Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses
menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,
kelemahan
(impairment),
ketidakmampuan
bersamaan
(disability),
dengan
proses
keterbatasan
dan
fungsional
keterhambatan
kemunduran
(Bondan,
(functional
(handicap)
2009
yang
dikutip
limitations),
akan
dari
dialami
http://inna-
ppni.or.id/index.php .
Keperawatan gerontik berkisar pada pengkajian kesehatan dan status fungsional
lansia, diagnosa, perencanaan dan implementasi perawatan dan pelayanan kesehatan
untuk
memenuhi
kebutuhan
yang
teridentifikasi;
dan
mengevaluasi
kekefektivan
yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan
terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien, sehingga data yang
didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan dijalankan pada pasien
tersebut.
Penggunaan
format
pengkajian
standarisasi
dianjurkan,
karena
dapat
memberikan tanggung gugat minimal dari profesi keperawatan. Penggunaan format pun
memastikan pengkajian pada tingkat yang komprehensif (Potter & Perry, 2005).
DEFINISI
3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS
jaringan
untuk
memperbaiki
diri/mengganti
dan
Darurat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera di tolong tetapi penundaan
pertolongan tidak akan menyebabkan kematian / kecacatan.Ex : Luka, Ca mamae, BPH,
Fraktur tertutup
Gawat darurat medik adalah Peristiwa yang menimpa seseorang dengan tiba-tiba yang
dapat membahayakan jiwa, sehingga memerlukan tindakan medik
dengan segera dan tepat.
KLASIFIKASI
DepKes RI membagi Lansia sbb :
1. Kel. Menjelang Usia lanjut (45-54 th) sbg masa vibrilitas
2. Kel. Usia Lanjut (55-64 th) sbg Presenium
4
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS
5
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS
Tujuan
1. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat
sebagaimana mestinya.
2.Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang Iebih memadai.
3.Menanggulangi korban bencana.
Pernafasan
Kardiovaskuler
Persyarafan
6
Pencernaan
Keracunan
b.
Latihan nafas
Menepuk
Melakukan vibrasi
Posisi drainase
Menghisap
Oksigenasi/nebulizer
1. Henti nafas
Penyebab : tenggelam, stroke, sumbatan benda asing, inhalasi asap, keracunan
obat, syock listrik, tercekik, trauma, AMI, tersambar petir, coma.
2. Henti jantung
1. Posisi telentang
2. Permukaan rata
3. Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala dengan mengangkat dagu (head tilt,
chine lift manuver), kalau perlu mengangkat mandibula (jaw trust manuver) dan
ketiganya dikenal de ngan triple air way manuver.
4. Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan cara manual.
mendengar, dan
merasakan.
2. Bila bernafas dan tidak sadar posisikan
penderita stabil
gemuk, hamil,
penderita tidak
sadar
C. Circulation Support (bantuan sirkulasi )
1. Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan nafas buatan 10 - 12 kali per menit
kalau perlu , jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung luar
2. Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi 1/3 bawah sternum (1 jari
dibawah garis antara kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1
1.
Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk dan tangah dengan perbandingan
3:1 atau 5:1
c.
2.
3.
d.
e.
4) Obat obatan
5) Kimia
6) Sengatan serangga dan
7) Digigit ular
f.
Mengamuk
10
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS
6. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu pernafasan.
7. Keamanan
Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.
8. Seksualitas
Penurunan libido.
9. Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan mobilitas fisik.
(Doengoes, 2000 :152 ).
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim pada lansia dengan PPOM, antara lain :
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan primer dan
sekunder, penyakit kronis.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disprisa,
kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.
6. Defisit pengetahuan tentang PPOM berhubungan dengan kurang informasi, salah
mengerti tentang informasi, kurang mengingat / keterbatasan kognitif ( Doenges, 2000).
Evaluasi
Fokus utama pada klien Lansia dengan COPD adalah untuk mengembalikan kemampuan
dalam ADLS, mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan. Klien Lansia
mungkin membutuhkan perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk
memonitor kemampuan beradaptasi dan menggunakan tehnik energi conserving, untuk
mengurangi sesak nafas, dan kecemasan yang diajarkan dalam rehabilitasi paru.
Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik rehabilitasi yang
diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka harus mempunyai
pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya hidup mereka.
(Leukenotte, M A, 2000 : 502)
Kesimpulan
1. PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa
12
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS
Saran
1. Untuk Lansia
Menghindari faktor resiko :
- Anjurkan klien untuk tidak merokok
- Anjurkan klien untuk cukup istirahat
- Anjurkan klien untuk menghindari alergen
- Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
- Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
2. Untuk keluarga
Memberikan dukungan :
- Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
- Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
- Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
13
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS
Integritas Ego
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik.
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/
tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
Keamanan
Pemeriksaan Diagnostik
Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
Kalsium serum
Kalium serum
Px tyroid
Urin analisa
Foto dada
CT Scan
EKG
14
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS
Prioritas keperawatan:
-
Mencegah komplikasi.
3 Diagnosa Keperawatan:
Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
-
Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi,
sisir rambut.
Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat
ditoleransi.
4 Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
-
Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung,
leher, tenang, tehnik relaksasi.
5 Diagnosa Keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik
sekunder terhadap kerusakan neuron motorik atas.
Kriteria:
15
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS
2 Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
-
Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion
emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
3 Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat
bantu.
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan
regangan atau jatuh.
4 Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan
7 Implementasi
a Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi
pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk:
1) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
1)
2)
Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal
dan stabil mungkin.
3)
4)
Batasi aktivitas.
8 Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
SARAN
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami penyusun mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini pada
waktu selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/77993906/AsuhanKeperawatan-Gerontik-Dengan-Gangguan-KritisAtau-Gawat-Darurat.
http://www.kapukonline.com/2011/10/triage-kegawatdaruratanemergency.html
Nursalam, dkk.2003.Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
http://blog.unand.ac.id/ainicahayamata/downloadbahankeperawatan/
%E2%98%85keperawatan-gawat-darurat/
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/askep-ppom/
Nursalam.2008.Konsep & Penerapan Metode Keperawatan (ed. 2). Jakarta:Salemba
Medika
Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta
Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made
Kariasa, EGC Jakarta
Dr. Taufan nugroho. 2011. Asuhan keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.
18
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS