Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SERVIKS


Leher Rahim merupakan bagian dari alat reproduksi yang sering ditumbuhi kanker.
Leher rahim terletak dibagian bawah rahim. Tugasnya adalah membantu jalannya sperma dari
vagina menuju rahim. Leher rahim mengeluarkan jenis lender tertentu dengan tugas yang
berbeda-beda. Jenis-jenis lender itu berada dalam daerh yang berbeda-beda.
Jenis-jenis lendir yang ada didalam leher Rahim adalah:
a) Lendir daerah L, lendir ini menyebabkan rasa basah serta lengket. Tugasnya
menghancurkan sperma yang bermutu rendah dan membentuk jaringan untuk
mendukung daerah lender S dan P.
b) Lendir daerah G, lendir daerah G adalah gestagenik yang begitu pekat dan tidak
dapat ditembus. Terbentuk dibagian bawah leher Rahim. Lendir ini menghalangi
sperma masuk kedalam leher Rahim. Tugasnya melindungi sistem reproduksi
wanita dari infeksi.
c) Lendir daerah F, lendir daerah F berasal dari daerh se-sel yang tersebar
disepanjang leher Rahim dan belum diketahui fungsinya.
d) Bulir-bulir Z, enzim dalam bulir-bulir Z ini bergabung dengan lender P. dan
mempunyai tugas yaitu menghasilkan sifat zat cair.
e) Lendir daerah S, lendir ini menimbulkan rasa basah dan licin pada vulva.
Tugasnya membentuk benang-benang yang menjadi saluran transportasi bagi sel
sperma.
f) Lendir daerah P, pada lender P terdiri dari beberapa sub jenis lendir yaitu:
Lendir P2, dpat muncul dalam masa subur dan mempunyai peran

mencairkan lender.
Lendir P6, kebanyakan terdapat dibagian atas leher rahim,tugasnya
membantu sperma serta menimbulkan rasa basah dan licin pada vulva

2.2 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.2.1 DEFENISI
Kanker adalah istilah umum yang mencaKup setiap pertumbuhan maligna
dalam setiap bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit, dan
berkembang dengan mengorbankan manusia sebagai hospesnya (Hinchliff, 1999).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya.
Kanker cerviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
cerviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker
cerviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.(Nada, 2007)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997)
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang
abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah
keganasan.
Kanker serviks

adalah suatu

proses

keganasan yang terjadi

pada

servik,sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagai mana


mestinya (sukaca E,bertiani : 2009)
2.2.2 KLASIFIKASI PERTUMBUHAN SEL KANKER SERVIKS

A. Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh
tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior
serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini
mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke
forniks,

posterior

dan

anterior

ke

korpus

uteri

dan

parametrium.

Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi


berubah bentuk menjadi ulkus.
B. Markroskopis
1.Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

3. Stadium setengah lanjut


Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
Klasifikasi menurut FIGO (Federation Internationale de Gynecologic et Obstetrigue),
1988:
Tingka

Kriteria

t
Karsinoma Pra invasif
0
Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel.
Karsinoma Invasif
I
Ia

Proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uteri tidak dinilai).


Karsinoma serviks preklinis hanya dapat didiagnostik secara
mikroskopis, lesi tidak lebih dari 3 mm atau secara mikroskopik
kedalamannya > 3-5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak lebih

Ib
II

dari 7 mm.
Lesi invasif > 5, dibagi atas lesi < 4 Cm dan > 4 Cm.
Proses keganasan telah keluar dari serviuks dan menjalar ke 2/3
bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai

II a

dinding panggul.
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat

II b

tumor.
Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai

III

dinding pangguL
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai

III a

dinding panggul.
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina namun tidak sampai ke dinding

III b

panggul.
Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada

IV

tingkat I atau II tetapi sudah ada gangguan faal ginjal/hidronefrosis.


Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi)

IV a
IV b

atau telah bermetastasis keluar panggul atau ketempat yang jauh.


Telah bermetastasis ke organ sekitar.
Telah bermetastasis jauh.

2.2.3 ETIOLOGI
A. Faktor pasangan
a. Hubungan seksual pada usia muda
Faktor resiko ini merupakan faktor utama. Semakin muda seseorang
perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resikonya untuk terkena
kanker serviks (melakukan hubungan seks diusia < dari 17 tahun)
b. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
B. Faktor individu
a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian
menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30an tahun yang sexually
active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva).
Hal ini terdeksi menggunakan penelitian molecular, dimana pada 99,7%
wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV merupakan
penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi ganas).
b. Faktor etologik
Penelitian saat ini memang menfokuskan virus sebagai sebagai penyebab
penting kanker leher rahim .sebab infeksi protozoa ,jamur dan bakteri tidak
potensial onkogenik .Tidak semua virus memang dapat menyebabkan
kanker.Namun paling penting dalam kejadian kanker pada binatang
.Sepertignaya

diantaranya

adalah

golongan

virus

DNA.Pada

proses

karsignogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan
DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel .
c. Perubahan fisiologik epitel serviks
Jaringan epitel serviks ada 2 jenis yaitu : epitel skuamosa dan epitel kolumnar.
Kedua epitel ini dibatasi oleh sambungan skuamosa- kolumnar (SSK). Pada
wanita dengan seksualitas tinggi maka SSK terletak di ostium eksternum akan
mengalami perubahan fisiologis akibat pH yang rendah dan biasanya dijumpai
pada masa pubertas.
d. Perubahan neoplastik epitel serviks

Proses terjadinya ca servik berkaitan erat dengan proses metaplasia. Akibat pH


rendah maka bahan- bahan pemicu kanker dapat bermutasi dan dapat
mengubah sel aktif metaplasia. Ini menimbulkan sel- sel berpotensi ganas.
e. Merokok
Tembakau dalam rokok merupakan bahan pemicu karsinogenik paling baik.
Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic
nitrosamines.tembakau tembakau dapat merusak sistem kekebalan dan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
f. Penggunaan celana ketat
Celana ketat dapat menghambat pernapasa daerah vulva dan vagina
g. Umur
Pada usia 35 55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker
mulu lahir,karena pada usia ini bagian tubuh akan mengalami kemunduran
sehingga kemungkinan mudah mengalami infeksi .
h. Paritas
Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup atau viable .paritas yang berbahaya adalah dengan memilki
jumlah anak lebih dari dua orang atau jarak persalinan terlalu dekat .
i. Usia wanita saat menikah
Wanita seharusnya menikah pada usia benar benar matang jika menikah pada
usia yang belum matang sel rahim juga belum matang dan rentan terhadap zat
kimia yang di bawa oleh sperma ,hal ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker
.
C. faktor resiko
a. Makanan
Makanan yang mungkin menungkatkan resiko terjadi nya kanker serviks pada
wanita adalah makanan yang rendah : beta karoten ,retinol (vit A ) ,vit C ,dan
vit E. sedangkan makanan yang berkhasiat untuk mencegah kanker adalah
bahan bahan anti oksidan seperti : alvokat ,brokoli ,kol ,wartel ,jeruk
,anggur ,bawang ,dan tomat .
b. Gangguan sistem kekebalan
Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh) dapat terjadi peningkatan
terjadinya kanker servik .
c. Pemakaian kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 th lebih)
meningkatkan resiko kanker rahim sebanyak 2 kali. Hal ini disebabkan oleh
pil Kb dapat menimbulkan beberapa efek atau gangguan pada rahim. Untuk itu

jika ingin menggunakan KB hendaklah berkonsultasi terlebih dahulu dengan


dokter.
d. Polusi udara yang menyebabkan kanker leher rahim
Sumber dari polusi udara ini disebabkan oleh dioksin yang sangat merugikan
tubuh.
e. Pemakaian des ( dietilbestrol)
Pemakaian des untuk wanita hamil, bertujuan untuk mencegah keguguran. Ini
sebenarnya memicu kanker serviks.
f. Golongan ekonomi rendah
Disebabkan karena tidak mampu melaukan papsmear secara rutin, selain itu
pengetahuan mereka minim tentang kanker serviks
g. Terlalu sering membersihkan vagina
Hal ini dapat menimbulkan iritasi di serviks. Iritasi dapat meransang
pertumbuhan sel yang akhirnya akan berubah menjadi kanker.

2.2.4 PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel,
berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun
atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui
beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan
akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi
kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali
tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor
supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana
onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor supresor
gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam
pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan
intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan
mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.Bentuk ringan (displasia ringan
dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari
displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 7 tahun, sedangkan
waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 20 tahun
(TIM FKUI, 1992).

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya


perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal
zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada
molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol
pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie,
1998).
2.2.5 MANIFESTASI KLINIS
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan
panggul dan pap smear.
Gejala biasanya baru munjul ketika sel serviks yang abnormal berubah
menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya, dan menimbulkan
gejala :
a. Pendarahan vagina yang abnormal ,terutama diantara 2 menstruasi ,setelah
melakukan
hubungan seksual dan setelah menopause.
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak )
c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk .
d. Timbul gejala gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
e. Timbul nyeri panggul (pelvis)atau diperut bagian bawah bila ada radang
panggul.bila terjadi di daerah pinggang ke bawah ,kemungkinan terjadi
hidronefrosis .selain itu,bisa juga timbul nyeri di tempat tempat lain .
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut

a.
b.
c.
d.

Nafsu makan berkurang ,penurunan berat badan ,kelelahan


Nyeri panggul ,panggung atau tungkai
Dari vagina keluar darah atau tinja
Patah tulang (fraktur)

2.2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


a. Sitologi/Pap Smear (Prostatic Acid Phosphate)
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
c. Kolposkopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
d. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
e. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
f. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput sendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
para serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

j. Pemeriksaan secara radiologis (CT Scan dan MRI) untuk mengetahui apakah
sudah ada penyebaran lokal dari ca tersebut.
k. Servikografi
l. Gineskopi
m. Pap net/pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive

2.2.7 PENATALAKSANAAN
1. Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy,
cauterasi, terapi laser, konisasi, dan bedah buku.
2. Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status
anak, dan atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan
uterus, pelvis dan nodus limfa para aurtik.
3. Pembedahan dan terapi radiasi
a. Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
b. Dilakukan pada kanker serviks invasive
c. Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor serta
mengecilkan tumor
4. Radioterapi batang eksternal
a. Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan itu
tegas.
b. Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga
tetap berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan memakan
obat untuk

mencegah defekasi, karena pada terapi ini biasanya terpasang

tampon (aplikator)
5. Eksenterasi pelvic

a. Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang


b. Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ
yang diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.
6. Terapi biologi
Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)
7. Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.

2.2.8 KOMPLIKASI
a.

Berkaitan dengan intervensi pembedahan


- Vistula Uretra
- Disfungsi bladder
- Emboli pulmonal
- Infeksi pelvis

- Obstruksi usus
b. Berkaitan dengan kemoterapi
- Sistitis radiasi
- Enteritis
c. Berkaitan dengan kemoterapi
- Supresi sumsum tulang
- Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
- Kerusakan membrane mukosa GI
- Mielosupresi

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN


2.3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
B. Keluhan Utama

Klien mengeluh keputihan (flour albus) yang berkepanjangan dan berbau,


nyeri dirasakan menjalar ke ekstremitas bagian bawah.
C. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh flour albus (keptihan berkepanjangan dan berbau), perdarahan
di luar siklus haid, siklus haid tidak teratur, kadang amenorhea dan kadang
hipermenorhea, nyeri menjalar ke ekstremitas bagian bawah
-

Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan menikah di usia ke 17 tahun dan pernah mengalami abortus

pada usia 18 tahun di kehamilan anak pertama.


-

Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan memiliki keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama
dengan dirinya dan pernah melakukan terapi radiasi

D. Pemeriksaan Fisik
1)

Keadaan umum; lemah, klien tampak pucat.

2)

Tanda-tanda vital; Tekanan darah normal/ rendah, nadi meningkat,


frekuensi napas normal/ meningkat, suhu normal/ meningkat.

3)

Kepala; rambut rontok, konjungtiva anemis, membrane mukosa mulut


kering, mukosa mulut pucat.

4)

Thorak; pernapasan dan nadi agak meningkat, hipotensi

5)

Abdomen; nyeri tekan, terdapat distensi abdomen atau kandung kemih.

6)

Genitalia; keluar cairan (keputihan, darah), kemerahan, laserasi, dan bau


busuk.

7)

Ekstremitas; kelemahan.

E. Pemeriksaan Penunjang
1)

Papanicalow Smear ; displasia

2)

Biopsi ; neoplasma intra epitel

3)

Kolposkopi; untuk melihat daerah yang terkena proses


metaplasia.

4)

Laboratorium; mengetahui aktivitas pryvaekinase, pada


klien diketahui peningkatan aktivitas enzim ini terutama pada daerah epithelium
serviks. Darah rutin; penurunan kadar hemoglobin.

5)

Radiologi
a)

Pelvik

limphangiografi,

yang

dapat

menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvic atau preaortik limfe


b)

Pemeriksaan

intravena

urografi,

yang

dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, dapat menunjukkan adanya


obstruksi pada ureter terminal
6)

Test Schiler
Test ini menggunakan iodine solution yang diusapkan pada permukaan serviks.
Pada serviks yang normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel
epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung sel kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen.

2.3.2 ANALISA DATA


Data
Etiologi
DS : klien mengatakan
adanya

keputihan

berkepanjangan
berbau

dan

MK

Anda mungkin juga menyukai