Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penyimpanan Benih


Dan Teknik Penyimpanan Benih Kedelai

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi benih

Disusun Oleh:
Ardika Albi Fauzi

150510140158

Adhitiya Rana

150510140165

Rosafira Putri Zistalia

150510140207

M. Ali Akbar

150510140219

Agroteknologi J

Fakultas Pertanian - Universitas Padjadjarann


Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat.
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Penyimpanan Benih Dan Teknik Penyimpanan Benih Kedelai.
Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas benih saat dilakukan penyimpanan benih serta cara
menyimpan benih kedelai yang dapat memperlambat laju deteriorasi.
Kami menyadari makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga kami
berharap para pembaca dapat turut memberikan saran dan kritik yang membangun
demi penyempurnaan makalah ini.

Jatinangor, November 2015

Penyusun.

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
BAB 2 ISI......................................................................................................................2
2.1. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penyimpanan Benih Kedelai....................2
2.1.1. Faktor Primer..............................................................................................2
2.1.2. Faktor Sekunder..........................................................................................5
2.1.3. Faktor Tersier..............................................................................................8
2.2. Teknik Penyimpanan Benih Kedelai................................................................10
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................11
3.1. Kesimpulan......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hama Ephestia cautella...............................................................................8

iv

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hubungan kadar air dan suhu ruangan dalam mempengaruhi daya simpan
benih kedelai..................................................................................................................6
Tabel 2. Pengaruh kelembapan ruangan terhadap kadar air benih kedelai....................7

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu
ditingkatkan antara lain dengan menggunakan benih bermutu yang tentunya akan
menghasilkan tanaman yang memiliki daya produksi tinggi. Untuk didapatkan benih
bermutu perlu adanya penangan kegiatan produksi yang sangat intensif salah satunya saat
kegiatan penyimpanan benih. Penyimpanan benih bertujuan agar benih dapat ditanam pada
musim yang sama di lain tahun atau musim yang berlainan dalam tahun yang sama.
Semuanya diperlukan suatu periode simpan dari hanya beberapa hari, semusim, setahun
bahkan sampai beberapa puluh tahun bila ditujukan pada pelestarian benih. Penyimpanan
benih merupakan tahapan terakhir dari serangkaian kegiatan produksi benih sehingga
kegiatan penyimpanan ini ikut menentukan terhadap mutu benih yang akan dipasarkan atau
disebar luaskan. Salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan benih bermutu adalah
penyimpanan. Penyimpanan benih kacang-kacangan di daerah tropis lembab seperti di
Indonesia dihadapkan kepada masalah daya simpan yang rendah.
Benih kedelai cepat mengalami kemunduran di dalam penyimpanan, disebabkan
kandungan lemak dan proteinnya relatif tinggi sehingga perlu ditangani secara serius
sebelum disimpan karena kadar air benih akan meningkat jika suhu dan kelembaban ruang
simpan cukup tinggi. Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan berbagai cara dan teknik
untuk menjaga kualitas benih kedelai selama penyimpanan.

BAB 2 ISI
2.1. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penyimpanan Benih Kedelai
Dalam kegiatan penyimpanan benih kedelai, terdapat faktor yang dapat mempengaruhi
mutu benih yang disimpan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor yang ada dapat
berasal dari kondisi benih itu sendiri (faktor primer) atau berasal dari kondisi lingkungan
penyimpanan baik berupa komponen abiotik (faktor sekunder) maupun komponen biotik
(faktor tersier).
2.1.1. Faktor Primer
Faktor primer yang mempengaruhi mutu saat penyimpanan benih kedelai ini
merupakan faktor yang berasal dari kondisi benih itu sendiri meliputi faktor genetik,
komposisi dan struktur benih serta kadar air benih.
2.1.1.1.

Faktor genetik benih


Secara genetis, benih kedelai memiliki daya simpan yang lebih

rendah dibandingkan dengan benih padi dan jagung. Hal ini dikarenakan terkait
dengan komposisi benih kedelai yang memiliki kandungan protein lebih tinggi
dari kedua benih tersebut. Varietas kedelai yang beragam akan mempunyai daya
simpan yang berbeda-beda. Benih varietas Wilis mempunyai daya simpan yang
lebih lama dibandingkan dengan varietas Anjasmoro setelah dilakukan
pengeringan dengan suhu yang sama. Hal ini disebabkan terkait dengan pengaruh
genetik tiap varietas kedelai terhadap periode pengisian benih atau polong
menjadi berbeda-beda sehingga akan berpengaruh kepada ukuran serta bobot
benih yang dihasilkan. Ukuran serta bobot benih kedelai akan berpengaruh
terhadap daya simpannya.
Selain itu, varietas Cikuray dan Tidas memiliki daya simpan yang
lebih baik dibandingkan dengan varietas Wilis (Sukarman dan Rahajo, 2000).
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa benih varietas Cikuray dan
Tidas memiliki daya kecambah 80% setelah disimpan selama lima bulan. Benih

varietas Wilis memiliki daya simpan yang lebih rendah yakni 60% setelah
disimpan selama lima bulan.
2.1.1.2.

Struktur dan komposisi benih


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, benih kedelai memiliki

kadar protein yang cukup tinggi sehingga penyimpanan benih relatif tidak
bertahan lama dibandingkan dengan penyimpanan benih padi atau jagung.
Selain itu, struktur benih seperti ukuran dan warna ikut menentukan daya
simpan benih kedelai. Ukuran benih diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan
bobot benih per 100 biji. Klasifikasi benih kedelai yakni biji kecil (6-10
gram/100 biji), biji sedang (11-12 gram/100 biji), dan biji besar (13 gram atau
lebih/100 biji). Menurut West dan Hinson (1986) menyatakan bahwa benih
yang berukuran lebih kecil memiliki impermeabilitas terhadap air lebih tinggi
karena benih kecil memiliki kualitas kulit yang lebih baik. Hal ini akan
berpengaruh terhadap perubahan kadar air benih saat penyimpanan.
Selain itu, menurut Mugnisjah et al. (1987) juga menyatakan bahwa
benih berukuran kecil mempunyai viabilitas tinggi karena kerusakan membran
yang dialaminya lebih ringan daripada benih berukuran besar. Benih yang
berukuran besar mempunyai kulit benih yang lebih peka terhadap kerusakan
membran. Hal ini bisa disebabkan karena benih yang berukuran kecil mudah
lolos saat perontokan atau kegiatan proses pengolahan benih lainnya sehingga
resiko rusaknya benih menjadi lebih rendah dibandingkan dengan benih yang
berukuran besar. Kerusakan membran yang terjadi menyebabkan kebocoran
metabolit pada sel sehingga sel akan kehilangan isi sel yang berupa energi yang
dibutuhkan untuk proses metabolisme, akibatnya benih yang berukuran besar
mempunyai viabilitas yang rendah.
Benih kedelai umumnya berwarna hitam atau kuning. Benih yang
berwarna hitam memiliki daya simpan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
benih kedelai dengan warna kuning. Hal ini berkaitan dengan genetis benih
kedelai berwarna hitam dan kuning. Benih kedelai yang berwarna kuning
memiliki permeabilitas kulit yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih
3

dengan warna kulit hitam. Permeabilitas kulit benih yang tinggi akan
memudahkan masuknya air dan oksigen kedalam benih yang segera akan
mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme benih seperti
proses respirasi. Proses respirasi akan menggunakan substrat dari cadangan
makanan dalam benih, sehingga cadangan makanan berkurang untuk
pertumbuhan embrio pada saat benih dikecambahkan.
Kulit benih yang keras dapat menyebabkan daya simpan benih
menjadi lebih lama dibandingkan dengan kulit benih yang lunak. Hal ini terkait
dengan permeabilitas yang lebih tinggi pada benih dengan kulit benih yang
lunak dibandingkan dengan benih yang memiliki kulit benih yang keras.
2.1.1.3.

Kadar air benih


Kadar air merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

perubahan mutu benih kedelai. Hal ini dikarenakan kadar air merupakan rantai
penghubung faktor lainnya yang dapat mempengaruhi mutu benih seperti
fisiologis benih selama penyimpanan, perkembangan hama penyakit pada
benih, dan faktor lainnya. Kadar air benih dipengaruhi oleh suhu serta
kelembapan lingkungan penyimpanan sehingga diperlukan pengaturan suhu
serta kelembapan tempat penyimpanan untuk menjaga kadar air benih agar
tetap pada kisaran yang ideal. Kadar air yang benih kedelai yang ideal
umumnya pada kisaran 8 %. Pada kedelai varietas Wilis, benih dengan kadar air
8% dapat disimpan sampai 3 tahun dalam gudang biasa tanpa menurunkan daya
kecambahnya (Kartono, 2004). Apabila benih dengan kadar air 12%, dalam
waktu penyimpanan satu benih mengalami kemuduran berupa turunnya daya
kecambah hingga 60% dan pada penyimpanan selama 3 tahun daya kecambah
benih menjadi 0% , tentunya hal ini terjadi pada kondisi suhu ruangan yang
tinggi. Apabila suhu ruangan benih diturunkan, maka daya simpan benih dapat
lebih lama meskipun kadar air tidak pada kisaran yang ideal yakni 8%.
Menurunnya daya berkecambah benih yang disimpan berhubungan
dengan tingginya kadar air menyebabkan struktur membran mitokondria tidak
teratur sehingga permeabilitas membran meningkat. Peningkatan permeabilitas
4

menyebabkan banyak metabolit antara lain gula, asam amino dan lemak yang
bocor keluar sel. Dengan demikian substrat untuk respirasi berkurang sehingga
energi yang dihasilkan untuk berkecambah berkurang.
2.1.2. Faktor Sekunder
Faktor sekunder berupa faktor abiotik pada lingkungan penyimpanan yang
dapat mempengaruhi mutu benih selama penyimpanan. Faktor sekunder ini dapat
mempengaruhi faktor lainnya seperti suhu dan kelembapan dapat mempengaruhi
kadar air benih. Faktor sekunder ini meliputi suhu, kelembapan, gas, dan wadah
penyimpanan.
2.1.2.1.

Suhu
Suhu ruang penyimpanan akan berpengaruh terhadap kadar air benih

serta kelembapan. Suhu ruang akan berpengaruh terhadap laju respirasi benih.
Suhu ruangan yang tinggi akan menyebabkan laju respirasi benih menjadi lebih
cepat sehingga perombakan cadangan makanan menjadi lebih cepat dan
berdampak pada kualitas kecambah benih bila ditumbuhkan. Selain itu respirasi
benih akan menghasilkan metabolit sekunder yang dapat terakumulasi dalam
konsentrasi tinggi dalam jangka waktu tertentu dan hal ini akan menyebabkan
benih keracunan.
Suhu penyimpanan diatas 20 derajat celcius umumnya kurang baik
bagi benih kedelai saat penyimpanan. Dalam suhu ruang 30 derajat celcius,
benih kedelai akan mengalami penurunan daya kecambah hingga 0% dan bila
suhu ruangan 20 derajat celcius, daya kecambah benih dapat terjaga pada
kisaran 93% dalam waktu satu tahun (Kartono, 2004).
Suhu ruangan penyimpanan dan kadar air benih mempunyai
hubungan yang erat dalam penyaruhnya pada daya simpan benih. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, meskipun kadar air benih tidak pada kisaran yang
ideal tetapi dengan kondisi suhu ruangan yang rendah dapat membuat daya
simpan benih menjadi lebih lama. Hal ini sesuai dengan kaidah Harrington
yang menyatakan semakin rendah suhu ruang penyimpanan maka akan

memperbesar daya simpan suatu benih, kaidah ini tidak berlaku pada suhu
ruangan diatas 50 derajat celcius dan dibawah 0 derajat celcius.
Pada suhu ruangan 15 derajat celcius dan benih dengan kadar air 12%
dapat disimpan selama 2 tahun dengan daya kecambah diatas 85%. Pada suhu
ruangan yang lebih rendah 10 derajat celcius, benih dapat disimpan hingga 3
tahun dengan daya kecambah diatas 85%. Pada suhu 5 derajat celcius, benih
dapat disimpan hingga 5 tahun dengan daya kecambah diatas 85%.
Daya Tumbuh Benih (%)

Kadar Air Benih dan


Suhu Ruangan

3 bulan

4 bulan

6 bulan

1 tahun

2 tahun

3 tahun

4 tahun

5 tahun

Suhu ruangan > 25 derajat celcius


Kadar air 8 %

100

100

100

100

100

100

85

70

Kadar air 10 %

100

100

80

70

66

52

48

30

Kadar air 12 %

90

84

72

60

30

Kadar air > 12%

60

57

51

40

Suhu ruangan < 20 derajat celcius


Kadar air 8 %

100

100

100

100

100

100

100

98

Kadar air 10 %

100

100

100

98

96

94

90

80

Kadar air 12 %

100

100

98

93

85

74

66

60

Kadar air > 12 %

90

82

71

60

52

30

12

Tabel 1. Hubungan kadar air dan suhu ruangan dalam mempengaruhi daya simpan benih
kedelai
Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetika Pertanian (1998-2003)

2.1.2.2.

Kelembapan
Kelembapan pada ruangan penyimpanan dapat mempengaruhi kadar

air benih. Hal ini dikarenakan karena benih pada umumnya memiliki sifat
higroskopis, apabila disimpan pada kelembaban yang tinggi, benih akan menyerap
uap air sampai kadar air benih seimbang dengan kelembaban ruang simpan.

Sebaliknya bila benih disimpan pada kelembaban yang rendah, benih akan
mengeluarkan uap air sampai antara benih dengan kelembaban disekitarnya
tercapai keseimbangan. Hal ini menunjukan bahwa kadar air benih akan sangat
ditentukan oleh kelembapan ruangan penyimpanan. Pengaruh kelembaban secara
tidak langsung dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas mikroorganisme.
Aktivitas mikroorganisme akan meningkat seiring dengan meningkatnya
kelembaban ruang simpan. Di sisi lain, benih yang mempunyai kadar air tinggi
akan melakukan respirasi dengan aktif, sehinga menyebabkan vigor benih dalam
penyimpanan menurun.

Kelembapan Ruangan (%)

Kadar Air Benih (%)

15
4,3
30
6,5
45
7,4
60
9,3
65
11,0
75
13,1
80
16,0
90
18,8
Tabel 2. Pengaruh kelembapan ruangan terhadap kadar air benih kedelai
Sumber : Soemardi dan Karama (1996)

2.1.2.3.

Gas
Pada penyimpanan benih, komposisi gas dalam ruang/kemasan

penyimpanan merupakan hal yang penting. Hal ini karena kebutuhan oksigen
sebanding dengan laju pernapasan, dan dipengaruhi oleh suhu, cahaya dan
mikroorganisme pada benih. Gas H2 yang terdapat di udara dapat memberi
pengaruh positif terhadap proses respirasi. Gas N2 bersifat negatif atau
menghambat respirasi. Pemberian gas N2 dapat menekan laju perombakan
cadangan makanan. Hal ini penting dalam proses penyimpanan benih. Varietasvarietas tertentu memerlukan komposisi gas khusus di udara (O2:CO2) tertentu,
hal ini dapat dijumpai pada benih-benih menua. Untuk benih kedelai dengan
kadar air dibawah 10%, benih akan bertahan lebih lama apabila CO2 di sekitar
benih lebih tinggi dibanding O2 (1:2). Benih dengan kadar air diatas 14% akan
lebih pendek umurnya karena uap air disekitar benih itu akan menurunkan O2
nya dan menaikkan CO2 pada udara tersebut.
2.1.2.4.

Wadah penyimpanan
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka

waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung.
Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar
tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam
waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar
airnya sekitar 9-11 %.
2.1.3. Faktor Tersier
2.1.3.1.

Penyakit dan hama dalam gudang penyimpanan


Hama yang umumnya menyerang selain tikus yakni serangga hama.

Serangga dan patogen mudah berkembang biak bila benih memiliki kadar air
diatas 12 % dengan kondisi kelembapan ruangan penyimpanan diatas 80 %.
Selain itu, keadaan ruang penyimpanan dan wadah penyimpanan yang memiliki
lubang akan mempermudah masuknya hama dan patogen.

Serangga yang sering menyerang biji kedelai di tempat penyimpanan


adalah serangg dari kelompok Coleoptera dan Lepidoptera. Serangga dari
kelompok Lepidoptera yang sering menyerang biji kedelai di gudang adalah
Ephestia cautella. Larva serangga ini menggerek biji atau membuat lubang, dan
membentuk kumpulan benang yang berfungsi untuk melindungi diri. Beberapa
biji kedelai yang telah rusak diikat dengan benangnya menjadi gumpalan. Larva
hama ini akan membentuk kepompong di dalam benih rusak yang telah dibalut
dengan kumpulan benang-benang.

Gambar 1. Hama Ephestia cautella


Sumber : http://agropedia.iitk.ac.in

Mikroba patogen yang sering menginfeksi benih kedelai di gudang


penyimpanan adalah cendawan yang berasal dari genus Aspergillus dan
Penicillium sp. Kedua cendawan ini mudah tumbuh dan mempunyai toleransi
yang besar terhadap suhu dan kelembapan. Tempat penyimpanan tanpa alat
pendingin akan memicu infeksi cendawan pada benih yang disimpan.
Pencegahan yang dapat dilakukan sebelum ada serangan hama dan
patogen antara lain menjaga kebersihan tempat penyimpanan, menyimpan
benih yang sehat dan menjaga kadar air benih tetap dibawah 10%, membuang
benih lama yang sudah tidak dipakai serta menggunakan tempat penyimpanan
yang dapat diatur suhu dan kelembapannya.

2.2. Teknik Penyimpanan Benih Kedelai


Penyimpanan benih merupakan salah satu mata rantai terpenting
dalam rangkaian kegiatan teknologi benih. Tujuan utama penyimpanan benih
adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode penyimpanan
yang cukup lama. Kedelai hitam yang disimpan pada suhu rendah (20.6oC)
memiliki viabilitas 100 % meskipun telah disimpan selama 6 bulan didalam
kantong plastk dan kaleng penyimpanan. Namun kedelai kuning mengalami
penurunan viabilitas setelah disimpan selama 6 bulan dengan perlakuan suhu
dan kadar air yang sama dengan kedelai hitam. Hal ini mengindikasikan bahwa
suhu penyimpanan mempengaruhi pelepasan ion dan jumlah elektrolit tercuci
pada benih serta memiliki interaksi dengan jenis.
Tempat penyimpanan benih kedelai berpengaruh terhadap kadar air
benih, dimana kadar air tertinggi didapat pada perlakuan kantong kain yaitu
10.21 % dan terendah pada perlakuan kaleng tertutup yaitu 10.20 %. biji
kedelai yang memiliki kadar air 16 % pada periode penyimpanan dapat
mengakibatkan kerusakan biji lebih besar dibandingkan dengan kadar air 9 %
dan 12 %. Terdapat interaksi antara kadar air, jenis kemasan dan lamanya
penyimpanan terhadap kadar fosfolipid, kadar protein membrane, kadar fosfor
anorganik mitokondria, aktifitas spesifik suksinat dehydrogenase, sitokrom
oksidase, daya berkecambah dan vigoritas benih kedelai. Kesuksesan
penyimpanan benih sangat dipengaruhi oleh kelembaban relatif dan suhu pada
ruang simpan.
Kadar air awal benih 8% secara konstan, benih kedelai dapat
disimpan di gudang biasa hingga 3 tahun tanpa menurunkan daya kecambahnya.
Penyimpanan dengan menggunakan kemasan kedap udara dan ruangan
penyimpanan bersuhu < 20oC dapat mempertahankan daya kecambah benih
sampai 5 tahun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Soemarno dan Widiati
(1985) dalam Adhi (2014) menyatakan bahwa benih kedelai dengan kadar air 8
% secara konstan dapat disimpan sampai 3 tahun tanpa menurunkan daya
kecambah dalam gudang biasa, tetapi bila kadar air 12-12.5 % dalam waktu satu
tahun mengakibatkan daya kecambah benih turun menjadi 60 %. Kadar air
benih sangat dipengaruhi oleh kelembaban relatif ruang simpan, dimana kadar
air benih meningkat atau menurun sesuai dengan kelembaban relatif yang
diberikan.

10

BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa penyimpanan
benih kedelai berkaitan erat dengan perawatan benih. Benih yang telah disortir dan
memiliki mutu yang bagus harus disimpan dengan baik agar dapat disimpan hingga pada
waktunya dipasarkan atau digunakan untuk tujuan produksi, benih masih memiliki mutu
yang bagus. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutu benih saat dilakukan
penyimpanan baik dari kondisi benih itu sendiri maupun dari kondisi lingkungan
penyimpanan. Hal ini tentunya perlu diperhatikan untuk menentukan teknik penyimpanan
yang sesuai agar mutu benih tetap terjaga selama penyimpanan.

11

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Modul 1 MK Teknologi Benih. http://www.fp.unud.ac.id/ind/wpcontent/uploads/mk_ps_agroekoteknologi/teknologi_benih/MODUL_I_TEKNOLOGI_BE
NIH_2005.pdf . Diakses pada tanggal 15 November 2015
Anonim. 2014. Kedelai (Glycine max) http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?
mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=59 . Diakses pada tanggal 15 November 2015
Adhi, Kurnia dan Muda, Widyaiswara. 2014. Memperpanjang Umur Simpan Benih
Kedelai. Dari http://bbppbinuang.info/news44-memperpanjang-umur-simpan-benihkedelai.html . Diakses pada tanggal 14 November 2015 pukul 16.54
Danapriatna, Nana. N.D. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas Benih Kedelai.
Hinson, K. and E.E. Hartwig. 1982. Soybean Production in the Tropics. FAO. Roma.
Indartono. 2011. Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan Dan Teknik Pengemasan
Terhadap Kualitas Benih Kedelai. GEMA TEKNOLOGI
Kartono. 2004. Teknik Penyimpanan Benih Kedelai Varietas Wilis Pada Kadar Air
Dan Suhu Penyimpanan Yang Berbeda. Buletin Teknik Pertanian.
Mugnisjah, W. Q., I. Shimano dan S. Matsumoto. 1987. Studies on the Vigour of
SoybeanSeeds: 1. Varietal Differences in Seed Vigour. J. Fac. Agric. Kyushudemu 31: 213226.
Pitojo, Setijo. 2003. Seri Penangkaran : Benih Kedelai. Penerbit Kanisius :
Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat dan Yuniarsih, Yuyun. N.D. Kedelai Budidaya Dan Pascapanen.
Kanisius : Yogyakarta.
Samuel dkk. N.D .Pengaruh Kadar Air Terhadap Penurunan Mutu Fisiologis Benih
Kedelai (Glycine max (L) Merill) Varietas Gepak Kuning Selama Dalam Penyimpanan.
Shaumiyah, Fauzah.,Damanhuri dan Basuki, Nur. 2014. Pengaruh Pengeringan
Terhadap Kualitas Benih Kedelai (Glycine max (L) Merill). Jurnal Produksi Tanaman (2) 5:
388-394.
Tatipata, Aurellia dkk. 2004. Kajian Aspek Fisiologis Dan Biokimia Deteriorasi
Benih Kedelai Dalam Penyimpanan. Jurnal Ilmu Pertanian. 2: 76-87
Purwanti, Setyastuti. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih
Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. Jurnal Ilmu Pertanian (11) 1: 22-31

12

13

Anda mungkin juga menyukai