BAB 3
LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
3.1
Merak, diketahui bahwa supply chain management yang ada belum dapat
menciptakan kriteria optimal yang perusahaan harapkan agar proses aliran barang
dari hulu ke hilir dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Berikut ini adalah kriteria
optimal yang perusahaan inginkan:
1. Mengoptimalkan sistem supply chain management perusahaan saat ini
49
memaksimalkan aliran barang dari hulu ke hilir. Adapun hal-hal yang berhubungan
dengan sistem supply chain management yang akan dirancang sebagai berikut:
1. Dengan metode analisis 3 tahapan menurut Fred R. David (analisis
SWOT) dan analisis Porter maka perusahaan dapat mengidentifikasikan
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta posisi persaingan dalam
perusahaan serta membantu perusahaan dalam menyiapkan rencana
strategi perusahaan.
2. Menggunakan distributor yang dapat mencakup seluruh pasar potensial di
Indonesia agar dapat mengoptimalkan aset, menghemat biaya transportasi
dan sumber daya manusia serta memperluas jaringan distribusi
3.3
3.3.1
Proses Formulasi
50
51
adalah 4,0 dan terendah adalah 1,0. Total skor 4,0 mengindikasikan bahwa
perusahaan merespons peluang yang ada dengan cara yang luar biasa dan
menghindari ancaman-ancaman di pasar industrinya. Total skor sebesar 1,0
menunjukkan strategi-strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluangpeluang atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.
(2) Matriks Evaluasi Faktor Internal
Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu
tabel Evaluasi Faktor Internal disusun untuk merumuskan Strength (kekuatan) and
Weakness (Kelemahan) perusahaan. Alat perumusan strategi ini menyimpulkan
dan mengevaluasikan kekuatan dan kelemahan yang besar dalam daerah-daerah
fungsional perusahaan, dan juga untuk memberikan suatu basis bagi
pengidentifikasian dan pengevaluasian hubungan di antara daerah-daerah
tersebut. Sama dengan matriks EFE yang dijelaskan terdahulu, matriks IFE dapat
dikembangkan dalam lima tahap, yaitu :
i. Buatlah daftar critical success factors seperti yang diidentifikasikan pada
proses audit internal sekitar sepuluh sampai dua puluh faktor internal,
termasuk faktor kekuatan dan kelemahannya. Buat secara spesifik, gunakan
alat statistik seperti persentase, rasio, dan angka komparatif.
ii. Beri bobot nilai antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting) bagi
masing-masing faktor. Nilai bobot menunjukkan kepentingan relatif dari
faktor tersebut untuk menjadi sukses dalam industri perusahaannya. Faktor-
52
faktor yang dipertimbangkan untuk memiliki peran yang paling besar pada
prestasi organisasi diberi nilai tertinggi demikian pula sebaliknya. Jumlah
seluruh bobot harus 1,0.
iii. Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor untuk
menunjukkan apakah faktor tersebut memiliki kelemahan yang besar (rating =
1), kelemahan yang kecil (rating = 2), kekuatan yang kecil (rating = 3) dan
kekuatan yang besar (rating = 4). Jadi sebenarnya, rating mengacu pada
perusahaan sedangkan bobot mengacu pada industri di mana perusahaan
berada.
iv. Kalikan bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan
skornya.
v. Jumlahkan total skor masing-masing variabel. Nilainya merupakan nilai bagi
organisasi tersebut dart sisi matriks IFE. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika
nilainya di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah,
sedangkan nilai di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti
halnya matriks EFE dan IFE terdiri atas sepuluh sampai dua puluh faktor
utama. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot karena
selalu berjumlah 1,0.
(3) Matriks Competitive Profile (CPM)
CPM digunakan untuk mengidentifikasi para pesaing utama perusahaan
mengenai kekuatan dan kelemahan utama mereka dalam hubungannya dengan
53
posisi strategis perusahaan. Bobot, Rating, dan Skor baik pada CPM maupun
matriks IFE memiliki maksud yang sama. Kedua analisis tersebut berfokus pada
faktor internal. Akan tetapi, bagaimanapun juga ada beberapa perbedaan penting
antara IFE dan CPM. Pertama, critical success factors yang ada dalam CPM
lebih luas, akan tetapi tidak mencakup data yang spesifik dan aktual, bahkan
berfokus pada pengeluaran-pengeluaran internal yang berbeda dari pada IFE.
Critical success factors yang berada dalam CPM juga tidak dikelompokkan ke
dalam kekuatan dan kelemahan sererti yang berada dalam IFE. Dalam CPM,
rating dan skor bagi perusahaan-perusahaan saingan dapat dibandingkan dengan
perusahaan yang diteliti.
54
tertimbang dapat diperoleh dengan beberapa cara. Berikut ini adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam menentukan rating, bobot, dan skor rata-rata
tertimbang.
Rating yang didapat dari semua responden pada masing-masing variabel,
dijumlahkan
kemudian
dibagi
sesuai
dengan
banyaknya
reponden,
untuk
mendapatkan rating rata-rata. Dengan teknik ini, akan didapat rating rata-rata untuk
setiap variabel pada jenis matriks EFE, IFE, dan CP.
Bobot dicari dengan cara meminta responden untuk mengisi kolom tingkat
kepentingan pada matriks EFE, IFE, dan CP. Tingkat kepentingan yang didapat dari
semua responden pada masing-masing variabel, dijumlahkan kemudian dibagi sesuai
dengan banyaknya reponden, untuk mendapatkan tingkat kepentingan rata-rata.
Dengan teknik ini, akan didapat tingkat kepentingan rata-rata untuk setiap variabel
pada jenis matriks EFE, IFE, dan CP. Tingkat kepentingan rata-rata untuk setiap
variabel dalam sebuah jenis matriks, kemudian dibagi dengan penjumlahan tingkat
kepentingan rata-rata pada sebuah jenis matriks tersebut. Dari hasil pembagian
tersebut, akan didapat bobot rata-rata untuk setiap variabel.
Untuk mendapatkan skor rata-rata tertimbang untuk setiap variabel, kalikan
rating rata-rata untuk setiap variabel dengan bobot rata-rata untuk setiap variabel.
Kemudian jumlahkan skor rata-rata tertimbang untuk setiap variabel yang berada
pada sebuah jenis matriks yang sama, untuk mendapatkan total skor rata-rata untuk
sebuah jenis matriks. Sehingga akan didapat 3 buah total skor rata-rata untuk, yakni
55
56
57
sebelah kiri atas). Keempat sel strategi berlabelkan SO, WO, ST dan WT, yang
dikembangkan setelah melengkapi keempat sel untuk faktor kunci yang berlabelkan
S, W, O, dan T.
(a) Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Srategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Perusahaan berharap berada
pada posisi di mana kekuatan internal yang ada dapat digunakan untuk meraih
peluang-peluang dari kejadian maupun kecenderungan yang ada di luar. Pada
umumnya perusahaan berusaha untuk melaksanakan strategi WO, ST, atau WT
agar mereka dapat menerapkan strategi SO. Jika perusahaan memiliki banyak
kelemahan, maka mau tidak mau perusahaan akan berusaha agar ia dapat
mengatasinya dan membuatnya menjadi kuat. Jika menghadapi banyak ancaman,
perusahaan akan berusaha menghindarinya dan lebih berkonsentrasi pada
peluang-peluang.
(b) Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman. Strategi ST berusaha agar perusahaan mampu menghindari
atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti
bahwa perusahaan yang tangguh harus selalu mendapatkan ancaman. Perusahaan-
58
59
60
Menengah
Rendah
1,001,99
2,00-2,99
3,00
2,00
1,00
Tinggi
3,00-4,00
II
III
IV
VI
VII
VII
IX
3,00
Menengah
2,00-2,99
2,00
Rendah
1,00-1,99
1,00
Sumber: Fred R. David (2009, p344)
Internal-External (IE) Matrix memposisikan divisi-divisi dalam perusahaan
ke dalam matriks yang terdiri atas 9 sel. IE Matriks terdiri atas dua dimensi, yaitu:
Skor total dari matriks IFE pada sumbu X dan skor total dari matriks EFE pada
sumbu Y. Perlu diingatkan kembali bahwa masing-masing divisi perusahaan harus
membentuk matriks IFE dan matriks EFE. Ukuran dari tiap lingkaran juga
memperlihatkan persentase kontribusi pendapatan (sales) dari tiap-tiap divisi, dan pie
61
62
Kuadran 1
63
Kuadran 3
Kuadran 4
64
65
66
Alternatif Strategi
Faktor Kunci
Bobot
Strategi 1
Strategi 2
AS
AS
TAS
TAS
67
faktor tertentu. Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 =
agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. Berikan tanda minus
jika faktor kunci tidak memiliki dampak terhadap strategi.
5. Hitung total nilai daya tarik (Total Attractive Skors-TAS)
TAS didefinisikan sebgai produk dari pengalihan bobot dengan nilai daya
tarik dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya
tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi. Semakin tinggi total nilai
daya tarik semakin menarik alternatif strategi tersebut (dengan hanya
mempertimbangkan faktor keberhasilan kunci tersebut).
6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik
Tambahkan TAS dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM.
Pemjumlahan TAS mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari
setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang
lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang
relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.
3.4
tahapan menurut Fred R. David dan analisis Porter dalam mengidentifikasikan kondisi
persaingan bisnis sehingga dapat dirancang sistem supply chain management yang
sesuai dengan keadaan persaingan perusahaan saat ini.
Berikut adalah kriteria yang akan digunakan dalam setiap metode analisis:
1. Untuk membantu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen, penulis
menganjurkan agar perusahaan melakukan perubahan terhadap sistem supply
chain management.
68