Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIk DENGAN

GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


DENGAN GANGGUAN KRITIS
ATAU GAWAT DARURAT

Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses
menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,
kelemahan

(impairment),

ketidakmampuan
bersamaan

(disability),

dengan

proses

keterbatasan
dan

fungsional

keterhambatan

kemunduran

(Bondan,

(functional

(handicap)
2009

yang

dikutip

limitations),
akan

dari

dialami

http://inna-

ppni.or.id/index.php .
Keperawatan gerontik berkisar pada pengkajian kesehatan dan status fungsional
lansia, diagnosa, perencanaan dan implementasi perawatan dan pelayanan kesehatan
untuk

memenuhi

kebutuhan

yang

teridentifikasi;

dan

mengevaluasi

kekefektivan

perawatan tersebut (Potter & Perry, 2005).


Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan dan
ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi kesehatan
fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia ke
arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan pendekatan pada pemulihan
kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam kondisi sehat, sakit maupun
kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama dalam menghadapi
kematian (Bondan, 2009 dikutip dari http://inna-ppni.or.id/index.php .
Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan adalah
proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses
keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer
(kliaen) dan sumber skunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai
dasar untuk diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah
kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup
2
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan
terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien, sehingga data yang
didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan dijalankan pada pasien
tersebut.

Penggunaan

format

pengkajian

standarisasi

dianjurkan,

karena

dapat

memberikan tanggung gugat minimal dari profesi keperawatan. Penggunaan format pun
memastikan pengkajian pada tingkat yang komprehensif (Potter & Perry, 2005).

DEFINISI

3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

Gerontik Gerontologi + Geriatrik


Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas /
menangani ttg proses penuaan & masalah yang timbul pd
orang yg berusia lanjut.
Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu &
kiat/tehnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual &
kultural yang holistic yang di tujukan pd klien lanjut usia baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan

jaringan

untuk

memperbaiki

diri/mengganti

dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan


terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho,
2000).
Gawat adalah Suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong, apabila tidak segera di tolong
maka akan mengalami kecacatan atau kematian. Ex : gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi,
perdarahan hebat.

Darurat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera di tolong tetapi penundaan
pertolongan tidak akan menyebabkan kematian / kecacatan.Ex : Luka, Ca mamae, BPH,
Fraktur tertutup
Gawat darurat medik adalah Peristiwa yang menimpa seseorang dengan tiba-tiba yang
dapat membahayakan jiwa, sehingga memerlukan tindakan medik
dengan segera dan tepat.

KLASIFIKASI
DepKes RI membagi Lansia sbb :
1. Kel. Menjelang Usia lanjut (45-54 th) sbg masa vibrilitas
2. Kel. Usia Lanjut (55-64 th) sbg Presenium
4
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

3. Kel. Usia Lanjut (65 th <) sbg Masa Senium


Sedangkan WHO Lansia dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Usia Lanjut 60 -70 th
2. Usia Tua 75 89 th
3. Usia sangat lanjut > 90 th.
Prosedur pelayanan gadar meliputi rangkaian :
1. Fase pra RS : ditolong oleh
1. Orang awam
2. Polisi, SAR, Hansip, DPK
3. Ambulance 118
2. Fase RS, pertolongan di
1. IGD
2. ICU
3. Ruang rawat
3. Fase post RS :
1. Sembuh
2. Sembuh cacat
3. Meninggal dunia

PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD)

5
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

Tujuan
1. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat
sebagaimana mestinya.
2.Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang Iebih memadai.
3.Menanggulangi korban bencana.

Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat


Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah
satu sistem/organ di bawah ini yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernapasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/cedera
2. lnfeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and
electrolie)
7. Dan lain-lain.

Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Yang Bisa Terjadi Pada


Lansia , Meliputi Gngguan :
-

Pernafasan
Kardiovaskuler
Persyarafan
6

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

Pencernaan
Keracunan

Keperawatan Gawat Darurat Yang Terjadi Pada Lansia :


a.

Lingkup masalah kegawatan sistem pernafasan


1) Identifikasi gawat nafas
2) Peran perawat dalam tindakan pada klien gawat nafas
3) Pengembangan tehnik fisioterapi dada

b.

Latihan nafas

Menepuk

Melakukan vibrasi

Posisi drainase

Menghisap

Oksigenasi/nebulizer

Lingkup masalah kegawatan sistem kardiovaskuler


1) Identifikasi indikator gawat jantung
2) Peran perawat pada tindakan terhadap klien gawat jantung

BANTUAN HIDUP DASAR / BASIC LIFE SUPPORT


Tujuan BLS :

1. Mencegah henti nafas dan henti jantung


2. Membantu pernafasan dan atau sirkulasi dengan cara resusitasi jantung dan
paru dengan langkah A.B.C
Indikasi :
7
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

1. Henti nafas
Penyebab : tenggelam, stroke, sumbatan benda asing, inhalasi asap, keracunan
obat, syock listrik, tercekik, trauma, AMI, tersambar petir, coma.
2. Henti jantung

LANGKAH LANGKAH BANTUAN HIDUP DASAR / BASIC LIFE SUPPORT


A. Air Way Control (bebaskan jalan nafas)

1. Posisi telentang
2. Permukaan rata
3. Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala dengan mengangkat dagu (head tilt,
chine lift manuver), kalau perlu mengangkat mandibula (jaw trust manuver) dan
ketiganya dikenal de ngan triple air way manuver.
4. Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan cara manual.

B. Breathing Support ( bantuan nafas )

1. Menilai ada nafas/ tidak dengan cara : melihat,

mendengar, dan

merasakan.
2. Bila bernafas dan tidak sadar posisikan

penderita stabil

lateral dan pelihara jal an nafas


3. Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai pernafasan buatan dengan meniup 2
kali secara lambat
4. Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan 10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada
Tindakan pada sumbatan jalan nafas :
1. Manuver helmich (hentakan pada perut)
8
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

2. Chest thrusts (hentakan dada): penderita

gemuk, hamil,

bayi < 1 thn


3. Penyapuan dengan jari : hanya pada

penderita tidak

sadar
C. Circulation Support (bantuan sirkulasi )

1. Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan nafas buatan 10 - 12 kali per menit
kalau perlu , jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung luar
2. Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi 1/3 bawah sternum (1 jari
dibawah garis antara kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1
1.

Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk dan tangah dengan perbandingan
3:1 atau 5:1

c.

2.

RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2

3.

RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1

Lingkup masalah kegawatan sistem persarafan


1) Peran perawat pada monitor peningkatan tekanan TIK
2) Pearan perawat pada tindakan ganggguan persarafan

d.

Lingkup masalah kegawatan sistem muskuloskeletal


Pengembangan model penanganan kegawatan gangguan sistem muskuloskeletal (fraktur :
melakukan tehnik pembidaian; melakukan tehnik pembalutan; serta mengenal; menyiapkan
dan melaksanakan pprosedur pemasangan gips, osteopororsis, dll)

e.

Lingkup masalah kegawatan terhadap intoksikasi


Pengembangan model penanganan asuhan keperawatan kegawatan akibat intoksikasi :
1) Insektisida
2) NAPZA
3) Makan dan minuman
9

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

4) Obat obatan
5) Kimia
6) Sengatan serangga dan
7) Digigit ular

f.

Lingkup masalah kegawatan jiwa


1) Peran perawat terhadap perawatan kegawatan psikiatri

Mengamuk

Percobaan bunuh diri

2) Menyiapan, mekukan prosedur pengikatan

10
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

Konsep Asuhan Keperawatan


ASKEP LANSIA
Pengkajian dengan klien PPOM
Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada kegiatan
sehari hari. Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan juga
mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan yang merupakan faktor pendukung
terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi type dari gejala yang muncul antara lain,
tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi lainnya antara lain perjalanan
penularan temperatur dan stress.
Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada, Respiratory
Rate dan Pola pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu pernafasan dan juga
warna, jumlah, kekentalan dan bau sputum.
Palpasi dan perfusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap
peningkatan gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan diafragma. Ketika
mengauskultasi dinding dada pada dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup waktu
untuk kenyamanan dengan menarik nafas dalam tanpa adanya rasa pusing (dizzy)
(Loukenaffe, M.A, 2000).

Hal-hal yang juga perlu dikaji adalah :


1. Aktifitas / istirahat
Keletihan , kelemahan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari karena
sulit bernafas.
2. Sirkulasi
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan darah,takikardi.
3. Integritas ego
Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan,peka rangsang
4. Makanan / cairan
Mual / muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan,
turgor kulit buruk, berkeringat.
5. Higiene
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari,
kebersihan buruk, bau badan.
11
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

6. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu pernafasan.
7. Keamanan
Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.
8. Seksualitas
Penurunan libido.
9. Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan mobilitas fisik.
(Doengoes, 2000 :152 ).

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim pada lansia dengan PPOM, antara lain :
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan primer dan
sekunder, penyakit kronis.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disprisa,
kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.
6. Defisit pengetahuan tentang PPOM berhubungan dengan kurang informasi, salah
mengerti tentang informasi, kurang mengingat / keterbatasan kognitif ( Doenges, 2000).

Evaluasi
Fokus utama pada klien Lansia dengan COPD adalah untuk mengembalikan kemampuan
dalam ADLS, mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan. Klien Lansia
mungkin membutuhkan perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk
memonitor kemampuan beradaptasi dan menggunakan tehnik energi conserving, untuk
mengurangi sesak nafas, dan kecemasan yang diajarkan dalam rehabilitasi paru.
Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik rehabilitasi yang
diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka harus mempunyai
pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya hidup mereka.
(Leukenotte, M A, 2000 : 502)

Kesimpulan
1. PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa
12
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran


nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa
waktu.PPOM terdiri dari kumpulan tiga penyakit yaitu Bronkitis kronik, Emfisema paru dan
Asma.
2. Faktor resiko dari PPOM adalah :
Merokok sigaret yang berlangsung lama, Polusi udara, Infeksi paru berulang, Umur, Jenis
kelamin, Ras, Defisiensi alfa-1 antitripsin, Defisiensi anti oksidan
3. Manifestasi klinik PPOM adalah pada Lansia, antara lain :
Batuk yang sangat produktif, purulent, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalen,
Sesak nafas, Hipoksia dan hiperkapnea, Takipnea, Dispnea yang menetap
4. Penatalaksanaan pada penderita PPOM :
Meniadakan faktor etiologi dan presipitasi, Membersihkan sekresi Sputum, Memberantas
infeksi, Mengatasi Bronkospasme, Pengobatan Simtomatik, Penanganan terhadap
komplikasi yang timbul, Pengobatan oksigen, Tindakan Rehabilitasi.

Saran
1. Untuk Lansia
Menghindari faktor resiko :
- Anjurkan klien untuk tidak merokok
- Anjurkan klien untuk cukup istirahat
- Anjurkan klien untuk menghindari alergen
- Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
- Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
2. Untuk keluarga
Memberikan dukungan :
- Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
- Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
- Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif

Pengkajian klien dengan hipertensi


-

Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung

Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
13
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

Integritas Ego

Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.


Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
Eliminasi

Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.


Makanan/ cairan

Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
Neurosensori

Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik.

Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.


Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
Pernafasan

Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/
tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.


2

Pemeriksaan Diagnostik

Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).

BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.

Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar


katekolamin (meningkatkan hipertensi).

Kalsium serum

Kalium serum

Kolesterol dan trygliserid

Px tyroid

Urin analisa

Foto dada

CT Scan

EKG
14
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

Prioritas keperawatan:
-

Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.

Mencegah komplikasi.

Kontrol aktif terhadap kondisi.

Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.

3 Diagnosa Keperawatan:
Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
-

Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.

Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.

Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.


Intervensi:

Kaji respon terhadap aktifitas.

Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.

Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.

Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi,
sisir rambut.

Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.

Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat
ditoleransi.

Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.

4 Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
-

Pertahankan tirah baring selama fase akut.

Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung,
leher, tenang, tehnik relaksasi.

Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala,misal:


membungkuk, mengejan saat buang air besar.

Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.

5 Diagnosa Keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik
sekunder terhadap kerusakan neuron motorik atas.
Kriteria:
15
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.


Intervensi:
1 Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit pada sedikitnya empat kali sehari.
R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernafasan.
2 Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat kali
sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks dan
sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan pada sendi
dan jaringan.
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan. Kontraktur
pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari ekstensor
dan abduktor.
3 Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan
kontraktur permanen.
4 Siapkan mobilisasi progresif.
R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi perifer.
Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan peningkatan
tahanan.
5 Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai indikasi.
R/ Memberikan dorongan pada klien untuk melakukan secara teratur.
6 Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi.
Kriteria hasil:
-

Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.

Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.

Meminta bantuan bila diperlukan.


Intervensi:

1 Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.


R/ Membantu menurunkan cedera.
16
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

2 Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
-

Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.

Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.

Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion
emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.

3 Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat
bantu.
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan
regangan atau jatuh.
4 Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan
7 Implementasi
a Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi
pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk:
1) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
1)

Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun


dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

2)

Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal
dan stabil mungkin.

3)

Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

4)

Batasi aktivitas.

8 Evaluasi
1.
2.
3.

Tanda-tanda vital dalam batas normal


Renspon klien terhadap aktivitas mulai membaik
Klien melapor nyeri/ ketidaknyamanan telah berkurang
17

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

4.
5.

Klien sudah mulai bisa melakukan aktivitas


Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.

SARAN
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami penyusun mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini pada
waktu selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/77993906/AsuhanKeperawatan-Gerontik-Dengan-Gangguan-KritisAtau-Gawat-Darurat.

12, 2012 by chusnul.laili

http://www.kapukonline.com/2011/10/triage-kegawatdaruratanemergency.html
Nursalam, dkk.2003.Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
http://blog.unand.ac.id/ainicahayamata/downloadbahankeperawatan/
%E2%98%85keperawatan-gawat-darurat/
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/askep-ppom/
Nursalam.2008.Konsep & Penerapan Metode Keperawatan (ed. 2). Jakarta:Salemba
Medika
Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta
Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made
Kariasa, EGC Jakarta
Dr. Taufan nugroho. 2011. Asuhan keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.

18
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS

Anda mungkin juga menyukai