H. Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Lansia (Tahap Viii)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 45

10

11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga


1. Pengertian
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbedabeda, tergantung kepada orientasi teoritis pendefinisi yaitu dengan
menggunakan menjelaskan yang penulis dari untuk menghubungkan keluarga.
Burgess dkk (1963) membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan
dingunakan sebagai referensi secara luas:
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
darah dan ikatan adopsi.
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu
rumah tangga, atau jika mereka hidup secra berpisah, mereka tetap
c.

menggangap rumah tangga tersebut sebagai rumah


Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam
peran peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki

d.

dan perempuan, saudara dan saudari


Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang di
ambil dari masyarakat dengan beberpa ciri unik tersendiri.
Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan, namun terbatas
kepada kemapuan aplikasinya dan sifat komprehensifnya definisi apa saja
tentang keluarga harus menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada
sekarang, dan definis tradisional seperti diats bisa memberikan gambaran
tentang definisi yang dimaksud.
Whall (1986) dalam analisa konsep tentang keluarga sebagai unit yang
perlu dirawat dalam perawatan, ia mendefiniskan keluarga sebagai
kelompok yang mendefinisikan diri dengan anggota sendiri terdiri dua
individu atau lebih, yang asosiasinya dicirikan oleh istilah istilah usus, yang
boleh jadi tidak di ikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang
berfungsi demikian macam sehingga mereka menggagap diri meraka
sebagai sebuah keluarga (hal 241).
267

12

Mengingat siapakah

individu-individu yang diindetifikasikan

sebagai anggota keluarga merupaka sebuah komponen yanh sangat penting


dari definisi ini.
Bozett (1987) menyatukan definisi individu dengan merujuk
keluarga sebagai siapa yang disebut pasien itulah keluarga ( hal 4). Family
service amerika (tahun 1984) mendefisikan keluarga dalam suatu cara yang
komprehensif-yaitu sebagai 2orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan kebersamaan dan keintiman ( hal 7).
2. Tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang
yang mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua,
yaitu:
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek/nenek,
paman/bibi)
Tipe-tipe keluarga secara umum yang dikemukakan untuk mempermudah
pemahaman terhadap literatur tentang kelurga. (friedman, 1987 hal: 12)
3) Keluarga inti (konjugal) merupakan keluarga yang menikah, sebagai
orang tua, atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari sumi, istri, dn
ank mereka-anak kandung, anak adopsi atau keduanya.
4) Keluarga orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga yang di
dalamnya seseorang dilahirkan
5) Keluarga besar merupakan keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (oleh darah) yang paling lazim menjadi anggota keluarga
orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti, berikut ini termasuk sanak
keluarga seperti kakek atau nenek, tante, paman, dan sepupu.
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya
rasa individualisme, pengelompokn tipe keluarga selain tipe diatas
berkembang menjadi :
1) Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adlah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
Keadaan ini di indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh
gaya hidup barat yang

pada zaman dahulu jarang sekali ditemui

13

sehingga seorang yang telah cerai atau ditinggal pasangan cenderung


hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya.
2) Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri
dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya.
3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
4) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di
indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh
pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah
5) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital
heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah
kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh
pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan
tersebut telah tua demi status anak-anaknya.
6) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
(gaya and lesbian family).
3. Fungsi keluarga
Umumnya diakui bahwa keberadaan keluarga adalah dalam frangka
untuk memenuhi fungsi-fungsi dasar tertentu yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia (kebutuhan kemsyarakatan) yakni pemberian
nafkah dan mengasuh anak. Disamping itu, keluarga bertindak sebagai mediator
yang penting antara masyarakat dan individu dan membentuk matriks dimana
kebutuhan-kebutuhan pribadi dipenuhi.
ini keluarga tampak lebih khusus dn aktivitas-aktivitasnya yang secara
tradisional berlangsung dalam rumah dan atau melibatkan seluruh anggota
keluarga kini berlangsung dimana-mana dan hanya melibatkan segmen-segmen
keluarga atau anggota keluarga secara individual.
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan. (friedman, 1998, hal
349-401)
1) fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu
sebagai perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi kebutuhankebutuhan sosioemosional anggotanya, Mulai dari tahun-tahun awal

14

kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Pemenuhan


fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan dna kelanjutan dari
unit keluarga (stair, 1972)
Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan
fungsi ini,. Maka keluarga menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang
utama, yaitu membentuk sifat-sifat kemanusiaan dalam diri mereka,
stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin berhubungan
secara lebih akrab dan harga diri.
2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dn menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehatan.
4. Dimensi struktur dasar keluarga
Struktur keluarga dapat menggambar bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan caplan (1965) yang
diadopsi oleh friedman mengatakan ada empat struktur keluarga yaitu:
1) Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat
atau peran formal dan informal.
2) Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari
dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan.

15

3) Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola


komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan
anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4) Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah
perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
Struktur keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang
memberikan asuhan. Berdasarkan ke empat elemen dalam struktur
keluarga, diasumsikan bahwa (Leslie & Komar, 1989: Parsons & Bales,
1995) :
1) Keluarga merupakan sistem sosial uang memiliki fungsi sendiri
2) Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan masalah
individu dan lingkungannya.
3) Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi
kelompok lain.
4) Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan
norma yang berlaku dalam keluarga.
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
dasar, kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya dan
aktualisasi keluarga dimasyarakat, serta memperhatikan perkembangan
negara indonesia menuju negara industri, indonesia menginginkan keluarga
dikelompokan menjadi lima tahap yaitu sebagai berikut :
1) Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal yaitu kebutuhan pengajaran agama,
pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat
memenuhi salah satu atau lebih indikator Keluarga Sejahtera Tahap I.
2) Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan
pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi
dengan liungkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3) Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi
seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi

16

kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan


memperoleh informasi.
4) Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, dan
kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan
(konstribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur(dalam
waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial
kemasyarkatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi
pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasasn sosial, keagamaan,
kesenian, olahraga, pendidikan dan lain sebagaianya.
5) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang
telah dapat memenuhhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar,
sosial

psikologis,

maupun

pengembangan,

serta

telah

mampu

memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.


5. Peran perawat keluarga
Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang,
keluarga sudah dianggap sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan.
Perananan perawat keluarga membantu keluarga untuk mengatasi dengan baik
masalah-masalah kesehatan dengan meningkatkan kesanggupan mereka untuk
melaksanakan tugas-tugs kesehatan.
Proses membantu keluarga

meningkatkan

kesanggupan

untuk

menyelesaikan masalah kesehatan, perawat dapat berperan sebagai :


1. Pengenal kesehatan (health monitor)
2. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
3. Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
4. Facilitator
5. Guru
6. Penasihat
B. Konsep Keperawatan Keluarga: gerontik
1. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia pada Bab I Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah

17

usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
Dalam buku ajar geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi
Martono (1994) mengatakan bahwa menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaikikeruskan

yang

diderita.

Dari

pernyataan

tersebut,

dapat

disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur


dan fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan
lansia, termasuk kehidupan seksualnya.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan
secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Proses menua
merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang sling berkaitan. Sampai
saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang
tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan
yang terkit waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup berikut akan
dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.
2. Teory proses menua
a. Proses menua bersifat individual
1) Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2) Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3) Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
b. Teori biologis
a) Teori genetik
Teori genetic lock. Teori ini merupakan teori instrinsik yang
menjelskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur
gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua
itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies
di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/ jam biologis sendiri dan
setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti

18

berputar, ia akan mati. Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor


dua terpanjang setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur
mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari
luar, misalnya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan
pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini penuaan terjadi krena
adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsiu DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein/enzim.
Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan
terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau
penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh
yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994: Constantinides, 1994)
b) Teori nongenetik
Auto-immune theory. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(self recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya.
Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pad lansia
(Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan

tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai


contoh, tambahan kelenjar timus pada usi dewasa berinvolusi dan sejak
itu terjadi kelainan auto-imun.
Free radical theory. Dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam
tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di
dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul
yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau peruibahan dalam tubuh. Tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 19944). Radikal
bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi

19

sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti: asap kendaraan


bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinal ultraviolet
yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada
proses menua.
Cross link theory. Menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat
kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan
perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya
jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses
menua.
Teori fisiologis. Teori ini merupakan teori instrinsik dan ekstrinsik.
Terdiri atas teori oksidasi stres, dan teori dipaki-aus (wear and tear
theory). Disini terjadi kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh
lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal)
c. Teori sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
a) Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial
meruipakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan
kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok social exchange theory
antara lain:
1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarlkan biaya
b) Teori aktivitas atau kegiatan
1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan sosial
2) Lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas
dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
3) Pola hidup dilanjutkan pada cara hidup lansia

20

4) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar


tetap stabil dari usia pertengahan sampai lansia.
c) Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.
Teori ini merupakan gabungan teori yang disebabkan pada seorang
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personalisa yang dimilikinya.
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang
pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi
lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan
seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lansia.
d) Teori pembebasan penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori
yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambah lansia, apalagi ditambah
dengan adanya kemiskinan, lansia secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering lansia mengalami kehilangan ganda (triple loss) :
1) Kehilangan peran (loss of role)
2) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship)
3) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values).
Menurut teori ini, seorang lansia dinyatakan mengalami proses
menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu
dan

dapat

memusatkan

diri

pada

persoalan

pribadi

dan

mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari penyebab


terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa peluang yang
memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua dapat
diperlambat. Kemungkinan yang tersebar adalah mencegah:
1) Meningkatnya radikal bebas
2) Memanipulasi sistem imun tubuh
3) Melalui metabolisme/makanan, memang berbagaimisteri
kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses

21

menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit


dipecahkan
3. Tipe Lansia
Mangkunego IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.L
Widyapratama menyebutkn bahwa (lansia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi
dua golongan:
a. Wong sepuh : orang tua yang sepi hawa nfsu, menguasai ilmudwi
tunggal, yakni mampu membedakan antra baik dan buruk, sejati dan palsu,
gusti (Tuhan) dan kaula nya atau hambanya.
b. Wong Sepah : Lansia yang kosong, tidak tau rasa, bicaranya muluk-muluk
tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan.
Hidupnya menjadi hambar (kehilangan romantika dan dinamika hidup).
Pujangga Ronggo Warsito (dalam surat Klatida) menyebutkan bahwa Lansia
terbgi menjdai dua kelompok, yakni :
a. Lansia yang berbudi sentosa: orang tua ini meskipun diridai Tuhan Yang
Maha Esa dengan rezeki, tetapi tetap berusaha terus, disertai selalu in ingat
b.

dan waspada.
Lansia yang lemah : orang tua yang putus asa sebaiknya hanya menjauhkan
diri dari keduniawan, supaya mendapat kasih sayang Tuhan.
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan

bermacam-macam tipe lansia, antara lain :


1. Tipe arif bijaksana : lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,
2.

dan menjadi panutan.


Tipe mandiri : lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta

3.

memenuhi undangan.
Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung menuntut, sulit

4.

dilayani dan pengkritik.


Tipe pasrah : lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan
beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja yang dilakukan.

22

5.

Tipe bingung : lansia yng kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan


diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Lansia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang bergantung

pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya. Tipe ini antara lain :
1. Tipe optimis : lansia santai dan periang, penyesuain cukup baik, mereka
memandang masalah lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan
sebagai kesemptan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipen ini sering
2.

disebut juga lansia tipe kursi goyang (the rock king chairman)
Tipe konstruktif : lnsia ini mempunyai intregits baik, dapat meniukamti
hidup, mempunyi tolernsi yang tinggi, humoristik, fleksibel dan tahu diri.
Biasanya, sift ini terlihat sejak muda. Mekeka dengan tenang menghadapi

3.

proses menua dan menghadapi akhir.


Tipe ketergantungan : lansia ini masih dapat diterim ditengah msyarakat,
tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyi inisitif
dn bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun tidak suka berkerja

4.

dan senang berlibur, banyak makan, banyak minum.


Tipe defensif : lansia biasnya mempunyai riwayat pekerjaan tau jbatn yang
tidak terkontrol, memegang teguh kebiasan, bersifat komplusif, anehnya

5.

mereka tkut menghadapi menjadi tua dan menyenangi masa pensiun.


Tipe militan dan serius : lansia yang tidak mudah menyerah, serius senang

6.

berjuang, bisa menjadi pnutan.


Tipe pemarah frustasi: lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian yang

7.

buruk. Lansia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.


Tipe bermusuhan: lansia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.
Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu
bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang

8.

mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.


Tipe putus asa: membenci dan menyalahkan diri sendiri. Lansia ini bersifat
kritis dan menyalahkan diri sendiri. Tidak mempunyai ambisi, mengalami
penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Lansia tidak
hanya mengalami kemerahan, tetapi juga depresi, memandang lansia
sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya

23

perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci diri


sendiri dan ingin cepat mati.
4. Tugas Tahap Perkembangan Pada Lansia

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.


Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting
dalam mendukung kesejahteraan lansia mis. Perpindahan tempat tinggal
lansia.
b. Penyesuaian terhadap pendapatan menurun
Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan
semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara
tabungan/pendapatan berkurang.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga.
Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang
berlangsung dari pasangan.
Contoh: mitos tentang aseksualitas
d. Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia
menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi
kesadaran akan kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada
reorganisasi fungsi keluarga secara total.
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun
keluarga menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.

24

5. Mitos lansia dan kenyataanya


1) Mitos konservatif
Ada pandangan bahwa lansia pada umumnya:
a)
Konservaatif
b)
Tidak kreatif
c)
Menolak inovasi
d)
Berorientasi ke masa silam
e)
Merindukan masa lalu
f)
Kembali ke masa kanak-kanak
g)
Susah menerima ide baru
h)
Susah berubah
i)
Keras kepala
j)
Cerewet
Faktanya : tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan berperilaku
demikian.
2) Mitos berpenyakit dan kemunduran
Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang
disertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang
menyertai proses menua (lansia merupakan masa berpenyakitan dan
kemunduran)
Faktanya : memang proses menua disertai dengan menurunnya daya
tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. Akan
tetapi, saat ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.
3) Mitos senilitas
Lansia dipndang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya
kerusakan sel otak.
Faktanya: banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar,
daya pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang, bnyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
4) Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan
menjadi beban keluarganya.
Faktanya: tidak demikian, banyak individu yang mencapai
kebenaran, kematangan, kemantapan, serta produktifitas mental dan
material dimas lanjut usia.
5) Mitos asektualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah,
kebutuhan, dan daya seks menurun.

25

Faktanya: kehidupan seks pada lansia berlangsung normal, dan


frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi
masih tetap tinggi.
6) Mitos tidak jatuh cinta
Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah
kepada lkawan jenis.
Faktanya: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa,
perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lansia.
7) Mitos kedamaian dn ketenangan
Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di
masa muda dan dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan
seakan-akan telah berhasil dilewatinya.
Faktanya:L sering ditemukan stres karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit, kecemasan, kekhawatiran,
depresi, paranoid, dan psikotik.
C. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia
1. Konsep dasar teoritis
a. Konsep asuhan keperawatan pada lanjut usia
Asuhan keperawatan lansia atau gerontik diberikan berupa bantuan kepada
klien lanjut usia karena adanya :
a.
Kelemahan fisik, mental dan social
b.
Keterbatasan pengetahuan
c.
Kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara mandiri
b. Tujuan asuhan keperawatan pada lanjut usia :
a) Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
dengan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan
kesehatan, sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai
akhir hayatnya.
b) Mempertahankan kesehatan dan kemampuan mereka yang usianya telah
lanjut dengan perawatan dan pencegahan.
c) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia.
d) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu.
e) Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu.

26

f) Mencari upaya semaksimal mungkin agar klien lanjut usia yang


menderita suatu penyakit / gangguan masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu pertolongan (memelihara
kemandirian secara maksimal).
Fokus asuhan keperawatan pada lanjut usia :
1. Peningkatan kesehatan
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan secara umum
2. Pengkajian
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar
pada proses menua yang meliputi seluuh organ tubuh, dalam melakukan
pengkajian perawat memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian harus
dilakukan terhadap fungsi semua system, status gizinya, dan aspek
psikososialnya.
Hal-hal yang dapat ditemukan pada pengkajian lanjut usia :
a. Mulut dan gigi
Gigi menjadi ompong yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit periodontal sehingga gusi menjaadi atrofi secara progresif. Mulut
kering sehingga air ludah mudah mengental. Selain itu dapat menimbulkan
risiko mukosa mudah mulut mudah pecah sehingga timbul stomatitis dan
perasaan tidak nyaman.
b. Kulit
Akan sering ditemukan data subjektif dari lanjut usia gatal-gatal dan
Nampak kulit kering serta mudah terluka.
c. Ekstermitas atas dan bawah
Terjadi penebalan pada kulit yang tertekan terutama pada telapak
kaki, mata kaki termasuk telapak tangan. Beberapa kulit di daerah
ekstermitas bahkan menipis, kulit terkelupas, pecah-pecah dan mudah
tergores. Terjadi pula kelainan pada kuku seperti lapisan tanduk yang
semakin mengeras, hipertrofi kuku atau kuku yang merusak jaringan lunak
di bawahnya.
d. Mobilitas
Terdapat keterbatasan pergerakan yang terjadi akibat beratnya
penyakit atau kompleksitas dari gangguan fungsi tubuhnya, sehingga dapat
menimbulkan masalah mobilitas. Untuk itu perlu dikaji kemampuan lama
dan jenis aktivitas yang dapat dilakukan serta waktu yang digunakan untuk
beristirahat setelah menjalani aktivitas tertentu.

27

e. Eliminasi
Konstipasi, inkontinensia urin dan atau fekal, diare merupakan
keluhan utama klien lanjut usia yang paling menonjol. Perlu dilakukan
pengkajian frekuensi dan pola defekasi, pola diet, masukan dan keluaran
cairan, aktivitas klien, integritas kulit sekitar anus dan kemaluan serta
mengidentifikasi factor penyebab munculnya masalah eliminasi.
f. Penglihatan
Klien lanjut usia akan sering mengalami gangguan penglihatan
diantaranya akan ditemukan glaucoma dan katarak. Perlu dikaji jenis alat
bantu penglihatan yang digunakan serta pemeriksaan fisik pada mata sesuai
dengan masalah yang muncul.

28

g. Pendengaran
Ketahuilah tentang penggunaan alat bantu pendengaran yang
digunakan klien, keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari atau terjadi
gangguan hubungan social akibat gangguan pendengaran.
h. Jantung dan pembuluh darah
Terjadi peningkatan tekanan darah, hipotensi orthostasis, penyakit
jantung koroner atau bahkan gagal jantung merupakan penyakit yang lazim
terjadi pada lanjut usia. Perubahan hemodinamik, pola diet, nyeri dada,
kembung, bingung, sesak nafas, palpitasi, vertigo bahkan sinkop akan sering
dijumpai pada pemeriksaan fisik.
i. Pernafasan
Pneumonia dan obstruksi paru menahun juga merupakan masalah
kesehatan pada system respirasi yang menonjol pada lanjut usia. Akan
ditemukan adanya data batuk, kesulitan mengeluarkan dahak, mudah lelah,
lemah, berat badan menurun, tidak nafsu makan dan lain-lain.
j. Endokrin
Diabetes mellitus dan penyakit-penyakit tiroid kerap merupakan
masalah kesehatan yang banyak ditemui pada lanjut usia. Maka perawat
perlu mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan gejala terhadap kehilangan
atau meningkatnya berat badan, hilangnya atau meningkatnya nafsu makan,
sesak nafas, palpitasi, tremor, kelemahan atau adanya intoleransi terhadap
perubahan cuaca dingin atau panas.
k. Nyeri
Nyeri pada lanjut usia dirasakan dua kali lebih berat dibandingkan
pada usia muda. Data-data yang dapat ditemukan antara lain adanya temuan
skala nyeri, menangis, mengerang kesakitan, agitasi, lemah dan tampak
tertekan disamping adanya perubahan tanda-tanda vital.
l. Depresi
Perasaan tidak berdaya muncul akibat hilangnya berbagai fungsi
organ tubuh oleh karena bertambahnya usia. Sulit berkonsentrasi, merasa
sedih dan pesimis, kesulitan atau terlalu banyak tidur, kelebihan atau
kehilangan berat badan, hilangnya minat melakukan motivasi serta energy
merupakan tanda-tanda bagi klien yang mengalami depresi.
m. Demensia
Kehilangan daya ingat terutama ingatan jangka pendek, gangguan
dalam memberikan alasan yang abstrak, sangat tergantung dengan bantuan

29

orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari serta tidak mampu


berkomunikasi dengan jelas secara lengkap dan ekspresif.
D. Konsep Penyakit Dan Asuhan Keperawatan Pada R.A (Reumatoid Arthritis)
1. Pengertian
Reumatoid

arthritis

adalah

gangguan

autoimun

kronik

yang

menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson
dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan
dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali
berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang,
obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.
2. Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis
bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan
berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan
laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan

30

leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang


lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh
(setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita
daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
3.

Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing
suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan
tulang.

4. Kegemukan dan penyakit metabolik


Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi
yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis
yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat
faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
5. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan
resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
6. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda
7. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih
padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima
oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah
robek.
3. Jenis Reumatik

31

Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:


a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi
(reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering
ditemukan yaitu:
1. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang
tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di
luar persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan
struktur sendi yang terkena.Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa
persendian sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang
selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada
rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki
yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid
belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma,
virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun.
Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan
dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri,
kehilangan satu-satunya anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang
dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami
pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah
yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun
berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular
yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara
perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas
(kelainan bentuk).

32

4. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab
yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan
keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan
sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat
sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami
kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam
pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu :
Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa,
genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah
raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
5. Atritis Gout
Penyakit

ini

berhubungan

dengan

tingginya

asam

urat

darah

(hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya


mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan
kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di
persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan
yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99%
penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi
faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit
gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat
karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat
(asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk
protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit
sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin
B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis),
kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan

33

metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan


menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
1.

Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)


Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak

di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi
(ekstra artikuler rheumatism). Jenis jenis reumatik yang sering ditemukan
yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut,
penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri
lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung
pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang.
Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian
ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi,
atau radang sendi.
4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon
atau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik
gout dan pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan
fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan,
berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan
sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.

34

6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang
pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah
(lumbosakral dan sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal
lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah
dan belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan
kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
6.

Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
3.

Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan
gerakan yang lain.

4.

Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

5. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
6.

Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

35

7.

Pembesaran sendi (deformitas)


Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

8.

Perubahan gaya berjalan


Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian
pasien yang umumnya tua (lansia).

7. Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup
yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago
artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah
dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari
tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain.
terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
a) Sedimentasi eritrosit meningkat
b) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c) Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi

36

a) Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi


b) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi
dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
9. Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit.
3.

Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera


5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat
7. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan
asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan
yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

Golongan bahan
makanan
Karbohidrat

Makanan yang boleh diberikan

Makanan yang tidak boleh

Semua

diberikan
--

37

Protein hewani

Daging atau ayam, ikan tongkol,

Sardin, kerang, jantung, hati,

bandeng 50 gr/hari, telur, susu,

usus, limpa, paru-paru, otak,

keju

ekstrak daging/ kaldu, bebek,


angsa, burung.

Protein nabati

Kacang-kacangan kering 25 gr

--

atau tahu, tempe, oncom


Lemak

Minyak dalam jumlah terbatas.

--

Sayuran

Semua sayuran sekehendak

Asparagus, kacang polong,

kecuali: asparagus, kacang

kacang buncis, kembang kol,

polong, kacang buncis, kembang

bayam, jamur maksimum 50 gr

kol, bayam, jamur maksimum 50

sehari

gr sehari
Buah-buahan
Minuman

Semua macam buah

--

Teh, kopi, minuman yang

Alkohol

mengandung soda
Bumbu, dll

Semua macam bumbu

Ragi

10. Proses Keperawatan


a. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

38

b) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien


mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
sinovial;
c) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
d) Catat bila ada krepitasi
e) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
f) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
g) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
h) Ukur kekuatan otot
i) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
j) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendisendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.
4. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan
artritis ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka
diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu:
Tabel Analisa Data
No
1

Symptom
Keluhan nyeri,

Etiologi
Distensi jaringan

Problem
Nyeri Akut

ketidaknyamanan,

akibat akumulasi

kelelahan, berfokus pada

cairan/proses

diri sendiri, Perilaku

inflamasi, destruksi

distraksi/ respons

sendi

autonomic
Distensi jaringan akibat

deformitas skeletal,

Gangguan

akumulasi cairan/proses

nyeri, penurunan

mobilitas fisik

inflamasi, destruksi sendi

kekuatan otot

berhubungan

39

Perubahan fungsi dari

deformitas skeletal,

dengan.
Gangguan Citra

bagian-bagian yang sakit.

nyeri, penurunan

Tubuh

Ketidakmampuan untuk

kekuatan otot
kerusakan

Defisit perawatan

mengatur kegiatan sehari-

musculoskeletal,

diri

hari.

penurunan kekuatan,
daya tahan, nyeri
pada waktu
bergerak, depresi

40

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS UMUM KELUARGA


Tanggal Pengkajian

: 30 oktober 2013

1. Identitas Kepala Keluarga


Nama

: TN. S

Umur

: 59 Tahun

Agama

: Islam

Suku

: Sasak/Indonesia

Pendidikan

: Tidak sekolah

Pekerjaan

: tidak ada pekerjaan tetap

Alamat

: Dusun karang bayan

No. Telpon

:-

2. Komposisi Keluarga

N
o

Nama

L/P

Umur

Hub. Klg

Pekerjaan

Pendidikan

1.

Ny. zu

59 Tahun

Istri

IRT

2.

An. M

25Tahun

Anak

TKI

SD

3.

An. P

20 Tahun

Anak

SMP

41

3. Genogram

Keterangan :
= meninggal
= laki-laki masih hidup
= perempuan masih hidup
= hubungan perkawinan
= klien
4. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini :
tidak ada pekerjaan tetap penghasilan : Rp. 10.000 / bulan
5. Riwayat Lingkungan Hidup
Bekerja sebagi petani pada saat masih sehat akan tetapi sekarang yang mencari
nafkah di pasangan usila mengalami cacat akibat jatuh selama +. 10 tahun.
Sekarang tingal sama menantunya sedangkan suaminya tingal di sebuah
tetangga untuk menjaga kebun walupun sudah lumpuh demi untuk mencri
makan/ menyambung hidup
6. Riwayat Rekreasi
Pada saat ini keluarga jarang rekreasi karena kondisi keluaraga

42

7. Sistem Pendukung
Saat ini Ny. Zu selalau mengontrol atau berobat ke pelayanan kesehatan terdekat
jarak dengan rumah sakit + 3 km.
Makanan setiap hari disedikan oleh menantu dan juga kadang masak bareng
dengn menanatu dengan kebisaan makan 2x sehari kadang-kadang 1x sehari
dengan porsi yang sangat sedikit.
Perawatan sehari-hari apabila klien mengeluh melapor ke perawat dan perawat
memberikan obat-obat sesuai saran dokter yang tercatat di KMS usia lanjut.
8. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan klien jarang melakukan sholat 5 waktu dan jarang mendengarkan
ceramah agama.
9. Status Kesehatan
a) Status kesehatan kira kira 3 bulan yang lalu klien mengeluh pusing dan
lemas
b) Perasaan pegal dan linu pada persendian dirasakan kira kira 9 tahun yang
lalu sampai sekarang.
10. Keluhan utama yang dirasakan sekarang :
Adanya perasaan pegal dan linu pada persendian
a) Provokative / paliative
Pegal dan linu dirasakan pada saat udara dingin kecapeaan jarang aktivitas
dan akibat aktivitas berat .
b) Quality / Quantity
Apabila saat serangan kadang pasien tidak dapat berjalan terasa pegal dan
terasa panas dan terasa di tusuk- tusuk pada semua persendian .
c) Region
Persendian kaki tidak dapat digerakkan terasa kaku.
d) Timing
Serangan pada waktu malam dan pagi hari.
11. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan
Klien mengatakan apabila terserang penyakit ini, klien hanya mengolesi
persendiannya menggunakan balsem dan minta suntik pada petugas kesehatan
yang terdekat

43

12. Penyakit yang pernah diderita


Menurut klien ia tidak pernah menderita penyakit :
-

Hypertensi

Asthma

Kencing manis.

13. Aktivitas Hidup Sehari-Hari (ADL)


1.

Indeks Katz
Klien mempunyai indeks kemandirian pada aktivitas sehari-hari dengan
skore A yaitu mampu dan mandiri dalam melakukan makan, BAB dan
BAK, mandi, berpakaian mencuci pakaian dan pindah dari satu tempat ke
tempat lain.

2.

Oksigenasi
Klien bernapas dengan bebas, tidak membutuhkan bantuan alat
pernapasan.

3.

Cairan dan elektrolit


Klien minum air putih secukupnya dan teh manis sehari satu gelas. Tidak
ditemukan keluhan kekurangan cairan dan elektrolit.

4.

Nutrisi
Klien makan dua kali sehari dengan menu yang sederhana Klien
mengatakan tidak bisa makan banyak, satu piring kecil setiap kali makan
karena tidak ada napsu makan

5.

Aktivitas
Klien setiap hari memasak menjenguk suami dll

6.

Eliminasi
BAB 1-2x sehari, BAK sering khususnya malam hari 4-5 kali, masih bisa
menahan / mengontrol kencing.

7.

Istirahat dan tidur


Klien tidur pukul 20.00 05.00 Wita sedangkan pada siang hari klien
tidak dapat tidur siang.

8.

Personal Hygiene
Klien masih mampu mandi 2-3 kali sehari, mencuci pakaian, merapikan
tempat tidur sendiri.

44

9.

Seksual
Klien merasa sudah tua tidak memikirkan kebutuhan seksual, inginnya
cucu atau keluarga masih mau memperhatikan lansia .

10. Psikologis
Persepsi klien:sesuai dengan kondisi dirinya dan menerima keadaan
semakin tua tak mampu bekerja
Konsep diri:klien merasa memiliki usia paling tua diantara keluarga.
Emosi: Terkesan stabil
Adaptasi:klien mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Mekanisme pertahanan diri: apabila mengeluh sakit segera minta bantuan
pada perawat atau pelayanan kesehatan terdekat.
14. Pemeriksaan fisik
Kesehatan umum
Kondisi agak lemah, masih mampu berjalan dan aktivitas ringa menggunakan
pakaian dan mandi sendiri, badan kurus,.
Tingkat kesadaran

:komposmentis

Skala Coma Glasgow:verbal = 5, psikomotorr = 6, mata = 4 (jumlah = 15)


Tanda-tanda vital:pols, 78x/mnt, temp 37C, RR=24x/mnt,tensi 140/80 mmHg
1. Kepala:rambut putih, panjang sampai punggung, digulung.
Tidak ada benjolan, bentuknya simitris
2. Mata, telinga, hidung
- Mata, masih dapat melihat terang dengan jarak dekat, tetapi kalau jauh
agak kabur dan tidak memakai kacamata.
- Telinga, ada gangguan pendengaran.
- Hidung bersih, masih dapat membedakan makanan yang basi atau tidak
basi.
3. Leher, tidak terdapat pembesaran kelenjar gondok, tidak tampak vena
jugolaris.
4. Dada dan punggung
Dada, mamae mengecil pernapasan menggunakan otot dada, bentuknya
simitris. Pada auskultasi tidak terdapat wheezing dan ronchi, denyut jantung
teratur, pada perkusi terdengar sonor. Punggung, membungkuk tidak
terdapat benjolan.

45

5. Abdomen dan pinggang


- Abdomen bentuknya serasi tida terdapat bekas luka operasi auskultasi
bunyi bising usus (+), palpasi tidak ada pembesaran hepar dan lien, tidak
ada nyeri tekan.
- Pinggang masih dapat digerakkan bebas tidak ada keluhan.
6. Ekstrimitas atas dan bawah
Ekstrimitas atas / bawah, bentuk simitris, dapat digunakan bebas, tetapi
pada daerah persendian kadang tejadi pegal dan linu.
7. Sistim immune
Klien tidak pernah mendapat immunisasi.
8. Sistem reproduksi
Klien pernah menikah 1x fungsi reproduksinya sangat bagus karena
memiliki keturunan.
9. Genetalia : tidak dikaji
10. Sistim persyarafan
Sentuhan dan perabaan kulit masih normal, dengan sentuhan benda
tumpul atau benda tajam masih dapat dibedakan.
11. Sistim pengecapan
Klien masih dapat membedakan rasa asin, manis atau masam dan pahit.
12. Sistim penciuman
Klien dapat membedakan bau harum, bau busuk
13. Tactil respon
Saat dicubit klien dapat segera menoleh dengan cepat

46

15. ANALISA DATA


DATA
DS :
1. Ny.zu mengatakan saya sering merasa sakit pada
kaki (lutut)
Ny.zu mengatakan

2.

PROBLEM
Gangguan

ETIOLOGI
Nyeri akut

aktivitas fisik pada lutut

jika sakitnya parah, susah

kaki

berjalan.
3. Ny.zu mengatakan kalau ketika saya berkerja tibatiba nyeri lutut, langsung berhenti dulu duduk mba
sampai sakitnya hilang
4. Ny.zu mengatakan biasanya saya Cuma minum
obat yang di berikan di puskesmas aja mas, dan
sedikit di pijat-pijat saya tidak tau cara lain untuk
mengurangi nyerinya
DO :
1. Grimace (+), tampak memegang lututnya yang sakit
2. Skala nyeri 3
DS :
Inefektif
1. Ny.zu mengatakan tidak tahu apa itu Osteoartritis
menejemen
atau rematik, sebab dan pengaturannya
terapeutik
2. Ny.zu mengatakan taunya saya Cuma bawaan
penyakit sudah tua
3.
Ny.zu mengataka saya juga jarang untuk olah
raga apa lagi jalan pagi
4. Ny.zu mengatakan saya sering terasa linu-linu

Kurang
pengetahuan
tentang
penyakit,
diit dan
penanganan.

kalau habis memakai air dingin untuk mandi tau yg


lainnya
DO :
1. Grimace (+), tampak memegang lututnya yang sakit
Skala nyeri 3
2. Terlihat
pasien bingung ketika di tanya tentang
Osteoartritis atau rematik.
16. PENENTUAN SKALA PRIORITAS
a.
No

Prioritas

Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki


Skor /
bobot

Pembenaran

47

1.

Sifat Masalah
Skala: Aktual

2.

Nyeri yang dirasakan harus diatasi karena


2/3 x 1 =

sangat menggangu aktivitas dari Ny.zu saat

2/3

ini

Kemungkinan Masalah
dapat diubah

Karena sudah menjadi kebiasaan dari


1/2 x 2 = 1 Ny.M bila nyerinya timbul, selalu

Skala: Sebagian
3.

diabaikan sehingga kemungkinan masalah

Potensial masalah untuk

2/3 x 1 =

dapat diubah sebagian.


Jika nyerinya tidak segera diatasi maka

di cegah

2/3

nyeri tersebut akan sangat menggangu rasa

Skala: Cukup
4.

Menonjolnya Masalah

nyaman dari Ny.zu


2/2 x 1 = 1 Penanganan segera akan menentukan hasil

Skala: Masalah berat,


harus segera ditangani
Jumlah

serta tindakan keperawatan selanjutnya.


3 1/3

48

b. Inefektif menejemen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang penyakit, diit dan penanganan.
No

Prioritas

Skor /

Pembenaran

bobot
1.

Sifat Masalah
Skala: Aktual

Bila informasinya tidak segera


3/3 x 1 = 1 disampaikan maka akan berpengaruh
terhadap kesehatan Ny.zu

2.

Kemungkinan Masalah
dapat diubah

3.

kedepannya.
Perubahan membutuhkan waktu yang
1/2 x 2 = 1 tidak singkat

Skala: Sebagian
Potensial masalah untuk

Jika tidak segera diinformasikan

di cegah

2/3 x 1 =

kebiasaan yang tidak sehat akan terus

Skala: cukup

2/3

berlanjut dan akan memengaruhi


kualitas hidup dari Ny.zu

4.

Menonjolnya Masalah
Skala: Masalah berat,

harus segera ditangani


Jumlah

Krena terkait dengan masalah


2/2 x 1 = 1 kesehatan Ny.zu maka pemberian
informasi harus segera disampaikan.
3 2/3

17. INTERVENSI KEPERAWATAN


No.
1.

Diagnosa

Tujuan

Inefektif

Umum
Setelah 3x

menejemen

junjungan : Ny.zu

terapeutik

mengetahui

berhubungan

tentang

dengan kurang

Osteoartritis atau

pengetahuan

rematik, diit dan

tentang penyakit,

penanganannya

Kriteria Hasil

Khusus
Setelah kunjungan ke

- Menyebutkan

3 : Ny.zu mampu:
-

pengertian, penyebab

memahami tentang

1. Kaji pengetahuan Ny.zu


2.

Osteoartritis atau rematik

Osteoartritis atau rematik


- mengetahui Penyebab dan
gelaja
- Mengetahui diit

secara verbal

Jelaskan tentang

Osteoartritis atau rematik


3.

- Menyebutkan beberapa
jenis makanan yang di

Jelaskan tentang diit

Osteoartritis atau rematik


4.

Jelaskan tentang Jenis

anjurkan dan tidak boleh

jenis makanan yang di

dikonsumsi untuk

anjurkan dan tidak boleh

Osteoartritis atau rematik

dikonsumsi oleh penderita

penanganan menagemen

(minimal 3 masing-

Osteoartritis atau rematik

nyeri

masing jenis) secara

Osteoartritis atau

diit dan penanganan

Intervensi

rematik
- Melakukan

verbal
2

Gangguan

Setelah di

aktivitas fisik

lakukan

berhubungan

perawatan/ kun- -

dengan nyeri lutut


kaki

jungan sebanyak
3x, diharapkan
Ny.zu dpt tetap
melakukan

Setelah kunjungan ke 3 :

Ny.zu mampu :
melakukan aktifitas
sehari-hari tanpa
kesulitan
- Memanagement
aktivitasnya ketika kakinya

Melakukan aktifitas

1.

Jelaskan kepada keluarga

sehari-hari tanpa kesulitan

tentang penyebab terjadinya

(tindakan)
Keluarga dapat

nyeri kaki (Osteoartritis atau

mempraktikkan tekhnik
kompres hangat (tindakan)

rematik)
2.

Ajarkan Ny.zu cara kompres


hangat untuk mengurangi linu
linunya

aktifitas sehari-

tiba-tiba nyeri

3.

hari tanpa

Keluarga dapat:

tangan

kesulitan

4.

memberikan bantuan

mobilisasi efektif jika


-

diperlukan
memberikan support

kepada Ny S

Ajarkan Ny.zu cara sena


Anjurkan Ny.zu untuk jalan
atau olah raga pagi setiap hari

5.

Mengobservasi kemampuan

Ny.zu dan anggota keluarga


setelah mendapat penjelasan dari
perawat

18. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No

Diagnosa

1.

Keperawatan
Inefektif menejemen
terapeutik
berhubungan dengan
kurang pengetahuan
tentang penyakit, diit
dan penanganan.

Implementasi
1. Mengkaji

Evaluasi
D o: Ny.zu

pengetahuan Ny.zu
mengatakan paham
2. Menjelaskan tentang
dengan Osteoartritis
Osteoartritis atau
atau rematik dan
rematik
dapat menyebutkan
3. Menjelaskan tentang
mulai dr pengertian
diit Osteoartritis atau
sampai diitnya
rematik
D s: Ny.zu tampak
4. Menjelaskan tentang
menjawab
Jenis jenis makanan
pertanyaan petugas
yang di anjurkan dan
dan antusias dalam
tidak boleh
pemberian
dikonsumsi oleh
pendidikan
penderita Osteoartritis
kesehatan.
atau rematik
A: Masalah teratasi
P: S O: Ny.zu

Gangguan aktivitas

1. MenJelaskan kepada

fisik berhubungan

keluarga tentang

mengatakan mulai

dengan nyeri lutut

penyebab terjadinya

bisa beraktivitas

kaki

nyeri kaki (Osteoartritis

tanpa kesulitan dan

atau rematik)

paham akan cara

2. Mengajarkan Ny.zu

kompres hangat

cara kompres hangat

O S: Ny.zu tampak

untuk mengurangi linu

mengerjakan

linunya

aktivitas sehari-hari

3. Mengajarkan cara

A : Masalah teratasi

senam tangan.

sebagian

4. Menganjurkan Ny.zu

P: berikan support

untuk jalan atau olah

kepada Ny.zu agar

raga pagi setiap hari

terus melakukan

5. Mengobservasi

anjuran petugas

kemampuan Ny.zu dan


anggota keluarga
setelah mendapat
penjelasan dari perawat

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Selain itu keluarga
juga mempunyai tahap perkembangan salah satunya keluarga dengan anak
dewasa pertengahan. Kondisi keluarga usia dewasa pertengahan berkisar
antara usia 40-60 tahun dan anak terakhirnya telah meninggalkan rumah atau
sudah menikah. Tugas yang harus terpenuhi pada keluarga dengan usia ini
adalah mampu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orangtua lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan
perkawinan.
Peran perawat keluarga dengan Lansia adalah pelayanan kesehatan
yang ditujukan pada keluarga sebagai suatu inti pelayanan untuk mewujudkan
keluarga sehat serta membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Selain itu peran atau tugas
perawat yang lain ialah sebagai pendidik, coordinator, pelaksanaan, pengawas
kesehatan, konsultan, kolaborasi, fasilitator, penemu kasus, modifikasi
lingkungan.
B. Saran
1. Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, hal pertama yang harus
dilakukan adalah membangun hubungan saling percaya dengan didasarkan
sifat empati bukan simpati, dan mengetahu tugas perkembangan keluarga
khususnya keluarga dengan Lansia.
2. Puskesmas
Tenaga
kesehatan
khususnya

pekerja

puskesmas

mampu

mengaplikasikannya kepada masyarakat terutama pada keluarga dengan


Lansia.
3. Keluarga
Keluarga memahami tugas perkembangan khususnya pada keluarga
dengan Lansia dan mampu mengaplikasikannya terhadap keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, wahit iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta :
EGC
Mubarak, wahit iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta :
EGC
Setiawati, santun. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info
media
M. Friedman, marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai