Makalah 1 Jual Beli
Makalah 1 Jual Beli
TUGAS KELOMPOK
FIQIH MUAMALAH
(Jual Beli)
DosenPengampu :Ridwan, M.S.I
DisusunOlehKelompokIII :
MayangRosana
UmmiRahmatussyaAdah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN MUAMALAH
SEMESTER III
TAHUN AJARAN 2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkanpujisyukurdenganberkatrahmat Allah SWT, yang
telahmemudahkankami dalammenyelesaikantugasmakalahinidenganbaik.Shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan
membawa syariah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan
dunia dan akhirat.
Makalahberjudul Hukum Jual Beli dalam Islam ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah FiqhMuamalah. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan
yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.Sesuai dengan fitrahnya, manusia
diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, maka dalam
makalah yang kami susun inibelum mencapai tahap kesempurnaan.
Kamimengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, khususnya kepadaBapakRidwanyang telah memberikan tugas makalah
ini.
Mudah-mudahan
makalah
ini
dapat
memberikan
manfaatuntukkitasemuadalamkehidupansehari-hari.
TUGAS KELOMPOK
FIQIH MUAMALAH
(JualBeli)
DosenPengampu :Ridwan, M.S.I
DisusunOlehKelompokIII :
MayangRosana
UmmiRahmatussyaAdah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN MUAMALAH
SEMESTER III
TAHUN AJARAN 2013 / 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Agama Islam mengatur setiap segi kehidupan umatnya. Mengatur hubungan seorang
hamba dengan Tuhannya yang biasa disebut dengan muamalah maallah dan mengatur pula
hubungan dengan sesamanya yang biasa disebut dengan muamalah maannas. Nah, hubungan
dengan sesama inilah yang melahirkan suatu cabang ilmu dalam Islam yang dikenal dengan
Fiqih muamalah. Aspek kajiannya adalah sesuatu yang berhubungan dengan muamalah atau
hubungan antara umat satu dengan umat yang lainnya. Mulai dari jual beli, sewa menyewa,
hutang piutang dan lain-lain.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, setiap muslim pasti melaksanakan suatu
transaksi yang biasa disebut dengan jual beli. Si penjual menjual barangnya, dan si pembeli
membelinya dengan menukarkan barang itu dengan sejumlah uang yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak.Jika zaman dahulu transaksi ini dilakukan secara langsung dengan bertemunya
kedua belah pihak, maka pada zaman sekarang jual beli sudah tidak terbatas pada satu ruang
saja.Dengan kemajuan teknologi, dan maraknya penggunaan internet, kedua belah pihak dapat
bertransaksi dengan lancar.
Sebenarnya bagaimana pengertian jual beli menurut Fiqih muamalah?Apa saja
syaratnya? Lalu apakah jual beli yang dipraktekkan pada zaman sekarang sah menurut fiqih
muamalah? Tentu ini akan menjadi pambahasan yang menarik untuk dibahas.
2.2 Rumusan masalah
Dari beberapa uraian diatastentang perdagangan atau jual beli yang sebagian telah
dipaparkan,maka beberapa pertanyaan yangperlunya untuk di jawab agar tidakada keraguan lagi.
1. Apa yang di maksud dengan perdagangan atau jual beli ?
2. Apa saja rukun-rukun dan syarat-syarat jual beli ?
3. Sebutkan macam-macam jual beli ?
3.3
1.
2.
3.
Tujuan penulisan
Mahasiswa dapat memahami ruang lingkup jual beli dalam fiqh muamalah
Untuk memperdalam materi jual beli agar bisa menerapkan keluar.
Memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah
BAB II
PEMBAHASAN
a)
b)
c)
a)
b)
c)
d)
1.
2.
3.
4.
a)
1)
2)
3)
b)
1)
2)
3)
kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar
dalam ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang.[5]
Akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu :
Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli).
Ada sighat (lafal ijab qabul).
Ada barang yang dibeli (maqud alaih)
Ada nilai tukar pengganti barang.
Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan nilai tukar
barang termasuk kedalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan jumhur
ulama diatas sebagai berikut :
Syarat-syarat orang yang berakad
Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat,
yaitu :
Berakal sehat, oleh sebab itu seorang penjual dan pembeli harus memiliki akal yang sehat agar
dapat meakukan transaksi jual beli dengan keadaan sadar. Jual beli yang dilakukan anak kecil
yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah.
Atas dasar suka sama suka, yaitu kehendak sendiri dan tidak dipaksa pihak manapun.
Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda, maksudnya seorang tidak dapat bertindak
dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli.
Syarat yang terkait dalam ijab qabul
Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal.
Qabul sesuai dengan ijab. Apabila antara ijab dan qabul tidak sesuai maka jual beli tidak sah.
Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua belah pihak yang melakukan
jual beli hadir dan membicarakan topic yang sama.[6]
berlaku di tengah-tengah masyarakat secara actual, sedangkan al-sir adalah modal barang yang
seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke konsumen (pemakai).Dengan demikian,
harga barang itu ada dua, yaitu harga antar pedagang dan harga antar pedagang dan konsumen
(harga dipasar).
Syarat-syarat nilai tukar (harga barang) yaitu :
1) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.
2) Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukumseperti pembayaran dengan cek dan
kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar kemudian (berutang) maka pembayarannya harus
jelas.
3) Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang maka barang yang
dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh syara, seperti babi, dan khamar, karena
kedua jenis benda ini tidak bernilai menurut syara.[8]
2.5 Macam-macam jual beli
Jual beli dapat ditinjau dari berbragai segi, yaitu:
a. Ditinjau dari segi bendanya dapat dibedakan menjadi:
1) Jual beli benda yang kelihatan, yaitu jual beli yang pada waktu akad, barangnya ada di hadapan
penjual dan pembeli.
2) Jual beli salam, atau bisa juga disebut dengan pesanan. Dalam jual beli ini harus disebutkan
sifat-sifat barang dan harga harus dipegang ditempat akad berlangsung.
3) Jual beli benda yang tidak ada, Jual beli seperti ini tidak diperbolehkan dalam agama Islam.
c.
d.
e.
3)
a)
b)
c)
d)
e)
Jual beli bersyarat, yaitu jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan dengan syarat-syarat tertentu
yang tidak ada kaitannya dengan jual beli.
Jual beli yang menimbulkan kemudharatan, seperti jual beli patung, salib atau buku-buku bacaan
porno.
Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan hukumnya haram, seperti menjual
anak binatang yang masih bergantung pada induknya.[9]
Fasid yaitu jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara namun terdapat sifatsifat tertentu yang menghalangi keabsahannya. Misalnya :
jual beli barang yang wujudnya ada, namun tidak dihadirkan ketika berlangsungnya akad.
Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau pasar, yaitu menguasai barang sebelum
sampai ke pasar agar dapat membelinya dengan harga murah
Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan dijual ketika harga naik
karena kelangkaan barang tersebut.
Jual beli barang rampasan atau curian.
Menawar barang yang sedang ditawar orang lain.[10]
memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
[11]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli itu diperbolehkan
dalam Islam.Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia dalam mencukupi kebutuhan
mereka, dan menjalin silaturahmi antara mereka.Namun demikian, tidak semua jual beli
diperbolehkan.Ada juga jual beli yang dilarang karena tidak memenuhi rukun atau syarat jual
beli yang sudah disyariatkan. Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan
objek akad yang kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan itu semua telah
dijelaskan di atas.Walaupun banyak perbedaan pendapat dari kalangan ulama dalam menentukan
rukun dan syarat jual beli, namun pada intinya terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah
perumusannya saja, tetapi inti dari rukun dan syaratnya hampir sama.
3.2 Saran
Jual beli merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap manusia, namun pada
zaman sekarang manusia tidak menghiraukan hukum islam. Oleh karena itu, sering terjadi
penipuan dimana-mana. Untuk menjaga perdamaian dan ketertiban sebaiknya kita berhati-hati
dalam bertransaksi dan alangkah baiknya menerapkan hukum islam dalam interaksinya.
Allah SWT telah berfirman bahwasannya Allah memperbolehkan jual beli dan
mengharamkan riba.Maka dari itu, jauhilah riba dan jangan sampai kita melakukun riba. Karena
sesungguhnya riba dapat merugikan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
NasrunHaroen, 2007, fiqhMuamalah, Jakarta : Gaya Media Pratama.
SuhendiHendi, 1997, FiqhMuamalah,Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.
Drs. GhufronIhsan. MA, 2008, FiqhMuamalat, Jakarta :Prenada Media Grup.
http://kacangturki.blogspot.com/2013/03/hukum-jual-beli-dalam-islam.html
http://www.Hukum-jual-beli-dalam-islam.com