Anda di halaman 1dari 8

CICILIA ANI DERINENTA

PBI H - 112022244035
BAB IV
STRUKTUR SOSIAL BUDAYA DAN PENDIDIKAN
Struktur sosial masyarakat dan kebudayaan adalah suatu konteks, suatu lingkungan dan
segala sesuatu yang berada di dalamnya akan dapat dimengerti. Para calon pendidik
profesional perlu mengetahui dan memahami realitas sosial dan realitas budaya beserta
manifesnya di dalam berbagai fenomena sosiokultur yang baik yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak teramati. Masyarakat Indonesia sangat heterogen secara sosio
kultural, tingkat perkembangan dan respon mereka terhadap berbagai fenomena kehidupan
internal dan eksternal.
Setiap orang pada dasarnya suatu kesatuan bio-psiko-kultural di dalam konteks sosiokultural. Kesatuan bio-psikologik hanya dapat berkembang di dalam konteks sosio-kultural.
Salah satu cara memperoleh informasi konteks sosio-kultural adalah mempelajari hasil-hasil
kajian sosiologi dan antropologi umumnya dan sosiologi serta antropologi pendidikan
khususnya. Kajian sosiologi memiliki dua tingkatan yaitu kajian mikro dan kajian makro.
Yang pertama memusatkan diri pada individu di dalam interaksi sosial antar pribadi. Yang
kedua, menekankan pada pola atau sistem yang menjadi tumpuan memahami masyarakat
sacara keseluruhan.
Dimensi demografik melihat fenomena sosial terdiri atas pengelompokan orang
menurut pola kelahiran, kematian, migrasi. Dimensi psikologik memberikan bahan
bagaimana memahami fenomena sosial dengan memperhatikan makna pribadi yang terlibat
menyangkut berpikir, motivasi, reaksi emosional, kecakapan sosial, sikap sosial, jati diri dan
lain-lain. Dimensi kolektif akan membantu memahami perilaku di dalam kelompok di
masyarakat seperti distribusi kekuasaan di dalam pengambilan keputusan untuk tindakan
bersama. Konsentrasi penggunaan dimensi tertentu dipilih berdasarkan relevansinya dengan
kajian sosiologik yang dikerjakan.
A. Memahami Struktur Sosial Masyarakat
Pengelompokkan masyarakat terjadi oleh adanya interaksi sosial antar individu dan antar
kelompok. Alex Inkeles menyebutkan adanya tiga prasyarat minimum sebagai kondisi yang
harus ada demi mempertahankan keberadaan suatu masyarakat; (1) adaptasi terhadap

lingkungan luar, (2) adaptasi terhadap problem biososial, (3) adaptasi terhadap kondisi
kehidupan bersama.
Kajian tentang kaitan antara struktur sosial di masyarakat dengan pendidikan, sangat
penting baik untuk memahami masing-masing komponen maupun dampak satu terhadap
yang lain. Dalam kaitan dengan struktur sosial, manusia atau pribadi menempati posisi antara
(intervening) yaitu antara komponen struktur sosial satu dengan komponen struktur yang lain.
Tipologi sosial manusia oleh David Riesman mendasarkan klasifikasinya bersumber
pada respon orang terhadap pengendalian atau kontrol sosial. Ada tiga tipe orang yaitu: tipe
pertama, orang yang perilakunya dikendalikan dari luar diri mereka, oleh nilai budaya baku
tradisi. Tipe kedua, orang yang perilakunya dikendalikan dari dalam diri mereka, dan produk
dari pengalaman masa kecil. Tipe ketiga adalah orang yanhg perilakunya diarahkan oleh
kekuatan orang sejaman mereka.
Mereka yang berada di kelas sosial atas yang umumnya berpendidikan tinggi, cenderung
mengembangkan kepribadian dan perilaku mandiri dengan sistem nilai pengarahan diri
sendiri. Orang-orang yang bekerja di stratifikasi atas cenderung bekerja dengan tingkat
kebebasan mengambil keputusan, bekerja lebih banyak dengan orang, struktur lebih fleksibel.
Brim seperti dikutip oleh Sarane S. Boocock mengemukakan anak-anak perempuan
cenderung lebih berhasil belajar pada tingkatan pemulaan jenjang sekolah, anak-anak lelaki
lebih berhasil di tingkatan yang lebih tinggi.
B. Budaya dan Kepribadian
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat multikultural dan multietnik yang menyebar di
gugus-gugus kepulauan di persilangan jalan antara Benua Asia dan Australia. Harsya Bachtiar
memberikan gambaran adanya 4 jenis sistem budaya di Indonesia, yaitu: 1) jenis sistem
budaya etnik pribumi yang disebut juga sistem adat; 2) sistem budaya agama besar, berbeda
dengan yang pertama, mereka berasal dari luar Indonesia: 3) sistem budaya Indonesia yang
menaungi kelompok pribumi dan kelompok non-pribumi; 4) sistem budaya majemuk, yaitu
sistem budaya asing.
Dalam konteks kebudayaan, pendidikan adalah suatu proses pewarisan nilai-nilai budaya
yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat. Kehadiran budaya tulis bersatu dengan
budaya kota telah merubah tata-tata hubungan dan cara berpikir masyarakat. Kebudayaan itu
diciptakan oleh manusia dan diwariskan melalui belajar ataupun pengalaman terhadap
generasi berikutnya. Tanpa program kebudayaan setiap individu akan kacau dan tak menentu.
Sejumlah asumsi diajukan Greetz tentang esensialnya kebudayaan sebagai mekanisme
kontrol. Pertama, berpikir bahwa manusia itu bersifat sosial dan publik dengan habitat

alamiahnya. Kedua, kehidupan manusia lebih ditentukan oleh hal-hal yang berada di luar
kemampuan genetiknya, yaitu sistem simbol utama yang tertata.
Proses dan isi proses pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang tumbuh dan
pribadi-pribadi budaya inilah yang akan menjadi pendukung, pewaris dan penerus
kebudayaan yang bersangkutan. Dalam masa transisi budaya, kita menyaksikan fenomena
rusaknya budaya etnik, disorientasi. Resep-resep budaya menjadi tidak fungsional di
kalangan pendukung budaya etnik. Berry mengembangkan model kajian eko-kultural
behavioral guna memahami pola perilaku individu di dalam konteksnya. Dimensi ekologi
digambarkan dalam suatu kontinum masyarakat pertanian, berburu dan mengumpulkan
bahan-bahan makanan yang intinya adalah pola pengadaan dan penyedia pangan.
Faktor-faktor lingkungan yang menentukan kepribadian kelompok dibedakan menjadi 1)
sistem pemeliharaan yang terdiri dari atas struktur lingkungan, ekonomi, sosial politik,
berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup kelompok, dan 2) pelatihan atau sosialisasi
anak yang beroperasi dalam batas-batas sistem pemeliharaan mengupayakan pengembangan
kepribadian sejalan dengan kebutuhan adaptasi kelompok.
LeVine mengelompokkan sejumlah teori tentang hubungan antara kebudayaan dan
kepribadian menjadi 5 macam: 1) proses kepribadian anti kebudayaan, 2) posisi reduksionis,
3) posisi kepribadian adalah kebudayaan, 4) posisi melihat kepribadian sebagai mediator
kebudayaan, 5) posisi yang melihat keduanya sebagai dua sistem.
Posisi pertama melihat bahwa perbedaan kebudayaan tidaklah relevan untuk
membicarakan kepribadian sebab tak ada perbedaan signifikan kepribadian antar kelompok.
Posisi yang lain adalah mereka yang menganut reduksionisme yang menyatakan bahwa
faktor-faktor psikologik yang menentuka perilaku sosial dan budayanya. Posisi bahwa
kepribadian dan kebudayaan atau sebalijnya dapat dilihat pada pikiran Ruth Benedict,
Margareth Mead, yaitu di kalangan konfugurasionis, relativis budaya. Kepribadian adlah
suatu aspek dari suatu kebudayaan, kebudayaan adlah sentral dalam kehidupan dan setiap
pribadi adlah penampilan dari kebudayaan dan perkembangan kepribadian adalah suatu
upaya mewariskan kebudayaan antar generasi.
C. Pendidikan dan Status Sosial
Tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan sebagai indeks
kedudukan sosialnya di masyarakat. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara
lain terjadi oleh sebab anak yang berasal dari stratifikasi sosial rendah kebanyakan tidak
melanjutkan pelajaran sampai perguruan tinggi. Beberapa studi dan kajian yang
memfokuskan stratifikasi sosial dan tingkat prestasi anak di sekolah juga menunjukkan

bahwa anak-anak dari stratifikasi menengah atas cenderung memiliki prestasi akademik yang
lebih tinggi.
Sebagian guru sering tidak sadar, lebih memperhatikan anak-anak dari golongan
menengah atas, sebab guru sendiri menganggap dirinya masuk golongan menengah dan
berbuat sesuai dengan nilai, kebiasaan dan norma-norma golongan itu. Tingkat partisipasi
para siswa di sekolah juga memiliki korelasi dengan stratifikasi sosial anak.
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan dan status sosial yang
lebih baik di dalam masyarakat. Mobilitas sosial ada dua; 1) mobilitas sosial vertikal yaitu
perpindahan seseorang dari strata bawah ke strata atas atau sebaliknya, 2) mobilitas
horizontal yaitu perpindahan diri seseorang dari suatu status, pekerjaan dan lain-lain ke status
pekerjaan lainnya, akan tetapi stratanya relatif sama.
D. Stratifikasi Sosial dan Pendidikan
Selama masih ada sesuatu yang lebih dihargai daari yang lainnya, maka stratifikasi sosial
tak akan mungkin dihilangkan dalam kehidupan masyarakat.
1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Sistem berlapis-lapis dalam masyarakat, dalam sosiologi dikenal dengan istial Social
Stratification. Bentuk stratifikasi sosial dapat ditemukan pada setiap masyarakat di dunia,
seperti masyakarat kapitalism demokratis, maupun komunitas.
2. Terjadinya Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, adanya stratifikasi sosial di dalam masyaraka, dapat
terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan, tetapi dapat juga karena dengan
sengaja dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Menurut Astrid S. Susanto, dasar
pembentukan stratifikasi sosial adalah manusi mempunyai kecenderungan untuk menilai
suatu pekerjaan, penilaian mana ditinjau dari segi peranan mimiliki suatu pekerjaan
dalam memenuhi kepentingan masyarakatnya. Perkembangan masyarakat juga
menunjukkan bahwa stratifikasi semakin jelas, yang ditandai dengan berbagai lambanglambang kedudukan. Sistem stratifikasi yang disusun dengan sengaja biasanya memiliki
tujuan tertentu. Dalam sistem ini biasanya berhubungan dengan pembagian kekuasaan
dan wewenang secara resmi pada organisasi-organisasi formil.
3. Kelas Sosial dalam Sosiologi Empiris
Menurut Selo Soemardjan, kelas sosial dimaksudkan semua orang dari keluarga
yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum.
Paradigm kelas merupakan salah satu paradigm paling mapan untuk menganalisa data
struktur sosial. Teori tentang adanya kelas dalam masyarakat yang dipergunakan dalam
sosiologi menunjukkan bahwa hubungan antar kelas tidak harus bertentangan.
4. Dasar-dasar Stratifikasi Sosial

Adapun kriteria-kriteria yang dapat dipakai untuk menentukan seseorang ke dalam


lapisan sosial tertentu:
a. Ukuran kekayaan
Ukuran kekayaan dapat dijadikan suatu ukuran. Kekayaan yang dimiliki seseorang
sering diyakini dapat diperoleh dengan memiliki pendidikan yang tinggi pula.
b. Ukuran kekuasaan
Untuk menentukan status seseorang berdasarkan kekuasaan, biasanya dikaitkan
dengan kewenagan atau otoritas yang dimiliki oleh seseorang dalam hubungannya
dengan masyarakat. Di dalam realitas kehidupan nyata, tidak jarang mereka uamg
memiliki kekuasaan yang besar berasal dari mereka yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi.
c. Ukuran kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran
semacam ini banyak ditemui pada masyarakat-masyarakat tradisional, misalnya para
sesepuh desa. Di lembaga pendidikan penempatan seseorang pada strata tertentu dan
menjadi orang yang dihormati sebagian besar didasarkan pada tingkat pendidikan
dan jabatan akademiknya.
d. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan yang dalam wujud konkritnya
ditunjukkan dengan tingkat pendidikan dipakai sebagai kriteria untuk menentukan
kedudukan sosial. Sebernarnya ada ukuran-ukuran lain yang biasany dipakai sebagai
ukuran kehormatan seperti faktor keturunan dan golongan atau kasta.
E. Struktur Warga Sekolah
Adapun warga sekolah terdiri dari komponen-komponen seperti berikut:
1. Kepala Sekolah
Menduduki posisi yang paling tinggi di sekolah berkat kemdudukannya, tetapi
juga sering karena pengalaman, masa kerja dan pendidikannya. Kepala sekolah juga
berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan petunjuk, nasehat, saran-saran
kepada guru-guru dalam usaha untuk memperbaiki mutu sekolah.
2. Guru
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan karena itu harus
menghormatinya dan bersedia untuk mematuhi dalam hal-hal mengenai sekolah.
Pada umumnya, dianggap bahwa kedudukan SMP lebih tinggi daripada guru SD,
akan tetapi lebih rendah dari pada guru SMA. Petugas inspeksi yang mengawasi
sekolah dianggap lebih tinggi pula kedudukannya daripada guru maupun kepala
sekolah.
3. Murid

Murid-murid satu kelas yang pada umumnya mempunyai usia sama cenderung
untuk menjadi kelompok yang merasa dirinya kompak dalam menghadapi kelas lain,
bahkan menghadapi guru. Dengan murid yuang memiliki kelas lebih tinggi (kakak
kelas) mereka merasa dirinya orang bawahan sebagai adik terhadap kakak yang harus
menunjukkan sikap hormat dan patuh. Di sekolah juga tidak jarang terdapat
pengelompokkan atau klik, yaitu terbentuk apabila dua orang atau lebih saling
merasa persahabatan yang akrab dan karena itu banyak bermain bersama-sama atau
bercakap-cakap. Anggota klik merasa dirinya bersatu dan merasa dirinya kuat dan
penuh percaya diri berkat rasa persatuan dan kekompakan itu.
4. Orang Dewasa Tak Mengajar
Orang dewasa yang tidak mengajar yang termasuk golongan ini antara lain
pegawai administrasi dan pesuruh sekolah. Secara formal kedudukan mereka lebih
rendah dari kepala sekolah dan guru. Pesuruh dipandang lebih rendah kedudukannya
dari pegawai administrasi.
F. Kelompok Sosial dan Pendidikan
1. Kelompok Sosial
Kelompok sosial terbentuk karen anggota-anggotanya mempunyai motif yang sama.
Motif yang sama ini merupakan pengikat sehingga setiap anggota kelompok tidak
bekerja sendiri-sendiri, tetapi bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Sikap ingroup dan out-group akan muncul terlihat jelas ketika kelompok tersebut ada kegiatan
bersama, sehingga akan muncul di bagian dari kelompoknya atau bukan. Rasa solidaritas
merupakan rasa kesetiakawanan antar anggota kelompok. Rasa solidaritas di dalam
kelompok terkait juga dengan kohesifitas, sebab kohesi sebagai beberapa faktor yang
mempengaruhi anggota untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut.
Struktur kelompok adalah suatu sistem mengani relasi antara anggota-anggota
kelompok berdasarkan peranan dan status mereka serta sumbangan masing-masing
dalam interaksi kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di dalam kelompok
tersebut akan terdapat dua bentuk struktur:
Susunan kedudukan fungsional: susunan berdasarkan tugas anggota-anggota

kelompok dalam kerja sama mencapai tujuan.


Susunan hierarkis antara anggota kelompok dengan harapan tugas dan
kewajiban yang diserahkan kepada anggota-anggota itu.

Norma kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur tingkah laku individu


dalam suatu kelompok.

2. Kelompok Teman Sebaya


Pengerian kelompok teman sebaya, teman sebaya berarti teman-teman yang sesuai
dan sejenis, perkumpulan atau kelompok prapuberteit yang mempunyai sifat-sifat
tertentu dan terdiri satu jenis. Identitas sosial adalah sebuah proses yang mengikatkan
individu pada kelompoknya dan menyebabkan individu dari sosialnya. Jadi, kelompok
teman sebaya merupakan media bagi anak untuk mewujudkan nilai-nilai sosial tersendiri
dalam melakukan prinsip kerjasama, tanggungjawab dan kompetisi.
a. Hakikat Kelompok Teman Sebaya
Anak berkembang di dalam dua dunia sosial yang terdiri dari (1) dunia orang
dewasa, yaitu orang tuanya, guru-gurunya dan sebagainya; (2) dunia teman sebaya,
yaitu

sahabat-sahabatnya,

kelompok

bermain,

perkumpulan-perkumpulan.

Kelompok sebaya merupakan lembaga sosial yang penting di samping keluarga,


sebab kelompok sebaya juga turut serta mengajarkan cara-cara hidup bermasyarakat.
b. Fungsi Kelompok Teman Sebaya
Fungsi kelompok teman sebaya:
Mengajarkan kebudayaan masyarakatnya
Mengajarkan peranan-peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin
Merupaka sumber informasi
Mengajarkan mobilitas sosial
Menyediakan peranan-peranan orang dewasa
Membantu anak bebas dari orang-orang dewasa
c. Macam-macam Kelompok Teman Sebaya
Menurut Hurlock, ada beberapa lima macam kelompok teman sebaya dalam
remaja: (1) teman dekat, (2) teman kecil, kelompok ini biasanya terdiri dari
kelompok teman-teman dekat, (3) kelompok besar yang terdiri dari beberapa
kelompok kecil, (4) kelompok terorganisasi, kelompok pemuda yang dibina oleh
orang dewasa, (5) kelompok geng remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan
tidak merasa puas dengan kelompok yang terorganisasi.
Munculnya perkelahian antar geng sekolah biasanya dipicu oleh adanya kedua
tim yang didukung oleh masing-masing supporter saling mengejek tim lain.
1) Pengertian Geng Sekolah
Richard A. Van Dorn yang menyebutkan terdapat empat definisi geng dari 3 tokoh.
Gang adalah sistem sosial terorganisir yang pura-pura pribadi dan pura-pura rahasia dan
satu sistem yang ukuran dan tujuannya mengharuskan interaksi sosial dijalankan
berdasarkan struktur kepemimpinan yang memiliki peran menentukan dimana pihan
yang diserahi peran-peran itu telah dilegitimasi sedeminkan rupa sehiggna kode sosial
bisa dipakai untuk mengatur perilaku pemimpin dan bawahan dan barisan.

Sebuah geng selalu diidentikan dengan hal-hal yang menyimpang dari norma sosial
yang ada di dalam masyarakat. Gang terbentuk karena adanya kesempatan pada para
remaja dengan intensitas yang cukup sehingga memunculkan niat untuk membentuk
gang.
2) Studi Kasus Mengenai Geng
a. Latar belakang munculnya geng sekolah
Berdirinya geng sekolah pada awalnya hanya sebagai sarana untuk
meningkatkan kekerabatan di antara siswa di dalam sekolah yang bersangkutan
dengan beberapa kegiatan yang dilakukan secara bersama. Sebuah geng sekolah juga
terdapat struktur kepengurusan yang sederhana meliputi ketua, wakil bendahara,
sekretaris, humas, dan seksi. Keanggotaan geng sekolah berdasar pada siswa yang
sekolah di sekolahan tersebut. Artinya, keanggotaan bersifat ekslusif dan tertutup
bagi siswa sekolah luar.
Ada beberapa kegiatan geng sekolah yang dapat dikategorikan ke dalam dua
bentuk kegiatan positif:
1. Touring: digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kekompakan di antara
anggota geng.
2. Bakti Sosial: sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar.
3. Melayat
4. Menjadi supporter pertandingan: biasanya para anggota geng sekolah akan
menjadi supporter, hal inilah yang biasanya menjadi awal terjadinya tawuran
antar pelajar yang diawali dengan saling ejek-mengejek.
5. Mejenguk teman sakit: kegiatan ini sebagai bentuk solidaritas dan rasa in-group.
Ada pula kegiatan yang negatif:
1. Corat coret tembok: kegiatan ini sebagai salah satu ajang berkreasi yang tidak
dapat tersalurkan dengan baik di sekolah sehinggga mereka menyalurkannya pada
tembok-tembok warga.
2. Minum minuman beralkohol
3. Tawuran

Anda mungkin juga menyukai