politik berubah dan memengaruhi sikap pemerintah dan fraksi-fraksi di DPR. Gagasan
pilkada perwakilan berubah menjadi pilkada langsung. Melalui proses yang panjang
dan penuh dinamkika politik yang mengikutinya akhirnya pemerinytah dan DPR
sepakat menetapkan UU No. 8 tahun 2015 tentang perubahan atas UU No. 1 tahun
2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti UU No. 1 tahun 2014 tentang
pemilihan gubernur, bupati dan walikota menjadi Undang-undang. Proses penetapan
UU No. 8 tahun 2015 yang didahului oleh Perpu No. 1 tahun 2014 sebagai ganti dari
UU No. 22 tahun 2014 berlangsung alot dan penuh liku-liku, tarrik ulur kepentingan
politik membuat UU tersebut menghadapi banyak masalah dalam pelaksanaanya atau
bisa disebut dengan kebuntuan jalan demokrasi.
2. Analisis alasan / penyebab seringnya Yudisial Review UU. No. 8 tahun 2015
Seringnya yudisial riview terhadap UU No. 8 tahun 2015 tidak terlepas dari
proses pembuatan Perda yang begitu singkat sehingga banyak yang jelas tidak
diperhintungkan secara mendalam terkait dengan benturan peraturan maupun
perundang-undangan lainya. Disamping itu juga yudisial review terhadap UU tersebut
jelas tidak terlepas dari kepentingan-kepentingan politik tertentu yang merasa
dirugikan atau terhambat oleh UU No. 8 tahun 2015 tersebut. Misalnya ada beberapa
contoh yang kemudian dalam UU No. 8 tahun 2014 dianggap bertentangan dengan
UUD 1945 sepeti bahwa setiap warga negara berhak memilih dan dipilh berdasarkan
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, hal ini MK memutuskan
menganulir pasal 7 huruf g UU No. 8 tahun 2015 tentang pilkada yang akhirnya
memperbolehkan mantan narapidana menjadi kandidat dalam pilkada dengan syarat
yang bersangkutan mengumumkan kepublik secara terbuka dan jujur bahwa ia mantan
narapidana. Juga ketentuan diperbolehkanya keluarga petahana maju dalam [pilkada
tanpa harus menunggu jeda satu kali jabatan tentang pilkada karena dianggap
bertentangan dengan UUD 1945. Perihal lain dalam UU No. 8 tahun 2015 yang
banyak di perdebatkan dan dipertentangkan adalah soal ketentuan bagi PNS, Anggota
DPR, anggota DPD dan Anggota DPRD yang mencalonkan diri wajib mundur setelah
secara resmi ditetapkan oleh KPU baik Provinsi maupun Kabupaten.