Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

I.

PENDAHULUAN
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus
dihadapi

oleh

seseorang

karena hubungannya dengan

orang

lain,

kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap


dirinya

sendiri-sendiri

(Djamaludin,

2001).

Gangguan

jiwa

adalah

gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition),emosi


(affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,
yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran social. Menurut Townsend (1996) mental illness
adalah respon maladaptive terhadap stressor dari lingkungan dalam/luar
ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan
fisik individu.
Menurut American Psychiatric Association (1994), gangguan mental
adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara
klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan
distress (gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan
pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan
risiko

terhadap

kematian,

nyeri,

ketidakmampuan

atau

kehilangan

kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima
pada kondisi tertentu.
Penyebab timbulnya gangguan jiwa Penyebab gangguan jiwa itu
bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang
lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan
semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa
yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak
(Djamaludin, 2001).
Para ahli psikologi

berbeda

pendapat

tentang

sebab-sebab

terjadinya gangguan jiwa. Menurut pendapat Sigmund Freud dalam Maslim


(2002), gangguan jiwa terjadi karena tidak dapat dimainkan tuntutan id
(dorongan instinctive yang sifatnya seksual) dengan tuntutan super ego
(tuntutan normal social). Orang ingin berbuat sesuatu yang dapat
memberikan kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan mendapat

celaan masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan diri


dan tuntutan masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang pada
gangguan jiwa.
Dari berbagai pendapat mengenai penyebab terjadinya gangguan
jiwa seperti yang dikemukakan diatas disimpulkan bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh karena ketidak mampuan manusia untuk mengatasi
konflik dalam diri, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup, perasaan kurang
diperhatikan (kurang dicintai) dan perasaan rendah diri. (Djamaludin dan
Kartini, 2001).
Pemantauan

kesehatan

linkungan

yaitu

terkecil

jiwa

idealnya

dilakukan

dari

keluarga.

Keluarga

merupakan

lingkup

lingkungan

terdekat yang mengetahui perilaku masing-masing anggota keluarga.


Perilaku-perilaku yang tidak wajar seperti mengurung diri, berhalusinasi,
perilaku kekerasan, penyalahgunaan napza seharusnya diidentifikasi
sedini mungkin oleh anggota keluarga yang lain untuk selanjutnya dibuat
keputusan mengenahi tindakan yang akan diambil untuk mengatasi
masalah yang terjadi.
Pemicu terjadinya gangguan jiwa sering kali juga terdapat pada
lingkungan terkecil seperti keluarga. Hubungan yang tidak harmonis
dengan anggota keluarga yang lain serta ketidak perdulian keluarga
mengenahi kesehatan jiwa menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya
gangguan jiwa yang jika tidak segera ditangani dapat menjadi gangguan
jiwa berat yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Berdasarkan data RISKESDAS 2013 diketahui bahwa prevalensi
gangguan jiwa berat di Kalimantan Barat yaitu sebesar 0,7 % dari seluruh
total penduduk Kalimantan Barat. Prevalensi penderita gangguan jiwa
berat di wilyah kerja Puskesmas Entikong sendiri belum diketahui karena
belum dilaksanakanya pendataan penderita gangguan jiwa berat.
Berdasarkan uraian yang tersaji diatas, dapat disimpulkan betapa
pentingnya peran keluarga dalam mengenali tanda gejala gangguan jiwa,
mencegah faktor-faktor resiko yang mampu menyebabkan gangguan jiwa
dan segera merujuk anggota keluarga atau anggota masyarakat yang
mengalami gangguan jiwa segera pada fasilitas kesehatan terdekat.
Berdasarkan situasi tersebut maka pemegang program kesehatan jiwa
bermaksud membentuk program Keluarga sadar jiwa yang bertujuan

untuk mengetahui jumlah penderita gangguan jiwa di wilayah kerja


Puskesmas Entikong, meningkatkan kesadaran keluarga dengan penderita
gangguan

jiwa untuk memfasilitasi penderita mendapatkan pelayanan

kesehatan

jiwa,

mencegah

terjadinya

tindakan

pemasungan

pada

penderita gangguan jiwa, menyediakan pelayanan kuratif pada pasien


dengan gangguan jiwa yang masih bisa ditangani di tingkat puskesmas,
melakukan

rujukan

melakukan

upaya

pada

pasien

preventif

penderita

dan

promotif

gangguan
dalam

jiwa,

serta

pencegahan

penyalahgunaan napza.
II. LATAR BELAKANG
A. Belum adanya pendataan jumlah penderita gangguan jiwa di
wilayah kerja Puskesmas Entikong Kecamatan Entikong Kabupaten
Sanggau.
B. Belum adanya upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan
pengetahuan serta kesadaran masyarakat mengenahi apa itu
gangguan jiwa, cara pencegahan, serta upaya pengobatan medis
serat rujukan yang didapatkan melalui fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
C. Belum maksimalnya upaya penatalaksanaan kuratif untuk penderita
gangguan jiwa yang masih bisa ditangani di fasilitas kesehatan
tingkat pertama, serta belum maksimalnya penyelenggaraan upaya
rujukan bagi penderita gangguan jiwa berat di wilayah Kecamatan
Entikong yang harus mendapatkan pengobatan di Rumah Sakit .
D. Belum maksimalnya kegiatan promotif dan preventif mengenahi
penyalahgunaan napza dan sejenisnya di kalangan masyarakat
Pelindung
khususnya remaja
III. PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA
A. PENGORGANISASIAN

Ketua UKM

Penanggung Jawab Program

Anggota

B. TATA HUBUNGAN KERJA DAN ALUR PELAPORAN


1. TATA HUBUNGAN KERJA
Penanggung jawab program bertugas melakukan koordinasi
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring
kegiatan keluarga sadar Jiwa .
2. PELAPORAN
IV. Tujuan
A. Tujuan Umum : Meningkatkan pelayanan promotif, preventif, dan
kuratif

kesehatan

jiwa

untuk

masayarakat

di

wilayah

kerja

Puskesmas Kecamatan Entikong


B. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui jumlah dan identitas pasien penderita gangguan
jiwa di wilyah kerja Puskesmas Entikong
2. Meningkatkan kesadaran keluarga dengan penderita gangguan
jiwa untuk memfasilitasi penderita mendapatkan pelayanan
kesehatan jiwa
3. Mencegah terjadinya tindakan pemasungan pada penderita
gangguan jiwa
4. Menyediakan pelayanan kuratif pada pasien dengan gangguan
jiwa yang masih bisa ditangani di tingkat puskesmas
5. Melakukan rujukan pada pasien penderita gangguan jiwa
6. Melakukan upaya preventif dan promotif dalam pencegahan
penyalahgunaan napza
V. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
No.
1.

KEGIATAN POKOK
Keluarga Sadar Jiwa

RINCIAN KEGIATAN
1. Pendataan penderita gangguan
jiwa

di

seluruh

Kecamatan Entikong
2. Pengobatan
pasien

dusun

di

dengan

gangguan jiwa yang masih bisa

dilakukan di fasilitas kesehatan


tingkat puskesmas
3. Rujukan pasien dengan gangguan
jiwa berat ke Rumah Sakit
4. Penyuluhan kesehatan jiwa
posyandu,

sekolah,

di

puskesmas,

dan sebagainya
5. Penyuluhan kesehatan jiwa dan
bahaya penyalahgunaan NAPZA di
sekolah SMP dan SMA
VI. CARA MELAKUKAN KEGIATAN DAN SASARAN
A. Cara melakukan kegiatan :
a) Pendataan penderita gangguan jiwa dilakukan dengan cara
pendataan dimana pemegang program turun ke lapangan dan
akan dibantu oleh perangkat desa diantaranya kepala dusun,
kepala RT dan RW untuk menunjukkan keluarga dengan
penderita gangguan jiwa.
b) Upaya kuratif penanganan penderita gangguan jiwa akan
diaksanakan

berintegrasi

dengan

pelayanan

medis

serta

penyediaan obat-obatan psikofarmaka yang standar seseuai


dengan kapasitas puskesmas
c) Dibentuk sistem rujukan pasien dengan gangguan jiwa ke
fasilitas kesehatan

lebih lanjut untuk pasien gangguan jiwa

berat yang tidak dapat dilayani di puskesmas


d) Penyuluhan kesehatan jiwa akan diberikan pada masyarakat
melalui

penyuluhan

posyandu,

sekolah,

penyuluhan

di

puskesmas, pembuatan leaflet dan poster mengenahi penyakit


gangguan jiwa
e) Penyuluhan mengenahi bahaya penyalahgunaan napza pada
anak sekolah SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Entikong
B. Sasaran
a) Terkumpulnya data penderita gangguan jiwa dari seluruh
wilayah kerja Puskesmas Entikong
b) Terlaksananya upaya kuratif pengobatan

pasien

dengan

gangguan jiwa yang masih bisa diterapi di tingkat puskesmas


c) Berjalanya sistem rujukan dan rujukan balik pasien dengan
gangguan jiwa berat
d) Meningkatanya kesadaran masyarakat mengenahi gangguan
jiwa dalam hal ini masyarakat mampu mengedalikan resiko dan
faktor pemicu gangguan jiwa, masyarakat dalam lingkup kecil
yaitu

keluarga

juga

diharapkan

peka

dalam

membantu

memfasilitasi

pasien

penderita

gangguan

jiwa

untuk

mendapatkan pengobatan rutin


e) Diharapkan
tingkat penggunaan napza, rokok, lem, dan
sebagainya nol di kalangan remaja SMP dan SMA di seluruh
wilayah kerja Puskesmas Entikong

1.

Kegiatan

Sasaran

Rincian

o.

Pokok

Umum

Kegiatan

Keluarga Sadar
Jiwa

Meningkatk
an
pelayanan
keshatan
jiwa
masyarakat
n di wilayah
kerja
Puskesmas
Entikong

Sasaran

Cara
Pelaksanaan

Pendataan
penderita
gangguan
jiwa di
seluruh
dusun di
Kecamatan
Entikong

Terkumpulnya
data penderita
gangguan jiwa
dari seluruh
wilayah kerja
Puskesmas
Entikong

Pengobatan
pasien
dengan
gangguan
jiwa yang
masih bisa
dilakukan di
fasilitas
kesehatan
tingkat
puskesmas

Terlaksananya
upaya kuratif
pengobatan
pasien dengan
gangguan jiwa
yang masih
bisa diterapi di
tingkat
puskesmas

Kegiatan
Pendataan
penderita
gangguan jiwa
dilakukan
dengan cara
pendataan
dimana
pemegang
program turun
ke lapangan
dan akan
dibantu oleh
perangkat desa
diantaranya
kepala dusun,
kepala RT dan
RW untuk
menunjukkan
keluarga
dengan
penderita
gangguan jiwa.
Upaya kuratif
penanganan
penderita
gangguan jiwa
akan
diaksanakan
berintegrasi
dengan
pelayanan
medis serta
penyediaan

Rujukan
pasien
dengan
gangguan
jiwa berat ke
Rumah Sakit

erjalanya
sistem rujukan
dan rujukan
balik pasien
dengan
gangguan jiwa
berat

Penyuluhan
kesehatan
jiwa di
posyandu,
sekolah,
puskesmas,
dan
sebagainya

Meningkatanya
kesadaran
masyarakat
mengenahi
gangguan jiwa
dalam hal ini
masyarakat
mampu
mengedalikan
resiko dan
faktor pemicu
gangguan jiwa,
masyarakat
dalam lingkup
kecil yaitu
keluarga juga
diharapkan
peka dalam
membantu
memfasilitasi
pasien
penderita
gangguan jiwa
untuk
mendapatkan
pengobatan
rutin
Diharapkan

Penyuluhan

obat-obatan
psikofarmaka
yang standar
seseuai dengan
kapasitas
puskesmas
Dibentuk
sistem rujukan
pasien dengan
gangguan jiwa
ke fasilitas
kesehatan
lebih lanjut
untuk pasien
gangguan jiwa
berat yang
tidak dapat
dilayani di
puskesmas
Penyuluhan
kesehatan jiwa
akan diberikan
pada
masyarakat
melalui
penyuluhan
posyandu,
sekolah,
penyuluhan di
puskesmas,
pembuatan
leaflet dan
poster
mengenahi
penyakit
gangguan jiwa

Penyuluhan

kesehatan
jiwa dan
bahaya
penyalahgun
aan NAPZA
di sekolah
SMP dan
SMA

tingkat
penggunaan
napza, rokok,
lem, dan
sebagainya nol
di kalangan
remaja SMP
dan SMA di
seluruh wilayah
kerja
Puskesmas
Entikong

mengenahi
bahaya
penyalahgunaa
n napza pada
anak sekolah
SMP dan SMA di
wilayah kerja
Puskesmas
Entikong

Anda mungkin juga menyukai