Jiwa 1
Jiwa 1
Disusun oleh:
Kelompok 3
Allaily Amalia Rachma
Chairunisa Pertiwi
Lulu Yunita
Nur Cita Qomariyah
Nur Indah Ritonga
Sri Esti Wulandari
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................................4
Model Psikoanalitik.............................................................................................................................................4
Model Interpersonal............................................................................................................................................8
Model Sosial......................................................................................................................................................12
Model Existensial..............................................................................................................................................14
Model Supportif Terapi.....................................................................................................................................16
Model Medikal..................................................................................................................................................19
Model Adaptasi Stres Stuart..............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................24
PENDAHULUAN
Model adalah suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang kompleks
seperti konsep yang berhubungan dengan perilaku manusia. Penggunaan model ini membantu
praktisi memberian dasar untuk melakukan pengkajian dan intervensi juga cara untuk
mengevaluasi keberhasilan penanggulangan.
Model konseptual mengacu pad aide-ide global mengenai idividu, kelompok, situasi atau
kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari
penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan
fenomena dari suatu disiplin. Teori mempunyai konstribusi pada pembentukan dasar praktik
keperawatan.
Teori keperawan membantu menyampaikan pengetahuan dalam rangka memerbaiki
praktik keperawatan melalui upaya penggambaran, penjelasan, prediksi dan pengendalian
fenomena dalam dunia keperawatan. Keperawatan terus berkembang, perawat membuat
hipotesis tentang praktik keperawatan, prinsip yang mendasari praktik keperawatan, tujuan dan
fungsi yang sesuai dengan keperawatan di masyarakat.
Model konseptual keperawatan jiwa terdiri dari model psikoanalitik, model interpersonal,
model social, model existensial, model supportif terapi, model medical, dan model adaptasi
stress stuart.
PEMBAHASAN
Model Psikoanalitik
Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939) pada akhir abad ke
19 dan awal abad ke 20 di Vienna, tempat Freud menghabiskan sebagian besar hidupnya. Freud
mengembangkan ide dan penjelasan awal tentang perilaku manusia dari pengalamannya meneliti
beberapa klien, semua wanita yang memperlihatkan perilaku seperti gangguan pengelihatan dan
wicara, ketidakmampuan untuk makan dan paralisis ekstremitas. Setelah lama meneliti dari
wanita tersebut, Freud menyimpulkan bahwa banyak masalah yang timbul akibat trauma masa
kanak-kanak atau gagal menyelesaikan tugas perkembangan psikoseksual. Kebutuhan dan
perasaan seksual yang tidak terpenuhi, juga peristiwa trauma direpresi (dikeluarkan dari alam
sadar). Perilaku histeris timbul akibat konflik yang tidak selesai. Pengalaman awal meneliti klien
wanita membentuk dasar teori , keyakinan, dan metode terapi psikoanalisis freud.
Teori psikoanalisis mendukung gagasan bahwa semua perilaku manusia ada penyebabnya
dan dapat dijelaskan (teori deterministik). Freud yakin bahwa banyak perilaku manusia
dimotivasi oleh impuls dan naluri seksual yang direpresi. Freud mengkonseptualisasi struktur
kepribadian dalam tiga komponen : id, ego, dan superego. Id merupakan bagian sifat individu
yang mencerminkan naluri dasar atau bawaan seperti perilaku mencari kesenangan, agresi dan
impuls seksual. Id mencari kesenangan instan, menyebabkan perilaku impulsif dan tidak
dipikirkan, dan tidak mematuhi aturan atau konvesi sosial. Superego merupakan bagian sifat
individu yang mencerminkan konsep moral dan etis, nilai serta harapan sosial dan orang tua.
Oleh karena itu, superego secara langsung berlawanan dengan Id. Komponen ketiga, ego,
merupakan kekuatan pengimbang atau penengah antara id dan superego. Ego dianggap
menunjukkan perilaku dewasa dan adaptif, yang memungkinkan individu berhasil menjalankan
fungsinya di dunia. Ansietas diyakini timbul akibat upaya ego menyeimbangkan naluri impulsif
id dengan aturan ketat superego. Kartun menunjukkan hubungan diantara struktur kepribadian
tersebut.
Perilaku yang dimotivasi oleh pikiran dan perasaan alam bawah sadar.
Kepribadian manusia diyakini berfungsi pada tingkat kesadaran : conscious, preconscious ,
dan unconscious (Gabbard, 2000). Conscious adalah persepsi, pikiran, dan emosi yang ada pada
kesadaran individu, seperti sadar akan perasaan bahagia atau berfikir tentang seseorang yang
dicintai. Pikiran dan emosi preconscious berada di luar kesadaran individu pada saat itu, tetapi
dapat diingat kembali dengan sedikit upaya, misalnya individu dewasa mengingat apa yang ia
lakukan, pikirkan atau rasakan saat masih kanak-kanak. Unconscious adalah alam pikiran dan
perasaan yang memotivasi individu walaupun ia tidak menyadarinya sama sekali. Hal ini
mencakup sebagian besar mekanisme pertahanan dan beberapa dorongan naluri atau motivasi.
Menurut teori Freud, memori tentang peristiwa trauma yang terlalu menyedihkan untuk diingat
individu, direpresi ke keadaan unconscious.
Konversi
lain.
Ekspresi konflik emosional dalam bentuk gejala
Denial (penyangkalan)
fisik
Kegagalan mengakui kondisi yang tidak dapat
diterima : kegagalan mengakui realitas situasi
atau bagaimana individu membuat masalah terus
Pengalihan (Displacement)
berlanjut.
Pengungkapan perasaan yang kuat keada individu
yang kurang mengancam bukan pada individu
Disosiasi
melalui
Identifikasi
sambil
mencari
identitas
atau
pekerjaan
Menerima sikap, keyakinan, dan nilai orang lain
Proyeksi
Rasionalisasi
eksternal.
Menoleransi perilaku diri sendiri menghindari
rasa bersalah, tanggung jawab, konflik, ansietas,
6
Formasi reaksi
Regresi
Represi
perasaan
yang
menimbulkan
ansietas
atau
Resistensi
Sublimasi
masyarakat.
Mengganti kepuasan yang diharapkan dengan
Supresi
Undoing
Referensi :
-
Model Interpersonal
Harry stack Sullivan (1892-1949) adalah psikiater kebangsaan amerika yang
mengembangkan
teori
perkembangan
kepribadian
yang
mencakup
arti
hubungan
interpersonal dalam kehidupan individu mungkin merupakan kontribusi terbesar Sullivan pada
bidang kesehatan jiwa.
Lima tahap kehidupan. Sullivan menetapkan lima tahap perkembangan kehidupan (masa
bayi, kanak-kanak, juvenil, praremaja, dan remaja), masing-masing berfokus pada berbagai
hubungan interpersonal. Sullivan juga menjelaskan tiga mode pengalaman kognitif
perkembangan dan yakin bahwa gangguan jiwa berhubungan dengan persistensi salah satu mode
sebelumnya. Mode prototaksis, karakteristik masa bayi dan kanak-kanak, mencakup pengalaman
singkat yang tidak berhubungan satu sama lain. Penderita skizofrenia dewasamenunjukan
pengalaman prototaksis persisten. Mode parataksis dimulai pada masa kanak-kanak awal ketika
anak mulai menghubungkan pengalaman secara berututan. Anak mungkin tidak memahami
makna logis pengalamannya dan mungkin melihat pengalaman tersebut sebagai kebetulan atau
peristiwa yang terjadi begitu saja. Anak berupaya mengurangi ansieas dengan mengulangi
pengalaman yang dikenalnya walaupun ia mungkin tidak memahami apa yang dilakukannya.
Sullivan menjelaskan ide paranoid dan salah bicara sebagai hal yang dilakukan individu dalam
mode parataksis. Pada mode sintaksi, yang mulai tampak pada anak usia sekolah dan menjadi
dominan pada masa praremaja, individu muai mempersepsikan dirinya dan dunia dalam konteks
lingkungan dan dapat menganalisis pengalaman di beragai keadaan. Maturitas data dideinisikan
sebagai bentuk utama mode sintaksis.
Komunitas atau lingkungan terapeutik. Sullivan memandang tujuan terapi sebagai
terbinanya hubungan interpersonal yang memuaskan. Ahli terapi mengupayakan hubungan
interpersonal korektif untuk klien.sullivan menggunakan istilah yang berarti bahwa ahli terapi
berpartisipasi dalam hungan dan mengobservasi kemajuan hubungan.
Sullivan juga dihargai karena mengembankan komunitas atau lingkungan terapeutik yang
pertama pada pria mud penderita skizofernia pada tahun 1929. Dalam konsep komunitas atau
lingkungan terpeutik, interaksi di antara pasien di anggap bermanfaat dan peran interaksi antarpasien ini ditekankan dalam terapi. Sampai saat ini, diyakini bahwa interaksi antara pasien dan
psikiater merupakan komponen yang sangat penting untuk terapi pasien. Sullivan dan kemudian
jones mengobservasi bahwa interaksi diantara psuen dilingkungan yang aman dan terapeutik
memberi manfaat yang besar untuk pasien. Konsepterapi lingkungan, yang semula
dikembangkan oleh Sullivan, meliputi interaksi pasien satu sama lain, yang mempraktikkan
keterampilan hubungan interpersonal, saling meberi umpan balik tentang perilaku, dan bekerja
sama sebagai kelompok untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini
perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
9
sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun
rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan
yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien
merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan
dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati
dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal
yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
Orang asing : memberikan dukungan dan rasa hormat kepada klien sama seperti yang
kandung
Konselor : meningkatkan pengalaman yang mendukung kesehatan klien, misalnya
ungkapan perasaan.
Peplau juga yakin bahwa ada banyak peran yang dapat dilakukan perawat, seperti
konsultan, tutr, agen keamanan, mediator, administrator, pengamat, dan peneliti. Peran tersebut
tidak didefinisikan secara terperinci, tetapi diserahkan kepada inteligensi dan imajinasi
pembaca.
Empat tingkat ansietas. Peplau mendefinisikan ansietas sebagai respon awal terhadap
ancaman psikis. Ia menjelaskan empat tingkat ansietas : ringan, sedang, berat dan panic. Tingkat
ansietas ini berfungsi sebagai landasan untuk menangani klien yang mengalami ansietas dalam
berbagai konteks.
1. Ansietas ringan merupakan keadaan positif peningkatan kesadaran dan penajaman indra,
yang memungkinkan individu mempelajari perilaku baru dan menyelesaikan masalah.
Individu dapat menerima semua stimulus yang ada (lapang persepsi).
2. Ansietas sedang meliputi penurunan lapang persepsi (hanya pada tugas yang mendesak)
individu apat mempelajari perilaku baru atau menyelesaikan masalah hanya jika dibantu.
Individu dapat diarahkan kembali melakukan tugas oleh individu lain.
3. Ansietas berat meliputi rasa takut atau terror. Individu tidak dapat diarahkan kembali
melakuka suatu tugas ia hanya berfokus pada hal yang tersebar dan mengalami gejala
fisiologis takikardia, diadoresi dan nyeri dada. Individu yang mengalami ansietas berat
sering kali pergi ke unit kedaruratan dengan keyakinan mereka mengalami serangan
jantung.
4. Ansietas panic dapat meliputi gangguan pikiran rasional, waham, halusinasi, imobilitas
fisik, komplet dan bisu. Inivdu mungkin lari dan meloncat tanpa tujuan,sering kali
menyebabkan diri sendiri cedera.
Referensi :
-
Model Sosial
11
Model ini berfokus pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman
hidupnya. Pandangan sosial terhadap penyimpangan perilaku, kondisi sosial bertanggung jawab
terhadap penyimpangan perilaku, perilaku yang dianggap normal pada suatu daerah tertentu
mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain.
Individu yang sudah dilabel/dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma
lingkungan, maka perilaku tersebut memerlukan perawatan/dirawat.
Menurut Szazz, individu bertanggung jawab terhadap perilakunya. Individu tersebut
harus mampu mengontrol untuk menyesuaikan perilakunya dengan yang diharapkan
masyarakatnya.
Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Oleh karena
itu, konsep pencegahan primer, sekunder dan tertier sangat penting. Situasi yang dapat menjadi
pencetus:
a. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.
b. Kurang mampu mengatasi stress.
c. Kurang support system.
Situasi tersebut di atas dapat diantisipasi dan dapat dicegah.
Proses terapi:
a. Prevensi primer
b. Kesehatan jiwa masyarakat
c. Crisis intervensi
Fokus dari model sosial adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial tersebut dapat
berakibat terhadap individu dan pengalaman individu dalam hidupnya. Menurut Szass & Caplan
dalam Stuart & Laraia (2005), budaya dapat berguna dalam mengartikan gangguan jiwa, terapi
dan memastikan masa depan pasien.
Berdasarkan model sosial, kondisi sosial besar pengaruhnya terhadap penyimpangan
perilaku. Tingkah laku yang normal pada suatu budaya, kadang bisa jadi eksentrik pada budaya
lain. Szass berpendapat bahwa lingkungan sosial dapat menjadi tidak menyenangkan dengan
memberikan suatu label untuk gangguan jiwa.
Individu yang diberikan label tersebut biasanya tidak mampu dan menolak untuk
12
menyesuaikan diri dengan norma sosial dan tingkah laku mereka biasanya mengarah untuk
mengisolasikan diri. Jika individu tersebut menyesuaikan diri dengan harapan sosial maka
mereka akan dipertimbangkan untuk kembali ke komunitasnya.
Menurut Szass setiap individu bertanggungjawab terhadap perilakunya. Dan ia juga
mengatakan bahwa penyakit fisik dapat berpengaruh tehadap tingkah laku, tapi bukan secara
fisiologis yang menyebabkan terjadinya penyimpangan.
Caplan berpendapat bahwa terdapat model kesehatan masyarakat yang dapat diberikan
untuk menjaga kesehatan jiwa yang terdiri dari prevensi primer, sekunder dan tertier. Kurangnya
pemahaman tentang penyebab penyimpangan perilaku dapat diatasi dengan tehnik prevensi
primer. Berdasarkan model ini profesi yang profesional dan tidak profesional dengan
keterampilan konsultasi yang profesional.
Menurut Caplan, situasi sosial dapat menjadi faktor predisposisi dari gangguan jiwa.
Situasi tersebut dapat berupa kemiskinan, keluarga yang tidak stabil dan pendidikan yang rendah.
Penyimpangan perilaku dalam kehidupan dapat menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasi stress. Individu yang kurang dukungan sosial juga dapat menyebabkan respon koping
yang maladaptive.
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan untuk dirawat di
rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di masyarakat. Dan aktivitas yang
dilakukan adalah penyuluhan terhadap kelompok masyarakat dan konseling.
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan dapat menolong
pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien datang ke terapis untuk menjelaskan
masalahnya dan meminta untuk dibantu menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga mempunyai
hak menolak intervensi terapeutik yang diberikan. Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan
perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien meningkatkan
perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat rekomendasi tentang arti yang mungkin
dari apa elemen penyesuain diri yang efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk
dalam paksaan terhadap tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi
yang dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga termasuk didalamnya perlindungan
pasien dari tuntutan sosial terhadap prilaku kekerasan di lingkungan sosial.
Referensi :
-
Stuart, G.W. and Laraia, M.T (2005). Principles and practice of psychiatric Nursing 7
13
Model Existensial
Para ahli teori ekstensial yakin bahwa penyimpangan perilaku terjadi ketika individu
berada di luar pengaruh dirinya sendiri merasa sepi, sedih, dan tidak berdaya. Kurangnya
kesadaran diri disertai kritik tajam terhadap diri sendiri membuat individu tidak berpartisipasi
dalam hubngan yang memuaskan. Individu tidak bebas memilih semua alternatif yang mungkin
karena keterbatasan yang ditetapkan pada siri sendiri. Ahli teori ekstensial yakin individu
tersebut menghindari tanggung jawab personal dan menyerahkannya pada keinginan atau
tuntutan orang lain.
Semua terapi ekstensial memiliki tujuan mengembalikan individu kepada pemikiran
autentik tentang dirinya. Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan pilihan
ditekankan. Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini dan memandang masa
depan. Carl Rogers kadang kala termasuk dalam kelompok ahli terapi ekstensial.
14
Ekstensial Humanistik
Teori konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang
apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi
eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada
metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam. Terapi eksistensial berpijak pada premis
bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab
berkaitan.
Dalam
penerapan-penerapan
terapeutiknya
eksistensial-humanistik
makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendirian dan berada dalam
hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kecenderungan mengaktual diri (gerald
core: 1999) .
Referensi :
-
Berdasarkan pemahaman tersebut, tujuan terapi suportif ini adalah memberikan support
terhadap klien sehingga mampu menyelesaikan krisis yang dihadapinya dengan cara membangun
hubugan yang dihadapinya dengan cara membangun hubungan yang bersifat suportif antara klien
dan terapis meningkatkan kekuatan dan keterampilan dalam menggunakan sumber kopingnya,
meningkatkan kemampuan mengurangi distress subjektif dan respon koping yang maladaptif.
Teknik Pelaksanaan
16
Terapi suportif diberikan secara berkelompok dengan jumlah klien 8-10 orang tiap
kelompok. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling
membantu satu sama lain untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok
merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang
baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimilki,
diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain (Keliat & Akemat,
2005).
Hernawaty (2009) menerapkan terapi suportif pada keluarga yang memilki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa dalam 4 sesi. Keempat sesi pada terapi suportif
keluarga ini merupakan pengembangan dari berbagai aktifitas support system
enhancement yang dijelaskan oleh Mc cCloskey & Bulechek (1996, dalam Stuart Laraia,
1998) dan mutual support group bagi keluarga menurut Chien, Chan dan Thompson
(2006). Berbagai aktifitas di dalam supportif system enhancement meliputi :
1. Mengakses respon psikologis
2. Menentukan jejaring social yang ada dan adekuat
3. Mengidentifikasi family support
4. Mengidentifikasi family financial support
5. Menentukan support system yang biasa digunakan
6. Menentukan hambatan dalam menggunakna support system
7. Memonitor situasi keluarga saat ini
8. Menganjurkan klien berpartisipasi dalam aktifitas social dan masyarakat
9. Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain yang sama-sama tertarik
10. Mengarahkan pada self help group sebagai terapi yang dapat dilakukan secara
mandiri
11. Mengakses sumber masyarakat yang adekuat untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kelebihan
12. Mengarahkan pada masyarakat berdasarkan pada hal peningkatan, pencegahan,
pengobatan, atau program rehabilitasi yang tepat
13. Menyediakan layanan keperawatan dan cara yang suportif
14. Melibatkan keluarga, pihak lain dan teman dalam hal perawatan dan perencanaan
15. Menjelaskan pada yang lain bagaimana cara mereka dapat membantu
Teknik pelaksanaan terapi suportif disusun berdasarkan modifikasi uyang
dikembangkan oleh hernawati (2009) dan Klienberg (2010).
Sesi 1:
Mengidentifikasi kemmapuan klien dalam bersosialisasi pada sesi ini , yang akan
17
diketahuinya mengenai isolasi social, kemampuan klien didalam bersosialisasi, cara yng
biasa dilakukan dan hambtannya dalam bersosialisasi. Selain itu memberi motivasi pada
klien untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya tentang berbagai macam informasi
yang diketahui, memberi umpan balik positif kepada klien mengenai cara bersosialisasi
yang sudah benar dilakukannya selam ini, dan memberikan masukan serta penjelasan
mengenai cara bersosialisasi yang belum diketahui.
Sesi 2
Menggunakan sistem pendukung dalam keluarga, monitor, dan hambatannya.Pada
sesi ini yang dilakukan adalah mendiskusikan dengan klien mengenai kemampuan
positifnya menggunakan sistem pendukung dalam keluarga dengan melibatkan anggota
kelompok lainnya.
Sesi 3:
Menggunakan sistem pendukung di luar keluarga, monitor dan hambatannya . Pada
sesi ini yang dilakukan adalah mendiskusikan dengan klien mengenai kemampuan
positifnya menggunakan sistem pendukung di luar keluarga dan hambatannya, melatih
serta meminta klien untuk melakukan demonstrasi menggunakan sistem pendukung di
luar keluarga dengan melibatkan anggota kelompok lainnya.
Sesi 4
Mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung yang ada. Pada
sesi ini yang di lakukan adalah melatih kemampuan klien mengemukakan pendapat
tentang manfaat kegiatan yang telah dilakukan, mengevaluasi pengalaman yang dipelajari
dan pencapaian tujuan, mendiskusikan hambatan dan kebutuhan yang diperlukan
berkaitan dengan penggunaan sumber pendukung yang ada baik di dalam keluarga
maupun di luar keluarga, dan cara memenuhi kebutuhan tersebut, serta mendiskusikan
kelanjutan dari perawatan setelah program terapi.
Terapi suportif memilki 4 sesi dan 45-60 menit setiap sesinya. Pada setiap sesi
klien menggunakan catatan atau buku kerja untuk keberlangsungan latihan yang
diberikan pada klien. Pelaksanaan terapi suportif sesi 1-3 klien diarahkan untuk dapat
mengidentifikasi kemampuan bersosialisasi klien dan sistem pendukung yang asa baik
didalam maupun di luar keluarga, selanjutnya klien mempraktekkan cara penggunaan
18
sistem pendukung yang ada di dalam keluarga maupun di luar keluarga serta diarahkan
untuk membuat jadwal penggunaan sistem pendukung di dalam dan di luar keluarhga .
Sesi 4 klien mengevaluai pengalaman dalam menggunakan sistem pendukung yang ada
dan menungkapkan
Model Medikal
Model medical mengacu pada perawatan psikiatri yang didasarkan pada hubungan dokter
pasien. Ini berfokus pada diagnosis penyakit mental dan pengobatan selanjutnya didasarkan pada
diagnosis ini.
Perawatan somatik, termasuk farmakoterapi dan elektroconvulsive adalah komponen
penting dari proses pengobatan. Aspek interpersonal model medis sangat bervariasi, dari
wawasan intensif berorientasi ntervensi untuk sesi singkat yang melibatkan manajemen medikal
obat. (Stuart dan Larai, 1998, Hal. 61).
Sebagian besar perawatan psikiatri modern didominasi oleh model medis. Professional
kesehatan lainnya mungkin terlibat dalam rujukan antar, penilaian keluarga, dan pengajaran
kesehatan, tapi dokter dilihat sebagai pemimpin tim di bawah model ini. Elemen model lain
perawatan dapat digunakan bersama dengan model medis. Misalnya, pasien dengan schzophrenia
dapat diobati dengan obat fenotiazin. Pasien ini dapat juga diberikan dalam supportivetherapy
untuk mengembangkan skills sosisal adaptif . (Stuart dan Larai, 1998, Hal. 61)
Sebuah kontribusi positif dari model medis telah menjadi eksplorasi terus menerus untuk
penyebab penyakit mental yang menggunakan proses ilmiah. Baru langkah besar telah dibuat
untuk belajar tentang fungsi sistem otak dan saraf. Kemajuan ini telah menyebabkan pemahaman
tentang komponen fisiologis kemungkinan gangguan perilaku dan lebih banyak perawatan
psikiatrik efektif (Stuart, 1998, Hal. 61).
Model yang dikemukakan oleh Meyer, Kraeplin, Spitzer dan Frances ini mengemukakan
bahwa perilaku disebebkan oleh penyakit biologis. Gejala-gejala ii timbul akibat kombinasi
19
edisi keempat (DSM-IV) dari asosiasi psikiatris amerika. Nama namapenyakit yang disertai
dengan penjelasan kriteria diagnostik, terkait fitur umum medis dan psikiatris, diagram
menunjukkan longitudinal dari gangguan, dan jenis kelamin tertentu, umur, dan aspek budaya
dari masing masing penyakitnya. Perubahan dalam manual mencerminkan perubahan dalam
model medis perawatan kejiwaan. DSM pertama kali diterbitkan pada 1952, dan DSM-IV, yang
diterbitkan pada tahun 1994. (stuart:1998, Hal. 62).
Setelah diagnosis dibuat, pengobatan dimulai oleh para dokter dan sesuai dengan rencana
pengobatan. Anggota tim kesehatan lain mungkin menyumbangkan keahlian mereka. Respon
terhadap pengobatan dievaluasi pada pengamatan tujuan dokter perilaku gejala. Terapi
dihentikan bila gejala pasien telah disetorkan. Karena dalam sikap, beberapa orang yang
20
mengalami depresi mungkin dapat kembali ke gaya hidup yang biasa mereka setelah suatu
program pengobatan dan terapi suportif. Pasien lain mungkin memerlukan terapi jangka panjang,
sering termasuk farmakoterapi dan studi laboratorium berkala (Stuart,1998, Hal. 62)
Diagnosis penyakit dilandasi oleh kondisi yang ada dan informasi historis serta
pemeriksaan diagnostik. Pengobatan meliputi (Stuart&Laraia,2001, Hal.57) :
a.
Terapi somatik
b.
farmakoterapi
c.
Pengobatan : jangka panjang , jangka pendek
d.
Terapi suportif
e.
Insight oriented terapi yaitu belajar metode mengatasi stressor
Referensi :
-
menetralkan
masalah,
misalnya
pengabaian positif,
terdiri dari :
1. Kognitif yaitu respon yang ditunjukkan seperti perhatian terganggu, konsentrasi
buruk, pelupa, bermasalah dalam berfikir dan kreativitas menurun.
2. Afektif yaitu respon yang ditunjukkan seperti mudah terganggu, tidak sabar,
mudah gelisah, tegang, gugup dan ketakutan.
3. Fisiologis yaitu respon yang ditunjukkan seperti kehilangan keadaran,
produktivitas menurun, ketegangan fisik dan tremor.
4. Perilaku yaitu respon yang ditunjukkan seperti bicara cepat, kurang koordinasi,
gelisah dan reaksi terkejut.
5. Sosial yaitu respon yang ditunjukkan interaksi dengan orang lain
22
Sumber Koping
Stuart (2005) menyebutkan sumber-sumber koping terdiri dari aset ekonomi, kemampuan
bakat, teknik pertahanan, dukungan sosial, dan motivasi. Sumber koping lainnya adalah
keseimbangan energi, dukungan spiritual, keyakinan positif, pemecahan masalah , kemampuan
sosial, kesehatan fisik, sumber materi dan sosial.
Referensi:
-
DAFTAR PUSTAKA
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Suliswati dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:EGC
Anjas Surtiningrum. (2011). Pengaruh Terapi Suportif Terhadap Kemampuan Bersosialisasi
Pada Klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr . Amino Gondohutomo Semarang. Depok :
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280214-T%20Anjas%20Surtiningrum.pdf
23
24