni Hidayat
Raditya Bagas Wicaksono
Puti Hasana Kasih
Rachman Fadhilla
Ahmad Albera
Arrosy Syarifah
Rayna Nadia Fauziani N.
Aulia Tri Puspitasari W.
Muhammad Fadlil Azka
Laila Noviatin Nimatul F.
G1A011005
G1A011006
G1A011034
G1A011035
G1A011058
G1A011059
G1A011084
G1A011085
G1A011110
G1A011111
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
GANGREN DIABETIKUM
Anggota Kelompok 3:
Irma Nuraeni Hidayat
Raditya Bagas Wicaksono
Puti Hasana Kasih
Rachman Fadhilla
Ahmad Albera
Arrosy Syarifah
Rayna Nadia Fauziani N.
Aulia Tri Puspitasari W.
Muhammad Fadlil Azka
Laila Noviatin Nimatul F.
G1A011005
G1A011006
G1A011034
G1A011035
G1A011058
G1A011059
G1A011084
G1A011085
G1A011110
G1A011111
Pembimbing,
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan.......................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................. 2
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................ 3
B. Tujuan...................................................................................................... 4
Bab II. Pembahasan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Definisi ................................................................................................... 5
Epidemiologi........................................................................................... 5
Etiologi.................................................................................................... 6
Patomekanisme........................................................................................ 8
Patofisiologi............................................................................................ 8
Penegakan Diagnosis............................................................................... 12
Penatalaksanaan...................................................................................... 16
Prognosis................................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinis kelainan klinis yang
ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi
insulin, defek kerja insulin atau keduanya (Waspadji, 2009). Diabetes melitus
dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada penderitanya baik secara
mikrovaskular maupun makrovaskular. Salah satu komplikasi kronis dari
diabetes melitus adalah kaki diabetes dan gangren diabetikum yang dapat
menyebabkan amputasi pada ekstremitas (Oya et al., 2011). Hal ini
menyebabkan ganggren diabetikum menjadi salah satu komplikasi diabetes
melitus yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan gangren diabetikum sering
mengecewakan baik bagi dokter yang mengelola maupun penyandang
diabetes dan keluarga. Seringnya gangren diabetikum ini berakhir dengan
kecacatan dan kadang sampai terjadi kematian (Burke A, 2002).
Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus tentu akan berdampak
juga pada peningkatan jumlah penderita yang beresiko terkena komplikasi
gangren diabetikum. Jika hal ini tidak ditangani dengan baik, hal ini akan
berdampak negatif bagi penderita. Berdasarkan hal tersebut, kami membuat
referat dengan mengangkat gangren diabetikum sebagai bahasan utama.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai gangren diabetikum mulai dari definisi hingga
penatalaksanaan gangren diabetikum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gangren memiliki arti sebagai kematian jaringan, didalam massa yang
besar umumnya diikuti dengan kehilangan suplai vaskular (nutrisi) dan
diikuti invasi bakteri dan pembusukan. Sedangkan Gangren Diabetikum
memiliki arti gangren basah yang terjadi pada orang dengan diabetes
(Dorland, 2002). Gangren Diabetikum adalah luka kehitaman karena sebagian
jaringan mati dan berbau busuk (Misnadiarly, 2006). Gangren diabetikum
merupakan suatu bentuk kematian jaringan pada penderita diabetes mellitus
oleh karena berkurangnya atau terhentinya aliran darah ke jaringan tersebut,
dimana salah satu manifestasi khasnya adalah kaki diabetikum (Fitra, 2008).
B. Epidemiologi
Untuk mengetahui epidemiologi kaki diabetikum yang merupakan salah
satu komplikasi diabetes, kita harus mengetahui epidemiologi diabetes
mellitus (DM) baik tipe 1 maupun tipe 2. Laju peningkatan penderita DM
Tipe 1 meningkat 2-5% tiap tahunnya. Prevalensi DM Tipe 1 paling tinggi di
Scandinavia, sedangkan yang terendah di China dan Jepang (Imkampe, 2011).
Laporan US Centers for Disease Control and Prevention tahun 2011
menyatakan bahwa sekitar satu juta penduduk Amerika menderita DM Tipe 1
(US CDC, 2011). Pada tahun 2011 jumlah penderita DM adalah 366 juta
orang.
International Diabetes Federation memprediksikan bahwa pada tahun
2030 akan terjadi peningkatan penderita menjadi 552 juta orang. 10 negara
dengan penderita DM tertinggi adalah USA, Indonesia, Jepang, Pakistan,
Russia, Brazil, Italia, dan Bangladesh (IDF, 2011). Pasien diabetes di
Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 8,4 juta orang dan diprediksikan oleh
WHO akan meningkat menjadi 21,3 juta orang pada tahun 2030. Dari sekian
banyak pasien diabetes tersebut, sebanyak 15% menderita komplikasi berupa
kaki diabetikum (Harold, 2007).
Sebagian besar penderita DM di Indonesia memiliki komplikasi
penyakit gangren kaki diabetikum, didukung dengan data RSUPN dr. Cipto
menjadi
pintu
gerbang
masuknya
bakteri
dan
sering
terjadi
sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri aerob yang
disebut clostridium (Flier, 2005).
E. Patofisiologi
Diabetes mellitus (DM) menyebabkan atherosklerosis dan neuropati,
dimana keduanya akan menyebabkan risiko pembentukan ulkus pada
ekstremitas meningkat. Ulkus ini rentan terinfeksi bakteri, misalnya
Clostridium, sehingga akan menyebabkan produksi toksin dan gas gangren
yang menyebabkan berbagai dampak merugikan bagi tubuh (Rowe et al.,
2012).
Atherosklerosis pada DM disebabkan oleh adanya penebalan membran
basalis kapiler, hyanolisis arteriolar, dan proliferasi endotelial. Pada populasi
penderita DM ditemukan peningkatan kalsifikasi dan penebalan arteri media.
Arteri yang bisa mengalami sklerosis antara lain A. aortoiliac, A.
femoropopliteal, dan A.infrapopliteal. Sklerosis ini sangat terkait dengan
tingginya kadar high low-density lipoprotein (LDL) dan very-low-density
lipoprotein (VLDL) pada penderita DM yang turut disertai dengan
peningkatan faktor von Willebrand plasma dan fibrinogen plasma, inhibisi
sintesis prostasiklin, dan peningkatan adhesifisitas platelet (Rowe et al.,
2012).
Adanya
penyakit
vaskular
ini
sedikit
banyak
mempengaruhi
berakibat
pada
fraktur
tulang.
Fraktur
akan
sedemikian
10
infeksi, menentukan
hal yang
Faktor genetik.
Faktor vaskular.
Faktor metabolik faktor glukosa darah dan metabolit lain yang
abnormal
3. Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium penderita gangren diabetikum
a. Kadar glukosa darah
Penderita diabetikum tentunya mengalami hiperglikemi yang
disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin, atau
keduanya. Hiperglikemia juga dapat terjadi akibat masukan karbohidrat
berlebih, namun pemakaian glukosa tepi berkurang, dan akibat produksi
glukosa hati bertambah. Sehingga, glukosa tersebut akan masuk ke
aliran darah juga akan meningkat. Hal ini akan mempengaruhi
11
konsentrasi hemoglobin, dan oksigenasi ke jaringan jaringan. Faktorfaktor tersebut dapat berpengaruh pada kesembuhan luka. Karena itu,
diperlukan pemeriksaan kadar glukosa untuk mengetahui dan
mengontrol agar glukosa selalu senormal mungkin (Sudoyo et al.,
2009).
b. Pemeriksaan vaskularisasi kaki
12
pemeriksaan
tekanan
darah.
Tujuannya
untuk
mempermudah
G. Penatalaksanaan Konvensional
1. Farmakologi
a. Kontrol metabolik
Konsentrasi glukosa darah diusahakan agar selalu senormal
mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia
yang dapat menghambat penyembuhan luka. Umumnya diperlukan
insulin untuk menormalisasikonsentrasi glukosa darah. Status nutrisi
harus di perhatikan dan di perbaiki. Nutrisi yang baik jelas membantu
kesembuhan luka.
Berbagai hal lain harus juga di perhatikan dan diperbaiki, seperti
konsentrasi albumin serum, konsentrasi HB dan derajat oksigenisasi
jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu
akan dapat menghambat kesembuhan luka sekiranya tidak diperhatikan
dan tidak diperbaiki (Waspadji, 2009).
b. Kontrol vaskular
Keadaan vaskular yang buruk
tentu
akan
menghambat
untuk
menganjurkan
pemakain
obat
secara
rutin
guna
Sebelum
tindakan
revaskularisasi
diperlukan
16
17
c.4.1.
c.4.2.
c.4.3.
c.4.4.
c.4.5.
c.4.6.
c.4.7.
c.4.8.
19
platelet-derived GF
transforming GF (TGF)- dan TGF-2
epidermal GF
Pelepasan GF dapat membuat lingkungan disekitar luka menjadi lebih
I. Prognosis
Prognosis untuk penyakit gangren diabetikum terutama pada kaki
adalah cukup mendekati buruk (dubia et malam). Penyembuhan luka yang
lambat dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi cenderung terjadi,
gangren dapat berkembang, dan terdapat resiko tinggi perlu dilakukannya
amputasi tungkai bawah (Morison, 2004).
Di Amerika pernah dilaporkan bahwa 50% dari semua amputasi nontraumatik terjadi pada pasien diabetes, dengan resiko khusus pada pasien
lansia dan laki-laki secara signifikan beresiko lebih tinggi daripada wanita.
Lebih jauh lagi, amputasi tungkai kontralateral memiliki prognosis yang
buruk, 42% pasien mengalami amputasi kedua dalam 1-3 tahun dan 56%
dalam 3-5 tahun (Morison, 2004).
Diperkirakan 50% sampai 75% dari amputasi tersebut sebenarnya bisa
dicegah, namun penatalaksanaan jangka panjang pada pasien diabetes dan
pencegahan terhadap komplikasinya masih memerlukan pendekatan tim
multidisiplin yang terkoordinasi, yang melibatkan dokter, perawat spesialis
20
diabetes, siropordis, dan orthoist, serta pada beberapa kasus memerlukan ahli
bedah vaskuler dan ahli bedah ortopedi (Morison, 2004).
21
BAB III
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Antono. 2012. Peran intervensi perifer pada kasus kaki diabetikum. Available at:
http://www.medistra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=175
Brook I. 2005. Recovery of anaerobic bacteria from wounds after lawn-mower
injuries. Pediatr Emerg Care. Feb 2005;21(2):109-10.
Bryant AE. Biology and pathogenesis of thrombosis and procoagulant activity in
invasive infections caused by group A streptococci and Clostridium
perfringens. Clin Microbiol Rev. Jul 2003;16(3):451-62.
Burke A., 2002. Diabetikum Foot Infection in Chasles S (Ed), Vol. 2:1-10
Butalia S, Palda VA, Sargeant RJ, Detsky AS, Mourad O. 2008. Does this patient
with diabetes have osteomyelitis of the lower extremity?. JAMA. Feb 20
2008;299(7):806-13.
Fitra, Nanang., 2008. Pola Kuman Aerob dan Senditifitas Pada Diabetikum, Vol.
2: 6-16
Flier, J. 2005. Obesity. Dalam : D.F. Kasper. 2005. Harrisons Principle of
Internal Medicine. New York: McGraw-Hill.
Folstad SG. 2004. Soft tissue infections. In: Tintinalli JE, et al, eds. Emergency
Medicine: A Comprehensive Study Guide. 6th ed. McGraw Hill; 2004:979986.
Frykberg RG, Veves A. 1996. Diabetikum foot infections. Diabetes Metab Rev.
Oct 1996;12(3):255-70.
Grace, Piece A., Borley, Neil R. Alih bahasa: Umami, Vidhia. 2007. At a Glance
Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Harold, B.; T.Marjana. 2007. Cellular and Molecular basis of wound healing in
diabetes. JCI 117 (5): 12191222. doi:10.1172/JCI32169. PMC 1857239.
PMID 17476353.
Headley AJ. 2003. Necrotizing soft tissue infections: a primary care review. Am
Fam Physician. Jul 15 2003;68(2):323-8.
Imkampe, A.K.; M.C. Gulliford. Trends in Type 1 diabetes incidence in the UK in
0- to 14-year-olds and in 15- to 34-year-olds, 1991-2008. Diabet Med. Jul
2011;28(7):811-4.
23
International Diabetes Federation. 2011. One adult in ten will have diabetes by
2030.
Available
at
http://www.idf.org/media-events/pressreleases/2011/diabetes-atlas-5th-edition.
Kamal K, Powell RJ, Sumpio BE. 1996. The pathobiology of diabetes mellitus:
implications for surgeons. J Am Coll Surg. Sep 1996;183(3):271-89.
Levin ME. 1995. Preventing amputation in the patient with diabetes. Diabetes
Care. Oct 1995;18(10):1383-94.
Misnadiarly., 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,
Menanggulangi Dan Mencegah Komplikasi Edisi 1. Jakarta : Pustaka
Populer Obor. pp. 30-31
Morison, M.J., 2004. Manajemen Luka. Jakarta: EGC. pp. 181-182
Parlindungan L, Zein U ed al., 2002. Pola Kuman Bakteri Anaerob dan Resistensi
Antibiotik pada Ganggren Diabetikum.
Piliang S., 1999.Kaki Diabetikum Klasifikasi,Patogenesis Dan Diagnosis Dalam
Simposium Kaki Diabetikum. Medan. pp. 1 -5
Rani AA, Sugondo S et al., 2005. Panduan Peyanan Medik Perhimpunan
Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta:Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. pp. 9 15
Rowe VL, Kaufman JL, Talavera F. 2012. Diabetikum Ulcers. Medscape Article.
Sep 25 2012;460282-overview a0104.
Scimeca, C.L.; M. Bharara, T.K. Fisher, H. Kimbriel, D.G. Armstrong. 2010.
Novel use of platelet-rich plasma to augment curative diabetic foot
surgery. J Diabetes Sci Technol, 2010 Sep 1;4(5):1121-6.
Septiyanti, Shahab A, 2006., The Profile of Diabetikum Ganggren Patient
Hospitalized in Internal Medicine RSMH; in Kongres Nasional
Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia XIII, Palembang. pp. 88 -89
Subekti I, 2005. Pathogenesis of Diabetikum Neuropathy in Jakarta Diabetikum
Meeting, Jakarta: Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI. pp. 53 60
Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang., Alwi, Idrus, et al. 2009. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 3 Edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Sumpio BE. 2000. Foot ulcers. N Engl J Med. Sep 14 2000;343(11):787-93.
Tambunan, M. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Millitus Terpadu. Jakarta:Balai
Penerbit FKUI
24
U.S. Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and
Prevention. 2011. National diabetes fact sheet: national estimates and
general information on diabetes and prediabetes in the United States,
2011. Available at http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/ndfs_2011.pdf.
Waspadji S. 2009. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al
(eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: FKUI,
2009: pp. 1961-1966
Wild, Sarah, Gojka Roglic, Anders Green, Richard Sicree & Hilary King. 2004.
Global Prevalence of Diabetes : Estimates for The Year 200 and
Projections for 2030. Diabetes Care 27 : 1047-1053.
25