Makalah Stroke Hemoragic
Makalah Stroke Hemoragic
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah penyebab kematian yang utama. Pola penyebab kematian di rumah sakit
yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa
stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS. Stroke merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global.
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat
ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah
penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk
usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat
menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian
stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi
kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Angka kejadian stroke memang meningkat seiring bertambahnya usia. Setiap
penambahan usia 10 tahun sejak usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Selain
itu,sekitar 5% orang Indonesia yang berusia diatas 65 tahun pernah mengalami setidaknya
satu kali stroke. Untuk usia lebih dari 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah
stroke, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Riskesdas, 2007). Prevalensi nasional stroke
adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Berdasarkan kasus diatas
maka penulis tertarik untuk membahas tentang perawatan klien dengan stroke sebagai bahan
makalah kelompok dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. H dengan Stroke
Hemoragic di lantai 7 A RS PON Jakarta.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke hemoragic.
2. Tujuan Khusus
1
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan stroke hemoragic
b. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan stroke
hemoragic
c. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan stroke hemoragic
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawata pada klien dengan stroke hemoragic
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan
stroke hemoragic
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang didapatkan dan menggunakan studi kepustakaan dari
literatur yang ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I
BAB II
pemeriksaan penunjang.
BAB III : Laporan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang terdiri dari perbandingan jurnal dengan teori dan praktek
BAB V
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena
insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan
oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari
tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma).
Menurut WHO. (2007) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai
dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.
Stroke terdiri dari 2 jenis yaitu : Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya
mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran otak non traumatic (Mansjoer 2007).
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tibatiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro Vasculer
Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah ke bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2008 ).
2. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
a. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
5) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.
d. Hypoksia Umum
1) Hipertensi yang parah.
2) Cardiac Pulmonary Arrest
3) Cardiac output turun akibat aritmia
e. Hipoksia setempat
1) Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
Faktor Resiko Tambahan
a. Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida. Meningginya kadar
kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya arteriosklerosis atau menebalnya
dinding pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah.
periode pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan
tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa
menunjukkan tanda dan gejala. Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma
atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus
wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi
tempat aneurisma. Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi
intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan
trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan
medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat aditif). Perdarahan biasanya arterial
dan terjadi terutama sekitar basal ganglia. Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat.
Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan
kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi
mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
Infark
Sub akut
Perdarahan
Sangat akut
Waktu
Bangun pagi
Lagi aktifitas
Peringatan
+ 50% TIA
Nyeri Kepala
Kejang
++
Kadang sedikit
+++
Kesadaran menurun
Gejala Objektif
Infark
Perdarahan
+/-
++
Kaku kuduk
++
Kernig
pupil edema
Perdarahan Retina
X foto Skedel
Angiografi
Kemungkinan pergeseran
Koma
Pemeriksaan Laboratorium
Darah pada LP
CT Scan.
glandula pineal
Oklusi, stenosis
Aneurisma
AVM. massa intra
Densitas berkurang
hemisfer/vasospasme.
Massa intrakranial densitas
bertambah.
Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Gejala
Timbulnya
PIS
Dalam 1 jam
PSA
1-2 menit
Hebat
Sangat hebat
Menurun
Menurun sementara
Umum
Sering fokal
+/-
+++
Hemiparese
++
+/-
+++
Nyeri Kepala
Kesadaran
Kejang
Tanda
rangsangan
Meningeal.
Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
1. Stroke hemisfer Kanan
a. Hemiparese sebelah kiri tubuh.
c. Penilaian buruk
d. Mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke
sisi yang berlawanan tersebut.
2. Stroke yang Hemifer kiri
9
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Disfagia global
Afasia
Mudah frustasi
6. Manifestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori)
a. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada
sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
b. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara
defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya)
c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-spasial,
kehilangan sensori
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
e. Disfungsi kandung kemih
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tidak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul
bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain
bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang
sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack
(TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah
menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic
defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif). Hal ini desebabkan gangguan aliran
darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke
inevolution.
d. Sudah menetap/permanent.
10
7. Komplikasi
Komplikasi utama pada stroke yaitu :
a. Hipoksia Serebral
b. Penurunan darah serebral dan Luasnya area cedera
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke
antara lain adalah:
a. Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan.
Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di
daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.
b. CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
c. EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah
yang mengalami gangguan.
d. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292).
9. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
11
arachnoid.
- Kelemahan,
kesemutan/kebas,
sisi
yang
terkena
terlihat
seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
13
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/
kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif,
global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral
7) Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
N
Diagnosa
O
Keperawatan
1 Bersihan Jalan
NOC
NOC:
v Respiratory status :
berhubungan
Ventilation
suctioning.
dengan:
Berikan O2 l/mnt,
- Infeksi, disfungsi
patency
metode
neuromuskular,
v Aspiration Control
hiperplasia dinding
napas dalam
Posisikan
menunjukkan keefektifan
memaksimalkan ventilasi
- Obstruksi jalan
14
pasien
untuk
kriteria hasil :
nafas, sekresi
v Mendemonstrasikan
tertahan, banyaknya
Auskultasi
dyspneu
(mampu
Berikan bronkodilator :
bronkus, adanya
mengeluarkan
sputum,
eksudat di alveolus,
di jalan nafas.
Berikan antibiotik :
DS:
yang
Atur
- Dispneu
mengoptimalkan keseimbangan.
DO:
- Penurunan suara
nafas
- Orthopneu
v Mampu
- Cyanosis
mengidentifikasikan
- Kelainan suara
mencegah
nafas (rales,
penyebab.
wheezing)
- Kesulitan berbicara
normal
- Batuk, tidak
normal
paten
(klien
faktor
tidak
dan
yang
suction
suara
intake
nafas,
untuk
catat
cairan
ada
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan
frekuensi dan irama
2
nafas
Perfusi jaringan
NOC :
NIC :
cerebral tidak
v Circulation status
v Monitor TTV
v Neurologic status
afinitas Hb oksigen,
penurunan
konsentrasi Hb,
Hipervolemia,
Hipoventilasi,
orientasi
gangguan transport
diharapkan
respon nerologis
v Tidak ada
DO
ortostatikhipertensi
merespon stimulus
- Gangguan status
v Komunikasi jelas
mental
v Menunjukkan konsentrasi
v Pertahankan parameter
- Perubahan perilaku
dan orientasi
hemodinamik
- Perubahan respon
motorik
- Perubahan reaksi
pupil
kepala
- Kesulitan menelan
- Kelemahan atau
paralisis ekstrermitas
- Abnormalitas
3
bicara
Ketidakseimbangan NOC:
a. Nutritional status:
Adequacy of nutrient
kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan b.
:
Yakinkan
diet
Ketidakmampuan
c. Weight Control
mengandung
untuk memasukkan
mencegah konstipasi
atau mencerna
keperawatan
selama.nutrisi kurang
faktor biologis,
yang
tinggi
dimakan
serat
untuk
psikologis atau
v Albumin serum
ekonomi.
DS:
v Hematokrit
- Nyeri abdomen
v Hemoglobin
- Muntah
gula darah
- Kejang perut
v Jumlah limfosit
DO:
- Diare
- Rontok
yang berlebih
- Kurang
nafsu
pada
klien
dan
makan
- Bising
Informasikan
berlebih
- Konjungtiva pucat
Intoleransi
NOC :
oval
NIC :
aktivitas
Berhubungan
v Toleransi aktivitas
dengan:
v Konservasi eneergi
keperawatan selama .
Kelemahan
menyeluruh
Ketidakseimbangan
Hasil :
Kaji
adanya
faktor
yang
menyebabkan kelelahan
v Monitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
v
Monitor
pasien
akan
adanya
Berpartisipasi
dalam
berlebihan
dengan kebutuhan
terhadap
dipertahankan.
nadi dan RR
DS:
Mampu
17
melakukan
Monitor
respon
aktivitas
kardivaskuler
(takikardi,
Melaporkan secara
verbal
secara mandiri
adanya
kelelahan
atau v
kelemahan.
Adanya
Keseimbangan
dan istirahat
dyspneu
atau
tepat.
ketidaknyamanan
saat beraktivitas.
DO :
Respon
tidur/istirahat pasien
sosial
aktifitas
Perubahan ECG :
aritmia, iskemia
18
Defisit perawatan
NOC :
NIC :
diri
Berhubungan dengan
: penurunan atau
Living (ADLs)
kurangnya motivasi,
keperawatan selama .
hambatan
lingkungan,
kerusakan
muskuloskeletal,
kerusakan
untuk
kebersihan
berhias,
diri,
toileting
dan
makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu
v Menyatakan kenyamanan
neuromuskular,
nyeri, kerusakan
melakukan ADLs
persepsi/ kognitif,
kecemasan,
sehari-hari
yang
normal
sesuai
Dorong
untuk
melakukan
secara
kelemahan dan
kelelahan.
Ajarkan
klien/
keluarga
untuk
DO :
mendorong
ketidakmampuan
untuk mandi,
ketidakmampuan
kemandirian,
untuk
untuk berpakaian,
sesuai kemampuan.
ketidakmampuan
Pertimbangkan
untuk makan,
mendorong
ketidakmampuan
sehari-hari.
untuk toileting
BAB III
TINJAUAN KASUS
19
usia
klien
pelaksanaan
jika
aktivitas
A. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Status Perkawinan
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Diagnosa medis
Tgl Masuk RS
Tanggal Pengkajian
: Ny. H
: Perempuan
: 50 Tahun
: Cawang, Jakarta
: Kawin
: Islam
:: IRT
: Stroke Hemoragic
: 11 September 2016
: 13 September 2016
B. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan 3 hari yang lalu tiba tiba pasien sulit dibangunkan dan
saat dibangunkan tidak bisa berbicara. Kemudian kondisi klien makin lama makin
menurun dan ada muntah sehingga keluarga langsung membawa pasien ke rumah
sakit, di RS dilakukan CT Scan terdapat sumber perdarahan. Pasien langsung
dilakukan operasi Craniotomi tanggal 11 September 2016.
D.Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut keluarga pasien mempunyai riwayat hipertensi yang tidak terkontrol,
riwayat DM disangkal.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut keluarga pasien, dalam keluarga tidak ada yang menderita stroke. Pasien
mempunyai riwayat Hipertensi. Tensi berkisar 180/90 s/d 200/110 mmHg. Riwayat
DM, Asma, Jantung di sangkal keluarga pasien.
F. Genogram
Keterangan :
Meninggal :
Pasien :
Laki- laki :
Perempuan :
20
Pasien menikah dan mempunyai 1 orang anak, pasien merupakan anak tunggal.
Kedua orang tua sudah meninggal dan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti
pasien.
G. Primary Suvey
1. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas berupa cairan, sputum atau benda asing.
2. Breathing
Respiratory rate
: 20
SPO2
: 99%
Suara nafas
: vesikuler
Irama nafas regular, tidak terdapat batuk, tidak ada retraksi dinding dada, tidak
menggunakan pernafasan cuping hidung.
3. Circulation
Suhu
: 37,1 C
TD
: 201/133 mmHg
MAP
: 137
HR
: 64 x/menit
Turgor kulit
: Baik
Mata
: Tidak cekung
E=2
M=3
V=3
Pupil :Isokor
5. Eksposure
Terdapat luka bekas kraniotomi di kepala (di temporal sepanjang 7 cm).
6. Fluid
Klien terpasang kateter no. 16 dengan jumlah urine 300 cc berwarna kuning jernih
7. Gastric
21
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, ada luka post kranotomi dikepala, rambut
berwarna putih, lurus, distribusi merata.
Palpasi : Tidak terdapat oedema
2. Mata
Inspeksi : Kedua mata klien simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor,
diameter kanan kiri 2mm/2mm, reaksi cahaya +/+.
3. Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris lengkap dan terdapat kedua lubang telinga, tidak
ada lesi, terdapat serumen, tidak terdapat pengeluaran darah atau cairan.
4. Hidung
Inspeksi : Posisi septum nasal simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak terdapat pengeluarean lender atau darah, terpasangoksigen 3 liter permenit
dengan nasal kanul dan terpasang NGT pada salah satu lubang hidung.
5. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, gigi klien tidak lengkap, mulut kotor.
6. Leher
Inspeksi : Leher Simetris, tidak terdapat jejas di leher
Palpasi : Tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat pembesaran kelenjaran
limfe, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7. Thorak
Inspeksi : Thoraks simetris, klien tidak menggunakan otot bantu nafas dan tidak
terdapat retraksi dinding dada, Respiratory Rate 20x/menit.
Palpasi : Gerakan paru saat inspirasi dan ekapirasi sama, tidak terdapat massa,
tidak terdapat fraktur pada daerah thorak,
Perkusi : Perkusi paru resonan
Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan, bunyi nafas vesikuler
8. Jantung
22
klien beraktivitas
normal.
Selama dirawat di rumah sakit untuk memenuhi activity daily living dibantu oleh
perawat dan keluarga.
5. Pola Istirahat : Tidur
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa tidur pukul 21.00 05.00.Klien biasa tidur siang.
6. Pola Peran Hubungan
Keluarga klien mengatakan, klien mempunyai hubungan yang baik dengan
keluarga,
7. Pola seksual dan reproduksi
Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki keluhan di organ reproduksinya.
8. Pola koping dan toleransi terhadap stress
Keluarga klien mengatakan bahwa klien adalah orang yang dapat mengontrol
emosinya.
9. Pola nilai kepercayaan
Keluarga klien mengatakan agama yang dianut keluarga dan klien adalah Islam.
Sewaktu masih sehat pasien rajin melaksanakan ibadah.
10. Gaya Hidup
Klien jarang berolahraga
J. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium 11 September 2016
Pemeriksaan
Glukosa sewaktu
Urea
Kreatinin
Cholesterol
HDL Cholesterol
LDL Cholesterol
Trigliserida
SGOT
SGPT
Asam urat
Hasil
138
17
1,08
293
58
395
129
19
10
5,0
24
Satuan
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
u/L
u/L
mg/dl
Nilai normal
70-140
10-50
0,5-1,2
50-250
0-55
0-150
0-150
0-37
0-42
3,4-7
K
Na
Cl
HbsAg
Pemeriksaan
3,3
145
113
-
mmol/L
mmol/L
mmol/L
3,4-5,4
135-155
95-108
Negatif
Hasil
Satuan
Nilai normal
WBC (Leukosit)
RBC (Red Blood Cell)
7,36
4,47
10 /UL
106 /UL
HB
10,0
gr/dl
HCT (Hematokrit)
37,0
PLT (Trombosit)
356
103/UL
4,8-10,8
P : 4,7 6,1
W : 4,2-5,4
P : 14-18 gr/dl
W : 12-16 gr/dl
P : 42-52 %
W : 37-47%
150-400
Hasil
Kuning
Jernih
1017
5,5
-
Nilai Normal
Kuning Muda-Kuning
Jernih
1015-1030
4,0-7,8
-
1
3
1
-
1
0-5/LPB
0-2/LPB
-
2. Hasil CT SCAN
Tampak Lesi hyperdens intraventrikell lateral bilateral terutama dextra
dengan HU 44-55. Ventrikel lateral dan ventrikel III relative melebar sinetris. Tak
tampak devisiasi Struktur mediana
Kesan : Intraventrikuler Haemorhage
3. Hasil EKG
Sinus Rhytme
25
4. Terapi obat
Nama
Komposisi
Indikasi
Dosis
obat
Ceftriaxon
Sanmol
ceftriaxone sodium
setara dengan
ceftriaxone 1,0 g
Paracetamol
1x2gr
2x1
Citicolin
Lapibal
Mecobalamin
lansia
Neuropati perifer, tinitus, vertigo,
2 x 500
mg
2x500 mg
Micardipin
Drip
5 mg/jam
NaCl 0,9 %
adarurat
Perbaikan kebutuhan cairan &
500 cc /
12 Jam
pasca operasi.
26
5.
Pathway Kasus
Hipertensi
Ruptur pembuluh darah serebral
Hemoragik serebral
Penambahan masssa
Edema & TIK meningkat
Pada cerebellum
Deficit motoric
Gerakan inkoordinasi
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan ADL
Pada serebrum
Gangguan sensori peresepsi
Gangguan perfusi serebral
Pengecapan menurun
Analisa Data
DPD
Analisa data
Data Subyektif : -
Etiologi
Gangguan aliran
Masalah
Ketidakefektifan
Data Obyektif :
perfusi jaringan
cerebral
serebral
V:3
M :3
Data Subyektif : -
Penurunan
Defisit Perawatan
Data Obyektif :
Kesadaran
Diri Total
Data Subyektif :
Kerusakan
neurovaskuler
Kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Data Obyektif :
a. Klien mengalami penurunan kesadaran
b. Tingkat kesadaran : Somnolen GCS :
E2 V3 M3
c. Terpasang NGT
d. Bising usus 8 x/menit
e. Turgor kulit baik
f. WBC 7,36 Ribu/ul
g. RBC 4,47 Juta/ul
h. HGB 10,0 g/dl
i. Ht 30,0 %
j. PLT 356 ribu/ul
k. TB/BB : 160cm / 47 KG
L.
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d gangguan aliran arteri atau vena cerebral
2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kerusakan neurovaskuler
3. Defisit perawatan diri total b/d penurunan kesadaran
Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan
Ketidakefektifan
NOC :
NIC :
perfusi jaringan
Circulation status
a. Monitor TTV
b. Monitor GCS, ukuran pupil,
cerebral
berhubungan
dengan gangguan
diharapkan ketidakefektifan
vena cerebral
Gangguan
reaksi +/+
c. Bebas dari aktivitas kejang
d. Tingkat kesadaran apatis
NOC:
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
nutrient
kurang dari
kebutuhan tubuh
dibutuhkan pasien
berhubungan
dengan kerusakan
neurovaskuler
Defisit perawatn
diri total
Living (ADLs)
berhubungan
dengan Penurunan
kesadaran
toileting
dan
makan.
3. Sediakan bantuan sampai
klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care.
4. Libatka keluarga dalam
pemenuhan
kebutuhan
pasien
N.
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
TT
D
1.
Ketidakefektifan
perfusi
1. Memonitor TTV
cerebral
S=-
aliran
atau
cerebral
Vital Sign
BP : 190/100 mmHg
HR : 89x/ m
T : 36,9 C
RR : 22x/m
Pupil isokor Diameter
2 : 2 reaksi +/+
Output Urine = 100 ml
O2 3 liter/menit
Kesadaran Somnolen
GCS E2, V3, M3
Therapy farmakologi
telah
dilaksanakan
Methylprednisolone 125mg.
pupil,
kesimetrisan,
dan
reaksi.
3. Pantau
perubahan
tingkat
kesadaran
pasien.
2
berhubungan
dengan
kesadaran
Penurunan
dan
wangi
setelah
diri,
berpakaian,
berhias,
dilakukan
personal
hygiene.
klien Pasien tampak belum
melakukan self-care.
Gangguan
pemenuhan
kurang
nutrisi
dari
care.
S:-
O : - Terpasang NGT
muntah
kkal
kerusakan
neurovaskuler
5.Memberikan
makan
dengan diit
47 KG
- Hb : 10 g/dl
6. Monitot Hb, Ht
- Ht : 30 %
kekeringan jaringan
konjungtiva
Masalah
Belum
Teratasi
P : - Monitor intake
output
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan
Ketidakefektifan
perfusi 1. Memonitor TTV
2. Memonitor SPO2,
jaringan cerebral berhubungan
ukuran pupil, ,
dengan gangguan aliran arteri
kesimetrisan dan
atau vena cerebral
reaksi
3. Mencatat
perubahan pasien
dalam merespon
stimulus
4. Memonitor status
cairan
5. Memantau tingkat
kesadaran pasien.
TT
Keperawatan
S=-
O=
Vital Sign
-BP : 200/90 mmHg
-HR : 92x/ m
-T : 37,2 C
-RR : 20 x/m
Pupil isokor ukuran
2 : 2 reaksi +/+
Input IVFD NaCl 500
ml/12 jam
Output Urine = 150
ml
O2 3 liter/menit
Kesadaran Somnolen
GCS E3, V2, M2
A=
Masalah belum teratasi
P=
Lanjutkan intervensi
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2 ,
ukuran
pupil,
kesimetrisan,
dan
reaksi.
3. Pantau perubahan
tingkat
kesadaran
pasien.
2
dengan
oral S = -
hygiene
2. Melibatkan anggota
O=
Pasien tampak bersih
keluarga dalam
perawatan pasien
setelah
dilakukan
oral; hygiene
ADL dengan bantuan
A = Masalah teratasi
sebagian
P=
Lanjutkan
Intervensi.
ADL
pasien
O : - Terpasang NGT
3.Monitor
kkal
adanya
Monitor
Intake
47 KG
nutrisi
- Hb : 10 g/ dl
5.Memberikan makan
- Ht : 30 %
pucat,
kemerahan,
Teratasi
kekeringan jaringan
output
konjungtiva
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan
perfusia.
Implementasi
Keperawatan
Memonitor TTV
S=
Evaluasi
TT
Keperawatan
Memonitor SPO2,
O=
MAP 113
HR 94 x/menit
RR 27 x/menit
SPO2 98%
Pupil isokor ukuran 2 :
kesimetrisan dan
reaksi
c.
Memonitor tonus
otot pergerakan.
2 reaksi +/+
Kekuatan otot
d. Catat perubahan
pasien dalam
merespon stimulus
e.
Memonitor status
cairan
f.
Mengkaji adanya
perubahan tingkat
kesadaran
eks.
Lanjutkan
intervensi
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2,
ukuran
pupil,
kesimetrisan,
dan
reaksi.
3. Kaji kekuatan otot
4. Pantau perubahan
tingkat
2
Defisit
perawatn
diri
berhubungan
Penurunan Kesadaran
totala.
Melakukan
dengan hygiene
kesadaran
pasien.
oral S = O=
Pasien tampak bersih
pada baian mulut
setelah
dilakukan
oral hygiene
Pasien belum bisa
melakukan self care
secara mandiri.
A = Masalah teratasi
sebagian
P
Lanjutkan
Intervensi
1. Bantu Pasien dalam
3
penurunan BB
2.
Monitor
turgor
kulit
Mual dan muntah
Monitor
Intake
nutrisi
5.
3. Monitor adanya
4.
O : - Terpasang NGT
sesuai Teratasi
dengan diit
6. Monitot Hb, Ht
P : - Monitor intake
output
BAB IV
PEMBAHASAN
Stroke adalah penyebab kematian yang utama.Pola penyebab kematian di rumah sakit
yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa
stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS.Stroke merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global.
Kelompok melakukan tahap pengkajian antara lain : Identitas klien, riwayat keperawatan,
keluhan utama, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan suatu
diagnosa.
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut di interpretasikan
dan di analisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Kemudian penulis
menentukan dan menegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu : Ketidakefektifan perfusi
jaringan
cerebral
berhubungan
dengan
gangguan
aliran
arteri
atau
vena
cerebral,
yang tidak bisa dilaksanakan karena minimnya waktu yang diberikan dan sarana yang kurang
memadai.Walaupun demikian dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis mendapat
hambatan dan kesulitan yang berupa intervensi yang diberikan hanya Tiga hari saja.
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada klien dengan stroke, terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul
diantaranya adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, hambatan mobilitas fisik, dan defisit perawatan diri.Untuk
diagnosa hambatan mobilitas fisik, salah satu implementasi yang dapat dilakukan adalah
dengan latihan rentang gerak atau Range of Motion (ROM).Untuk pasien dengan penurunan
kesadaran dapat dilakukan ROM pasif, dan untuk pasien yang tidak mengalami penurunan
kesadaran, dapat dilakukan ROM aktif.
B. Saran
Dalam kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran saran sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya lebih proaktif, cepat dan tanggap dalam menghadapi segala situasi dan kondisi
yang dihadapi baik dalam teori atau kasus lapangan, khususnya pada proses kegawat
daruratan.
2. Lahan Praktek
Diharapkan pada lahan lebih meningkat pelayanan.
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan klien dengan stroke, perawat dapat
mengimplementasikan ROM, minimal 2 kali dalam sehari.
b. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke, perawat dapat
mengimplementasikan merubah posisi pasien secara berkala, dengan minimal 2 jam
sekali.
3. Institusi Pendidikan
Dapat membimbing dalam proses pembuatan asuhan keperawatan khususnya pada kegawat
daruratan dengan sabar dan teliti serta memotivasi para mahasiswa dalam segi mental dan
spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1, Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Smeltzer,S.C& Bare,B.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Jakarta : EGC
Sudoyo,W.et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Edisi 4.Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Wilkinson, JM & Ahern,N. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Intervensi NIC, kriteria
hasil NOC.Edisi 9.Jakarta : EGC
Kristyawati, et al. 2011.Efektivitas Range of Motion (ROM) : Aktif Asistif : Spherical Grip
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstrimitas Atas pada Pasien Stroke di
RSUD Tugurejo Semarang.
Santana,A&Fathi, A 2005. Pemenuhan Mobilisasi Pada Pasien Post Stroke Di Ruang Unit
Stroke Rumah Sakit UmumDr. Pirngadi Medan.