Anda di halaman 1dari 73

BAB II

JUDUL PENGUJIAN

TUJUAN PENGUJIAN

KUAT TEKAN SEMEN PORTLAND

*Menerangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan kekuatan tekan mortar


*Menerangkan pengaruh kekuatan semen terhadap kekuatan bahan
*Membuat contoh uji kekuatan tekan aduk mortar dan menghitung tekan dari aduk mortar
TANGGAL PENGUJIAN

07 APRIL 2015

HARI PENGUJIAN

Selasa

ALAT DAN BAHAN PENGUJIAN


ALAT

*Timbangan 0,01 gr

*Gelas ukur

*Mesin pengaduk(teromol)

*Mesin penekan

*Spatula

*Tanki pemanas

*Cetakan kubus 5x5x5cm

*Pemadat plastik

GAMBAR PERALATAN DALAM PEMBUATAN KEKUATAN SEMEN


PORTLAND

A.Timbangan

B.Gelas Ukur

C.Spatula

D.Teromol

|2

E.Mesin Penekan Kekuatan Mortar


Bahan

F. Cetakan Berbentuk Kubus 5x5x5cm


*Semen portland
*Pasir
*Air suling

LANGKAH KERJA
I.

Persiapan pasta semen


1. Masukkan air pencampur(air suling) sebanyak 50% dari bahan semen kedalam
teromol pengaduk.
2. Masukkan semen sebanyak 500gr kedalam teromol pengaduk.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5)putaran permenit
selama 30 detik.
4. Masukkan pasir sebanyak 1375gr secara perlahan-lahan sambil pengaduk
dijalankan dengan kecepatan (140 5)putaran permenit selama 30 detik.

5. Hentikan mesin pengaduk , pindahkan kecepatan sedang menjadi (285


10)putaran permenitdan jalankan selama 30 detik.
6. Hentikan mesin pengaduk , segera bersihkan mortar yang menempel pada
dinding teromol selama 15detik ,selanjutnya ditutup selama 75 menit.
7. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10)putaran selama 1
menit.
8. Adukkan dibiarkan selama 90 detik.

9. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10)putaran selama


15menit.
II.

|2

Pencetakkan benda uji


1. 30 detik setelah selesai pengadukkan , masukkan mortar kedalam cetakkan
kubus 5x5x5cm.Cetakan diisi dalam 2 lapisan , dimana setiap lapisan
dipadatkan dengan menumbuk sebanyak 32kali dalam waktu 10 detik.
Keseluruhan waktu pencetakkan tidak boleh lebih dari 2 menit.
2. Ratakan permukaan mortar kemudian simpan cetakkan ditempat yang lembab
selama 24 jam.
3. Bukalah cetakan dan rendam mortar dalam air bersih , kemudian periksalah
kekuatan mortar dengan umur 3 hari dan 7 hari.

GAMBAR LANGKAH KERJANYA KUAT TEKAN SEMEN PORTLAND

A.Proses menimbang semen

B.Pengadukkan semen diteromol

C.Pencetakan semen cetakkan kubus

D.Batu yang dikeluarkan dari cetakan

|3

E.Perendaman batu didalam air

F. Batu sebelum ditekan

G. Batu 3 hari yang ditekan

H.Batu 7hari yang ditekan

LANDASAN TEORI
Semen Portland adalah bahan perekat hidrolis yaitu bahan perekat yang dapat mengeras bila
bersenyawa dengan air dan berbentuk benda padat yang tidak larut dalam air.
Semen hidrolis pada mulanya dibuat oleh Joseph Parker th 1796 dengan membakar batu
kapur argilasius yaitu batu kapur yg mengandung 20 % oksida silica, alumina dan besi.
Bahan Baku semen portland
Semen Portland dibentuk dari oksida-oksida utama yaitu : Kapur (CaO), Silika (SiO2),
Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3). Bahan baku untuk memperoleh oksida-oksida tersebut adalah
:
1. Batu kapur kalsium (CaCO3), setelah mengalami proses pembakaran menghasilkan kapor
oksida (CaO).
2. Tanah liat yang mengandung oksida Silika (SiO2), Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3).
3. Pasir kuarsa atau batu silica untuk menambah kekurangan SiO2.
4 Pasir besi untuk menambah kekurangan Fe2O3.
|4

Jenis-jenis semen portland


Adanya perbedaan persentase senyawa kimia semen akan menyebabkan perbedaan sifat
semen. Kandungan senyawa yang ada pada semen akan membentuk karakter dan jenis
semen. Dilihat dari susunan senyawanya, semen portlan dibagi dalam 5 jenis, yaitu :
1) Type I, semen yang dalam penggunaannya tidak secara khusus (pemakaian secara umum).
Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaran
khusus.
2) Type II, mengandung kadar C3A < 8 %. Semen yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen ini digunakan untuk bangunan
dan konstruksi beton yang selalu berhubungan dengan air kotor, air tanah atau utnuk podasi
yang tertanam di dalam tanah yang garam sulfat dan saluran air limbah atau bangunan yang
berhubungan langsung dengan air rawa.
3) Type III, memiliki kadar C3S dan C3A yang tinggi dan butirannya digiling sangat halus
sehingga cepat mengalami proses hidrasi. Semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase setelah pengikatan terjadi. Biasanya
digunakan pada bangunan-bangunan di daerah yang bertemperatur rendah (musim dingin).
4) Type IV, kadar C3S maksimum 35 % dan C3A maksimum 5 %. Semen portland yang
dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Digunakan pada pekerjaan beton
dalam volume besar (beton massa) dan masif, misalnya bendungan, pondasi berukuran besar
dll.
5) Type V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi
terhadap sulfat. Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang selalu berhubungan
dengan air laut, saluran limbah industri, bangunan yang terpengaruh oleh uap kimia dan gas
agresif serta untuk pondasi yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat
tinggi.
PERHITUNGAN KUAT TEKAN MORTAR
Perhitungan kekuatan tekan mortar= beben maksimum : luas permukaan benda uji
HASIL PENGAMATAN

|5

DATA HASIL PEMERIKSAAN


1. MORTAR (3HARI)
2
a) Luas bidang tekan= 25 cm

b) Beban maksimun dari 3 benda uji:


1) Ia=24kn
2) Ib=26kN
3) Ic=23kN
Jadi, kuat tekan mortar (3hari) masing-masing :
2
Ia=24 : 25 =0,96kN/ cm

2
Ib=26 : 25 = 1,04 kN/ cm

Ic = 23 : 25 = 0,92 kN/ cm

Jadi, kuat tekan mortar ( 3hari) rata-rata :


=0,96 kN/ cm
cm
3
2
=0,973 kN/ cm

+1,04 kN/ cm

+0,92 kN/

2. Mortar ( 7hari)
2
a. Luas bidang tekan= 25 cm

b. Beban maksimun dari 3 benda uji:


4) Ia=19kn
5) Ib=25kN
6) Ic=15kN
Jadi, kuat tekan mortar (7hari) masing-masing :
Ia=19 : 25 =0,76kN/ cm
Ib=25 : 25 = 1 kN/ cm

2
Ic =15 : 25 = 0,6 kN/ cm

Jadi, kuat tekan mortar ( 7hari) rata-rata :


=0,76 kN/ cm

+1 kN/ cm

+0,6 kN/ cm

3
=0,786 kN/ cm

|6

SIMPULAN
KEKUATAN TEKAN SEMEN PORTLAND
Kekuatan semen portland ditentukan dengan menekan benda uji semen sampai hancur. Benda
uji semen dibuat dengan mencampurnya dengan pasir silika seragam dan air dalam
perbandingan-perbandingan yang telah ditentukan, kemudian memasukkan campuran yang
bersangkutan kedalam cetakan kubus 5x5x5.
Hari,tanggal pengerjaan
:Selasa, 07 April 2015
Hari,tanggal pemerendaman : Rabu, 08 April 2015
Hari,tanggal penekanan

:Sabtu,11 April 2015(kuat tekan mortar 3 hari)


Rabu,15 April 2015(kuat tekan mortar 7 hari)

SARAN

Lakukan praktikum dengan baik dan benar.


Lakukan sesuai dengan prosedur yang ada agar mendapatkan hasil dan nilai yang baik
pulak sesuai dengan standar nilai yang telah ditentukan dan ditetapkan

|7

BAB III
JUDUL PENGUJIAN

: WAKTU PENGIKATAN SEMEN

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menentukan waktu pengikatan semen portland dengan menggunakan alat vicat
Dapat menentukan waktu pengikatan awal dari semen portland
Dapat menentukan waktu pengikatan akhir dari semen portland

TANGGAL PENGUJIAN

28 APRIL 2015

HARI PENGUJIAN

Selasa

ALAT DAN BAHAN PENGUJIAN


ALAT

*Timbangan 0,01 gr
*Mesin pengaduk(teromol)
*Spatula

*Plastik
*Gelas ukur
*Alat vicat

GAMBAR PERALATAN DALAM WAKTU PENGIKATAN SEMEN

A. Timbangan
Teromol

Bahan

B. Gelas Ukur

C. Spatula

*Semen portland

*Air suling

D.

|8

LANGKAH KERJA
1) Masukkan air suling 25% dari berat semen portland untuk mencapai
konsistensi normal semen kedalam teromol pengaduk.
2) Masukkan semen portland sebanyak 650gr, diamkan selama 30detik.
3) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5)putaran permenit
selama 30 detik.
4) Hentikan mesin pengaduk (teromol) selama 15 detik, sementara itu bersihkan
pasta yang melekat pada dinding teromol.

5) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10)putaran permenit


selama 1menit.
6) Buat pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan enam
kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15cm.
7) Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar,sehingga cincin
konik terisi penuh dengan pasta.
8) Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan sendok perata(spatula)
yang digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
9) Letakkan pelat kaca pada lubang besar, balikkan kemudian kelebihan pasta
pada lubang kecil cincin konik diratakan dan dilicinkan dengan sendok
perata(spatula).
10) Letakkan cincin konik yang berisi pasta didalam ruang yang lembab selama
30menit, tanpa terjadi kerusakan.
11) Letakkan cincin konik dibawah jarum vicat diameter 1mm dan kotakkan jarum
dengan bagian tengah permukaan pasta.
12) Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25mm
setiap menjatuhkan penurunan. Catatlah penurunan yang berlangsung selama
30detik.
CATATAN
1. Jarak antara titik-titik setiap menjatuhkan jarum adalah 6,4mm dan jarak titik terdekat
dengan tepi bagian dalam cincin konik 9,5mm.
2. Waktu pengikatan awal ditentukan pada penurunan 25mm
3. Waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada permukaan pasta
semen dengan menggunakan jarum.
4. Buatlah grafik penurunan terhadap waktu.

|9

LANDASAN TEORI
Waktu pengikatan semen diukur dengan alat vicat atau gillmore. Dengan alat ini
kita dapat melakukan pengukuran kecepatan atau waktu pengikatan semen portland. Dengan
demikian dapat ditentukan apakah pasta semen itu cukup lama berada dalam keadaan plastis
sampai beton yang bersangkutan dapat dotuangkan atau dapat dicor.Jangka waktu bagi beton
untuk tetap berada dalam keadaan plastis bergantung pada susunan kimia serta kehalusan
butiran semen, kadar air dan suhu didalam ruangan.

Sebenarnya yang lebih penting adalah waktu pengikatan awal, yaitu saat semen mulai
terkena air hingga mulai terjadi pengikatan (pengerasan). Untuk mengukur waktu pengikatan
biasanya digunakan alat vicat. Bagi jenis-jenis semen portland waktu pengikatan awal tidak
boleh kurang dari 60 menit sejak semen terkena air.
Apabila air ditambahkan atau dicampurkan dengan semen portland
, terjadilah reaksi kimia yang dinamakan hidrasi yang menghasilkan pasta yang plastis dan
dapat dibentuk dalam kurung waktu tertentu, dimana karakteristiknya
tidak berubah. Kurun waktu dimana tidak terjadi perubahan karakterisri
k i n i dikenal dengan periode dorman
S e l a n g b e b e r a p a s a a t t e r j a d i p e r u b a h a n p a d a pasta plastis tadi menjadi
lebih kaku, walaupun masih lunak namun sudah mulaisukar dibentuk. Fase ketika terjadi
perubahan ini disebut initial set, dimanawaktu air mulai dicampurkan denganinitial
set disebutwaktu pengikatan awal (initial setting time)
Fase ini berlanjut hingga kekakuannya menciptakan padatany a n g u t u h , d a n b i l a
i n i t e r c a p a i d i s e b u t f a s e f i n a l s e t , d i m a n a w a k t u y a n g diperlukan untuk
terbentuknya padatan yang utuh disebutwaktu pengikatan akhir (final setting time).
Menurut standar, waktu pengiktan awal yang diperlukan adalah 45 menit(Vicat test )
d a n 6 0 m e n i t ( Gillmore), sedangkan waktu pengikatan akhir aalah 8 jam (Vicat test ) dan 10
jam(Gillmore).
Dalam kenyataan di lapangan, waktu setting ini sanga
t b a n y a k dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yaitu temperatur lapangan dan angin
dapatm e m p e r c e p a t w a k t u p e n g i k a t a n . S e l a i n i t u , k o n d i s i a g r e g a t j u g a m e
m e g a n g peranan penting terhadap waktu pengikatan ini, dimana agregat yang kering
dan panas dapat juga mempercepat waktu pengikatan.

| 10

HASIL PENGAMATAN
Nomor pengamatan pengurutan
1
2
3
4
Dengan air sebanyak 161 gram

Waktu penurunan(menit)
15menit
30menit
45 menit
60 menit

Penurunan(mm)
36mm
25mm
11mm
4mm

STANDAR WAKTU PENGIKATAN SEMEN PORTLAND DENGAN ALAT VICAT


Minimum

:60 menit

Maksimum

: 8jam

GAMBAR LANGKAH KERJANYA WAKTU PENGIKATAN SEMEN PORTLAND


DENGAN ALAT VICAT

A.Proses menimbang semen B.Pengadukkan semen diteromol

c. Waktu pengikatan

SIMPULAN

Waktu pengikatan awal semen yang memenuhi syarat akan memberi kesempatan
pekerja melaksanakan pengangkutan, pengadukan, pengecoran dan pengerjaan
lainnya sebelum pasta semen mengeras.
Pada saat waktu 30menit, penurunan yang harus terjadi adalah 25mm, baru
dikatakan parktikumnya benar dan sesuai standard dan ketentuan yang ada.
Jika dalam waktu 30 menit, penurunannya masi diatas 25mm juga(sama dengan
waktu 15 menit/ >25mm), maka kurangi banyak air pada saat mengaduk semen
dengan menggunakan teromol(mesin pengaduk), sehingga waktu 30 menit terjadi
penurunan 25mm.

Jika dalam waktu 30 menit, penurunannya dibawah 25mm(<25mm), maka


tambahkan banyak air pada saat mengaduk semen dengan menggunakan
teromol(mesin pengaduk), sehingga waktu 30 menit terjadi penurunan 25mm.
| 11

SARAN
Lakukan praktikum dengan baik dan benar.
Lakukan sesuai dengan prosedur yang ada agar mendapatkan hasil dan nilai yang
baik pulak sesuai dengan standar nilai yang telah ditentukan dan ditetapkan

| 12

BAB IV
JUDUL PENGUJIAN

: KONSISTENSI SEMEN

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menguraikan hubungan antara pemeriksaan konsistensi dengan


pemeriksaan semen secara fisik lainnya.
Dapat terampil dengan menggunakan peralatan untuk menentukan konsistensi
normal semen
Dapat menentukan banyak air yang dipalai untuk mencampur semen dalam
keadaan konsistensi normal.
Dapat mengindentifikasikan bahwa semen portland telah mencapai konsistensi
normal.

TANGGAL PENGUJIAN

05 MEI 2015

HARI PENGUJIAN

Selasa

ALAT DAN BAHAN PENGUJIAN


ALAT

*Timbangan 0,01 gr
*Mesin pengaduk(teromol)
*Spatula
*Plastik
*Gelas ukur
*Alat vicat

GAMBAR PERALATAN DALAM KONSISTENSI SEMEN

A.Timbangan

B.Gelas Ukur

C.Spatula

D.Teromol

| 13

E. Alat Vicat

Bahan

F.Plastik

*Semen portland

*Air suling

LANGKAH KERJA
1. Masukkan air suling 25% dari berat semen portland untuk mencapai
konsistensi normal semen kedalam teromol pengaduk.
2. Masukkan semen portland sebanyak 650gr kedalam teromol pengaduk.
3. Diamkan selama 30detik.
4. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5)putaran permenit
selama 30 detik.
5. Hentikan mesin pengaduk (teromol) selama 15 detik, sementara itu bersihkan
pasta yang melekat pada dinding teromol.
6. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10)putaran permenit
selama 1menit.
7. Buat pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan enam
kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15cm.
8. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar,sehingga cincin
konik terisi penuh dengan pasta.
9. Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan sendok perata(spatula)
yang digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.

10. Letakkan pelat kaca pada lubang besar, balikkan kemudian kelebihan pasta
pada lubang kecil cincin konik diratakan dan dilicinkan dengan sendok
perata(spatula).
11. Letakkan cincin konik dibawah jarum vicat diameter 1mm dan kotakkan jarum
dengan bagian tengah permukaan pasta.

| 14

12. Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25mm
setiap menjatuhkan penurunan. Catatlah penurunan yang berlangsung selama
30detik.
GAMBAR LANGKAH KERJANYA KONSISTENSI SEMEN

A.Proses menimbang semen


C.Konsistensi semen

B.Pengadukkan semen diteromol

LANDASAN TEORI
Konsistensi Normal Semen adalah suatu kondisi pasta semen dalam keadaan standar
basah yang airnya merata dari ujung satu hingga ke ujung lainnya. Maksud dari konsistensi
normal semen itu sendiri untuk menentukan waktu mulainya pengikatan semen mulai dari
dicampurnya semen dengan air. Dan juga menentukan kadar air yang sesuai dalam semen
portland dalam waktu yang ditetukan. Karena jumlah air tersebut nantinya akan
mempengaruhi workability pasta semen itu sendiri.
Teori Percobaan ini dilakukan untuk menentukan jumlah air yg dibutuhkan pada
penyiapan pasta semen untuk pengujian. Le Chatelier adalah yang pertama mengobsrevasi
dan menemukan bahwa hidrasi dari semen secara kimiawi menghasilkan produk yang sama
dengan hidrasi dari masing-masing senyawa.
Hidrasi semen adalah reaksi yang tejadi antara komponen-komponen atau senyawasenyawa semen dengan air menghasilkan senyawa hidrat. Reaksi semen tersebut akan
menghasilkan panas yang akhirnya akan mempengaruhi kualitas (mutu) beton.
CATATAN

Untuk mendapatkan konsistensi normal dilakukan beberapa kali percobaan dengan kadar air
yang berbeda. Percobaan pertama kali banyak air yang diambil 25% dari berat semen. Setiap
percobaan harus dibuat dari semen yang baru dan selama percobaan alat-alat harus bebas
getaran. Konsistensi normal yang didapat pada penurunan (10 1)mm.

| 15

STANDAR
*AIR YANG DIGUNAKAN : 25%
*PENURUNANNYA

: (10 1)mm

PERHITUNGAN KONSISTENSI
Konsistensi=( berat air : berat semen) x100%
HASIL PENGAMATAN
Percobaa
n ke
1
2
3
4
5

Berat
semen
portland
650gram
650gram
650gram
650gram
650gram

Berat air
(berat jenis
air=1)
156gram
161 gram
170 gram
165 gram
163,8 gram

Konsistensi
Penurunan
semen portland dengan vicat
24%
24,7%
26,15%
25,38%
25,20%

7mm
8 mm
12 mm
11 mm
9,5 mm

SIMPULAN
Metode uji ini untuk menentukan tingkat perkembangan cepat kaku dari pasta semen
atau untuk menetapkan sementersebut memenuhi batas spesifikasi cepat kaku atau tidak.
Semen dengan pengikatan semu yang sangat cepat biasanyamemerlukan air sedikit lebih
banyak untuk menghasilkan konsistensi yang sama, yang dapat menghasilkan kuat
tekansedikit lebih rendah dan memperbesar penyusutan. Pengikatan cepat akan menyebabkan
kesulitan dalam penanganandan pengecoran beton yang biasanya akan menyebabkan semen
gagal memenuhi persyaratan waktu pengikatan.
Pada hasil laboratorium kami kelompok 4, dapat kami simpulkan bahwa laboratorium
kami berjalan dengan baik dan sukses karena hasil nya mendekati penurunan 10mm dengan
menggunakan air 25,20% pada percobaan ke-5
Jika hasil penurunannya masih (>10mm) pada waktu 15menit, maka
kurangilah airnya pada saat melakukan pengadukan dimesin teromol(mesin
pengaduk).

Jika hasil penurunannya masih (<10mm) pada waktu 15menit, maka


tambahkanlah airnya pada saat melakukan pengadukan dimesin teromol(mesin
pengaduk).

SARAN
Lakukan praktikum sesuai prosedur agar dapat mendapatkan hasil yang baik dan
memuaskan.
Jangan bermain dalam melakukan praktikum ini.
Kerjakan semaksimalnya.

| 16

BAB V
JUDUL PENGUJIAN

: KEKEKALAN SEMEN DENGAN KUE REBUS

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menertukan kekal atau tidaknya semen menggunakan cara pemeriksaan


kue rebus
Dapat menerangkan faktor-faktor yang memengaruhi kekekkalan semen
Dapat menenangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan kekekalan semen
dengan cara kue direbus
Dapat terampil dalam menggunakan peralatan yang diperlukan

TANGGAL PENGUJIAN

05 MEI 2015

HARI PENGUJIAN

Selasa

ALAT DAN BAHAN PENGUJIAN


ALAT

*Timbangan 0,01 gr

*Alat vicat

*Mesin pengaduk(teromol)

*Gelas ukur

*Spatula

*Hot plate

*Plastik

*Tangki pendingin

GAMBAR PERALATAN DALAM PEMBUATAN KEKUATAN SEMEN


PORTLAND

A.timbangan

B.gelas ukur

C.spatula

D.teromol

| 17

E. Plastik

F. Hot Plate

G. Alat Vicat

Bahan

*Air suling

*Semen portland

LANGKAH KERJA
1. Masukkan air suling 25% dari berat semen portland untuk mencapai
konsistensi normal semen kedalam teromol pengaduk.
2. Masukkan semen portland sebanyak 650gr kedalam teromol
pengaduk.Diamkan selama 30detik.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5)putaran permenit
selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk (teromol) selama 15 detik, sementara itu bersihkan
pasta yang melekat pada dinding teromol.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10)putaran permenit
selama 1menit.
6. Ambil pasta sekepal tangan dan letakkan diatas pelat kaca.
7. Bentuk kaca tersebut seperti kue dengan diameter 12cm dan tinggi dibagian
tengah 13mm dengan mengecil tebalnya ke bagian pinggirnya.
8. Diamkan kue tersebut diruang lembab selama 24 jam.
9. Masukkan kue tersebut kedalam air, kemudian air tersebut dididihkan(waktu
pendidihan air 30 menit) dan kue terus direbus selama 3jam.
10. Setelah itu angkat kue tersebut dan perhatikan keadaan phisiknya, apakah
terjadi perubahan bentuk, retak, pecah atau menunjukkan perubahan bentuk
lainnya.

| 18

CATATAN dan STANDAR


Semen dinyatakan tidak kekal jika terdapat retakan pada permukaan semen
GAMBAR LANGKAH KERJANYA KEKEKALAN SEMEN DENGAN KUE REBUS

A. Menimbang semen

B.Pengadukkan semen

C. Pembentukan kue rebus

LANDASAN TEORI
Kekuatan Semen ialah Kekuatan mekanis dari semen yag mengeras merupakan sifat yang
perlu di ketahui di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan gambaranmengenai
daya rekatnya sebagai bahan perekat (pengikat). Pada umumnya, pengukuran kekuatan daya
rekat ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur, kuat tarik, atau kuat tekan (desak) dari
campuran semen dengan pasir.
Kekekalan semen kue rebus mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi nya yaitu :
1) hidrasi semen
Proses Hidrasi berlangsung bilamana semen bersentuhan air dengan arah dari luar ke
dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap dibagian luar dan inti semen yang belum
terhidrasi di bagian dalam secara bertahap terhidrasi sehingga volumenya mengecil. Proses
permulaan Hidrasi tersebut berlangsung lambat, antara 2-5 jam yang disebut (periode induksi
atau aktif) sebelum mengalami percepatan setelah kulit permukaan pecah. Pada tahap hidrasi
berikutnya, pasta semen menjadi gel (butirannya sangat halus hasil hidrasi, memiliki luas
permukaan yang amat besar)
2) kekuatan pasta semen dan jumlah air yang dipakai
Kekuatan pasta semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang dipakai
waktu proses Hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan oleh proses
hidrasi hanya kira-kira 25 persen dari berat semennya, penambahan jumlah air akan
mengurangi kekuatan setelah mengeras. Akan tetapi, kelebihan air (pelumas) tersebut juga
akan mengakibatkan pasta berpori lebih banyak.
3) sifat fisik semen
Semen portland yang dipakai untuk beton harus mempunyai kualitas tertentu yang
telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif, pemeriksaan secara berkala perlu

dilakukan baik yang masih berbentuk bubuk kering maupun pasta semen yang sudah keras,
juga betonnya yang dibuat dari semen tersebut.ada sifat-sifat semen yang penting, yaitu;
| 19

a) kehalusan butiran
Reaksi antara semen dan air dimulai dari permukaan butir-butir semen, sehingga
semakin luas permukaan butir-butir semen (dari berat semen yang sama) maka makin cepat
proses hidrasinya. Secara umum, semen yang berbutir halus meningkatkan kohesi beton segar
(fresh concrete) dan dapat pula mengurangi bleeding, akan tetapi menambah kecenderungan
beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut
Pengaruh Suhu ketika semen yang dibentuk direbus kedalam air mendidih selama 3 jam.
pengerasan semen akan berjalan sangat lambat. Semakin tinggi suhu udara disekitarnya,
maka semakin cepat semen mengeras.Proses pengerasan semen sangat dipengaruhi oleh
suhu udara disekitarnya. Pada suhu kurang dari 15
HASIL PENGAMATAN
Hari, tanggal pengerjaan : Selasa , 05 MEI 2015
Hari, tanggal pemeriksaan: Rabu, 06 MEI 2015
Tidak ada batu nya yang berlubang ,pecah, dan retak.
Warnanya tetap, tidak ada berubah.
SIMPULAN
o Jika hasil kue rebusnya mengalami keretakan, pecah dan berlubang maka kondisi air
pada saat melakukan konsistensi semen tidaklah sesuai.
o Jika kue rebusnya tidak mengalami keretakan, pecah dan berlubang maka kondisi air
pada saat pengadukan dan pada saat melakukan konsistensi semen sudahlah sesuai.
SARAN
Lakukan praktikum sesuai prosedur agar dapat mendapatkan hasil yang baik dan
memuaskan.
Jangan bermain dalam melakukan praktikum ini.
Kerjakan semaksimalnya.

| 20

BAB VI
JUDUL PENGUJIAN

: BERAT JENIS SEMEN

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menyimpulkan pengaruh berat jenis semen serta terhadap kemurnian


Dapat menerangkan prosedur pemeriksaan berat jenis semen
Dapat menggunakan peralatan pemeriksaan berat jenis semen
Dapat menentukan berat jenis semen

TANGGAL PENGUJIAN

26 MEI 2015

HARI PENGUJIAN

Selasa

ALAT DAN BAHAN PENGUJIAN


ALAT

*Timbangan 0,01 gr

*Kawat

* Corong kaca

*Saringan minyak

*Le chatelier flash

GAMBAR PERALATAN DALAM BERAT JENIS SEMEN

A.Timbangan 0.01gr

B.Corong kaca

C.Kawat

D.Le chatelier

flash
BAHAN
Semen portland

kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API

| 21

LANGKAH KERJA
1. Isi botol Le Chatelir dengan menggunakan kerosin atau naptha sampai antara skala 0
dan 1, bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
2. Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu yang ditetapkan pada botol 20
3.
4.
5.
6.

untuk menyamakan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang ditetapkan pada botol.
Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang ditetapkan pada botol, baca
skala pada botol(v1)
Masukkan semen portland sebanyak 64 gram , sedikit demi sedikit kedalam botol,
hindarkan penempelan semen pada dinding dalam botol diatas cairan.
Setelah semua benda uji dimasukkan , putar botol dengan posisi miring secara
perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak ada lagi timbul pada permukaan cairan.
Ulang pekerjaan nomor 2 , setelah itu sauhu cairan dalam botol sama dengan suhu
yang ditetapkan pada botol, baca skala pada botol (v2).

LANDASAN TEORI
Menurut SNI - 7064 - 2004, PCC (Portland Composite Cement)merupakan bahan
pengikat hidrolus hasil penggilingan bersama-sama terak semen Portland dan gips dengan
satu atau lebih bahan anorganik,atau hasilpencampuran antara bubuk semen Portland
dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur
tinggi (blast furnaceslag), pozzolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total
bahananorganik 6% sampai dengan 35% dari massa semen Portland.Kegunaannya adalah
untuk konstruksi umum, seperti pekerjaan beton,pasangan bata, selokan, jalan, pagar
dinding dan pembuatan elemenbangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan,
panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya.
Berat jenis semen Portland komposit tidak sama dengan berat jenis semen Portland
biasa. Apabila semen Portland memiliki berat jenis kisaran3,0 - 3,2 maka semen Portland
komposit memiliki berat jenis kurang dari3,00. Untuk mengetahui berat jenis semen maka
digunakan rumus sebagai berikut.
PERHITUNGANNYA
BERAT JENIS SEMEN = BERAT SEMEN : (V2-V1) D
V1

:pembacaan pertama pada skala botol

V2

:pembacaan kedua pada skala botol

:berat isi air pada suhu 4

(v2-v1)

:isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu

| 22

CATATAN
Berat jenis semen portland antara 3-3,2
Percobaan dibuat dua kali dengan selisih yang diinginkan 0,01
HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN PERTAMA

Percobaan pertama sebelum


direndam didalam air
DIK: V2 = 22,15
V1 = 0,6

Percobaan pertama setelah


direndam kedalam air

D=1
berat semen = 64 gram

DIT:berat jenis semen


DIJ:

BERAT JENIS SEMEN

= BERAT SEMEN : (V2-V1) D


= 64:[22,15-0,6]1
=64:21,55 =2,969

Nilai 2,969 mendekati nilai 3, jadi nilai 2,969 digenapi menjadi 3

| 23

PERCOBAAN KEDUA

Percobaan kedua sebelum


didalam air
DIK: V2 =23,25
V1 =18,3

Percobaan keduasetelah direndam


direndam kedalam air
D=1
berat semen = 15 gram

DIT:berat jenis semen


DIJ:

BERAT JENIS SEMEN

= BERAT SEMEN : (V2-V1) D


=15:[23,25-18,3]1
=15:4,95 =3,03

SIMPULAN
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan:
1. Masih tidak sesuai dengan apa yang diinginkan karena hasil selisihnya belum
maksimal sesuai yang diinginkan perbedaannya yaitu 0,01
SARAN
1. Harus serius dan teliti dalam melakukan percobaan ini agar hasilnya bisa sesuai
dengan yang diinginkan.
2. Melakukan praktik sesuai dengan prosedur yang ada.

| 24

BAB VII
JUDUL PENGUJIAN

: KEKERASAN AGREGAT KASAR

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menentukan agregat kasar untuk pembuatan suatu konstruksi beton


berdasarkan kekerasannya.
Dapat menggunakan peralatan yang diperlukan.
Dapat menentukan sifat keras terhadap daya hancur dari agregat kasar.
Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan pengujian kekerasan agregat kasar
dengan menggunakan bejana tekan.

HARI PENGUJIAN

: SELASA

TANGGAL PENGUJIAN

: 16 JUNI 2015

ALAT YANG DIGUNAKAN :


NAMA ALAT
Timbangan 1gram
Oven pengering
Ayakan standar
Bejana silinder lengkap stempelnya
Bata pemadat
Mesin penekan

KETERANGAN
Kapasitas 2000gram

Dapat diatur pada suhu konstan(1105)


Dengan mata ayakan 14mm,10mm,dan 2,36mm
Terbuat dari baja

GAMBAR PERALATAN YANG AKAN DIGUNAKAN

A. Timbangan

B. Mesin Penekan

C. Oven Pengering

| 25

| 26

BAHAN YANG DIGUNAKAN

Agregat kasar yang akan diuji dalam keadaan jenuh air kering permukaan atau dalam
keadaan kering yaitu dengan mengeringkanmya dalam oven pada suhu (1105) selama
4 jam saja.
GAMBAR BAHAN YANG DIGUNAKAN

Agregat Kasar
LANGKAH KERJA
1. Saring agregat kasar dengan susunan ayakan 14mm dan 10mm.
2. Masukkan agregat dengan fraksi 14-10mm kedalam bejana setinggi 10cm kedalam
3lapisan yang masing-masing lapisan dipadatkan sebanyak 25kali dengan batang baja.
PERHATIKAN!!!!
Tinggi jatuh dari batang baja tersebut adalah 50mm diatas permukaan agregat.
3. Ratakan permukaan agregat.
4. Keluarkan bejana benda uji dari bejana dan timbang beratnya(A gram)
5. Lakukan pekerjaan no 2 dan 3 sekali lagi.
6. Letakkan stempel penekan didalam bejana.
7. Tekan bejana berikut stempelnya dengan tekan 40kN yang dicapai dalam waktu
10menit.
8. Hentikan penekanan dan keluarkan benda uji dari dalam bejana.
9. Saring benda uji yang telah ditekan dengan saringan 2,36mm.
10. Timbang berat benda uji yang tahan diatas ayakan 2,36mm(B gram)
11. Hitung persentase benda uji yang menembus lubang ayakan 2,36mm sampai
1desimal.
PERHITUNGANNYA
Benda uji yang menembus ayakan 2,36mm=(A-B):AX100%
A=berat benda uji
B= berat benda uji yang tertahan diatas ayakan 2,36mm

| 27

GAMBAR LANGKAH KERJANYA

Poses menekan agregatbkasar 20mm dengan kuat tekan 40 Kn.


LANDASAN TEORI
Pengujian agregat kasar terhadap tekanan ACV(Agregat Crushing Value) merupakan
simulasi pemberian beban terhadap suatu benda uji agregat kasar. Prinsip percobaan ini
adalah benda uji agregat diberi kenaikan tekanan tertentu selama beberapa waktu. Agregat
yang hancur kemudian di timbang dan dibandingkan dengan semua berat benda uji.
Kekuatan agregat kasar dapat bervariasi dalam batasan yang besar. Butir-butir
agregat dapat bersifat kurang kuat karena disebabkan oleh:
1. Bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal
pengikatan ( interlocking ).
2. Partikel yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan kekuatan terhadap
beban terkejut.
CATATAN
1) Pemeriksaan agregat kasar dilakukan dalam 2kali percobaan, sedangkan nilai
presentase agregat kasar yang tembus 2,36mm diambil rata-rata.
2) Presentase dari agregat kasar yang tembus 2,36mm dari hasil pemeriksaan
kekerasan agregat kasar untuk pemakaian suatu struktrur beton adalah sebagai
berikut ini:
N
o
1
2

% agregat tembus 2,36mm

Pemakaian

30%
40%

Digunakan untuk beton tahan aus


Beton biasa

| 28

HASIL PENGAMATAN
Hasil percobaan pertama
DIK:

Berat benda A:3429gram


Berat benda B:3422gram

DIT:

Benda uji yang menembus ayakan 2,36mm

DIJ:

Benda uji yang menembus ayakan 2,36mm=(A-B):AX100%


(3429-3422):3429X100%=0.204%

Hasil percobaan kedua


DIK:

Berat benda A:3532gram


Berat benda B:3518gram

DIT:

Benda uji yang menembus ayakan 2,36mm

DIJ:

Benda uji yang menembus ayakan 2,36mm=(A-B):AX100%


(3532:3518):3532X100%=0.396%

Jadi nilai rata-ratannya adalah


(Hasil percobaan pertama+hasil percobaan kedua):2 X100
(0.204+0.396)x100%:0.204=30%
GAMBAR HASIL KERJA

Percobaan 1 sebelum ditekan

Percobaan 2 sebelum ditekan

| 29

Percobaan 1 setelah ditekan

Percobaan 2 setelah ditekan

SIMPULAN
Dari hasil pengujian kekuatan agregat kasar terhadap tekanan diperoleh nilai AVC =
30%
Menurut bina marga apabila niali ACV 30% , maka menurut Bina Marga itu
termasuk pemakaian untuk beton tahan AUS.
Pengujian ini sangatlah penting dilakukan sebelum agregat kasar tersebut digunakan
dalam suatu pembangunan konstruksi.
Jika pada saat pengujian agregat kasar banyak yang hancur setelah ditekan , maka
dilapangan pun begitu juga.

SARAN
1. Harus serius dan teliti dalam melakukan percobaan ini agar hasilnya bisa sesuai
dengan yang diinginkan.
2. Melakukan praktik sesuai dengan prosedur yang ada.

| 30

BAB VIII
JUDUL PENGUJIAN

: BERAT JENIS PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menentukan berat jenis agregat halus dalam keadaan kering oven.
Dapat menentukan berat jenis agregat halus kering permukaan.
Dapat menentukan kadar air agregat halus kering permukaan jenuh air (SSD).
Dapat menerangkan kegunaan pemeriksaan ini dalam kaitannya dengan
perhitungan rancangan susunan campuran beton
Dapat menggunakan peralatan yang dipakai.

HARI PENGUJIAN

: SELASA

TANGGAL PENGUJIAN

: 07 JULI 2015

ALAT YANG DIGUNAKAN:


NAMA ALAT
Timbangan 0,01gram
Piknometer/gelas ukur
Kerucut terpancung untuk
menentukan keadaan SSD

Saringan no.4 (4,75mm)


Oven pengering

KETERANGAN
Kapasitas >2000gram
Kapasitas 500ml
Diameter atas (403)mm
Diameter bawah (903)mm
Tinggi (753)mm
Terbuat dari logam tebal minimum 0,8mm
Dengan penampang rata, berat (34015)gram
Diameter permukaan penumbuk (253)mm
Saringan standar
Dapat diatur suhu konstan 110 +5

Thermometer
Cawan
Hot plate
Desikator
Alat pembagi contoh

Riffle sampler

Barang penumbuk

| 31

GAMBAR PERALATAN YANG DIGUNAKAN

A. Timbangan

E. Oven Pengering

B. Hot plate

F.Cawan

C. Gelas Ukur

G.Kerucut Terpancung

BAHAN YANG DIGUNAKAN

D.Desikator

H.Thermometer

Benda uji adalah agregat yang lewat saringan nomor 4, yang diperoleh dari alat pembagi
contoh atau sistim perempat(Quatering) sebanyak 1000 gram.
Benda uji terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh air kering permukaan (SSD).
GAMBAR BAHAN YANG DIGUNAKAN

Agregat Halus
PROSEDUR PELAKSANAAN
a. Penentuan SSD agregat halus

1. Masukkan benda uji kedalam kerucut terpancung dalam 3lapisan, yang masingmasing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali, ditambah 1 kali penumbukkan untuk bagian
atasnya (seluruhnya 25 kali tumbukan).
2. Angkat cetakan kerucut terpancung perlahan-lahan.

| 32

Perhatikan!!!!
a. Sebelum diangkat, cetakan kerucut terpancung harus dibersihkan dari butiran agregat
yang berada dibagian luar cetakan.
b. Pengakatan cetakan harus benar-benar vertikal
3. Periksa bentuk agregat hasil pencetakan setelah kerucut terpancung diangkat.
Perhatikan!!!!
1. Jika keadaan agregat kering, maka agregat perlu ditambah air.
2. Jika keadaan agregat basah, maka agregat perlu dikeringkan di udara.
b.Penentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus
1. Timbang agregat dalam keadaan SSD tersebut pada a seberat 500gram dan masukkan
kedalam piknometer/gelas ukur.
2. Masukkan air bersih mencapai 90% isi piknometer, putar sambil diguncang sampai tidak
terlihat gelembung udara didalamnya.
Perhatikan !!!!
Proses untuk menghilangkan udara dalam piknometer dapat dipercepat dengan menggunakan
pompa hampa udara atau dengan merebus piknometer.
3.Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
4.Timbang piknometer berisi air 5 brnda uji (B1)
5.Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (1105) sampai berat tetap
kemudian dinginkan benda uji dalam desikator, lalu timbang beratnya (B2).
6.Isi kembali piknometer dengan air sampai tanda batas , lalu timbang beratnya(B3)
PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering(Bulk dry specific gravity)=B2/(B3+500-B1)
2. Berat jenis jenuh kering permukaan(SSD)
(Bulk SSD specific gravity)=500/(B3+500-B1)
3. Penyerapan=(500-B2)/B2X100%
KETERANGAN
B1: Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

B2: Berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram)


B3: Berat piknometer berisi air (gram)
500: Berat benda uji dalam keadaan SSD (gram)
| 33

CATATAN:

Hasil perhitungan dilaporkan dalam 2 desimal


Karena harga berat jenis yang tidak tetap walaupun dilakukan dengan sangat hatihati. Dalam hal ini diperlukan pemeriksaan berulang-ulang minimun 2kali
pemeriksaan. Kemudian diambil harga rata-ratanya.

LANDASAN TEORI
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan yang kita
uji.Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk menyerap
air.Jumlah rongga atau pori yang didapatpada agregat disebut porositas.
Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan campuran aspal dengan
agregat,campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti dibandingkan dengan
perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya pori agregat. Berat jenis yang
kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat sama akan dibutuhkan aspal
yang banyak dan sebaliknya.
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak
karena banyak aspal yang terserap akan mengakibatkan aspal menjadi lebih tipis.Penentuan
banyak pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terarbsorbsi oleh agregat. Nilai
penyerapan adalah perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh pori-pori dengan
agregat pada kondisi kering.
Macam-macam berat jenis yaitu:
1.
Berat jenis curah (Bulk specific gravity)
Adalah berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume yang ada (Volume pori yang
dapat diresapi aspal atau dapat dikatakan seluruh volume pori yang dapat dilewati air dan
volume partikel).
2.
Berat jenis kering permukaan jenis (SSD specific gravity)
Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi aspal
ditambah dengan volume partikel.
3.
Berat jenis semu (apparent specific gravity)
Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa memperhitungkan
volume pori yang dapat dilewati air.Atau merupakan bagian relative density dari bahan padat
yang terbentuk dari campuran partikel kecuali pori atau pori udara yang dapat menyerap air.
4.
Berat jenis efektif
Merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan semu,terbentuk dari campuran partikel
kecuali pori-pori atau rongga udara yang dapat menyerap air yang selanjutnya akan terus
diperhitungkan dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal.

Pada standar peraturan BS 812 : 1975 ini adalah determination of relative dan water arbsorbsi
:
1.
Ukuran nominal butiran yang dipakai adalah untuk ukuran besar dari 10 mm
2.
Ukuran butiran antara 40 mm 50 mm menggunakan metode gasjar
3.
Ukuran nominal butiran kecil dari 10 mm menggunakan metode piknometer
| 34

Kondisi agregat dilapangan akibat oleh air dibagi atas 4 macam yaitu :
1.
Keadaan kering oven atau mutlak
Yaitu kondisi dimana agregat setelah dioven selama 24 jam dengan suhu 110 5C.
2.
Keadaan kering udara
Yaitu apabila kondisi agregat yang memiliki air didalam pori tetapi mkering permukaanya.
3.
Keadaan jenuh kering muka ( SSD )
Yaitu bila semua pori berisi air dalam keadaan jenuh sedangkan kering kondisi ini dinamakan
dalam keadaan SSD.
4.
Keadaan basah atau penuh
Yaitu dimana seluruh permukaan agregat tersebut berisi air yang b iasanya disebut air
permukaan.
Jenis agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenis :
1.
Agregat normal
Berat jenisnya antara 2,5 2,7. Biasanya berasal dari granit, basalt dan kuarsa
2.
Agregat berat
Barat jenis lebih besar dari 2,8. Misalnya magnetic ( Fe3C4 ), barites ( BaSO4 ) atau serbuk
besi.
3.
Agregat ringan
Berat jenisnya kurang dari 2,5
STANDAR YANG DIGUNAKAN
Nilai berat jenis bulk/curah/kering : 2,50-2,80 gram
Agregat yang memiliki berat jenis seperti ini sangatlah cocok dalam digunakan
sebagai bahan dalam campuran beraspal dan harga agregat ini lah yang sangat
terjangkau..
Nilai penyerapannya <3%

| 35

HASIL PENGAMATAN
Hari, tanggal pengerjaan : Selasa , 07 JULI 2015
Hari, tanggal pemeriksaan: Rabu, 08 JULI 2015
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
PEMERIKSAAN
B1: Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
B2: Berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram)
B3: Berat piknometer berisi air (gram)
500: Berat benda uji dalam keadaan SSD (gram)
PEMERIKSAAN
Berat jenis kering(Bulk dry specific
gravity)
B2/(B3+500-B1)
Berat jenis jenuh kering permukaan(SSD)
(Bulk SSD specific gravity)
500/(B3+500-B1)
Penyerapan
(500-B2)/B2X100%

I
1314gram
480gram
1000gram
500gram

II
1298gram
495gram
981gram
500gram

I
2,58gra
m

II
2,70gra
m

RATA-RATA
(2,58+2,70)/2
=5,28/2=2,64gram

2,69gra
m

2,73gra
m

(2,69+2,73)/2
=5,42/2=2,71gram

4,17%

1,01%

(4,17%+1,01%)/2
=5,18%/2=2,59%

GAMBAR HASIL PENGAMATAN

Benda uji sesuai SSD

Berat piknometer+ benda uji +air

Berat piknometer +air

| 36

SIMPULAN
Pengujian Berat jenis agregat kasar sangat penting dilakukan sebbelum agregat
dipakai pada campuran aspal. Menurut SN M 10 1989-F. Agregat yang baik memiliki
Bj > 2,8 dan agregat ringan memiliki BJ 2,8 dan agregat sangat tringan Bj < 2 dan
penyerapan < 3 %
Jika agregat yang diuji tidak memenuhi standart maka agregat tidak baik digunakan
untuk konstruksi, namun jika Bj agregat melebihi standart. Boleh dipakai dalam pelaksanaan
nya terbilang boros karna agregat yang semakin bagus juga akan mahal.
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar

dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :


Berat jenis bulk = 2,64 gr
Berat jenis SSD = 2,71 gr
Penyerapan = 2,59 %
Berta jenis yang diisyaratkan adalah berkisar antara 2,5 2,8 gr dan nilai penyerapan
kecil dari 3 %.. Agregat yang diuji termasuk golongan agregat normal berdasarkan berat
jenisnya. Agregat tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat digunakan
sebagai bahan dalam campuran beraspal.
SARAN
Lakukan praktikum sesuai prosedur agar dapat mendapatkan hasil yang baik dan
memuaskan.
Jangan bermain dalam melakukan praktikum ini.
Kerjakan semaksimalnya.

| 37

BAB IX
JUDUL PENGUJIAN

: BERAT JENIS PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menentukan berat jenis agregat kasar dalam keadaan kering oven.
Dapat menentukan berat jenis agregat kasar kering permukaan.
Dapat menentukan kadar air agregat kasar kering permukaan jenuh air (SSD).
Dapat menerangkan kegunaan pemeriksaan ini dalam kaitannya dengan
perhitungan rancangan susunan campuran beton
Dapat menggunakan peralatan yang dipakai.

HARI PENGUJIAN

: SELASA

TANGGAL PENGUJIAN

: 07 JULI 2015

ALAT YANG DIGUNAKAN:


NAMA ALAT
Timbangan 0,01gram
Oven pengering

KETERANGAN
Kapasitas >5000gram
Dapat diatur suhu konstan (110 5

Penjepit
Bejana gelas
Kain penyerap
Desikator
Alat pembagi contoh

Riffle sampler

GAMBAR PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Timbangan

Oven Pengering

BAHAN YANG DIGUNAKAN

Desikator

Kain Penyerap

Agregat kasar diperoleh dengan menggunakan Riffer Sampler atau sistim


perempat(Quartering) sebanyak kira-kira 500gram.

| 38

GAMBAR BAHAN YANG DIGUNAKAN

Agregat Kasar
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan agregat.
2. Keringkan benda uji pada oven dengan suhu (110 5) sampai berat tetap.
3. Dinginkan dalam desikator, kemudian timbang beratnya(BK)
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 244jam.
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerapan sampai selaput air pada
permukaan agregat hilang(agregat ini dinyatakan dalam keadaan jenuh air kering
permukaan atau SSD)
Perhatikan!!!!
Untuk butiran yang besar, pengeringan dengan lap harus satu persatu.
6. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh air kering permukaan (BJ)
7. Masukkan benda uji kedalam bejana gelas dan tambahkan air hingga benda uji
terendam dan permukaan air pada tanda batas(pada bejana gelas diberi tanda batas)
8. Timbang berat bejana yang berisi benda uji+air(W1)
9. Bersihkan bejana dari benda uji dan masukkan lagi sampai permukaannya ada pada
tanda batas(seperti pada nomor 7).
10. Timbang beratnya(W2).
PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering(Bulk dry specific gravity)=BK/(W2+BJ-W1)
2. Berat jenis jenuh kering permukaan(SSD)
(Bulk SSD specific gravity)=BJ/(W2+BJ-W1)
3. Penyerapan=(BJ-BK)/BKX100%

| 39

KETERANGAN
BK: Berat jenis uji kering oven
BJ: Berat jenis uji kering permukaan jenuh air
W1: Berat bejana berisi benda uji+air
W2: Berat bejana berisi air
Catatan

Hasil perhitungan dilaporkan dalam 2 desimal


Karena harga berat jenis yang tidak tetap walaupun dilakukan dengan sangat hatihati. Dalam hal ini diperlukan pemeriksaan berulang-ulang minimun 2kali
pemeriksaan. Kemudian diambil harga rata-ratanya.

LANDASAN TEORI
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan yang kita
uji.Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk menyerap
air.Jumlah rongga atau pori yang didapatpada agregat disebut porositas.
Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan campuran aspal dengan
agregat,campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti dibandingkan dengan
perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya pori agregat. Berat jenis yang
kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat sama akan dibutuhkan aspal
yang banyak dan sebaliknya.
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak
karena banyak aspal yang terserap akan mengakibatkan aspal menjadi lebih tipis.Penentuan
banyak pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terarbsorbsi oleh agregat. Nilai
penyerapan adalah perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh pori-pori dengan
agregat pada kondisi kering.
Macam-macam berat jenis yaitu:
1.
Berat jenis curah (Bulk specific gravity)
Adalah berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume yang ada (Volume pori yang
dapat diresapi aspal atau dapat dikatakan seluruh volume pori yang dapat dilewati air dan
volume partikel).
2.
Berat jenis kering permukaan jenis (SSD specific gravity)
Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi aspal
ditambah dengan volume partikel.
3.
Berat jenis semu (apparent specific gravity)
Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa memperhitungkan
volume pori yang dapat dilewati air.Atau merupakan bagian relative density dari bahan padat
yang terbentuk dari campuran partikel kecuali pori atau pori udara yang dapat menyerap air.

| 40

4.
Berat jenis efektif
Merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan semu,terbentuk dari campuran partikel
kecuali pori-pori atau rongga udara yang dapat menyerap air yang selanjutnya akan terus
diperhitungkan dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal.
Pada standar peraturan BS 812 : 1975 ini adalah determination of relative dan water
arbsorbsi:
1.
Ukuran nominal butiran yang dipakai adalah untuk ukuran besar dari 10 mm
2.
Ukuran butiran antara 40 mm 50 mm menggunakan metode gasjar
3.
Ukuran nominal butiran kecil dari 10 mm menggunakan metode piknometer
Kondisi agregat dilapangan akibat oleh air dibagi atas 4 macam yaitu :
1.
Keadaan kering oven atau mutlak
Yaitu kondisi dimana agregat setelah dioven selama 24 jam dengan suhu 110 5C.
2.
Keadaan kering udara
Yaitu apabila kondisi agregat yang memiliki air didalam pori tetapi mengkering
permukaanya.
3.
Keadaan jenuh kering muka ( SSD )
Yaitu bila semua pori berisi air dalam keadaan jenuh sedangkan kering kondisi ini dinamakan
dalam keadaan SSD.
4.
Keadaan basah atau penuh
Yaitu dimana seluruh permukaan agregat tersebut berisi air yang b iasanya disebut air
permukaan.
Jenis agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenis :
1.
Agregat normal
Berat jenisnya antara 2,5 2,7. Biasanya berasal dari granit, basalt dan kuarsa
2.
Agregat berat
Barat jenis lebih besar dari 2,8. Misalnya magnetic ( Fe3C4 ), barites ( BaSO4 ) atau serbuk
besi.
3.
Agregat ringan
Berat jenisnya kurang dari 2,5
HASIL PENGAMATAN
Hari, tanggal pengerjaan : Selasa , 07 JULI 2015
Hari, tanggal pemeriksaan: Rabu, 08 JULI 2015
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
PEMERIKSAAN
Berat kering permukaan jenuh (SSD)(BJ)
Berat kering oven(BK)
Berat bejana yang isi air(W1)
Berat bejana+benda uji+air(W1)

I
508gram
500gram
1000gram
1330gram

II
520gram
500gram
925gram
1257gram

| 41

PEMERIKSAAN
Berat jenis bulk
BK/(W2+BJ-W1)
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
BJ/(W2+BJ-W1)
Penyerapan
(BJ-BK)/BKX100%
SIMPULAN

I
2,80gra
m
2,86gra
m
1,6%

II
2,66gra
m
2,76gra
m
4%

RATA-RATA
(2,80+2,66)/2
=5,46/2=2,73gram
(2,86+2,76)/2
=5,62/2=2,81gram
(1,6%+4%)/2
=5,6%/2=2,80%

Pengujian Berat jenis agregat kasar sangat penting dilakukan sebbelum agregat
dipakai pada campuran aspal. Menurut SN M 10 1989-F. Agregat yang baik memiliki
Bj > 2,8 dan agregat ringan memiliki BJ 2,8 dan agregat sangat tringan Bj < 2 dan
penyerapan < 3 %
Jika agregat yang diuji tidak memenuhi standart maka agregat tidak baik digunakan
untuk konstruksi, namun jika Bj agregat melebihi standart. Boleh dipakai dalam pelaksanaan
nya terbilang boros karna agregat yang semakin bagus juga akan mahal.
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar

dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :


Berat jenis bulk = 2,73 gr
Berat jenis SSD = 2,81 gr
Penyerapan = 2,80 %
Berta jenis yang diisyaratkan adalah berkisar antara 2,5 2,8 gr dan nilai penyerapan kecil
dari 3 %.. Agregat yang diuji termasuk golongan agregat normal berdasarkan berat jenisnya.
Agregat tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat digunakan sebagai bahan
dalam campuran beraspal.
SARAN
Lakukan praktikum sesuai prosedur agar dapat mendapatkan hasil yang baik dan
memuaskan.
Jangan bermain dalam melakukan praktikum ini.
Kerjakan semaksimalnya.

| 42

BAB X
JUDUL PENGUJIAN

: MENENTUKAN KADAR ORGANIK DIDALAM


AGREGAT HALUS

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menerangkan prosedur pemeriksaan kadar zat organic didalam agregat


halus.
Dapat menerangkan cara yang harus dilakukan, jika ternyata agregat halus banyak
mengandung kadar zat organic.
Dapat menggunakan peralatan yang diperlukan.

HARI PENGUJIAN

: SELASA

TANGGAL PENGUJIAN

: 07 JULI 2015

ALAT YANG DIGUNAKAN:


Nama Alat
Keterangan
Tabung Kaca
Dilengkapi dengan skala isi
Gelas Ukur
BAHAN YANG DIGUNAKAN:
Pasir
Larutan Na(OH) 3%
Bahan pembantu yang merupakan cairan pembanding warna(warna standar) yang
terbuat dari:
Cairan pembanding sementara (hanya 1 kali pakai)
Cara pembuatannya:
1. Buat larutan asam tanin dalam 10%alkohol
2. Buat larutan 3% sodium hidroksida
3. Campur 2,5ml larutan asam tannin dengan 97,5ml larutan sodium
hidroksida 3%
4. Simpan dalam botol tertutup rapat
5. Kocok dan diamkan selama 24jam
Cairan pembanding permanen
Cara pembuatannya:
1. Masukkan campuran 9gram ferri chloride(FeCl36H2O) dengan 1gram
cobalt chloride(CoCl26H2O) kedalam 100ml air yang telah
mengandung 1/3ml asam HCl.
2. Simpan larutan ini didalam botol tertutup rapat dan mempunyai warna
yang permanen.

| 43

GAMBAR ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

PASIR

GELAS UKUR

TABUNG KACA

PROSEDUR PELAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Isikan agregat halus yang diuji kedalam botol sampai 130ml.


Tambahkan larutan sodium hidroksida 3%sampai 200ml.
Tutup botol dengan rapat
Kocok botol selama 10 menit
Diamkan selama 24 jam
Amati warna cairan diatas permukaan agregat halus dalam botol itu dan bandingkan
warnanya dengan larutan pembandingan.

LANDASAN TEORI
Zat organik yang terkandung dalam agregat halus umumnya berasal dari
penghancuran zat-zat tumbuhan, terutama yang berbentuk humus dan Lumpur organik. Zat
organik yang merugikan diantaranya gula, minyak dan lemak. Gula dapat menghambat
pengikatan semen dan pengembangan kekuatan beton, sedangkan minyak dan lemak dapat
mengurangi daya ikat semen. Oleh sebab itu diperlukan pengujian agregat untuk menentukan
bisa tidaknya agregat digunakan dalam campuran pembuatan beton.
Salah satu cara untuk menguji adanya zat organic dalam agregat halus adalah dengan cara
kalori meter. Pada pengukuran calorimeter, zat organic dinetralkan dengan larutan NaOH 3%
dan warna yang terjadi dibandingkan dengan warna standar setelah didiamkan selama 24
jam.
Sesuaikan warna larutan yang terlihat pada botol kaca dengan warna yang terdapat pada tabel
warna standar:
nomor 1-2 untuk kadar lumpur rendah
nomor 3 untuk kadar lumpur normal
nomor 4-5 untuk kadar lumpur tinggi
(Semakin besar nomor warna semakin tua warnanya)
Menurut metoda SNI untuk uji warna, apabila warna hasil uji terletak pada nomor 3 dan
nomor 2 maka dapat digunakan untuk beton normal, apabila terletak pada nomor 1 dapat
digunakan untuk beton mutu tinggi.

| 44

HASIL PENGAMATAN
Hari, tanggal pengerjaan : Selasa , 07 JULI 2015

Hari, tanggal pemeriksaan: Rabu, 08 JULI 2015


Hasil pengujian dari kelompok 4 SI 2E tentang menentukan kadar organic didalam
agregat halus adalah : warna larutan yang terlihat pada botol kaca dengan warna nomor 1.
SIMPULAN
Dari hasil pengujian dengan membandingkan warna larutan, dapat disimpulkan bahwa
agregat halus yang diuji memiliki kadar zat organik yang rendah karena terletak pada no1
pada tabel warna pembanding. Sehingga agregat dapat digunakan untuk campuran beton
mutu tinggi.
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan (artificial sand)
yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.
Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak mengandung bahan
organik. Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan humus umumnya banyak
tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan organik ini berpengaruh negatif pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat lain bereaksi
dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan
beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses pengerasan berlangsung lambat.
SARAN
Lakukan praktikum sesuai prosedur agar dapat mendapatkan hasil yang baik dan
memuaskan.
Jangan bermain dalam melakukan praktikum ini.
Kerjakan semaksimalnya.

| 45

BAB XI
JUDUL PENGUJIAN

: KADAR AIR AGREGAT

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menerangkan prosedur pemeriksaan kadar air agregat.


Dapat presentase kadar air dari agregat
Dapat menggunakan peralatan yang diperlukan.

HARI PENGUJIAN

: SELASA

TANGGAL PENGUJIAN

: 14 JULI 2015

ALAT YANG DIGUNAKAN:


Nama Alat
Timbangan
Cawan
Oven pengering

Keterangan
Ketelitian 0,01 gram
Dibuat dari porselin/baja

GAMBAR ALAT YANG DIGUNAKAN

Timbangan

Cawan

Oven Penering

| 46

BAHAN YANG DIGUNAKAN:


Berat contoh agregat minimum tergantung pada ukuran butiran maksimun sesuai daftar
nomor 1.

Ukuran butiran maksimum(mm)


6.3
9.6
12.7
19.1
25.4
38.1
50.8
63.5
76.2
88.9
101.6
152.4
CATATAN:

Berat contoh agregat minimum(kg)


0.5
1.5
2.0
3.0
4.0
6.0
8
10
13
16
25
50

Hasil perhitungan kadar air agregat dilaporkan dalam 2 desimal


Pemeriksaan kadar air agregat dilakukan miniml 2kali kemudian diambil harga rataratanya.

PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Menimbang berat cawan (W1).
2. Memasukkan benda uji kedalam cawan(W2)
3. Menimbang berat cawan yang berisi benda uji tersebut(W3=W2-W1)
4. Mengeringkan cawan dan benda uji tersebut didalam oven dengan suhu (1105)
selama 24 jam sam[ai berat nya menjadi tetap.
5. Menimbang berat cawan dan benda uji setelah dikeringkan(W4)
6. Menghitung berat benda uji kering oven(W5=W4-W1)
LANDASAN TEORI
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat perlu
diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam campuran beton.
Agregat yang basah (banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan
sebaliknya.

| 47

Kadar air dalam agregat ada dua macam yaitu kadar air bebas dan kadar air terikat.
Kadar air bebas adalah air pada permukaan agregat, sedangkan kadar air terikat adalah air
yang dikandung oleh agregat baik dalam keadaan basah atau SSD. Kadar air merupakan
perbandingan antara berat air seluruhnya yang terkandung dalam agregat dengan berat
agregat kering oven yang dinyatakan dalam persen. Besar kadar air agregat relatif tergantung
letak dimana agregat tersebut disimpan (dipengaruhi oleh suhu dan cuaca). Sebelum agregat
digunakan, sebaiknya diuji langsung untuk mengetahui kadar air yang terkandung di
dalamnya, sehingga dapat dipastikan kebutuhan air yang digunakan dalam adukan. Selain itu
dengan diketahuinya kadar air agregat, maka perencanaan mix design menjadi lebih akurat
karena adanya faktor koreksi kadar air terhadap tegangan yang direncanakan. Kadar air
normal agregat halus adalah 6,5%, sedangkan agregat kasar adalah 1,06%. Berat air yang
terkandung dalam agregat besar sekali pengaruhnya pada pekerjaan yang menggunakan
agregat terutama beton. Dengan diketahui kadar air yang terkandung dalam agregat, maka
perencanaan mix design menjadi lebih akurat karena adanya faktor koreksi kadar air
campuran beton terhadap tegangan tekan rencana yang akan dicapai
PERHITUNGAN
Kadar air agregat: (W3- W5): W5x 100%
Keterangan : W3=berat benda uji semula (gram)
W5=berat benda uji kering oven (gram)

| 48

HASIL PENGAMATAN & PENGUJIAN


Data pengujian kadar air agregat
Hari, tanggal pengerjaan : Selasa , 14 JULI 2015
Hari, tanggal pemeriksaan: Rabu, 15 JULI 2015
Pasir

Kerikil

Pemeriksaan
I

II

III

II

III

Berat cawan
W1 (gram)

395,60

395,60 395,60 395,60 395,60 395,60

W2 (gram)

508,00

501,80 525,60 769,20 589,30 703,10

112,40

106,20 130,00 373,60 193,70 307,50

500,90

494,30 517,10 763,40 586,49 697,40

105,30

98,70

6,74

7,59

Berat cawan + benda uji

W3=
Berat benda uji

Berat cawan + benda uji


kering oven
Berat benda uji kering
oven

W2-W1
(gram)

W4 (gram)

W5=
W4-W1
(gram)

Kadar air = (W3- W5): W5x 100%


Kadar air rata rata

121,50 367,80 190,89 301,80

6,99

1,57

1,47

1,88

(%)
7,10

1,64

SIMPULAN
Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang terkandung dalam
agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat semula dengan berat agregat setelah

kering oven maka semakin banyak pula air yang dikandung oleh agregat tersebut dan
sebaliknya. Karena besar kecilnya kadar air berbanding lurus dengan jumlah air yang
terkandung dalam agregat maka semakin besar jumlah air yang terkandung dalam agregat
maka semakin besar pula kadar air agregat itu dan sebaliknya. Akan tetapi bila berat kering
oven besar maka kadar air akan semakin kecil dan sebaliknya. Dari pengujian ini kita
mendapatkan nilai kadar air untuk agregat halus 7,10 % dan agregat kasar 1,64%.
SARAN
Lakukan praktikum sesuai prosedur agar dapat mendapatkan hasil yang baik dan
memuaskan.
Jangan bermain dalam melakukan praktikum ini.
Kerjakan semaksimalnya.

| 49

BAB XII
JUDUL PENGUJIAN

: PENENTUAN KADAR BUTIR HALUS LEWAT


SARINGAN NOMOR 200

HARI PENGUJIAN

: SELASA

TANGGAL PENGUJIAN

: 14 JULI 2015

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan kadar butir halus dari


agregat.
Dapat menentukan kadar lumpur dalam agregat halus.
Dapat menentukan kadar lumpur dalam agregat kasar.
Dapat menentukan peralatan yang diperlukan.

ALAT YANG DIGUNAKAN:

Saringan nomor 16 dan nomor 200


Timbangan 0.01 gram
Bejana gelas
Pengaduk
Oven pengering
Cawan
Penjepit
Desikator

GAMBAR PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Timbangan

Oven Pengering

Cawan

Desikator

| 50

BAHAN YANG DIGUNAKAN


Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran agregat maksimum sesuai
dengan daftar:
Ukuran agregat maksimum(mm)
2.36
4.8
9.6
19.1
38.1

Berat contoh kering minimum(gram)


100
500
2000
2500
5000

PERSIAPAN BENDA UJI


1. Masukkan contoh agregat kurang lebih 1,25kali berat benda uji kedalam cawan dan
keringkan dalam oven dengan suhu (1105) sampai berat tetap.
2. Timbang benda uji dengan berat (W1) sesuai daftar nomor 1.
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Masukkan benda uji kedalam bejana dan tuangkan air bersih kedalam bejana sehingga
benda uji terendam.
2. Aduk contoh benda uji sehingga terpisah dari bagian halus.
3. Tuangkan suspense yang kelihatan keruh dengan perlahan-lahan kedalam susunan
ayakan.
PERHATIKAN!!!

Pada waktu menuangkan suspense usahakan agar butiran agregat kasar tidak ikut tertuang
untuk mencegah terjadinya kerusakan pada ayakan.
4. Ulangi pekerjaan nomor 1, 2, 3, diatas beberapa kali sehingga air cucian didalam
bejana kelihatan jernih.
5. Bilas butiran-butiran yang tertinggal diatas susunan ayakan sehingga air bilasan
kelihatan jernih.
6. Tamping butiran-butiran yang tertinggal diatas ayakan dan didalam bejana.
7. Keringkan butiran tersebut dalam oven dengan suhu (1105) sampai beratnya
menjadi tetap.
8. Timbang dan catatlah beratnya(W2).

| 51

PERHITUNGAN
Kadar butir halus lewat ayakan no 200=(W1-W2): W1X100%
Keterangan:

W1=berat benda uji semula


W2=berat butiran yang tertahan pada saringan nomor 200 (gram)

CATATAN
Hasil perhitungan diambil sampai 1 desimal
Penentuan kadar butir halus lewat saringan nomor 200 , dilakukan minimum 3 kali.
LANDASAN TEORI
SYARAT dan KETENTUAN
Berdasarkan SNI S-04-1989-F
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat lolos melalui ayakan
0.060 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5% maka agregat harus dicuci.
Berdasarkan PBI 1971 N.1-2 (pasal 3.3 agregat halus/pasir)
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat lolos melalui ayakan
0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5% maka agregat harus dicuci.
HASIL PENGAMATAN
Hari,tanggal pengerjaan

:Selasa, 14 Juli 2015

Hari,tanggal pemeriksaan

: Rabu, 15 Juli 2015

Percobaan l
Berat pasir mula-mula : 200 gram
Berat setelah dicuci : 192,4 gram
Berat lumpur : (200-192,4) gram = 7,6 gram
Prosentase kandungan lumpur : 7,6/200 x 100% = 3,8%
Percobaan ll
Berat pasir mula-mula : 200 gram
Berat setelah dicuci : 181,5 gram
Berat lumpur : (200-181,5) gram = 18,5 gram
Prosentase kandungan lumpur : 18,5/200 x 100% = 9,2%
Percobaan III
Berat pasir mula-mula : 200 gram
Berat setelah dicuci : 190,2 gram
Berat lumpur : (200-190,2) gram = 9,8 gram
Prosentase kandungan lumpur : 9,8/200 x 100% = 4,9%
Berat rata-rata kandungan lumpur : 5,9%
|
52

SIMPULAN
1. Pada percobaan kandungan lumpur dengan sistem pencucian ini didapatkan 7,6 gram
kandungan lumpur dipercobaan l dan 18,5 gram kandungan lumpur pada percobaan ll,pada
percobaan III kandungan lumpurnya 9,8gram sehingga memperoleh berat lumpur rata-rata
11,9 gram dengan presentase rata-rata 5,9%.
2. Presentase kandungan lumpur tersebut tidak sesuai dengan batas yang diizinkan oleh SNI
S-04-1989-F dan PBI 1971 N.1-2, yaitu maksimal 5%.
SARAN
Meskipun agregat halus dalam percobaan ini mengandung lumpur lebih dari 5%, yaitu 9,5%.
Namun agregat halus ini masih dapat dimanfaatkan, yaitu digunakan sebagai bahan campuran
pembuatan beton B-0 yang digunakan sebagai lantai kerja.
Lakukan praktikum sesuai prosedur agar dapat mendapatkan hasil yang baik dan
memuaskan.
Jangan bermain dalam melakukan praktikum ini.
Kerjakan semaksimalnya.

| 53

BAB XIII
JUDUL PENGUJIAN

: ANALISA AYAK AGREGAT

HARI PENGUJIAN

: SELASA

TANGGAL PENGUJIAN

: 14 JULI 2015

TUJUAN PENGUJIAN

Dapat menentukan gradasi agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan hasil
analisa saringan/ayakan
Dapat menggunakan peralatan yang diperlukan
Dapat menggambarkan data hasil pemeriksaan kedalam grafik gradasi

ALAT YANG DIGUNAKAN:


Nama peralatan
Timbangan
Timbangan
Ayakan standar
Ayakan standar
Mesin penggetar ayakan
kwas

Keterangan
Kapasitas 23 kg
Kapasitas 5kg dengan ketelitian 0,1gram
Untuk agregat kassar
Untuk agregat halus
Dibuat dari bulu dan kawat tembaga

GAMBAR PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Timbangan
BAHAN YANG DIGUNAKAN
Contoh agregat dikeringkan diudara, dicampur rata.
Kemudian contoh agregat diambil sebagian.
Pengambilan contoh uji dapat dilakukan dengan dua cara.

| 54

1. Cara kuatering
Contoh agregat ini diaduk dan dionggokan menyerupai bukit berbentuk
lingkaran. Lingkaran ini dibagi empat, dua bagian yang berhadapan dicampur lagi dan
yang lain dipisahkan. Terhadap bagian yang dicampurkan ini dilakukan lagi seperti
yang diatas. Pekerjaan ini dilakukan beberapa kali sehingga dicapai jumlah contoh
yang cukup untuk percobaan ayak.
2. Menggunakan riffle sampler
Contoh agregat ini diaduk dan dimasukkan kedalam riffle sampler, dimana alat
ini sendirinya membagi contoh agregat menjadi dua bagian. Terhadap salah satu
bagian dilakukan pemisahan dengan riffle sampler lagi. Pekerjaan ini dilakukan
sehingga dicapai jumlah contoh yang cukup untuk percobaan ayak(beberapa kali).
Jumlah contoh
a. Agregat halus
Jumlah contoh agregat halus mula-mula diambil 5kg, kemudian dari 5kg ini diambil
sebagian sama dengan angka kehalusannya.
1. Angka kehalusan lebih dari 2,5, diambil contoh agregat 400-800gram.
2. Angka kehalusan lebih dari 1,5-2,5 , diambil contoh agregat 200-400gram.
3. Angka kehalusan kurang dari1,5, diambil contoh agregat 100-200gram.
b. Agregat kasar
Jumlah contoh untuk diayak kurang lebih 0,4 kali besar butir terbesar dalam mm,
dijadikan kg.
Misalnya:
besar butir maksimum=50mm(50kg)
Jadi contoh agregat yang diambil=0,4x50kg=20kg
PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Analisa ayak agregat halus

1. Agregat halus dikeringkan didalam oven dengan suhu (1105) , sampai


beratnya menjadi tetap.
Timbang agregat halus sebanyak 5000kg.
Saring benda uji sebanyak itu dengan menggunakan susunan ayakan 4mm keatas.
Dari benda uji yang tembus ayakan 4mm, timbang sebanyak 500gram.
Ayak agregat yang banyaknya 500gram tersebut, dengan susunan ayakan sebagai
berikut: 0.125mm;0.25mm;0.5mm;1mm;2mm sedangkan ukuran ayakan paling
besar ditempatkan paling atas.
6. Pengayakan ini dilakukan dengan meletakkan susunan ayakan pada mesin
pengguncang, dan agregat digoncang selama 15 menit.
7. Bersihkan masing-masing ayakan, dimulai dari ayakan teratas dengan kuas cat
yang lemas.
2.
3.
4.
5.

PERHATIKAN!!!
Pengikatan jangan terlalu keras, sekedar menurunkan debu yang mungkin masih melekat
pada ayakan.
8. Timbang berat agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan
| 55

9. Hitung presentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing ayakan
terhadap berat total.
PERHATIKAN!!!
a. Presentase berat benda uji yang tertahan diatas ayakan 4mm keatas, dihitung
berdasarkan berat 5000gram.
b. Presentase berat benda uji yang tertahan diatas ayakan 2mm keatas, dihitung
berdasarkan berat 500gram
B. Analisa ayak agregat kasar
1. Timbang benda uji seberat 0,4xbesar butir terbesar dijadikan kilogram.
2. Ayak benda uji tersebut menggunakan susunan ayakan sebagai
berikut:4mm;8mm;16mm;31.mm;63mm, sedangkan ayakan yang terbesar
diletakkan paling atas.
3. Pengayakan ini dilakukan dengan meletakkan susunan ayakan pada mesin
pengguncang, dan agregat digoncang selama 15 menit.
PERHATIKAN!!!
Jika yang tembus dari ayakan 4mm lebih dari atau sama dengan 500gram, maka yang tembus
harus diayak lagi, menggunakan ayakan agregat halus yaitu 2mm kebawah.
4. Timbang berat agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan.
5. Hitung presentase berat benda yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan
terhadap berat total.

PERHITUNGAN
Presentase berat benda uji yang tertahan diatas saringan a=(A/B)X100%
KETERANGAN
A=berat benda uji yang tertahan diatas saringan a mm
B=berat benda uji total
CATATAN
1. Pemeriksaan analisa ayak ini dapat dilakukan hanya 1 kali percobaan.
2. Data hasil pemeriksaan dilaporkan:
a. Jumlah persen sisa diatas masing-masing ayakan, dihitung dari contoh aslinya
sampai dengan satu decimal.
b. Modulus kehalusan dari masing-masing agregat.
Modulus kehalusan ialah jumlah sisa seluruh pada tiap-tiap ayakan yang lubangya
berbanding dua kali lipat, dimulai dengan ayakan terhalus 0,125mm dibagi 100.
c. Persentase tembus kumulatif pada masing-masing lubang ayakan.
d. Gambar grafik dari hasil masing-masing analisa ayak.
| 56

LANDASAN TEORI
Secara garis besar agregat dibagi menjadi dua yaituagregat halus dan agregat kasar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa pasir buatan. Agregat halus ini mempunyai ukuran butir antara
1,5 - 3,8 atau butirannya menembus ayakan ukuran kurang lebih 5,0 mm.Sedang agregat
kasar adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami batu-batuan atau batu
pecah yang ukuran butirannya lebih besar dari 5,0 mm.
Gradasi agregat merupakan distribusi ukuran butiran agregat. Alat untuk mengukur
besar butir agregat biasanya digunakan ayakan atau saringan.
Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butirnya bervariasi maka volume pori akan kecil. Untuk pembuatan
adukan beton atau mortar diperlukan suatu butiran yang mempunyai volume pori sesedikit
mungkin. Hal ini karena jika volume pori agregat kecil membutuhkan volume perekat sedikit.
Menurut peraturan yang dipakai saat ini ( SK SNI S -04 -1989-F dan SK SNI T- 151990-03 ) kekasaran agregat halus dibagi menjadi ampat zone yaitu pasirhalus, agak halus,
agak kasar, dan kasar, demikian halnya dengan agregat kasar.

| 57

Data Hasil Pengujian


Tabel 7. Data analisa saringan agregat halus

(Diameter
Saringan)
19
9,5
4,75
2,34
1,18
0,6
0,3
0,15
pan

Berat
Saringan
(gram)

Berat Saringan
+ Material
(gram)

537,8
537,8
430,6
430,6
410,9
433,6
408,6
857,5
334,0
1021,6
403,6
804,5
379,0
568,0
434,9
472,2
Jumlah
Tabel 8. Data analisa saringan agregat kasar

Berat
Berat Saringan
(Diameter
Saringan
+ Material
Saringan)
(gram)
(gram)
19
459,7
954,9
9,5
537,8
1146,4
4,75
430,6
1432,1
2,34
410,9
1042,1
1,18
408,6
699,8
0,6
334,0
529,4

Material Tertahan
(gram)
0,0
0,0
22,7
448,9
687,6
400,9
189,0
37,3
1786,4

Persentase (%)

0,0
0,0
1,3
25,1
38,5
22,4
10,6
2,1

Material Tertahan
(gram)

Persentase (%)

495,2
608,6
1001,5
631,2
291,2
195,4

15,3
18,9
31,0
19,6
9,0
6,1

0,3
0,15
pan

403,6
379,0
434,9
Jumlah

406,9
379,0
434,9

3,3
0,0
0,0
3226,4

0,1
0,0
0,0

| 58

Analisa dan Perhitungan


A. Agregat Halus
Tabel 9. Perhitungan analisa saringan agregat halus
Tertahan
(Diameter
Saringan)
Gram
%
38,10
0,0
0,0
19,0
0,0
0,0
9,5
0,0
0,0
4,75
0,0
0,0
2,34
22,7
1,3
1,18
448,9
25,1
0,6
687,6
38,5
0,3
400,9
22,4
0,15
189,0
10,6
pan
37,3
2,1
1786,4
100,0

Total komulatif
Tertahan
Lolos %
0
100
0
100
0
100
0
100
1,27
98,73
26,4
73,6
64,89
35,11
87,33
12,67
97,91
2,09
100
0

Tabel 10. Zona pasir


Spesifikasi

(Diameter
Saringan)

Total Komulatif Lolos


100%

Zone 1

Zone 2

Zone 3

Zone 4

19
9,5

100
100

100
100

100
100

100
100

100
100

4,75
2,34
1,18
0,6
0,3
0,15
pan

100
100
98,73
73,6
35,11
12,67
2,09
0

100
90-100
60-95
30-70
15-34
5-20
0-10
0

100
90-100
75-100
55-90
35-59
8-30
0-10
0

100
90-100
85-100
75-100
60-79
12-40
0-10
0

100
95-100
95-100
90-100
80-100
3-50
0-15
0

| 59

B. Agregat Kasar
Tabel 11. Perhitungan analisa saringan agregat kasar
Tertahan
(Diameter
Saringan)
Gram
%
38,10
0,0
0,0
19,0
495,2
15,3
9,5
608,6
18,9
4,75
1001,5
31,0
2,34
631,1
19,6
1,18
291,2
9,0
0,6
195,4
6,1
0,3
3,3
0,1
0,15
0,0
0,0
pan
0,0
0,0
3226,3
100,0

Total komulatif
Tertahan
Lolos %
0
100
15,3
84,7
34,2
65,8
65,2
34,8
84,8
15,2
93,8
6,2
99,9
0,1
100
0
100
0
100
0

C. Gabungan Agregat Halus dan Agregat Kasar


Tabel 12. Perhitungan analisa saringan gabungan
Agregat Halus
Agregat Kasar

Lolos
Lolos
Lolos
Lolos
100%
45%
100%
55%
38,10
100
45
100
55
19,0
100
45
84,7
46,5
9,5
100
45
65,8
36,2
4,75
100
45
34,8
19,1

Gabungan
45%+55%

Spesifikasi

100
91,5
81,2
64,1

100
45-75
35-60
25-45

2,34
1,18
0,6
0,3
0,15
pan

98,73
73,6
35,11
12,67
2,09
0

44,4
33,1
15,8
5,7
0,9
0

15,2
6,2
0,1
0
0
0

8,35
3,4
0,05
0
0
0

52,35
36,5
15,85
5,7
0,9
0

18-40
14-35
8-30
4-17
0-6
0

| 60

SIMPULAN
Semakin banyak agregat halus maupun besar yang lolos saringan dengan nomor
saringan terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik. Dengan analisa lolos ayakan
tersebut dapat diketahui kualitas baik buruknya agregat tersebut. Sebalikya jika semakin
banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan kriteria nomor saringan maka
dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusan agregat tersebut buruk. Oleh karena itu angka
kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik buruknya kualitas gradasi agregat.
SARAN
Lakukan praktikum sesuai prosedur agar dapat mendapatkan hasil yang baik dan
memuaskan.
Jangan bermain dalam melakukan praktikum ini.
Kerjakan semaksimalnya.

| 63

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1983. Pengujian Bahan, PEDC, Bandung.
Anonim,1989, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, SK SNI S - 04 - 1089 F,
Yayasan LPMB, Bandung.
Anonim, 1995 Annual Book of ASTM Standards Vol. 04.02, Philadelphia.
Kusdiyono,dkk, 2002, Modul Praktikum Uji Bahan Bangunan I, Politeknik Negeri Semarang.
Murdock LJ dan Brook KM. ( alih bahasa :Stefanus Hendarko Ir. ), 1986,
Bahan dan Praktek Beton, edisi ke empat,Penerbit Erlangga Jakarta.
Moh. Nasir Ph.D.,1983, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Neville AM., 1981, Propertis of Concrette, 3rd Edition,
The English Language Books Society and Pitman Publishing, London.
Subakti Aman, 1994, TeknologiBeton Dalam Praktek, ITS, Surabaya.'
Supardjo,dkk., 2002, Penelitian " Studi Komparasi Karakteristik Batu Bata di Semarang "
Politeknik Negeri Semarang
Trihendardi Cornelius,2004, Memecahkan Kasus Statistik;DeskriptifParametri,
dan Non-Parametrik dengan SPSS12,Andi,Yogyakarta.
SNI S-04-1989-F
PBI 1971 N.1-2 (pasal 3.3 agregat halus/pasir)

| 64

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat karunia dan hidayahNyalah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Penyusunan laporan ini sebagai tindak lanjut yang telah dilaksanakan sesuai
Kurikulum Tahun Akademik 2014/2015 dimana dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan
praktikum ini kami menemukan berbagai kendala, namun berkat kerjasama yang baik
diantara anggota kelompok serta petunjuk-petunjuk dan bimbingan dari para dosen/teknisi
laboratorium maka kendala tersebut akhirnya dapat teratasi.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan selama kami mengikuti praktikum hingga selesainya
penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan tidak
sebagaimana yang diharapkan, namun inilah yang dapat kami perbuat sebagai insan akademis
yang masih membutuhkan bimbingan secara intensif. Mudah-mudahan laporan ini dapat
menjadi bahan pelajaran dan bahan telaah bagi pelaksanaan praktikum untuk diabadikan pada
nusa dan bangsa dikemudian hari.

Medan,

Juli 2015

Penyusun
Kelompok 4 SI 2E

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

BAB I Pendahuluan

iii

BAB II Kuat Tekan Semen Portland

BAB III Waktu Pengikatan Semen

BAB IV Konsistensi Semen

13

BAB V Kekekalan Semen Dengan Kue Rebus

17

BAB VI Berat Jenis Semen

21

BAB VII Kekerasan Agregat Kasar

25

BAB VIII Berat Jenis Penyerapan Air Agregat Halus

31

BAB IX Berat Jenis Penyerapan Air Agregat Kasar

38

BAB X Menentukan Kadar Organik Didalam Agregat Halus

43

BAB XI Kadar Air Agtegat

46

BAB XII Penentuan Kadar Butiran Halus Lewat Nomor 200

50

BAB XIII Analisa Ayak Agregat

54

Daftar Pustaka

64

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.

Umum

Pada saat ini sebagian besar bangunan yang kiranya lebih baik murah dari pada baja,
tidak memerlukan biaya perawatan seperti baja dan tahan lama, tidak busuk atau tidak
berkarat. Pada umumnya masyarakat akan memilih beton. Beton merupakan bahan bangunan
yang di hasilkan dari campuran semen portland, pasir, kerikil, dan air beton ini biasanya
didalam praktek dipasang bersama batang baja, sehingga disebut beton bertulang. Akan tetapi
beton yang sepertinya mudah dibuat, bila tidak dikerjakan atau direncanakan dengan teliti
menghasilkan bahan yang kurang baik atau kurang kuat. Oleh karena itu cara cara membuat
beton dipelajari dengan baik. Bahan dasar beton yaitu :
1.

Air
Pengaruh air dalam adukan beton ialah pembentukan pasta semen yaitu mudah dalam

pengerjaan (workability) adukan, kuat susut dan keawetan beton untuk waktu yang
ditentukan. Perawatan beton untuk menjamin pengerasan yang sempurna. Air biasa
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan beton jika air tersebut tidak boleh mengandung
minyak asam, alkali, garam, bahan organik dan bahan bahan lain yang dapat merusak beton

maupun tulanganya. Selain itu air tersebut juga harus yang bersih, tidak berbau, dan tidak
keruh.
2.

Semen portland
Semen portland merupakan semen hidrolik, artinya bahan yang mengeras bila bereaksi

dengan air. Komponen utama semen portland yaitu batu kapur yang mengandung CaO,
lempung yang mengandung S1 O2 (silika), Al2O3 (alumina), Fe2O3 (oksida besi). Jika
semen portland di campur air akan terjadi dua periode reaksi. Pertama pengikatan yaitu
penambahan kekuatan setelah pengikatan selesai. Tipe atau jenis semen ada 5 yaitu :
Jenis 1

Jenis 1 disebut pula PC standar. Jenis semenini digunakan untuk penggunaan umum yang
tidak memerlukan persyaratan khusus, seperti beton yang dibuat pada lingkungan yang sangat
korosif.
Jenis II

Jenis ini digunakan untuk bangunan yang menggunakan pembetonan secara masal seperti
dam dan pilar pilar jembatan. Panas hidrasi tertahan dalam bangunan untuk jangka waktu
lama. Pada saat pendinginan timbul tegangan tegangan akibat perubahan panas yang dapat
mengakibatkan retak retak pada bangunan.
iii
Jenis III

PC cepat mengeras, cocok digunakan untuk beton pada suhu rendah. Pada PVC ini
mengandung kadar C3S dan C3A sangat tinggi.
Jenis IV

PC ini menimbulkan panas hidrasi rendah prosentase maksimum untuk C3S 35%, C3A 3%
dan C2S minmum 40%.
Jenis V

PC ini tahan terhadap serangan sulfat mengeluarkan panas.


3.

Agregat
Agregat merupakan mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan

mengurangi penyusutan beton. Agregat menempati 70% volume beton. Agregat batuan
terdapat dua golongan, golongan pertama adalah pasir (agregat halus) dengan ukuran
maksimum 4,96 mm (tertahan oleh saringan nomor 4). Pasir yang palin baik dalam
pembuatan beton adalah pasir sungai (kandungan lumpurnya < 5% bisa dikatakan baik), jika
pasir laut sebaiknya tidak digunakan karenamengandung garam yang dapat menyerap
kandungan airdari udara. Ciri ciri pasir laut yaitu pasir selalu basah dan pengembangan

pada struktur beton. Kedua butir dengan ukuran butir > 4,76 mm, agregat kasar terbagi
menjadi dua yaitu krikil dan batu pecah. Krikil terjadi desintregasi alami dan pengausan batu
karang/hasil pemecahan gumpalan batu (conglomerate) yang ikatanya lemah, sedangkan batu
pecah diperoleh dengan memecah batu besar. Bila dicampur menjadi satu akan menghasilkan
suatu campuran yang plastis sehingga dapat dituangkan kedalam cetakan. Semen portland
dan air setelah bertemu akan bereaksi, butir butir semen portland bereaksi dengan air akan
menjadi gel dalam beberapa hari menjadi keras dan saling melekat. Agregat (yaitu pasir dan
krikil) tidak mengalami proses kimia melaikan hanya sebagai pengisi saja yaitu bahan yang
diletakan.
2.

Sifat Beton
Beton yang baik beton mempunyai kuat tekan tinggi, kuat lekat tinggi, rapat air, tahan

ausan, tahan cuaca (panas, dingin, sinar matahari dan hujan), susutan pengerasanya kecil,
elastisitas dalam keadaan tinggi dan sebagainya.
Oleh karena itu umumnya pada pengerjaan beton sederhana misalnya gedung kecil tidak
bertingkat, eton hanya kuat tekannya bisa untuk membedakan klasifikasinya, misalnya fc =
17 Mpa, fc = 20 Mpa.

iv
3.

Kekuatan Beton
Sifat paling penting dari beton pada umumnya ialah kuat tekan. Kuat tekan beton

biasanya berhubungan dengan sifat sifat lain. Maksudnya bila kuat tekannya tinggi, sifat
sifat yang lain akan baik. Pengukuran kuat tekan beton dilakukan dengan mambuat benda uji
pada saat pengadukan beton berlangsung. Benda uji berupa silinder beton ukuran diameter
150 mm dan tinggi 300 mm, benda uji ini kemudian ditekan sampai pecah. Beban takan
maksimum yang memecahkan itu dibagi dengan luas penampang silinder dan diperoleh kuat
tekan. Nilai kuat tekan dinyatakan dalam Mpa atau Kg/cm. selain faktor faktor yang lain
tidak begitu besar, kuat tekan beton juga tergantung pada f.a.s (faktor air semen) umur beton
dan sifat dari agregat.
1.

Faktor Air Semen (f.a.s)

Faktor air semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen didalam campuran
adukan beton. Kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh f.a.s dan kekuatan beton dapat ditulis
menurut Duff Abrams (1919) aebagai berikut
Fc= AB.1,5.X
Dengan keterangan sebagai berikut

Fc = kuat tekan beton pada umur tertentu


X = perbandingan antara berat air dengan semen
A dan B = konstanta
2.

Umur Beton
Kekuatan beton beretambah tinggi dengan bertambahnya umur. Kenaikan beton mula

mula cepat, akan tetapi makin lama laju kenaikan beton itu makin lambat. Oleh karena itu,
sebagai standar kekuatan sudah ditetapkan umur beton selama 28 hari. Bila karena suatu hal
(misalnya tergesah gesah) ingin mengetahui beton pada umur kurang dari 28 hari, boleh
dilakukan pengujian kuat tekan beton pada umur 7 hari misalny maka hasilnya dibagi dengan
faktor tertentu untuk mendapatkan perkiraan kuat tekan beton pada umur 28 hari.

v
3.

Pengaruh Agregat
Pengaruh agregat terhadap kekuatan beton terutama ialah bentuk, tekstur permukaan,

dan ukuran maksimumnya. Pengaruh kekuatan agregat sendiri terhadap kuat tekan beton
tidak begitu besar, karena umunya kekuatan agregat lebih tinggi dari kekuatan pasta
semennya kecuali pada beton dengan agregat ringan atau beton dengan kuat tekan tinggi.
Penggunaan ukuran butir maksimum agregat dipengaruhi oleh kuat tekan beton dengan
berbagai cara. Jika dipakai ukuran agregat maksimum lebih besar maka luas permukaan butir
lebih kecil, sehingga letakan antara pasta dan permukaan agregat lebih lemah, akibatnya
kekuatan beton lebih rendah. Lagi pula butir agregat yang besar menyebabkan tertahanya
proses susutan pada pastanya, yang berarti menimbulkan adanya tegangan internal dalam
pasta, sehingga mengurangi kekuatan betonya. Pada struktur betonnya yang ringan umunya
dipakai ukuran agregat maksimum 40 mm, namun beton dengan mutu lebih tinggi dipakai
ukuran maksimum 20 mm.
4.

Kuat Tekan Beton Yang Di Isyarakan


Kuat tekan beton pada umumnya merupakan faktor penting dalam hitungan rancangan

kekuatan struktur. Misalnya untuk menghitung kekuatan balok jembatan terhadap beban

kendaraan yang lewat. Kuat tekan beton yang diisyaratkan, misalnya fc 17 Mpa, 20 Mpa, 30
Mpa. Mengiatkan resiko yang terjadi jika syarat itu tidak dipenuhi, maka orang tidak akan
berani membuat beton dengan kuat tekan yang diisyarakan. Hal ini disebabkan karena kuat
tekan betonyang diperoleh tidak dapat tetap, melainkan selalu berfariasi (naik turun).
Menurut pengalaman, kuat tekan beton dalam suatu proyek bangunan berfariasi menurut
distribusi normal sebagaimana terlihat pada gambar. Menurut ilmu statika, kurva distribusi
normal tersebut menyebar dari titik nol sampai tak terhingga. Sehingga tidak ada nilai
maksimum yang dapat ditetapkan.

vii
Oleh karena itu definisi fc = 20 Mpa tidak boleh ditulis beton dengan kuat tekan
minimmum 20 Mpa, karena kemungkuinan terjadi nilai kuat tekan dibawah nilai kuat tekan
minimmum tersebut selalu ada. Dalam pedoman beton agar tidak menyalahi ilmu statistika
maka kuat tekan beton minimum 20 Mpa tersebut ditulis dengan kata kata kuat tekan beton
yang diisyaratkan fc 20 Mpa dan didefinisikan sebagai beton dengan kualitas sedemikian
hingga jika diambil contohnya dalam jumlah yang banyak, kemungkinan kuat tekan pada
benda ujinya yang dibawah kuat tekan karakteristik tersebut hanya banyak 5%. Perlu
diingatkan disini bahwa istilah kemungkinan menurut ilmu statistika bukanlah angka pasti.
Karena dalam suatu angka pengerjaan beton penyebaran hasil kuat tekanya tidak selalu
berupa kurva distribusi normal yang baik, oleh karenanya 5% itu tidak betul jika dipakai
untuk mengevaluasi hasil suatu pekerjaan beton. Nilai statistika sebesar 5% tersebut hanya
dipakai dalam perhitungan perancangan campuran adukan beton saja, sebagai pedoman kasar
dalam menetapkan nilai rata rata kuat tekan beton yang ditargetkan atau dirancang.
Salah satu kelebihan bahan beton ini adalah kekuatan tekannya yang jauh lebih
besar bila dibandingkan kuat tariknya. Dengan demikian kuat tekan ini merupakan
karakteristik mekanis yang lebih penting dipertimbangkan daripada kuat tariknya. Kekuatan
tekan beton maksimum didefinisikan sebagai tegangan tekan maksimum yang dapat ditahan
oleh bahan beton akibat beban luar.

Secara praktis kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
perbandingan semen, agregat, gradasi agregat, bentuk permukaan agregat, kekuatan dan
kekakuan agregat, ukuran maksimum agregat, tingkat / atau derajat pemadatan, jenis dan
kualitas semen, umur, perawatan, suhu, jenis dan besarnya bahan tambahan campuran serta
mineral pembentuk agregat.

viii

DISUSUN OLEH:
NAMA

:-YOHANA MONICA(KETUA)(1405022028)

-ATIQAH CANIAGO(ANGGOTA) (1405022076)


-VERONIKA MANALU(ANGGOTA) (1405022059)
-ABDUR ROZAK(ANGGOTA) (1405022077)
-MATHEUS OKTARIO(ANGGOTA) (1405022050)
-JOKO SUTIARNO(ANGGOTA) (1405022066)
KELAS

: SI 2E

B.STUDY : LABORATORIUM UJI BAHAN

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Anda mungkin juga menyukai