b.Viskositas.
Setelah berlikuefaksi, ejakulat akan menjadi cairan homogen yang agak pekat, yang
dapat membenang kalau dicolek dengan sebatang lidi. Daya membenangnya dapat
mencapai 3 10 cm. Makin panjang membenangnya, makin tinggi viskositasnya.
Pengukuran viskositas sperti ini sangat subyektif. Pengukuran viskositas yang lebih tepat
ialah dengan pipet Eliasson, volumnya 0,1 ml, kemudian tekanan hisapnya dilepaskan.
Waktu yang diperlukan sejak tekanan isapnya dilepas sampai menjatuhkan setetes air mani
dicatat dengan stopwatch. Viskositas normal memerlukan waktu 1 2 detik. Viskositas
tinggi lebih dari 5 detik.
d.Volume.
Setelah abstinensi selama 3 hari, volum air mani berkisar antara 2,0-5,0 ml. Volum
kurang dari 1 ml atau lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar spermatozoa rendah. Pada
volum kurang dari 1,5 ml sesungguhnya baik untuk dilakukan inseminasi buatan suami
(IBS), karena volum yang kurang itu tidak akan cukup untuk menggenangi lendir yang
menjulur dari serviks.
e.PH.
Air mani yang baru diejakulasikan pH-nya berkisar antara 7,3-7,7, yang bila
dibiarkan lebih lama, akan meningkat karena penguapan CO2-nya.
f.Fruktosa.
Fruktosa air mani adalah hasil vesikula seminalis, yang menunjukkan adanya
rangsangan androgen. Fruktosa ada pada semua air mani, kecuali pada :
-
Setiap air mani yang azoospermia harus diuji secara rutin akan adanya fruktosa. Dengan
jalan ini setiap kecurigaan tidak adanya vasa dapat lebih diyakinkan, tanpa harus
melakukan eksplorasi skrotum. Ada tidaknya koagulasi, segera setelah ejakulasi harus
diperiksa dalam 5 menit setelah ejakulasi.
.Pencegahan infertilitas
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengobati infeksi di organ reproduksi. Ada berbagai jenis infeksi diketahui
menyebabkan infertilitas seperti infeksi prostat, testis / buah zakar, maupun
saluran sperma.
2. Menghindari rokok. Rokok mengandung zat-zat yang dapat meracuni pertumbuhan,
jumlah dan kualitas sperma.
3. Menghindari Alkohol dan zat adiktif. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan
dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan mengganggu
pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab
gangguan pertumbuhan sperma.
4. Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti obat darah tinggi, dll
Pemeriksaan laboratorium bagi pria yang umumnya dilakukan:
1. Analisa sperma
Jika tidak ada keluhan yang spesifik terhadap organ reproduksi dari Istri dan
suami, pemeriksaan yang paling mudah adalah melakukan analisis sperma. Dari
hasil analisis tersebut dapat diketahui tingkat kesuburan seorang pria.
Tapi, jika spermanya relatif normal atau normal setelah dua kali pemeriksaan
dalam waktu yang berbeda, fokus pemeriksaannya ditujukan pada istri.
Jika analisis sperma tidak baik dan penyebabnya adalah pelebaran pembuluh darah
(varikokel), maka akan ditanggulangi oleh dokter spesialis urologi.
dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Inseminasi ( IUI = Intra Uterine Insemination) dan Gamete
Intra Fallopian Transfer (GIFT), sedangkan yang Extra-Corporeal dapat dibagi 4, yaitu :
Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT), Tuba Embrio Transfer (TET), In Vitro Fertilization
(IVF) dan Assisted fertilization : Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI).
Pengobatan infertilias pada pria bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari terapi
hormonal, pembedahan, hingga inseminasi dan fertilisasi in-vitro.
Ada tiga cara, yakni pengobatan non hormonal, hormonal dan melalui pembedahan.
Terapi non hormonal dilakukan bila diketahui bahwa hormonnya tidak bermasalah.
Bantuan yang umum dilakukan adalah dengan inseminasi dan fertilisasi in-vitro (bayi
tabung).
Fertilisasi in-vitro (bayi tabung) merupakan salah satu alternatif yang banyak
dipilih pasangan bermasalah. Ini adalah teknik pembuahan di luar tubuh
perempuan, yakni di mana pertemuan sel telur dengan sperma terjadi di dalam
gelas petri dan dimasukkan dalam inkubator. Prosesnya adalah dengan
memindahkan sel telur dan sperma yang telah terseleksi ke dalam sebuah media
cair. Setelah berinkubasi selama dua hari, telur yang berhasil dibuahi disuntikkan
ke rahim. Biayanya sekarang sudah lebih murah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, tahun 2005. Ilmu Kandungan Edisi
Kedua, Cetakan Keempat, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.