AKU
Namaku Milea. Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan,
dan tadi baru selesai makan jeruk. Nama belakangku, diambil
dari nama ayahku. Seseorang yang aku kagumi, dan dia adalah
TNI Angkatan Darat yang bertugas di Kodiklat. Dia lahir di
Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Sejak kecil aku tinggal di Jakarta, yaitu di daerah kawasan
Slipi. Tahun 1990 ayahku dipindah tugas ke Bandung, sehingga
ibuku, aku, adik bungsuku, pembantuku, dan semua barangbarang di rumah pun jadi pada ikut pindah.
Rumahku, yang di Buah Batu, adalah milik Kakekku, Bapak
Abidin, yaitu ayah dari ibuku. Tapi Kakek sudah meninggal pada
bulan Mei tahun 1989. Di rumah itu, jadi cuma ada nenek,
karena ibuku adalah anak tunggal.
Khabar bahwa kami mau pindah ke Bandung, membuat
nenek sangat senang dan meminta kami untuk tinggal di
rumahnya. Tapi sayang, tahun 1990, kira-kira sebulan sebelum
pindah, nenekku meninggal dunia.
Rumah yang berukuran type 70 itu, kemudian jadi milik
ibuku
sepenuhnya.
Ada
halaman
di
depannya,
meskipun
Bagiku,
keurus.
Ada tumbuh pohon besar di halaman sekolah. Cabangnya
banyak dan bagus kalau dilihat senja hari, dan juga siang, kalau
mendung, dan juga pagi, kalau mau. Sebagian orang percaya
pohon itu berhantu, tapi aku gak takut, kecuali kalau harus
tidur sendirian malam hari di situ.
Dulu, jalan di depan sekolahku, cuma jalan biasa, lebarnya
kira-kira tiga meter dan belum banyak kendaraan yang lewat,
termasuk angkot. Sehingga untuk bisa sampai di sekolah, aku
harus mau berjalan sepanjang kira-kira 200 meter, yaitu setelah
aku turun dari angkot di daerah pertigaan jalan itu.
kenangan.
Terutama
menyangkut
dengan
pun,
bahasa
Indonesianya
cenderung
agak
baku.
aku
mau
cerita
dulu
di
mana
posisiku
Dia lelaki
dan
masih
berusia 10
tahun.
Sedangkan
2. SANG PERAMAL
Pagi itu, di Bandung, pada bulan September, tahun 1990, setelah
turun dari angkot, aku jalan menuju sekolahku sebagaimana
yang
lainnya
yang juga
sama begitu.
Bedanya,
aku jalan
Seperti
sengaja
ingin
menyamai
kecepatanku
kutoleh
dia,
memastikan
barangkali
aku
kenal
Suatu hari,
Milea,
motorku. Percayalah ||
Aku diam, karena gak tahu aku harus bilang apa
menjadi
sekertaris,
dan juga
ramalanku,
kita
akan
ketemu
cli
kantin,
ternyata
salah. Maaf. Tapi aku mau meramal lagi: Besok kita akan ketemu ||
Aku langsung bisa tahu siapa yang ngirim surat. Ini pasti
dia, orang yang tadi pagi naik motor dan bilang mau meramal.
Nandan nanya, dia ingin tahu surat apa, aku bilang cuma surat
biasa.
Surat itu, segera kulesakkan dalam tas sekolah, untuk
kembali menyimak Nandan yang banyak bicara tentang ini itu
yang menurutku membosankan. Tapi aku sudah tidak bisa lagi
konsentrasi
dengan
kata-kata
mereka.
Pikiranku,
entah
Hari itu hujan, aku pulang dijemput pamanku. Dia itu adik
dari
ayahku,
perguruan tinggi
nyuruh
paman
menjemputku,
supaya
bisa
lekas
hari
minggu,
waktu
sedang
nyuci
sepatuku,
aku
undangan||,
dia
langsung
bilang
begitu,
seraya
Assalamualaikum jangan?! ||
Assalamualaikum ||
Alaikumsalam||
- H e he he||
Aduh, Tuhan, siapa sih dia itu! Maksudku, selain seorang
Peramal, aku
sesungguhnya,
dan
kenapa
dia tidak
membahasnya?
Membahas
soal
Dengan ini,
dengan penuh
kubaca,
aku
tak
mengerti
mengapa
langsung
tiduran,
aku
jadi
seperti
orang
yang
sedang
ada
terbayang
wajahnya,
langsung
kupejamkan
dengan
Cuma itu.
dengan menggunakan
speaker, tiba-tiba,
yang
memandangnya
pasti,
dari
sebagaimana
jauh,
dengan
yang
lain,
perasaan
aku
yang
sedang
sulit
kumengerti.
Dia lagi! ||, bisik Revi seperti ngomong sendiri. Dia teman
sekelas, yg berdiri di sampingku
Siapa dia? ||, kutanya Revi
-Dilan||
"Oh||
Dilan itu, adalah yang kemaren datang ke rumah, senyamsenyum depan pintu. Komunis itu, adalah yang pernah nyuruh
si Piyan ngirim surat ke aku. Anak nakal itu, adalah yang
kemaren sempat membuatku penasaran karena ingin tahu lebih
jauh tentang dirinya.
aku
bagai
menyesal
karena
sudah
merasa
hal
itu
adalah
bagian
dari
usahanya
untuk
melakukan pendekatan.
Kalau dia ingin jadi pacarku, katakanlah begitu, aku yakin
dia akan minder setelah tahu siapa Beni. Dilan pasti akan
mundur daripada harus kecewa karena cinta yang tak sampai.
Bubar dari sekolah, cuaca mendung, aku pulang bersama
kawan-kawan. Ada Dilan yang menyusulku dengan motornya.
Aku langsung bisa yakin dia pasti akan mengajak aku pulang
bersamanya naik motor. Nyatanya tidak, padahal aku sudah
menyiapkan berbagai alasan untuk bisa menolaknya.
Kamu pulang naik angkot?||
Kujawab dengan anggukan. Entah mengapa, saat itu, aku
seperti gak enak dilihat kawan-kawan sedang didekati oleh dia,
si anak nakal.
- A k u ikut....||
Ikut
apa? ||,
kepadanya,
tapi
kubaca.
pikiranku
kepadanya.
Mudah-mudahan
mengalihkan
bisa
membantu
saat
itu,
rasanya
ingin
teriak,
tepat
di
ke
rumahku.
Jika
benar,
aku
akan
langsung
melarangnya.
Jangan sampai terjadi!
Syukurnya tidak. Dia pamit pergi, dan lalu nyebrang jalan,
untuk naik angkot lagi, menuju arah sekolah. Aku ramal, dia ke
sana pasti mau mengambil motornya.
Tadi, sebelum dia pergi, dia sempat bilang:
Kamu tahu, Milea, semua siswa itu sombong?||
Kenapa?||, tanyaku.
Siapa yang
mau
datang
ke
ruang
BP,
menemui
Pak
simpan
surat
Beni,
surat
yang
penuh
kata-kata
mendayu berisi melulu soal cinta dan rindu itu. Heran, biasanya
aku senang, entah mengapa, hari itu, aku merasa seperti sedang
berubah di dalam menilainya: Ah, Beni kurang asik! Maksudku,
mungkin aku merasa bosan dengan dia yang terlalu monoton!
Si Bibi ngetuk pintu, manggil, untuk nyuruh aku makan. Aku
keluar dari kamar dengan isi kepala yang mulai dikacaukan oleh
pikiran tentang omongan Dilan di angkot tadi:
"Mileci,
kamu
cantik.
Tapi aku
belum
mencintaimu.
Enggak
Di
Rani.
Isi suratnya
pendek:
"Pemberitahuan: Sejak sore kemaren, aku sudah
-
mencintaimu
Dilan!".
Aku seperti terkesiap membacanya.
4. WARUNG BI EEM
Di kantin, pada waktu istirahat, aku duduk satu meja dengan
Nandan, Dito, Jenar dan Rani.
Masing-masing makan batagor sambil bicara ini itu yang
gak perlu. Mereka semuanya teman sekelas, kecuali Jenar, dia
anak kelas 2 Sosial.
Dilan pasti di sana, bersama kawan-kawannya, di warung bi
Eem. Aku belum pernah makan di sana, selain cuma lewat setiap
pergi dan saat pulang sekolah.
Warung kecil, kira-kira 30 meter dari sekolah, di samping
gereja Pantekosta. Huh! Aku juga tahu, kenapa kamu milih ke
sana. Biar bisa merokok.
Aku mau cerita tentang yang lain yang bukan Dilan. Ini
tentang Nandan. Nandan Hadi Prayitno.
Kata Rani, Nandan naksir aku, tapi aku cuma senyum
mendengarnya, karena soal itu sudah lama aku tahu.
Aku bisa membaca bagaimana sikap dan perilaku Nandan
kepadaku. Bagiku, semuanya, termasuk suka nelepon malam
hari nanya-nanya soal
PR,
nraktir kami
makan
di kantin,
Pernah sih dekat dengan Pila, anak kelas 2 Sosial, tapi ga tahu
kenapa, belakangan hubungan mereka jadi renggang.
Sumpah, aku terkejut, pas kulihat ada Dilan. Dia datang ke
kantin bersama dua orang yang belum kutahu namanya. Entah
bagaimana perasaanku saat itu, sangat sulit kuungkapkan. Aku
hanya tahu aku menjadi salah tingkah.
Dia mendatangi meja kami, dan menyapaku:
Hei, Milea! ||
Hei, Dilan||
Cuma nyapa||
Lalu dia pergi bersama kedua temannya, entah kemana,
mungkin ke kelas, tapi sebelum pergi, dia bicara ke Nandan:
he
he||.
Nandan
tersenyum
sambil
sekilas
orang-orang
yang
(Manusia)
pasti
gak
suka.
Kulihat
Nandan,
duduk
terus
di
bangkunya, seperti orang bingung yang gak suka ada Dilan, tapi
tidak tahu harus berbuat apa.
Pak Atam, guru pelajaran Bahasa Indonesia, sudah datang
masuk kelas, tapi Dilan tidak pergi.
Tetap duduk. Edan ini orang, pikirku! Dilan benar-benar
ikut pelajaran Pak Atam. Sambil berbisik, aku ngomong ke dia:
|| Nanti kamu dialpain di kelasmu||
Ga
apa-apa||, jawabnya,
seraya tetap
memandang ke
radio
urusan
CB-nya.
Ibuku
kegiatan
juga
semacam
di
sana,
Dharma
sedang
Wanita,
rumah berbunyi,
maka salah
satu
di
antara
meneruskan makan
malam
-iyall
- K a u tahu?||
- T a h u ||
Kau tahu kenapa aku datang?||
Kenapa?||
Kalau aku gak datang, gara-gara kamu bilang ayahmu
galak, berarti aku pecundang ||
-iyall
nerima
telepon,
aku
langsung
ke
kamar
lagi.
sebagian
otakku
kugunakan
untuk
memikirkan
- I y a apa?||
-Boleh||
Aku ramal, nanti kamu akan menjadi pacarku!||
- H e he he||
Percaya tidak? ||
Musyrik ||
dialog
Ha ha ha||
- H e he he||
Hey, Milea||
-iyall
Kau tahu kenapa aku tidak langsung jujur saja bilang ke
kamu bahwa aku mencintaimu? ||
-Enggak||
Padahal kalau mau, aku bisa. Itu gampang||
- T e r u s ? Kenapa? ||
Kalau langsung, gak seru. Terlalu biasa||
- H e he he||
Nanti kalau kamu mau tidur, percayalah aku sedang
mengucapkan selamat tidur, dari jauh.
Kamu ga akan denger||
- H e he he||
Di atas kasur, selagi mau tidur, aku dilanda kebimbangan,
haruskah terus terang, bilang ke Dilan, bahwa aku sudah punya
pacar? Iya, kayaknya harus. Biar sejak itu, Dilan akan berhenti
mengejarku.
Biar Dilan tidak akan lagi membuat kejutan-kejutan, yang
kalau aku harus jujur, sebetulnya aku juga suka. Seru! Tidak,
kayaknya tidak. Enggak usah aku bilang. Biarin saja. Aku
merasa, sejak ada Dilan di dalam hidupku, ah, susah kukatakan
dengan kata-kata.
Atau haruskah aku bilang ke Beni, bahwa ada orang di
Bandung,
satu
sekolah
denganku,
namanya
Dilan,
sedang
Kututup mataku
mungkin
jengkel.
Dia
hampiri
Dilan,
dan
wae,
Siali!".
Itu
bahasa
sunda,
kira-kira
artinya:
mau
ikut
campur.
Aku
mengerti,
hidup
Dilan
entahlah,
aku
sendiri
tidak
mengerti,
apa
6. DILAN MENGHILANG
Dilan kulihat sekolah lagi. Tapi sejak itu, selama tiga hari, tidak ada gerakan apa-apa dari
Dilan
yang
bersangkut
paut
dengan
diriku.
Bahkan
sampai
sehari
menjelang
Dilan
malu
oleh kejadian
robohnya papan
pembatas kelas.
Atau, mungkin dia sudah tidak mau lagi denganku. Atau apa? Aku gak tahu! Aku gak
tahu!
T e r m a s u k aku gak tahu kenapa hal itu membuat aku jadi sedih!
Meskipun tidak kurayakan ulangtahunku. tapi banyak k a w a n - k a w a n yang pada
ngasih kado. termasuk Nandan. Dia ngasih boneka panda yang cukup besar. Boneka itu
dibungkus dalam plastik, dengan ujungnya y a n g diikat pita merah. Nandan ngasih kado
itu di kelas, pada waktu istirahat:
S e l a m a t ulangtahun, Milea. Panjang umur ya. Kadonya boneka, biar apa coba?||
- B i a r apa?|| Aku senyum.
- B i a r kalau tidur, kamu bisa memeluknya||.
-Ih||, aku s e n y u m lagi
Mungkin dia bercanda, atau mungkin juga serius,
tapi y a n g pasti,
mendengar
Nandan bilang begitu, kawan-kawanku yang saat itu ada di kelas, pada teriak:
||Asik euy!!!||.
- S u i t - s u i t ! ! ||
A p a siiih. Biasa aja! Cuma kado Panda, kalau ada uangnya, semua orang bisa beli.
Meluk boneka, mau bentuknya panda mau monyet, bagaimana bisa kurasakan seolah
aku sama sedang memeluk orang yang memberinya? Mungkin ada yang bisa begitu, tapi
aku tidak, kecuali boneka itu bikinan sendiri.
Dan Beni, sengaja datang ke Bandung, demi untuk m e r a y a k a n ulangtahunku. Dia ke
rumah pada pukul dua belas malam, bersama e m p a t orang temannya, Adhit, Bram, Lilo
dan Ical. Beni m e m b e r i k u seikat rangkaian bunga y a n g indah. W a r n a w a r n i dan harum
baunya.
Itu bunga kasih sayang katanya, sambil m e n g e c u p keningku. Dia j u g a m e m b a w a kue
ulang tahun, yang kami nikmati di ruang tamu. setelah sebelumnya ada perang colekcolekan krim kue yang seru. Beni pulang ke Jakarta, satu j a m kemudian.
Dilan? Pada harinya, dia tidak m e m b e r i k u ucapan ulangtahun. Aku sempat curiga,
jangan-jangan Dilan gak tahu ulang tahunku. Mana? Katanya kamu akan segera tahu hari
ulangtahunku?
Kamu tahu tidak. Dilan? Aku s e m p e t yakin, kamu akan menelponku tepat pada pukul
00:00, menjadi orang awal y a n g mengucapkan selamat ulangtahun untukku. Nyatanya
tidak. Aku bingung, apakah aku harus kecewa atau tidak?
Jika
aku
kecewa,
emang
siapa
diriku
bagimu?
Kalau
tidak
kecewa,
menunggu ucapanmu, Dilan. Aku tidur dalam gelombang perasaan yang kosong.
tapi
aku
ULANG
HADIAH
TAHUN.
UNTUKMU.
MILEA.
CUMA TTS.
TAPI SUDAH
KUISI SEMUA.
AKU SAYANG
KAMU
HARUS
MENGISINYA.
8. DILAN MENJAUH
Hari-hari berikutnya, ada yang lain dari Dilan. Aku merasa Dilan berubah. Seperti
menjauh. Bahkan sudah masuk kategori boleh kuanggap sombong.
Tak
ada
lagi
hal
yang
ia
lakukan
untukku,
sebagaimana
selalu
kudapatkan
sebelumnya. Dia tidak pernah ke kantin, sehingga kalau di sekolah, hanya sesekali saja
aku bisa melihatnya, dan itu pun dari jauh.
Aku tidak tahu. mengapa dia j a d i gitu? Aku tidak merasa perlu bertanya kepada Wati,
karena Wati pasti akan m e n j a w a b tidak tahu. Itu urusan Dilan.
Pada k e s e m p a t a n b e r t e m u Piyan, kuberanikan diriku minta waktunya Piyan untuk
ngobrol denganku. Boleh, katanya.
- T a p i j a n g a n sampai Dilan tau|
- K e n a p a memang?||. Piyan senyum
- N a n t i deh aku cerita||
-Sip!||
Akhirnya aku bisa ngobrol dengan Piyan, pada waktu istirahat, di tempat tukang
p h o t o copy y a n g ada di luar sekolah. Aku ceritakan semuanya, dari mulai awal aku
b e r t e m u Dilan, sampai tentang banyak hal yang sudah ia lakukan untuk mendekati||ku.
Piyan ketawa. Sama. aku j u g a ketawa.
- T a h u gak, Mamaku ketawa, pas aku ceritain soal dia ngasih T T S buat hadiah
ulangtahunku||. kataku kepada Piyan.
- S i GeIo!||
Ha ha ha ha. Dia pernah ngasih coklat ke aku. Tahu siapa y a n g nganterinnya?||
-Siapa?||
- T u k a n g koran ha ha ha! Yang suka datang ke rumah nganterin majalah langganan||
- H a haha||
- Y a n g nerimanya si Bibi!!||
- H a h ? Ha ha ha terus?||
- P a s dia tau tukang koran itu ngasih coklat buat aku. Si Bibi pastilah nanya dari
siapa?||
- A p a kata tukang koran? ||
- D a r i Dilan. penjaga Milea ha ha ha!||
- Anjritl Ha ha ha||
- A d a lagi! Ada lagi!||
Apa? ||
- K a n dia nelpon
||
-Ya?||
- Y a n g nerima si Bibi||
- T e r u s ? ||
- D i a malah ngobrol, sama si BibL.coba! Bukannya langsung bilang mau bicara sama
aku ||
- S k a n d a l ! Ha ha ha. Ngobrol apa?||
- K a t a si Bibi sih. dia ngaku t e m a n aku, dan tukang ramal. Ngaku bisa tahu angka
berapa judi
oleh
pemerintahan zaman Orde Baru. Konon, untuk m e m b a n t u kegiatan olah raga di tanah
air. Sekarang sudah tak a d a )
- H a ha ha berapa katanya?||
- A h , paling juga dijawab ngawur. Terus, dia bilang, sampaikan ke Lia, kalau sholat
harus m e n g h a d a p kiblat||
Ha ha ha ha||
- A d a lagi! Ada lagi!||
- B a n y a k amat!||
- B a n y a k , Piyaaaan!||
Terus kenapa sekarang Dilan berubah. Piyan? Kenapa dia jadi sombong, Piyan? Si
Piyan bilang tidak tahu. Tapi kemudian dia cerita bahwa, Dilan sering cerita soal aku. Ah,
aku senang pas dia n g o m o n g bagian y a n g ini.
- N a h , soal dia berubah, apa ya? Dia pernah bilang sih: Jangan diganggu Milea. Dia
sudah pacaran sama Nandan?||
Hah? Apa? ||
Iya. Dia bilang gitu. Menurutku sih kayaknya gara-gara itu deh. Bisa j a d i ||
- K o k ? Enggak ih!! Kok dia bisa bilang begitu?||
- E n g g a k tahu. Dilan bilang ke aku sama si Ajun, katanya, sudah jangan diganggu||
- I i i h h , Enggak, Piyan ih! Bilangin ke dia!||
- B i l a n g gimana?||
Aku enggak pacaran sama Nandaan!!||
- Y a . udah, nanti aku bilang!||
- H a r u s , Piyan! Jangan lupa sampaiin. T o l o n g ya, Piyan!||
Aku tahu sekarang. Pantesan Dilan jadi gitu! Aku enggak pacaran sama Nandan,
Dilan! Emang siapa sih yang bilang, sampai kamu bisa n g o m o n g begitu? Pokoknya Piyan
harus m e n y a m p a i k a n kepadanya bahwa aku tidak pacaran sama Nandan! Titik! Harus!
Wajib!
Sejak itu, mulai besoknya, aku sudah tidak pernah ke kantin lagi bareng-bareng
dengan Nandan.
Setiap hari. selalu kuusahakan punya alasan untuk menolak ajakan Nandan pergi ke
kantin.
Sampai-sampai kalau pas istirahat aku lebih sering memilih untuk diam di kelas.
Jengkelnya kalau Nandan sudah ikut-ikutan diam di kelas, aku jadi pura-pura pergi
ke toilet atau kemana lah y a n g penting terhindar dari gosip bahwa aku pacaran sama
Nandan. Ya, Nandan pasti ngerasa aku berubah. Ya, aku juga kasihan ke dia. Tapi biarin!
Asal Jangan Dilan y a n g berubah ke aku!
Bagaimana dengan Beni? Ya, aku pacaran dengan dia. Tapi. aku mau ke dia karena
dulu belum tahu bahwa di dunia ini ada Dilan! Mengerti kaaan? Selama cuma pacaran.
kukira, aku masih punya hak untuk memilih, sampai bisa kudapati orang y a n g pantas
kunikahi! Coba j a d i aku deh, biar bisa kau maklumi.
9. CERDAS CERMAT
Hari itu adalah hari sabtu, belajar di kelas ditiadakan, karena ada acara seleksi pemilihan
siswa terbaik, yang akan mewakili sekolah menjadi peserta Cerdas Cermat di TVRI. Acara
itu di selenggarakan di aula sekolah.
Pesertanya diambil dari tiap kelas, sebanyak tiga orang, yaitu mereka yang tercatat
sebagai siswa yang selalu mendapat rangking 1, 2 dan 3. Diambil dari kelas Sosial, Biologi
dan Fisika. Di kelasku y a n g terpilih adalah Gatot, Enjang dan Warti. Mau tahu tidak, siapa
siswa yang ditunjuk dari kelas 2 Fisika 1? Dia adalah: Dilaaaaaaaann!! Yeeeeee!!! dan dua
orang lagi yang aku sudah lupa namanya. Masing-masing dicampur menjadi beberapa
group.
Ketika acara itu dimulai, aku nonton sedikit agak di depan, ah kau taulah kenapa.
Aku bisa puas melihat Dilan dari agak sedikit dekat, meskipun, aku GR sedikit ya. aku
takut kalau Dilan tau ada aku, nanti akan m e m b u a t n y a grogi. N y a t a n y a tidak, kulihat dia
biasa saja.
Itu acara yang seru. Satu sesi menampilkan 3 group. Group A, B dan C. Ketika giliran
g r o u p n y a Dilan, aku langsung degdegan! Serius! Sangat berharap g r o u p n y a Dilan akan
m e n a n g dan terpilih! Tapi pas selesai babak satu, babak dua dan tiga, hasil perhitungan
nilai menunjukkan groupnya Dilan dapat posisi kedua. Aku sedikit kecewa.
Aku berharap, groupnya Dilan bisa mengejar ketinggalan pada sesi pertanyaan
rebutan. Itu adalah sesi di mana Sang Penanya akan m e m b e r i k a n pertanyaan kepada
siapa saja, dan yang bisa lebih dulu m e m i j i t bel, akan m e n d a p a t k e s e m p a t a n untuk
m e n j a w a b . Resikonya adalah, jika j a w a b a n n y a itu salah, maka akan dikurangi nilainya.
Dari j a u h aku bisa lihat Dilan nampak terlihat tenang. Iya, bagus, Dilan, harus gitu!
Jadikan ini hari terbaikmu! T e t a p semangat. Doaku selalu menyertaimu. Begitulah aku
hari itu. Repot dengan diriku sendiri. Lebih repot dari mereka y a n g lebih pantas untuk
repot. Biariiiiiin!
Sesi pertanyaan rebutan dimulai. Sang Penanya mengajukan pertanyaan:Siapa
menteri A g a m a Kabinet Pembangunan V?||. Aku senang, pas tahu Dilan berhasil mijit bel
lebih dulu. Yes! Dilan pasti tahu!
Tapi apa j a w a b a n Dilan waktu itu?: Mahatma Gandhi!||. Aku langsung kecewa!
Bukan ih!!
Munawir Sadjali, Dilaaaaaann!! Aku langsung curiga, dia pasti sengaja! Pasti!!!
Semua orang ketawa bahkan ada yang sampai terkekeh-kekeh. T e n t u saja. karena
p e n o n t o n juga tahu, Mahatma Gandhi itu bukan Menteri Agama, tapi seorang Penggerak
K e m e r d e k a a n India!
Kalau aku pernah sangat j e n g k e l ke Dilan. maka itulah harinya! Tapi, asli. ini adalah
kenangan lainnya dari dia yang tidak bisa kulupakan.
Tidak cuma itu! Waktu ada pertanyaan: || Jelaskan latar belakang pergeseran
kekuasaan y a n g m e m b e n t u k undang-undang dari Presiden menjadi kewenangan DPR?||.
Tahu apa j a w a b a n Dilan? Setelah dia berhasil bisa mijit bel lebih awal? Dia m e n j a w a b
dengan tenang:||Tidak tahu. Pak!||.
Semua orang ketawa. Aku tidak! Serius, aku tidak! Aku j u s t e r u j e n g k e l ke dia. Ya,
udah, Dilan. kalau m e m a n g tidak tahu, jangan dijawab ih! Jadi aja nilaimu terus dikurangi
dan akhirnya g r o u p kamu kalah! Gak j a d i deh masuk teve. Aku pandang dia dari jauh,
tapi itu adalah pandangan yang gemas!
Tapi biar bagaimana pun, itu adalah harinya, di mana dan kapan pun, setiap aku
mengingatnya, aku akan langsung tersenyum.
kalau
kemudian Beni tahu bahwa aku ke Jakarta dan tidak bilang, pasti dia akan marah.
Di telepon, Beni bilang dia senang. Dia memastikan akan datang ke stasiun televisi
t e m p a t di mana kami akan melangsungkan pertarungan. Tapi pas selesai acara ( T i m
kami kalah), Beni belum kunjung datang juga. Sampai-sampai aku mengira, mungkin
Beni ada acara, sehingga dia tidak bisa datang.
Sudah dicoba kutelepon ke rumahnya, dengan menggunakan telepon umum, tapi
y a n g nerima ibunya, katanya dia di rumah pamannya.
Setelah usai acara, sebelum pulang ke Bandung, rencananya kami akan mampir dulu
ke Monas.
Jalan-jalan. T a p i sebelumnya, siswa disarankan untuk mencari makan dulu. yaitu di
sekitar kawasan kantor stasiun televisi. Jangan jauh-jauh.
Nandan ngajak aku makan, awalnya aku gak mau, tapi karena Novi ikut juga. aku j a d i
mau. Pas lagi makan. N o v i izin, bilang mau ke toilet. Dia pergi, meninggalkan aku berdua
dengan Nandan.
Pada saat itulah Beni datang.
Dia berdua dengan Saribin, kawan sekelasnya, kawanku juga. Dia langsung duduk di
depanku, karena aku duduk bersampingan dengan Nandan.
- T a h u dari mana aku di sini?||, kutanya Beni
T e m e n m u ngasih tau. Emang kenapa kalau tahu?||, Beni balik nanya
- G a apa-apa. Nanya aja. Kirain ga akan datang||, jawabku.
- S u k a kalau gue ga datang?||, Beni nanya dengan tatapan y a n g bisa dianggap
mengerikan Aku diam. Percumalah kujawab. M a t a n y a sudah nyala oleh api cemburu. Dia
pasti marah! Aku tahu siapa dia. Harusnya hal sepele m a c e m ini gak usah terjadi,
seandainya dia bukan orang cemburuan.
Dengan perasaan gak karuan, aku kenalkan Nandan kepadanya. Beni menyikapinya
dengan mata kebencian. Dia m e m a n d a n g kami menggunakan w a j a h permusuhan. Aku
jadi gak enak ke Nandan.
Beni nanya:
- C u m a berdua?||
Banyakan. Tadi, disuruh...||, sebelum j a w a b a n k u selesai. Beni m e m o t o n g :
Disuruh apa? Disuruh berpasang-pasangan?)
- B e n i ! Apa sih?!||, kataku sedikit teriak karena kesal
- T e r u s elu, siapa, lagi?!||. Beni menunjukkan j a r i n y a hampir deket ke w a j a h Nandan.
Nandan kulihat dia nampaknya ketakutan. Aku langsung merasa kasihan ke dia.
Beni!||, aku berdiri.
Beni berdiri juga seraya membentakku: Diam kamu!||. Terus dia m e m a n d a n g ke
Nandan sambil bicara dengan nada menantang:
- L u pacarnya!?||
Bukan, Mas||. Nandan m e n j a w a b g e m e t a r
-Terus
ngapain
lu
berdua?! ||.
Beni
membentak
Nandan.
Saribin
berusaha
melerainya.
- T e m a n aja. mas. Makan||. kata Nandan
Tiba-tiba Beni nyoba nampar Nandan. Nandan mengelak, justeru malah m e m b u a t
1 of 2
Beni makin j a d i emosi. Dia merangsek dan lalu berusaha memukul Nandan. Saribin
berusaha mencegahnya.
Aku teriak untuk bisa menghentikannya.
Saribin berusaha kuat bisa m e m e g a n g Beni y a n g terus memaki Nandan. Di saat
bersamaan N o v i datang dan langsung merasa bingung dengan apa y a n g terjadi:
- P e r g i , lu!||, Beni m e m b e n t a k Nandan.
Nandan pergi bersama Novi yang masih kebingungan. Aku j u g a ikut pergi, sambil
bilang ke Beni:
- K i t a putus!)
- D a s a r pelacur!|| Beni memakiku.
Itu kata y a n g bisa kudengar dari banyak kata-kata buruk lainnya yang Beni ucapkan.
Setelah selesai b a y a r makan, aku jalan bergegas sambil nangis dan langsung masuk ke
bis yang sudah dipenuhi oleh kawan-kawanku.
Dalam
hati
yang
kacau,
aku
mendengar
Nandan
sedang
menjelaskan
duduk
persoalannya kepada semua orang y a n g ada bersamanya. Sebetulnya aku berharap dia
tidak cerita. Tapi sudahlah.
Aku nangis di bis ditemani Sarah, ibu Sri. Wati dan Rani. Mereka berusaha untuk
membuatku tenang. Wati di sampingku, dia nanya ada apa? Tangisanku sedikit menjadi
ketika m e m e l u k n y a .
M e m e l u k Wati, bagiku, saat itu, rasanya seperti sedang memeluk Dilan. Serius.
Mungkin karena aku berpikir bahwa pada tubuh Wati ada darah daging yang sama
dengan Dilan. Kau tahu lah: W a t i adalah saudaranya.
-Kenapa?||. W a t i nanya sedikit berbisik dan mengelus punggungku
Watiii...||,
Iya, kenapa?||
Dilan....||
Dilan?||
- K e n a p a Dilan gak ikut
?||
Aku nangis dengan perasaan tak karuan, sambil terus meluk Wati. Wati pasti
bingung kenapa kasus ini bisa bersangkut paut dengan Dilan?
Makian Beni sangat menyakitkan hatiku. Tak kusangka dia akan bilang begitu. Tak
kuduga bahwa hari ini akan ada. Sambil kuseka air mataku, terkenang kalimat Dilan di
telepon, beberapa waktu yang lalu:
- J a n g a n pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu. Milea||
- H e h e he. Kenapa?||
Nanti, besoknya, orang itu akan hilang!
"
II
bawa
buah-buahan.
Nandan
diam
terus,
cuma
bilang
cepat
sembuh.
Kayaknya ada banyak y a n g ingin dia omongin, terutama ngebahas peristiwa di Jakarta,
hanya waktunya aja yang belum tepat, mengingat akunya j u g a lagi sakit.
Aku cluduk di situ, di bagian ujung kiri sofa panjang, dan Rani duduk di sampingku.
Galih duduk di samping Rani, di ujung kiri sofa. Nandan duduk di kursi lainnya. T a t a n g
berbagi
duduk
dengan
Revi
di
kursi
yang
beda.
Sebagian
lainnya
pada
di
luar,
seperti
Mereka j u g a m e m b a h a s soal
kesiapan menghadapi PORSENI. Pekan olah raga dan seni y a n g akan diselenggarakan di
sekolah.
T e l e p o n rumah berdering, y a n g ngangkat si Bibi. Kata si Bibi. itu telepon dari Beni.
- B i l a n g lagi tidur aja. Bi||
-Iya|| j a w a b si Bibi sambil pergi.
Aku yakin, selama tidak sekolah, sebagian kawan ada y a n g ngebahas peristiwa di
Jakarta. Entah dari sudut pandang apa m e r e k a beropini. Beredar dari mulut ke mulut,
bagai
apa
yang
membakar
jerami
kering.
Aku
pasrah.
Bahkan
aku
tidak
mau
i y a II
itu, di
luar t e r d e n g a r suara m o t o r y a n g m a s u k ke h a l a m a n
-Kami
sudah
pada m a u
pulang.
Lan||,
kata
N a n d a n sambil
mulai
berdiri
dari
duduknya.
- E h . kenapa?||, t a n y a Dilan
- U d a h dari t a d i ||, j a w a b T a t a n g y a n g s a m a b e r d i r i dari d u d u k n y a .
- Y a udah kalau gitu. A k u mau n e m e n i n Lia dulu. Pada naik apa?||
Angkot||, j a w a b T a t a n g
Hayu atuh, kata N a n d a n ( k a l a u g i t u )
- K a m i pulang dulu y a ! Lan. pulang dulu ya||. kata Rani sambil dia b e r d i r i
Iya, Ran||, j a w a b Dilan
Makasih, s e m u a n y a , sudah p a d a nengok||, kataku s a m b i l mulai b e r d i r i . Kulihat
N a n d a n s e p e r t i o r a n g m u r u n g atau apalah istilahnya. Kalau aku b o l e h s h u u d z o n : N a n d a n
m u n g k i n c e m b u r u , s e b a b dia tahu, nanti h a n y a akan ada aku, Dilan dan Bi Asih ketika
s e m u a pada pergi. Dia pikir, a w a l n y a , kalau m e r e k a pada pergi. Dilan j u g a a k a n sama ikut
pergi.
W a t i m e n d e k a t ke Dilan d a n bicara pelan sambil m e n a d a h k a n t a n g a n n y a : "Lan. ta
duit!".
A r t i n y a : Lan. m i n t a duit||
- B u a t apa?||
- O n g k o s he he||
Kulihat Dilan ngasih.
Makacih||
Setelah itu. W a t i dan y a n g l a i n n y a pada pergi.
- M a s i h g e r i m i s padahal||, kataku b e r d i r i di s a m p i n g Dilan
- G a a p a - a p a , kecil kok||, j a w a b Revi.
Aku b e r m a k s u d mau n g a n t a r m e r e k a . T a p i t a n g a n Dilan b e r g e r a k menghalangi:||Gak
usah. Lia.
Gerimis||
- G a apa-apa||
-Mau
bikin
aku
senang?||,
tanya
Dilan.
suaranya
pelaaaaan
sekali
sambil
memandangku.
-Apah?||, t a n y a k u k u p a n d a n g lagi m a t a n y a d e n g a n suara y a n g s a m a b e r b i s i k
- U d a h . d u d u k aja||
-iyall
Entah, a p a k a h d i a l o g k u d e n g a n Dilan k e d e n g e r o l e h m e r e k a atau tidak. Aku gak tahu.
Aku k e m b a l i duduk di sofa, m e l i h a t k a w a n - k a w a n k u pada sibuk m a k e sepatu:
|| M a k a s i h ya!||, kataku s e d i k i t b e r s e r u .
Iya. C e p a t s e m b u h ya||
Makasih||
Assalamualaikum!!! ||
Alaikumsalam||
M e r e k a p a d a pergi, d i a n t a r Dilan s a m p a i s e j a u h pintu pagar. G e r i m i s n y a t i d a k besar,
c u m a b e r u p a s e p e r t i a r s i r a n kecil. Aku bisa m e l i h a t n y a dari sini. dari d a l a m ruang tamu.
Juga bisa lihat Dilan y a n g n a m p a k n g o b r o l d e n g a n A g u s dan W a t i , e n t a h soal apa.
y a n g pasti kulihat W a t i m e m o n y o n g k a n m u l u t n y a k e Dilan s e b e l u m dia b e r g e r a k pergi.
Dan Dilan k e t a w a .
Bi! ||. kupanggil si Bibi
-Ya?||
M i n t a handuk! ||
Handuk?||
- I y a . H a n d u k Lia. Bi!||
Si Bibi ngasih h a n d u k dan bilang mau k e l u a r dulu, ke w a r u n g , ada y a n g h a r u s dibeli.
K e m u d i a n Dilan masuk.
Ini||. aku kasihin handukku. Dia ambil. Dia selendangkan di lehernya. Ih! Itu mah
tukang becak. Dilan! T e r u s aku duduk di samping Bi Asih:
- N e k , cerita tentang kejelekan Dilan. dong||. Aku j u g a jadi manggil Nenek.
- E n g g a k boleh ngejelekin orang||, kata Bi Asih
- H e he he||, Dilan ketawa
- Y a n g bagusnya aja. kalau begitu||. kataku
- Y a n g itu. Nek, y a n g waktu nenek m i j i t ibu. terus kuganti, y a n g mijitnya jadi aku. Ibu
gak tahu.
Telungkup sih||, kata Dilan
- H a ha ha||, aku ketawa
- K a n , terus Ibu kamu tahu!||, kata Bi Asih
- Y a n g bagusnya apa ya? Ini..., Nek. y a n g nenek masuk sumur, terus aku tolong||, kata
Dilan
-Kapan?||, Bi Asih n a n y a sambil mengernyitkan dahinya
- H a ha ha||, aku tidak bisa nahan ketawa. Ini apaan? Kisah heroik maksudnya?
- N e n e k pingsan sih, jadi aja gak tahu||, kata Dilan, sambil kupandang matanya yang
m e m a n d a n g Bi Asih.
- G a pernah masuk sumur N e n e k mah||, kata Bi Asih
- H a ha ha||, aku ketawa
- S i N e n e k ini usia s e b e n e r n y a masih 26 tahun. Lia||. kata Dilan kepadaku
65! ||, timpal Bi Asih
Keliatannya aja||, kata Dilan
- E n g g a k . Usia N e n e k e m a n g 65!||, sergah Bi Asih
- 2 6 , Neneeeeeeeek!!!||, kata Dilan
- H a ha ha j a d i debat gini||, kataku sambil lebih mendekat ke Bi Asih
- B e n t a r . Lia, biar. soal ini saya y a n g urus. Kamu kan lagi sakit||, kata Dilan kepadaku
- U r u s apaan!!?||, tanyaku
- M a s a l a h usia ini||, j a w a b Dilan
- H a ha ha! Aku sih percaya sama Nenek, ya, Nek?||, sambil kucondongkan badanku
untuk meluk bahu Bi Asih, seraya m e m a n d a n g Dilan
Iya||. j a w a b Bi Asih sambil sama m e n c o n d o n g k a n badannya ke arahku, seolah-olah
itu sengaja biar bisa bebas kupeluk. Seolah-olah dengan itu, dia sedang menggabungkan
dirinya untuk m e m b u a t kekuatan: melawan
tepat.
Akhirnya aku bilang ke Dilan bahwa, kepalaku sakit, aku merasa perlu tidur. T a p i
kalau Dilan mau duduk-duduk, silakan aja. Dilan menjawab:||
Iya! Kamu harus tidur. Biar kami pulang saja||. Aku sedih m e n d e n g a r kalimatnya.
Aku merasa bersalah. Maaf. Dilan. Demi Tuhan, padahal aku sudah sangat senang ada
kamu. Bahkan sudah lama kurindukan hari yang seperti ini. Kupandang matanya.
- K a m u pergi sekarang. Dilan?||. Seperti berat rasanya membiarkan dia pergi
Iya. Kamu tidur. Istirahat. Biar lekas sembuh, lincah kembali||
Iya||. Berat sekali saat kubilang iya||
- N e n e k yang bawa motor?||, Dilan nanya ke Bi Asih sambil m e n y o d o r k a n kunci
motor
- G a k bisa||
- Y a . udah. N e n e k y a n g dorong||
- M o g o k gitu?||
Pura-pura m o g o k aja. Nek||
- P u r a - p u u u u r a ? Biar apa?||
- B i a r N e n e k capek||
Aku ingin ketawa. Sangat ingin ketawa apalagi melihat muka Bi Asih yang polos. Tapi
y a n g keluar cuma - H e he he|| karena kehalang oleh pikiran kalut soal Beni mau datang
ke rumahku.
Beni. kenapa kau Datang??????? Iiiiiiiiiihhhhh!!! Aku kesal!!!!!!!!!!!
Dilan pamit bersama Nenek. Gerimis sudah reda. Aku salaman dengan mencium
tangan Dilan. entah mengapa, itu refleks!
- H e h . Nek, Lia cium tangan||. kata Dilan ke Bi Asih
- K a y a k ke suami aja||, j a w a b Bi Asih. Amiiin, Bi Asih!
Sebenarnya aku ingin ngomong gini ke Dilan:
- D i l a n , Aku ingin bicara banyak denganmu! Kapan ada waktu? T o l o n g aku. Dilan! Ini
serius||
T a p i tidak kukatakan, sampai Dilan pergi bersama Bi Asih yang disuruh Dilan untuk
m e m e l u k tubuh Dilan.
- S e k a r a n g Nenek dulu. Nanti kamu!||, Dilan bilang gitu sebelum tadi pergi, sambil
menatap mataku.
- H e he he. Itu ramalan?|| tanyaku, sambil kulihat tangan Bi Asih melepas tangannya
dari memeluk Dilan
- I t u tawaran||. j a w a b
lagi
tangan
Bi Asih
untuk kembali
memeluknya
- I n s y a Allah|| jawabku.
- M a l a m ini. kalau mau tidur, j a n g a n ingat aku ya Lia!||, katanya
Iya he he||
Hati-hati, Dilan. Bi Asih!! Dan, Maaft Juga doakan, persoalanku dengan Beni bisa
kutangani dengan baik, sampai aku bebas dari dia. Terimakasih, tadi rame, Dilan.
Milea,
berharap
Milea mau m a a f i n
Berhubungan lagi seperti sebelumnya dan tidak akan mengulangi lagi dengan apa yang
sudah terjadi. Apalagi Milea kan sudah kenal dengan keluarga besar Beni. Mudahmudahan ini menjadi pendidikan untuk j a d i lebih dewasa.
Selagi Mas A t o bicara, kulihat Beni diam terus. Seolah semuanya sudah diatur oleh
Mas A t o dia harus bagaimana. Lalu kataku pada Mas Ato:
- M a s Ato||
- Y a . Lia?||
Terimakasih sudah datang):
- S a m a - s a m a . Makasih sudah mau nerima kami||
Tiba-tiba telpon berdering. Aku izin ke m e r e k a untuk ngangkat telepon, barangkali
itu dari Ibu y a n g lagi pergi sama adik ke rumah dinas ayahku. T e r n y a t a itu telpon dari
Dilan
- H e y ! Kok kamu yang ngangkat?||, tanya Dilan
- E m a n g kenapa?||
- K a n Lia harus tidur?||
- T a d i ke dapur, sebentar. Ada apa?||
- B o l e h bicara sama si Bibi?||
- M a u apa?||
Kupikir yang akan ngangkat si Bibi||
- M a u apa ke si Bibi?||
- H e he he mau nitip. Jagain kamu he he he||
- H e h e he. Makasih||
- K a l a u ada apa-apa, panggil aku||
- B i a r apa?||
- P a s t i gak akan kedenger||
- H e h e hejauh||
- B u k a n ||
Apa? ||
- E h iya bener, jauh. Stop j a n g a n lama-lama bicara. Kamu harus tidur||
Iya. Makasih. Si Bibinya masih ke warung||
Iya, ga apa-apa||
Setelah selesai nelepon, aku kembali ke mereka.
- B a g a i m a n a menurut. Lia?||, tanya Mas A t o
- B o l e h aku pikirin semalam?||
- U n t u k ? ||
- I n i bukan masalah sepele, Mas Ato||
- S a y a mengerti ||
- B e s o k nanti ku telepon kamu||. kataku pada Beni
- K e n a p a harus dipikirin?||. tanya Beni
Iya, Beni. Biar Lia mikir dulu||, timpal Mas A t o
- A t a u gue telepon besok?||, tanya Beni
- B i a r gue aja yang nelepon||, j a w a b k u
- Y a , mudah-mudahan. Semuanya akan b e r e s dengan baik-baik. Lia bisa mengerti
dan Beni bisa introspeksi||
Setelah semuanya. M e r e k a pamit pulang, bertepatan dengan si Bibi datang. Si Bibi
bersaling sapa dengan Beni. M e r e k a m e m a n g saling kenal. Setelah mereka pulang, aku
masuk ke kamar.
Tiduran dengan pikiran y a n g tidak karuan. Aku ingin punya nomor telepon rumah
Dilan!
Mungkin nanti akan kutanya ke Wati.
dengan
sikap
dan
perilaku!
Kukira,
jika
dia
mencintai
diriku,
tetapi
sesungguhnya dia mencintai dirinya sendiri, yang ingin merasa bahagia karena bisa
mendapatkan diriku.
Di Bandung, aku bertemu dengan seseorang. Mas Ato. Perlukah kubilang kepadamu
siapa dirinya? Bahkan ibuku nyaris tak percaya bahwa ada orang m a c a m dia di dunia. Dia
tidak hebat. Mas Ato. tidak, malah mungkin biasa saja. Tapi bisa membuatku senang
hanya dengan hal sederhana.
Memahami sikap orang itu kepadaku, aku selalu seperti mendapatkan rasa aman.
bahkan di saat ketika dirinya jauh! Sampai-sampai, dalam hatiku, Mas Ato, ketika aku
pergi dan pulang sekolah, selalu seperti sedang bicara, a y o siapa yang mau ganggu aku.
silakan sekarang juga. kalau kamu berani sama dia!
Aku bukan mau bilang orang itu jagoan. Mas Ato. tapi sebagai wanita aku merasa
dilindungi!
Kau tahu. Mas Ato, dia pernah bilang apa ke aku? - L i a . kalau kamu merasa tidak
kuperhatikan.
Maaf.
akunya
sibuk
merhatiin
lingkunganmu,
barangkali
ada
orang
Aku bukan mau bilang dia hebat, M a s Ato, tapi dia bisa selalu membuatku ketawa.
Ya, aku pernah kecewa padanya, ya, aku pernah, Mas Ato, tahu kenapa? Karena aku tidak
bisa b e r t e m u denganya!!!!!!!! Maaf jika terlalu berlebihan tentang dirinya, harap maklum.
Mas Ato. mungkin karena aku suka kepadanya
Ah. sudahlah. Aku mau tidur. Ngapain j u g a kupikirin lama-lama soal Beni, toh mulai
besok semuanya akan berakhir. Kuambil selimut untuk menutupi tubuhku.
Di luar
sedang hujan.
Kupejamkan mataku dan langsung kuingat perintah Dilan. sore tadi: - M a l a m ini.
kalau mau tidur, j a n g a n
ingat aku ya
perintahmu!
- S e l a m a t tidur juga, Dilan ||
Lia!||. Tapi.
maaf,
sebelahnya
- N a n y a k e siapa?||
- I n i , ibu-ibu. y g lagi antri n u n g g u telepon||
- H a h ? Ha ha ha ngapain? ||. T a n y a k u . Dilan m e m a n g n e l e p o n m e n g g u n a k a n t e l e p o n
umum
- B u , m a u k e n a l a n gak s a m a Lia?||, dia pasti n a n y a lagi s a m a o r a n g y a n g lagi antri
itu,||Enggak k a t a n y a ! Sombong||, s a m b u n g Dilan
- H a ha ha. Bilangin ke dia, nanti m e n y e s a l gitu||
- M a l u ||
- T a d i k a m u gak malu n a n y a - n a n y a dia?||
- O h iya. Bentar. Bu. nanti m e n y e s a l lho||
- H a ha ha ha ha||
- C a n t i k ibu!||
- H a ha ha ha ha||
Mau n o m o r t e l e p o n n y a gak?!||, dia masih n a n y a ke o r a n g y a n g antri itu.
- H a ha ha j a n g a n dikasihin, Lan, biar dia cari s e n d i r i ||
- E h j a n g a n kenal deh, Bu||
-Kenapa?||, k u t a n y a
N a n t i ibu j a d i cinta||
- H a ha ha ha lesbi||
- S a i n g a n deh s a m a aku||
- H a ha ha ha ha||
- T a p i aku lagi sedih, Bu. dia tiga hari g a k sekolah||
- H a h a h a Besok sekolah. Bilangin||
- B i l a n g ke siapa?||
- K e kamu||
- H a ha ha ha ha ha||
Dilan! Aku tahu s e b e n a r n y a t i d a k ada ibu-ibu y a n g lagi antri di situ. Itu c u m a p u r a pura. T a p i g a k a p a - a p a . Dilan. t e r i m a k a s i h . aku s e n a n g .
- L i a , udahan dulu ya||
-lya||
- J a n g a n lupa apa?||
- J a n g a n lupa apa?||, aku t a n y a balik
- I n g a t a n ||
- H a ha ha ha ha||
Sun j a u h jangan?||
Ng...boleh d e h ||
- E h , j a n g a n deh||
-Kenapa?||
- K e n a p a ya? Malu ngomongnya||
- M a s a Dilan malu?||
- O k e . Jangan sun jauh, nanti aja sun dekat||
- H a ha ha ha ha ha ha. Si ibu itu masih ada?||
-Terbang!
- T e r b a n g ? Kok bisa?||
- I b u n y a burung!
Iiiiihh! Ha ha ha ha||
Habis Dilan nelepon, aku tiduran di kursi. T a d i n y a aku mau nelpon Beni. tapi dia
pasti sedang sekolah. Nanti saja, nanti sore. Kurebahkan badanku sambil m e m b a c a koran
Pikiran Rakyat, dan aku terkejut karena ada kartun di kolom H u m o r dengan tandatangan
Dilan sebagai pembuatnya!
Aku nyaris tak percaya, sampai membuatku terduduk untuk lebih memastikan
bahwa kartun itu benar-benar karya Dilan. Iya betul itu bikinan dia! Kenapa tidak bilang,
Dilan? Asli, aku terperangah! Aku bawa masuk koran itu ke kamar, sambil telungkup
kulihat lagi kartun itu!
Tiba-tiba terdengar suara telepon rumah berdering. Si Bibi yang ngangkat. katanya
itu dari Beni.
Dengan sangat malas kuterima telepon dia. Ini saatnya aku harus bersikap tegas.
- G i m a n a , Beb?||, Beni nanya
- G u e Milea, Bukan Beb. Gue Pelacur||. jawabku. Heran aku bisa berani bilang gitu.
Heran, biasanya aku bersikap lemah ke dia. Heran, belakangan ini aku selalu merasa
yakin bahwa aku akan aman ada Dilan.
- O k e , j a n g a n dibahas lagi soal itu. Gimana?||, dia nanya
- G i m a n a apa?||
- M a a f i n gue, Lia. gue ngaku gue khilafll
- U d a h gue maafin||
- M a k a s i h . Gue gak bisa pisah dari elo||
- E l o kan laki-laki. masa gak bisa sendiri?||
- H a ha ha maksud gue, gue ingin terus jalan sama elu||
- K a l a u gue ga mau?||
- P l e a s e , tolong mengerti gue. Gue ga ada artinya tanpa elu||
- M a k s u d lu. kalau tanpa gue, lu c o w o k y a n g ga ada a r t i n y a ? !
- I y a . Lia||
- G u e nyari c o w o k y a n g punya arti buat gue||
- L i a , tolong gue||
- G u e butuh laki-laki y a n g bisa nolong gue. bukan yang minta tolong||
- P l e a s e , Lia, gue
||
- K e n a p a l o nangis?!
- G u e gak tau. please. terima gue apa adanya||
- M a k s u d lu. gue harus n e r i m a lu apa adanya yang bilang gue pelacur?||
- U d a h j a n g a n bahas itu lagi. Gue nvesel. Gue..gue..||
- L u mau nerima gue apa adanya?||
Iya, Lia. Gue nerima elu apa adanya||
- N e r i m a gue y a n g lagi mencintai seseorang di Bandung?|;
- J a d i lu bener sama dia?||
- M a k s u d lu. sama orang yang lu tampar itu?||
-lya?||
- B u k a n dia||
-Siapa?!
-Siapa
pun
orang
itu,
elu
mau
nerima gue
apa adanya y a n g
lagi
mencintai
2 of 3
seseorang? ||
- C a p e k gue!!!! ||
- I s t i r a h a t kalau capek! Cuma masalah begini, elu sudah mengeluh||
- E l u j u g a mengeluh dengan sikap gue kan!!??||, Beni mulai keliatan aslinya
- G u e mengeluh karena punya cowok m a c e m elo||
- S e t a n ! ||
- J a n g a n nelepon dengan setan!||
Anjing!||, Beni menutup teleponnya.
Aku kembali ke kamar dalam tatapan Si Bibi yang ingin tahu ada apa gerangan. Aku
tidak nangis. Aku marah. Sedikit banyak, sekarang semua sudah tahu siapa Beni. mudahmudahan jadi maklum, kalau misal harus kupilih Beni atau Dilan, aku akan memilih pergi
dari Beni. T e r s e r a h kau mau bilang apa, tapi aku yakin, jika kau adalah diriku, kau akan
bersikap sama denganku!
16. SUSIANA
Hari itu, aku masuk sekolah lagi bersama pagi yang inclah di Bandung. Selalu begitu
rasanya. M e n e m b u s kabut tipis bersama Revi dan Agus, menyusuri jalan untuk menuju
sekolah. Aku m e n o l e h ke belakang untuk suara m o t o r y a n g datang: Dilan!
Ini j a r a n g terjadi, biasanya Dilan datang ke sekolah, selalu setelah aku sudah sampai
di sekolah.
Motor
itu
makin
m e n d e k a t diiringi
oleh
Dilan m e n g a n t a r k u m a s u k kelas,
itu
adalah
hari
pertama
aku
jalan
kaki
berdua
dengan
Dilan.
Banyak
Tapi, ada khabar dari Rani, katanya, dua hari lalu dia melihat Susi naik m o t o r dengan
Dilan pas pulang sekolah. N a m a n y a Susiana. anak kelas 2 Sosial 2. Kata Rani Susi
m e m a n g p e n g e n ke Dilan. Iya, aku sudah d e n g e r cerita itu, sedikit, t e p a t n y a seminggu
y a n g lalu dan lupa belum kuceritakan soal dia.
Susiana, dia cantik. Katanya anak pemilik toko emas Indah Jaya di Parahyangan
Plaza.
Dua kali,
aku pernah
lihat dia di
menguasai ruangan. Dilihat dari sikap dan perilakunya, selain dia itu bossy, kukira dia
anak gaul.
M e m a n g iya. Kata Rani, Susi suka main ke sana. ke Stuido East di Cihampelas. atau
ke Lisptick Roller Disco bersama t e m a n - t e m a n n y a , di Palaguna Plaza (Daerah alun-alun
Bandung). Itu, mungkin semacam t e m p a t n y a dugem anak-anak remaja. Rani j u g a pernah
diajak Susi. lupa ke mana itu. pokoknya daerah Ganesha. ngecengin anak ITB yang lagi
pada ospek.
Aku gak tahu sejauh mana hubungan Dilan dengan Susi. Kupikir hal itu h a n y a
hubungan biasa saja. Aku merasa tidak perlu lebih jauh untuk tahu. Itu urusan Dilan dan
Dilan bukan pacarku.
Apalagi dengan adanya kasus Beni di Jakarta t e m p o hari. nyaris tak sempat bisa lagi
kupikirkan.
T a p i dengan adanya berita bahwa Susi naik m o t o r dengan Dilan. terus terang, aku
jadi langsung cemburu. T e r m a s u k jadi ingin tahu sudah sejauh mana hubungan Susi
dengan Dilan. Maksudku, ya, aku tahu. aku m e m a n g belum jadi pacar Dilan. tapi kalau
benar Susi pacaran dengan Dilan. ngapain Dilan selalu berusaha mendekatiku?
Api cemburu, yang nyala, langsung bikin aku lemas hari itu. dan aku j a d i males
belajar, termasuk jadi merasa males ketemu Dilan lagi. Aku merasa gak perlu bersaing
dengan Susi. Gak perlu. Kalau Dilan mau sama dia, ya sudah, silakan sama dia, apa hakku
melarangnya. T a p i tentu saja aku gak akan lagi meladeni apa pun yang ia lakukan
kepadaku sejak itu.
Aku ingin nanya ke Rani. soal sudah sejauh mana hubungan Susi dengan Dilan. tapi
aku urungkan, pertama: karena kami tidak bisa bebas ngobrol berbanyak-banyak di saat
sedang belajar, kedua aku harus pura-pura bersikap biasa m e n d e n g a r cerita Rani soal
Susi. Rani gak perlu tahu bagaimana perasaanku.
Jam istirahat sudah tiba, Dilan datang ke kelasku untuk ngajak aku ke warung bi
Eem. Tapi kubilang aku gak bisa, karena ternyata masih lemas. T e n t u saja aku bohong.
Iya, ga apa-apa. katanya dan j u g a bilang, dia akan berdoa di warung Bi Eem bersama
t e m a n - t e m a n atheis, biar aku bisa segera lekas pulih. Atheis? Berdoa? Ah pasti dia
bercanda! Makasih. kataku dan dia pergi.
Dilan pasti kecewa, aku langsung merasa bersalah. Mengapa aku harus menilainya
dengan dasar masih cuma praduga? M e n g a p a harus menilai dia dengan pengetahuan
y a n g belum pasti soal fakta yang sebenarnya? Mengapa tidak memilih ikut dengannya, ke
warung Bi Eem. dan tanyakan langsung kepadanya?
Akhirnya aku pergi juga ke warung Bi Eem. Sendiri, di bawah naungan langit
mendung. Di sana ada A n h a r y a n g lagi main gitar, ada Piyan dan beberapa orang lainnya
y a n g tidak begitu kukenal.
Kutanya Piyan:
Piyan, ada Dilan? ||
- D i l a n ? Belum ke sini||
Tadi kukira dia ke sini||
Belum. Biasanya ke sini. Ada apa. Lia?||
- E n g g a k . Ga ada apa-apa||
- T u n g g u aja||, kata Anhar sambil menghembuskan asap rokoknya
Aku mau ke kelas lagi aja||
- O h iya||
Piyan....||
-iyall
- B i l a n g ke Dilan
- O k e , Lia||
K e t i k a h u j a n turun, aku sudah s a m p a i di kelas. K a w a n - k a w a n k u m a s i h pada j a j a n di
kantin.
Sunyi sekali rasanya. Cuma ada aku s e n d i r i a n , d u d u k di bangku, m e r e b a h k a n k e p a l a
b e r b a n t a l tas sekolah. Suara hujan itu, s e p e r t i m e w a k i l i p e r a s a a n k u . S u n y i m e n g u a t , d a r i
m a t a k u , air m e n g a l i r , sedikit, pelan m e l e l e h i pipiku: Dilan, k a m u di mana? M a a f !
H u j a n sudah reda. K a w a n - k a w a n b e r a n g s u r p a d a m a s u k k e kelas. Kuambil buku
p e l a j a r a n dari d a l a m tasku, dan kubaca, s e k e d a r untuk m e n g g a m b a r k a n b a h w a aku
n o r m a l - n o r m a l saja. s e o r a n g M i l e a y a n g b a r u s e m b u h dari sakit dan m e m i l i h tinggal d i
kelas untuk m e n g h a b i s k a n w a k t u j a m istirahat d e n g a n m e m b a c a .
N a n d a n m e n y a p a k u , j u g a Rani. Jam istirahat b e l u m habis, masih ada sisa untuk
b a s a - b a s i d e n g a n m e r e k a . K e t i k a s e k o n y o n g - k o n y o n g aku m e n d e n g a r r a u n g a n m o t o r d i
luar p a g a r s e k o l a h . Pasti j u m l a h n y a c u k u p banyak, k a r e n a sangat ribut sekali, k i r a - k i r a
ada 2 0 m o t o r .
Siswa d a n guru p a d a k e l u a r dari t e m p a t n y a , t e r m a s u k aku, untuk ingin t a h u ada apa
gerangan.
Pak S u r i p t o t e r i a k k e M a n g Uung, p e n j a g a pintu g e r b a n g sekolah:
Tutup, M a n g Uung!||
M a n g Uung m e n u t u p pintu itu. T e r j a d i hiruk pikuk tapi s e k a l i g u s s e p e r t i panik.
-Siapa?||. aku t a n y a N a n d a n
- G a tau! ||
Pengendara
motor
itu,
berseragam
sekolah
dan
pada
bawa
samurai
sambil
m e n g g e r u n g - g e r u n g k a n m o t o r n y a . M e r e k a teriak
Anhar!!! Kaluar, Anjing!||
M e r e k a m e l e m p a r i s e k o l a h . Kaca j e n d e l a kelas y a n g d e k a t pintu g e r b a n g p a d a p e c a h
t e r k e n a l e m p a r a n batu
N a m p a k g u r u - g u r u m e m e r i n t a h k a n s e m u a siswa u n t u k m a s u k d a l a m kelas. A k u j u g a
m a s u k dan bingung, ada apa ini? Kata Rani, itu g e n g m o t o r SM A lain. M e r e k a m e n c a r i
A n h a r . A n h a r pasti bikin ulah. Heh? T a d i aku lihat A n h a r di w a r u n g Bi Eem. Dilan, di
m a n a kamu? M e n d a d a k aku panik.
- L i a mau kemana?!!||, Rani t e r i a k m e n c e g a h k u y a n g lari m e m b u k a pintu untuk
k e l u a r dari kelas.
- L i a ! ||, b e b e r a p a k a w a n y a n g lain j u g a t e r i a k m e n c e g a h k u .
Ya, aku lari dan m a s u k kelas Dilan. T a p i di sana tak ada Dilan! T a k ada P i y a n !
K u t a n y a k e p a d a k a w a n n y a d i m a n a Piyan? M e r e k a bilang b e l u m masuk. M e r e k a pasti
masih di w a r u n g Bi Eem!
Para p e n y e r a n g itu, masih t e r i a k m e m a n g g i l A n h a r , m e l e m p a r batu dan n a b r a k n a b r a k pintu g e r b a n g . Serius, aku kuatir ada a p a - a p a d e n g a n Dilan, d a n j u g a Piyan. A k u
tidak
tahu
campuran
harus
gimana.
Tanganku
kesal,
sampai
sambil
berkacak
pinggang,
memandang mereka
seperti
ekspresi
dari d a l a m
kelas
b e r s a m a siswa l a i n n y a y a n g pada t e g a n g .
Aku kesal pada m e r e k a y a n g n y e r a n g itu. Maksudku, m e r e k a pasti akan m e n g a p a a p a k a n Dilan, j i k a berhasil d i t e m u k a n , k a r e n a A n h a r adalah b a g i a n dari Dilan di d a l a m
satu k e l o m p o k .
I m a j i n a s i k u b e r h a r a p aku bisa m u d a h m e n n g h a d i r k a n ayahku, y a n g d a t a n g b e r s a m a
k a w a n - k a w a n n y a , satu k o m p i , m e n e m b a k i m e r e k a !
M e r e k a a k h i r n y a pergi, ya T u h a n , tapi m e n u j u w a r u n g Bi Eem! A k u b e r p i k i r buruk,
m e r e k a b e r t e m u Dilan d i sana. M e n g e r o y o k n y a d e n g a n batu dan s a m u r a i ! A k u t e r d u d u k
d i bangku, l e m a s s e l e m a s - l e m a s n y a , d a n b i m b a n g . K e n a p a m e r e k a n y e r a n g s e k o l a h pada
4 of 7
waktu istirahat?
Kenapa tidak saat pulang sekolah kalau benar nyari Anhar? Kelak, Dilan menjelaskan
kepadaku bahwa m e r e k a melakukan strategi yang salah!
Polisi datang, dua truk, tapi Penyerang sudah hilang. Aku melihat beberapa polisi
masuk ke ruang guru, mungkin untuk m e m i n t a keterangan. Belajar diliburkan. Aku baru
saja keluar dari toilet ketika Dilan datang menemuiku di sana. kami bicara sambil berdiri
berhadapan
- T a d i kemana?||, kutanya dia. Aku melihat matanya nampak cemas
- K a m u tidak apa-apa?|| dia balik nanya sambil meraih satu tanganku dan kubiarkan
- T a d i kemana?|| kutanya dia
Ada ||
Kemana?!!||, kutanya lagi
- D i belakang gereja||. dia menyandarkan punggungya ke tembok, seperti orang yang
baru selesai dari rasa gelisah.
- K a m u ya? ||
- B u k a n . Bukan aku. Itu Anhar||
- K a m u juga! ||
- E n g g a k . Lia. Nanti, nanti kujelaskan||
Aku mau ke kelas||, kataku sambil pergi. Dilan nyusul.
- D i mana Piyan?||, kutanya tanpa m e n o l e h kepadanya
- M a s i h di belakang gereja||
- G e n g s t e r brengsek!||
Kami berjalan menyusuri lorong kelas. Orang-orang sibuk dengan bahasan m e r e k a
tentang apa yang tadi terjadi. Aku merasa sebagian orang m e m a n d a n g kami. terutama ke
arah Dilan. Entah apa dalam pikiran mereka, yang pasti pikiranku bagai melayang tak
karuan. Masih bisa kurasakan sisa-sisa panik, cemas dan kegelisahan.
Dari depan kantor sekolah. Pak Suripto berdiri memanggil Dilan.
- A k u ke sana dulu, Lia||, katanya, tapi tidak kujawab.
- N a n t i pulangnya kuantar||, dia n g o m o n g lagi
- S u d a h sana||
-lya||
Aku merasa, semua mata m e m a n d a n g ke arah Dilan. yang berjalan nemui Pak
Suripto. Aku tidak. Aku terus berjalan dan masuk ke kelas. Rani n a n y a soal Dilan ketika
aku sudah duduk.
Kubilang gak tahu. Kata Rani. tadi Dilan nemui Rani nanyain aku
Iya, tadi ketemu Dilan. Sebentar||.
- A p a katanya?||. Rani nanya
- G a ngomong apa-apa||
-Oh||
- A k u gak mau ngebahasnya||
Wati datang bergabung dengan kami:
- I n i si Anhar!||
- E m a n g kenapa sih dia?||. kutanya Wati
Kemaren dia malak! Ga ngasih. terus dia pukulin anak itu||
- S a m a siapa malaknya?||
- S a m a temen-temennya||
Iya siapa? ||
- T e m e n dia||
- A n a k sekolah sini?||
Bukan. Gak tahu anak mana||
Wati tahu dari siapa?||
- S i Piyan. tadi pagi||
- D i l a n tahu?||
Mungkin ||
Bukan. Bagaimana orang itu tahu y a n g malak si A n h a r anak sekolah sini?||
- G a k ngerti||
- S i Anharnya di mana sekarang?||
- G a k tau. Kabur dia||
Dilan tidak mengantar aku pulang. Dia harus ikut ke kantor polisi. Aku pulang
bersama Wati, Rani, N a n d a n dan Revi sampai ke pertigaan jalan, kemudian berpisah
untuk naik angkot ke arah tujuannya masing-masing. Aku naik angkot bersama Revi.
Itulah hari yang paling menegangkan dalam sejarah hidupku bersama Dilan. Atau
tidak cuma itu.
Masih ada banyak lagi yang lainnya. Aku akan ceritakan semuanya, entah apa
tujuanku, aku cuma ingin cerita, seperti ada yang m e n d o r o n g k u untuk harus.
Suamiku
menjalankan
SMS,
dia
ibadah
bilang
lembur.
katanya
Bob
Dylan
mau
tidur
masih
di
kantor.
nyanyi.
Ya
sudah.
Gak capek-capek.
Selamat
Baiklah
kutemani, kebetulan aku masih belum ngantuk bersama kopi y a n g sudah kubuat barusan
tadi.
Oke.
aku teruskan
ceritanya:
Malamnya,
Dilan
nelepon.
Dia jelaskan
duduk
Kasian||
ITB.
semester
lima.
Dia
anak
Pak
Alfin,
kawan
ayahku.
Ayah
m e m p e r k e n a l k a n n y a ke aku waktu dia datang ke rumah untuk ada urusan bisnis antara
ayahku dan ayahnya.
A y a h bilang ke Kang Adi, minta m e m b i m b i n g aku belajar. A y a h m e m a n g pengen aku
bisa masuk ITB. meskipun aku sendiri sebenarnya ingin ke UNPAD. Kang Adi bilang
boleh, nanti bisa privat seminggu sekali. Aku sih o k e - o k e aja.
Sejak itu, Kang Adi suka datang ke rumah untuk m e m b i m b i n g k u belajar. Dia bisanya
malam minggu. Biar bisa santai katanya. Kami belajar di ruang tamu. kadang-kadang
berdua, kadang-kadang bertiga bersama Airin. dia adikku y a n g masih kelas 2 S M P waktu
itu. Kadang-kadang berempat, kalau ibu ikut nimbrung.
Selain untuk m e m b i m b i n g k u belajar. Kang Adi j u g a suka ngobrol. Dia cerita tentang
dirinya dan aktivitas kehidupan mahasiswa di kampus ITB. Dia cerita tentang gerakan
mahasiswa ITB. tentang unit-unit kegiatan di ITB. Pokoknya banyak, termasuk cerita
tentang diri dan kehidupannya.
Kayaknya m e r e k a membutuhkan Kang Adi banget ya||, kataku
- G a tau tuh. Kalau ga ada saya. m e r e k a bilang sih suka gak r a m e he he||
Emang Kang Adi jabatannya apa di unit itu?||, kutanya
- B e n d a h a r a ||
Ooh. Pantesan. Pada nunggu uangnya tuh he he he||
- E n g g a k lah. Ya mungkin m e r e k a nganggap saya bisa menciptakan kondisi jadi lebih
hidup he he he, atau ya ga taulah||
- K i r a i n he he he||
- P e r n a h pas ada meeting, saya kan ga datang, eh m e r e k a nelepon maksa minta saya
datangi
Segitunya||
- G a tau kenapa. Kita ini harus luwes. Sedikit nakal lah. Biar gak kaku||
- K a n g Adi nakal?||
-Yaaa...nakal gimana ya? Ya. sekedar untuk mencairkan suasana aja. Nanti deh
kamu saya ajak ke ITB|[
Kang Adi suka berantem?||
- B u k a n nakal y a n g gitu lah. Nakal-nakal y a n g seru||
- T e m a n - t e m a n Kang Adi orangnya pada seru ya?||
Gak semua. Banyak juga y a n g kaku. W a k t u n y a habis dipake belajaaar terus. Gak
menikmati.
Hidupnya kayak robot. Gak suka saya. Makanya kan. kadang-kadang kita j u g a
belajar, kadang-kadang kita j u g a ngobrol. Ya ngobrol-ngobrol kayak gini lah||
Kalau Kang Adi datang, selalu akan memakai m o t o r dan m e m b a w a makanan, untuk
aku, untuk Airin atau untuk ibu. Malam itu, dia datang bawa sweater yang ada tulisan
ITBnya. Katanya dia sengaja beli untukku.
- M a k a s i h . Kang||
- I n i yang mahalnya. Ada j u g a sih yang murah, masa' buat Lia kasih yang murah||
- G a apa-apa y a n g murah juga, Kang. Hemat ||
- B u k a n soal uangnya. Kang Adi pengen yang berkualitas. Eh. Lia jadi gak ikut ke ITB.
besok?||
- J a m berapa?||
- K a l a u bisa sih pagi-pagi. Biar sekalian sarapan bubur di Gasibu||
-Pagi-pagi?||
- T e r s e r a h , Lia||
- K a l a u bangun ya he he he||
Aku dengar telepon rumah berdering. Si Bibi yang ngangkat. dari Dilan katanya. Aku
ke sana, setelah pamit ke Kang Adi dan lalu ngobrol dengan Dilan sampai ketawa
terbahak-bahak.Katanya dia habis nangkap nyamuk. Dua ekor. Dimasukin ke botol.
Terus dia namai Bonni dan Kinkan.
- M a u gak?||
- N y a m u k ? ||
Iya. Kamu satu, aku satu||
- D i sini j u g a banyak||
- D i situ j u g a ada? Subhanalloh'
- H a ha ha Ada tujuh ribu!||. kataku
- D i sini m a h sedikit euy. N y a m u k preman. lagi||
- K o k preman?||, kutanya
Iya. Pada mabuk s e m p o y o n g a n gini||
- H a ha ha minum Baygon?||
- A h m e r e k a mah merk apa aja j u g a oke. Ibuku yang beliin. Baik dia itu||
Dibeliin gimana?||
Iya dia yang beli obatnya, ke warung, buat nyamuk. N y a m u k manja. Gak bisa beli
sendiri ||
- H a ha ha ha||
Dilan m e m a n g selalu m e m b a h a s yang gak perlu. Tapi rame. Tapi seru. Habis itu aku
kembali ke ruang tamu, bersama Kang Adi lagi.
Teman?||, Kang Adi n a n y a
-iyall
- O h . T e m a n sekolah?||
- T e m a n apa ya? T e m a n dekat gitu lah||
- P a c a r yaa?||
- D i a itu seru. N a m a n y a Dilan||
- H a t i - h a t i , Lia||
- H a t i - h a t i , kenapa gitu?|
- Y a . dengan siapa pun harus hati-hati lah. Cari kawan y a n g bisa bimbing. Yang bisa
saling mengingatkan. Yang bisa melindungi||
- H a t i - h a t i termasuk ke Kang Adi juga he he he?||
- Y a a . . e n g g a k lah! Kita kan sudah saling kenal||
Becanda atuh, Kang||
Setelah Kang Adi pulang, aku ngantuk, gosok gigi dan langsung tidur. T a d i n y a
p e n g e n nelepon Dilan dulu, tapi takut mengganggu. Besok aja. Sekarang saatnya tidur.
- S e l a m a t tidur juga, Dilan ||
Pagi-pagi. Kang Adi nelepon. Dia nanya j a d i enggak pergi ke kampus ITB? Aku bilang
gak bisa.
Nanti aja hari rabu. sepulang sekolah. Iya katanya.
- K i t a belajar aja yuk?||
- H a r i minggu?||
- Y a isilah dengan y a n g berguna||
- I s t i r a h a t j u g a berguna. Kang. Saya ingin istirahat||
- O h ya sud. Lagi apa?||
- I s t i r a h a t kan?||
- K a l i , lagi baca buku||
-Enggak||
- K a l a u mau baca buku nanti saya bawain buku. Di rumah banyak||
- G a k usah. Kang||
- S u k a Filsafat gak?||
- N g g . . g a k tuh||
- S i a p a pun dia, meskipun guru, jika tidak bisa menghargai orang lain. tak akan
dihargai ||
- I b u . mengerti kenapa kamu begitu)
- J a n g a n jabatan guru dijadikan alat kuasa untuk berbuat sewenang-wenang||. kata
Dilan Kepala Sekolah datang, aku berdiri untuk m e m b e r i t e m p a t dia duduk. Dia duduk di
samping Dilan.
- A d a apa, Dilan?!||, tanya Kepala Sekolah. Dia nampaknya sedang berusaha bicara
hati-hati, karena kuatir Dilan akan juga m e n y e r a n g n y a
- A k u tidak melawan guru, aku melawan Suripto yang semena-mena||
- K e n a p a dia? ||
Bapak harusnya tahu bagaimana perilaku dia. Kami tahu||
Iya, tapi Dilan tidak harus begitu ke dia||
- D i a boleh begitu kepada kami?||, Dilan nanya
- B e g i t u gimana?||
- D i a m e n j a m b a k bajuku. Kayak ga ada cara lain. Ini bukan cuma ke saya. Sudah
berapa orang kawan saya ditamparnya. Diperlakukan s e e n a k n y a ! . j a w a b Dilan. Jaman
dulu. di sekolah, guru m e n a m p a r siswa kayaknya sudah dianggap sebagai sesuatu y a n g
lumrah, jauh b e r b e d a dengan sekarang.
- M a a f . mungkin kamu membandel?||, tanya Kepala Sekolah
- G u r u itu digugu dan ditiru, kalau dia mengajariku menampar, aku j u g a akan
m e n a m p a r ||
- B a p a k bukan mau membela dia. Mungkin Pak Suripto tidak bermaksud begitu||,
kata Kepala Sekolah seperti sedang membela Pak Suripto.
- B a p a k tahu. waktu polisi datang ke sini? Pak Suripto bilang apa? Dia bilang: ini
bukan urusan sekolah. Bawa aja ini, sambil nunjuk ke saya. Dia juga biang kerok.
katanya||
- Y a sudah, kalau begitu nanti kita selesaikan ||, kata Kepala Sekolah
- B a p a k harus tahu, dia juga melakukan pelecehan. Ada siswa perempuan yang
ngadu ke saya||
Iya, iya. kan ini baru sepihak. Nanti kita p e r t e m u k a n !
Aku ingin bertemu dia. Kalau tidak, aku datangi rumahnya||
Iya. Pasti diusahakan bisa ketemu. Bisa damai ||
Habis itu. kami keluar dari Ruangan Guru, untuk masuk ke kelas masing-masing
y a n g sudah mulai pada belajar. Sebelum pergi ke kelasnya. Dilan bilang:
Aku bukan jagoan. Aku hanya melawan. Lia||
- Iya ||. j a w a b k u
- M a a f . Lia||
Iya, Dilan. Aku m e n g e r t i !
19. BUNDA
Seperti y a n g bisa kuduga, akhirnya Dilan mendapat hukuman skorsing. Dia tidak boleh
sekolah
selama seminggu.
Hari
Rabunya,
Ibu
m e m b e r i t a h u bahwa itu ibunya Dilan. Wati bilang mau m e n e m u i beliau, aku ingin ikut.
Boleh katanya. Kebetulan j a m pelajaran terakhir sedang bebas, karena gurunya tidak
bisa hadir.
Kami terpaksa nunggu di luar. karena Ibunya Dilan sudah keburu masuk Ruangan
Guru. Dia dipanggil untuk menuntaskan masalah Dilan b e r a n t e m dengan Suripto. T a k
lama kemudian Ibunya Dilan keluar. W a t i m e n y a m b u t n y a dengan m e n c i u m tangannya
dan aku pun begitu.
- S i a p a ini?||, Ibunya Dilan b e r t a n y a kepadaku
Milea, Bu||, j a w a b k u
- O h ya?||. dia sedikit terperangah, matanya hampir seperti mau m e m a n d a n g sekujur
tubuhku
Iya, Bu. Kenapa?||. kutanya
- O h ini....rupanya||, katanya seraya mengacakkan tangannya di atas pinggang
- K e n a p a gitu?||, tanyaku t e r s e n y u m
- A h . kau! Dilan sering cerita soal kamu. tau?||. katanya
- O h he he||, aku bingung harus j a w a b apa. Wati m e m a n d a n g k u sepert i heran.
- P u l a n g n y a kemana, Nak?||, dia nanya
- K e daerah jalan Banteng||, kujawab
- N a i k apa?||, dia nanya
- A n g k o t . Bareng t e m e n ||
- H a r i ini, ikut ibu saja, oke? Wati juga ikut ya?||
Wati ada janji... ||
- A h . sudahlah, ikut makan dulu. Milea juga. Oke?||
- N g . . h a y u . Wat?||, aku nanya Wati sambil m e n g g o y a n g k a n tanganku ke badannya
- H a y u lah. Jangan lama tapi..|i kata Wati ke ibu Dilan
- B e n t a r , Bu, mau ngambil tas dulu||, kataku
- E n g g a k belajar?||, dia nanya
-Ng...Gurunya gak ada||
- O h ya sudah. Lagi, ini sudah mau bubaran||, katanya sambil m e m a n d a n g j a m
tangannya.
Kami pergi dengan ibunya Dilan y a n g nyetir sendiri mobil Nissan Patrolnya.
- O h . ini n a m a n y a Milea ya hmm h m m hmmm?||. dia nanya
- H e he iya, Bu||
- D i l a n itu sering cerita soal kamu||
- H e h e j a d i malu||
-
Enya. kata W a t i ( I y a )
- H a ha ha ngawur gimana?||
- K a t a n y a kamu suka makan lumba-lumba. Pasti dia bohong kan?||
- H a ha ha ha enggak||
- D i a bilang apa lagi itu. Katanya kamu berkumis. Orang secantik ini dibilangnya
berkumis||
- H a ha ha ha||
- Kita makan dulu ya||, kata ibu Dilan
-Siap!||, kata Wati
- I y a , Bu||
Mobil masuk ke halaman salah satu warung makan yang ada di daerah Buah Batu.
Setelah duduk, kami
Selagi menunggu makanan datang. Ibu Dilan cerita tentang p e r t e m u a n n y a dengan pihak
sekolah.
Tadinya
Dilan
mau
dipecat,
tapi
setelah
terjadi
nego,
akhirnya
diberi
kesempatan untuk tetap sekolah di situ, dengan masa percobaan selama sebulan.
Sambil makan. Ibu Dilan bilang, ya kita tidak bisa mengkritik tanpa lebih dulu
m e m a h a m i apa yang kita kritik itu. T e r m a s u k kita tidak bisa menghakimi anak remaja
tanpa kita m e m a h a m i kehidupannya. Orangtua y a n g seharusnya bisa m e m a h a m i anakanak. bukan sebaliknya. Jangan anak-anak yang dipaksa harus m e m a h a m i orangtua.
Anak-anak
belum
mengerti
apa-apa,
meskipun
tentu
saja
harus
kita
berikan
pemahaman.
- D i l a n sekarang di rumah?||, kutanya
- D i rumah||
Setelah habis makan. W a t i ijin pergi, karena sudah j a n j i a n sama Piyan.
Piyan y a n g pacarmu itu?||, tanya Ibu Dilan. Oh, Wati pacaran sama Piyan?. Aku baru
tahu.
- H e he he iya||
- K e n a p a tidak diajak sekalian?||
- D i a nunggu di sana||
- P e r l u diantar gak?||, Ibu Dilan nanya
- E n g g a k . Deket kok||
Wati pergi, setelah m e n c i u m tangan ibu Dilan. Di mobil jadi cuma aku dan ibu Dilan.
Dia bilang: Dilan itu anak k e e m p a t dari lima saudara. A y a h n y a lagi bertugas di T i m o r
Timur. Rumah dinasnya sih di Karawang. T a p i ibunya Dilan. bersama anak-anaknya,
harus tinggal di Bandung karena bertugas menjadi Kepala Sekolah di SMA.
- D i l a n manggil apa ke ibu?||
- D i a ? Dia manggilnya Bunda. Kamu manggil apa ke ibumu?||
- M |
- O h ya. itu juga bagus||
- L i a j u g a mau manggil Bunda. Boleh?'
- K e siapa? Ke ibu?||, dia menunjuk dirinya
-iyall
- Y a boleh. T a p i kalau lagi minta uang, Dilan itu manggilnya suka Bundahara||
Kok?||
Iya. Bendahara maksud dia ha ha ha||
- H a ha ha ha ha||
Dia itu. m e m a n g nakal. T a p i ya selama masih wajar, oke lah. Mudah-mudahan tidak
kelewat batas ||
Iya, Bunda||
- K a t a Dilan kamu pacaranya. Iya betul?||
- O h ? Dia bilang gitu. Bunda?||, aku t e r s e n y u m
- M u n g k i n dia ngaku-ngaku||
- G a apa-apa, Bunda||
- K a m u ini cantik||
- D i l a n juga, dia tampan|j
- Y a . Mungkin karena kamu suka||
- H e he he. Belok Kanan, Bunda||, kataku untuk menunjukkan jalan ke arah rumahku
Oke||
- B u n d a asli Bandung?||
Bunda lahir di Aceh, ikut suami ke Indonesia||
- A c e h kan Indonesia. Bunda?||, tanyaku
- H e h e becanda||
- S e k a r a n g ke kiri, Bunda||
- O k e . Cantik||
Setelah sampai di rumah, aku melihat ada m o t o r Kang Adi di halaman. Aku turun
bergegas, setelah m e n y a p a Kang Adi y a n g lagi baca buku di ruang tamu, aku langsung
masuk ke dalam rumah untuk mencari ibu. Entah m e n g a p a perasaanku seperti diluapi
oleh rasa gembira.
Bunda masuk, disambut oleh ibuku.
- O h ini
||, kata
Bunda
- P a n g g i l Lia aja, Bunda||, kataku
- O h ya ya. Lia||
- S i l a k a n duduk dulu. Mau nyiapain minuman dulu||, kata ibuku sambil masuk ke
dalam
- G a k usah r e p o t - r e p o t . Sebentar kok||
Di ruang tamu jadi ada aku. Bunda dan Kang Adi.
Ini?||, tanya Bunda ke Kang Adi
- S a y a pembimbingnya Lia||
Kuliah?||
- I y a . ITB. Bu||, j a w a b Kang Adi
Oh. jurusan apa?||
- T e k n i k Industri||
- O h ya? Anak ibu j u g a ada yang di T e k n i k Industri ||
- D i ITB?||
Iya. Kenal Landin?||
- O h Bang Landin? Iya kenal. Bu. Dia senior||
- I t u anak ibu. Kakaknya Dilan, Lia||, kata Bunda sambil m e m a n d a n g k u
- D i sana juga, Bunda?||, tanyaku
-iyall
Tak
lama
kemudian
ditemani Si
Bibi yang
m e m b a w a makanan.
- B a g a i m a n a bisa ketemu Lia?||, tanya ibuku
- D i sekolah. Tadi. Kebetulan||
"Oh||
Aku tadi ditraktir Bunda
yang
udah
dia j a w a b
he
he
he,
cokelat y a n g
dianterin
tukang
koran,
||. kataku
kepadaku sambil berbisik. Segera aku kesana meninggalkan kedua ibu yang bicara soal
keluarga dan ketentaraan suaminya.
Hey!||, kusapa dia
- S u d a h pulang sekolah?||
Iya. Tadi aku pulangnya ada y a n g ngantar||, kujawab
- D i a n t a r angkot?||
- B u k a n . Oleh orang y a n g aku suka. Kucintai||
- H e h e h e pasti kamu s e n a n g i
- S a n g a t senang sekali!. N a m a n y a j u g a diantar orang y a n g aku suka||
- H e he he. Pasti akan begitu||
- D i a n t a r siapa coba?||
- D i a n t a r orang yang kau suka kan?||
- C e m b u r u dong? Cemburu gak?|
- J a n g a n . Nanti merepotkanmu||. j a w a b n y a
- C o b a tebak siapa orangnya?||
- S u r i p t o ? ||
- I h ! Bukan||, j a w a b k u
-Nandan?||
- B u k a a a a n ! ! ! Kamu pikir aku suka ke dia?||
- A k u gak tau. Kan yang punya perasaan kamu||
- E n g g a k ! ! ! Ingin tahu gak siapa?||
- K a m u pasti akan ngasih tahu||
Iya. Aku...diantar sama Bundaaa! Ibu kamu||
Hah?||
- H e he he||
Kok bisa?||
- B i s a dong||
- K e rumahmu? Ngapain?||
Iya he he he. Nanti deh cerita||
- K e t e m u di mana?||
- D i sekolah. Tadi||
- B o l e h aku bicara dengan Bunda?||
- O k e . Tunggu ya||
Aku pergi ke ruang tengah untuk m e m b e r i t a h u bahwa Dilan ingin bicara di telepon.
Si Bunda ke sana.
- A k u ketemu Lia
- H a ha ha ha ha ha||
-Katanyaaaaaaaaaaa....kamu berkumis! ||
- H a ha ha ha ha ha||
-Katanyaaaaaaaaaaa....kamu
he he he||
Apa. ketawa? ||
-Katanyaaaaaa....Aku pacarmu..he he he||
- H a ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha!!!!
II
- Katanyaaaaaaaaaa
"Apa
||
?||
Dilan? ||
-Ya?||
-Aku
rindu ||
- H e he he||
- B o l e h ? ||
- R i n d u ke siapa?'
- K e Dilan||
- S a m a ||
-Makasih||
- A k u j u g a rindu....ke Dilan||, katanya
-Ih!||
- H a ha ha ha ha ha. Iya, aku j u g a rindu ke Lia||
- H e he he he||
- R i n d u sebelum waktunya||
- H e h e h e h e matang sebelum waktunya||
Setelah selesai nelepon dengan Dilan, aku kembali nemui Bunda. Bunda pamit untuk
pulang.
Entah mengapa aku merasa berat m e m b i a r k a n n y a pergi dari rumahku.
Bunda bersalaman
dengan
ibuku
dan
dengannya
dan
m e n g a p a itu
ada.
Kamu
harus j a d i
aku, aku
kesulitan mau
mengatakan perasaanku saat itu. Kamu harus j a d i aku, pasti akan melakukan hal y a n g
sama.
- K e n a p a nangis, Nak?||, tanya Bunda, menatapku sambil m e m e g a n g kedua bahuku.
Kupeluk lagi dan nangis:
-Aku...senang, Bunda||, kataku. Padahal tadinya mau bilang:||Terimakasih sudah
melahirkan Dilan ||. Gak jadi. Malu.
Iya,
Nak!||, kata
Bunda sambil
m e n e p u k - n e p u k bahuku:
- B u n d a pulang ya||,
sambungnya.
Iya, Bunda. Hati-hati, Bunda||, sambil kuseka sisa air di mataku.
Si Bunda naik ke mobilnya. Sebelum benar-benar pergi, kira-kira baru beberapa
m e t e r berlalu, aku teriak:
- B u n d a a a ! Salam ke Dilan, Bundaaaaaa||
-Oke!||, j a w a b n y a , sambil melambaikan tangannya.
Aku kembali masuk, bersama ibuku y a n g bilang:||
- I b u n y a juga r a m e he he||
He he he. Lia senang||, aku ketawa
SMP,
sampe
nonton
pentas
dramanya
segala. A p a
itu judulnya,
- S i a p a ? Dilan?||
-lya||
- Y a gitu aja. T e m a n - t e m a n n y a
rumah.
Pada kumpul di
kamarnya ||
- P a s t i rame||
- B u k a n rame. Berisik||
- H a ha ha ha||
- D i kamarnya itu, dia pasang poster Ayatullah Khomeini||
- O h . Presiden Iran ya, Bunda?||
- B u k a n . Itu Imam Besar. Imam Besar Iran. Kalau Presidennya kan Bani Sadr||
Itu idolanya mungkin. Bunda||
Iya mungkin, dipasang sejajar dengan siapa itu y a n g ngelel, si Mick Jagger||
Iya. Mick Jagger. Rolling Stones||
Iya. Dia itu aneh. Masih S M A padahal, minta ke ayahnya langganan majalah
T e m p o ||
- H e he he. Kalau Lia sih majalah Gadis. Kalau Bunda?||
- K a l a u Bunda sih majalah Kartini||
- I b u Lia juga. Sama||
Ibu-ibu laaah||
- H e he he iya. Dilan suka makanan apa, Bunda?||
- C u r i g a nih Bunda, nanya-nanya terus soal Dilan||
- H a ha ha ha ha||
Kamu b e n e r a n pacaran yaaaaa?||
- H e he he. Tanya Dilan aja deh, Bunda||
- K e n a p a harus tanya Dilan?||
- H e he he Lia sih terserah Dilan? Takut salah||
Kok? ||
- B i a r Dilan y a n g menjelaskan ha ha ha||
- K a m u takut sama Dilan?||
- E n g g a k . Bunda. Dia baik||
- Y a syukurlah. Udah, pokoknya, nanti Bunda nyuruh Dilan ajak kamu ke rumah ya?||
Iya, Bunda. Mau. Mau. Asik||
Bertambah lagi informasiku tentang Dilan. Aku senang. Selama ini Dilan tidak
pernah bilang tentang siapa dirinya. Tadinya aku j u g a mau nanya pendapat si Bunda soal
Dilan y a n g j a d i anggota geng motor, tapi gak tahu kenapa, rasanya gak enak mau nanya.
Mungkin nanti aja deh di kesempatan yang lain.
Aku jadi merasa makin akrab dengan Bunda. Ingin rasanya ada waktu bisa berdua
dengannya, bicara banyak terutama soal Dilan. Mungkin bisa. kalau aku usahakan. Si
Bunda kayaknya akan selalu siap untuk mau. Ah. kebayang olehku, seandainya aku
benar-benar
pacaran
dengan
Dilan.
kepada
siapa
lagi
aku
curhat,
soal
masalah
20. JALAN-JALAN
K a m i s pagi. pas aku m a u sekolah, ada Kang A d i s u d a h d a t a n g ke rumahku. Aku kaget, ada
apa?.
Dia m a m p i r , k e b e t u l a n l e w a t r u m a h k a t a n y a . Kang A d i n a w a r i n aku ikut dia ke
sekolah, s e k a l i a n ada perlu katanya, mau ke d a e r a h di d e k a t sekolahku. Oh? M e s k i p u n
aku m a l e s , a k h i r n y a ikut j u g a .
S e s a m p a i n y a di sana, aku m i n t a d i t u r u n i n di p e r t i g a a a n j a l a n , m a k s u d n y a biar aku
t e r u s i n d e n g a n j a l a n kaki b e r s a m a - k a w a n - k a w a n k u y a n g lain. Kang Adi bilang:
- K e n a p a g a k s a m p a i sekolah?||
- G a apa-apa||
- T a k u t ada y a n g c e m b u r u ya? ||
-Siapa?||
Dilan!?||.
Heh? A k u k a g e t . Oh. dia tahu soal Dilan. w a k t u ada si Bunda ke rumahku.
- E n g g a k . Lia h a n y a p e n g e n j a l a n aja||, kataku
- K a l i , t a k u t dia c e m b u r u he he he||
- E n g g a k ||
Emang dia p a c a r m u ya!?'||
Kalau i y a k e n a p a ? kalau e n g g a k kenapa?):
- G a apa-apa. Cuma n a n y a he he he. Ya, sud, l a n g s u n g ya||, kata Kang A d i p e r m i s i
mau pergi
Iya. M a k a s i h . Kang||
Kang A d i pergi, aku j a l a n sendiri d e n g a n p i k i r a n s e o l a h - o l a h s e d a n g b i c a r a d e n g a n
K a n g A d i : Setahuku. Dilan b u k a n c o w o k c e m b u r u a n . Justeru Kang A d i y a n g m e n u r u t k u
s e d a n g c e m b u r u ke Dilan. Dilan itu. Kang A d i . d e n g e r ya, b a h k a n w a k t u Dilan m e n g i r a
aku
pacaran
sama
Nandan.
Dilan
malah
bilang k e p a d a
kawan-kawannya:
-Jangan
makan
apa
ya?|j.
tanya
Piyan
seperti
kepada
dirinya
sendiri,
tanpa
menghiraukan omongan Wati. Aku senyum sendiri merhatiin tingkah Piyan dan Wati.
Lucu dan romantisnya sederhana tapi cukup. Aku gak tahu sejak kapan mereka pacaran.
Tapi kayaknya baru deh.
Piyan makan kupat tahu juga. sama seperti kami. Kami makan sambil ngobrol ngalor
ngidul.
Tidak lama kemudian, datang lagi rombongan Susi, yang baru selesai j a j a n di kantin
dalam.
- Y a n ||
- H e y . Sus!||
Bisa ngobrol sebentar, Yan?||
Piyan lagi makan||. j a w a b W a t i
- B e n t a r kok||, kata Susi
- G a apa-apa||, kata Piyan seperti bersiap mau berdiri, tapi tangan Wati meraih
tangan Piyan:
- M a k a n dulu!||. katanya
- B e n t a r kok, Wat||, kata Susi
- K u b i l a n g makan dulu!||. kata Wati lagi ke Piyan dengan nada sedikit tinggi
- A t a u nanti pas pulang. Yan||, Susi bicara lagi
Iya, Sus||. j a w a b Piyan
- G a k boleh!||, kata Wati sambil makan
- K a m u kenapa Wati?||, tanya Susi
- A p a urusanmu?!||, Wati balik nanya
- E h , kok marah? Urusan apa?||, tanya Susi
- K a l a u aku marah mau apa?||, Wati balik nanya
- U d a h ah. apa sih?||, timpal Piyan. Aku sih no c o m m e n t . Kupandang Susi yang
kebetulan sedang m e m a n d a n g k u juga. Matanya seperti menyiratkan perasaan tak suka.
- J a n g a n marah lah. Wat||. kata t e m a n Susi ke Wati
Apa!!!?||, tanya Wati sambil dia dongakkan kepalanya kepada t e m a n n y a Susi itu
- U d a h . udah. Selesai. Gak boleh berantem||, Piyan berdiri seperti orang y a n g mau
melerai
- S a b a r . Wat||, kataku sambil kupegang tangannya
- S i a p a lu!
kenapa j a d i ke aku?
- G a apa-apa||, j a w a b k u
- U d a h , Sus||, kata t e m a n n y a berusaha m e n g a j a k Susi pergi
- L u , yang pengen ke Dilan ya?||
- S u s , udah! ||, kata t e m e n n y a yang lain. Aku mengambil sikap diam. N a m p a k Piyan
masih sedang berdiri, bagai mengatur situasi untuk tidak j a d i kacau, sambil terus
m e m e g a n g tangan Wati.
Syukurlah, kemudian Susi bisa diajak pergi oleh
kawannya. T a p i sebelum
itu.
ngancam-ngancam?||
-Gandeng!||, j a w a b Susi dari jauh. Artinya: Berisik||
Maneh
nu gandeng
mah!-, Wati
berusaha
n g o m o n g ke
Susi
yang
sudah jauh.
belakang mobil
angkot.
Pengendaranya
adalah
Dilan
yang
bisa
melihatku.
Dia
naik m o t o r Dilan. Aku tidak tahu kata-kata apa yang tepat untuk mengungkapkan rasa
senangku, mudah-mudahan kamu bisa tahu bagaimana perasaanku.
Berdua dengan
Dilan. menyusuri jalan Buahbatu, lalu belok kanan ke arah jalan Laswi. Enggak tahu mau
dibawa ke mana. Terserah Dilan.
- S u d a h makan?||, Dilan nanya
- P e r e m p u a n gak suka d i t a n y a )
- H a ha ha! Oke, kita makan dulu||
Kemana?||
- P e r e m p u a n gak suka ditanya. Lebih suka banyak n a n y a )
- H a ha ha ha terserah KAU lah, Gengster!!)
- H a ha h a )
Akhirnya, kami milih makan bakso, di Baso A k u n g ) . Itu warung tenda. Dulu
lokasinya di jalan
Banda, dekat
GOR Saparua.
Di
maksudnya cuma ada tiga orang sedang makan dan bicara berketawa.
Kami masuk dan kuawali dudukku sambil sebentar memandangnya. M e m a n d a n g
Dilan y a n g j u g a mulai akan duduk. Aku nyaris tak percaya bahwa hari itu akan ada: Ah,
aku makan berdua dengan Dilan.
Dilan pesan Bakso Kuah, aku pesan Bakso Yamin.
Aku suka, m e r e k a bisa m e n g e n a n g pahlawan dengan b a k s o ) , kata Dilan, suaranya
pelan berbisik sambil m e m a j u k a n mukanya agak sedikit ke arahku
Caranya?)
- D i a namai Bakso Y a m i n )
-Kok?)
- A k u j a d i inget M u h a m m a d Y a m i n )
- H a ha h a ) .
- H e he h e )
- K a l a u Bakso Kuah?), kutanya dia
- I t u akan m e m b u a t aku ingat
- I n g a t apa?)
- A k a n membuat aku ingat, ke kamu. aku pernah makan bakso kuah sama kamu. di
sini)
- H e he h e )
Angin berhembus, sedikit agak kencang, m e m b e r i kepastian tentang perlunya daundaun pohon damar itu berguguran, untuk aku merasa romantis dalam kesenduan.
- K a u lihat orang itu..), kata Dilan sambil m e m b e r i kode. dengan mukanya, untuk
aku melihat kepada seorang laki-laki dan wanita berhadapan, yang duduk agak j a u h di
sana. Mereka baru usai dari makan, dan ngobrol sambil tangannnya berpegangan. Tapi
sebelum kutahu maksud Dilan. bakso pesanan sudah datang, dan disimpan di depan
kami.
- K e n a p a orang itu?), kutanya dengan suara pelan sambil mulai mengaduk bakso
Aku suka laki-lakinya||, j a w a b Dilan sambil mengaduk juga baksonya
-Heh?!)
- B u k a n . Laki-lakinya, kayaknya dia gak mau, tangan pacarnya itu h i l a n g )
- T a h u n y a ? ) , kataku, dengan suara y a n g sama pelan, sambil s e n y u m ke dia
- M a k a n y a dia pegang t e r u s )
- H a ha h a )
-Heeeh...Jangan
ketawa),
perintahnya
dengan
suara
pelan
lalu
menyuapkan
makanan ke mulutnya
- K e n a p a ? ) , tanyaku sambil merapikan rambutku.
- N a n t i laki-laki itu j a d i suka ke k a m u )
- K e n a p a e m a n g ? ) , tanyaku sambil menyuapkan makanan, sedikit, karena merasa
kikuk makan di depannya
Ketawamu bagus||
He he ketawa ah||
Terserah! Nanti aku b e r a n t e m dengan dia||
Karena? ||
- R e b u t a n ||
- H e h e he. Kamu y a n g m e n a n g )
-Karena?||
- A k u ingin kamu yang menang he he he||
Kamu tahu tidak? Saat itulah aku ingin nanya ke Dilan, untuk dapat kepastian,
apakah aku dengannya sudah pacaran atau belum? Mungkin buatmu itu gampang, ya aku
juga sudah lama berencana mau nanya soal itu, kelak, kalau b e r j u m p a dengan dia. Tapi
ketika sudah ada di depannya, kenapa j a d i seperti susah kuungkapkan?
Atau sudah tak perlu lagi kutanyakan, tinggal kuanggap sudah. Bisa begitu, tinggal
jalan. Tapi akan lebih afdol lagi kalau resmi. Aku j a d i punya hak untuk mengklaim Dilan
sebagai pacarku, dan dia juga begitu. Aku yakin kamu mengerti maksudku.
Dilan berdiri dan bergerak mengambil kerupuk di dalam kalengnya.
Ini buat kamu||, katanya
Makasih||
Awet-awet||
- S a m p a i besok? He he he||
Sampai malam. Sekarang dimakan setengahnya. Sisanya buat di rumah, makan
malam ||
- H e he he kan bisa beli lagi?||
- E n g g a k , harus itu. Nanti aku minta plastik. dibungkus||
Serius ini? He he he||
-iyall
- Y a udah||, kupotong kerupuk itu j a d i dua, Yang ini buat malam he he he||,
sambungku sambil kupandang Dilan. Setengahnya kumakan, setengah lagi kusimpan di
sisi piring pisin.
Sehabis makan, kami pergi.
Dengan
pohon-pohonnya
bunganya y a n g bagus,
yang
di
sepanjang
perjalanan.
Dengan
m e m a n g sedang musimnya.
bunga-
Waktu itu,
Bandungnya masih sepi, belum banyak kendaraan. Jalan juga belum lebar dan masih
tentram. Cobalah ke Bandung pada tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh, kau
akan kecewa dengan keadaan sekarang Aku gak tahu mau dibawa kemana, dan gak mau
tahu, aku hanya ingin berdua dengan Dilan hari itu. Siapa pun. j a n g a n ada yang bilang
tidak boleh, termasuk kamu, juga Susi, j u g a Beni, Kang Adi. Nandan. Suripto. dan lainlain. karena itu pasti akan membuat aku sedih.
Senang sekali rasanya bersama orang yang kuanggap bisa m e m b e r i k u penghiburan.
T e n a n g sekali rasanya bersama orang y a n g kuanggap bisa m e m b e r i k u perlindungan.
Riang sekali rasanya bersama orang y a n g aku rindukan bisa berdua denganku. Biarkan
aku memilih dan memiliki kesenangan sendiri. Dia adalah Dilanku. j a n g a n diambil.
M o t o r melaju dengan pelan d i j a l a n T e l a g a Bodas. Itu saat Dilan akan m e n g a n t a r aku
pulang
Itu pohon||, kata Dilan di atas motor, sambil nunjuk satu pohon. Dia m e m a n g
bilang, saat itu, ingin j a d i guideku, katanya biar lebih kenal Bandung
Wow||, j a w a b k u sambil senyum, pura-pura terperangah seolah aku baru tahu
pohon
Itu langit!||, dia angkat telunjuknya ke atas
Mendung||
Iya. Itu Mang Jajang||, Dilan menunjuk tukang dagang di pinggir jalan
- K a m u kenal?||
aku p a c a r m u k e Bunda?'
-Iya||
- E m a n g kita pacaran?||
-iyall
A k u langsung d i a m m e n d e n g a r dia bilang iya||. Aku l a n g s u n g b i n g u n g g a k tahu aku
h a r u s n g o m o n g apa. Bisakah itu k u a n g g a p Dilan s e d a n g n y a t a i n ? Bisakah itu k u a n g g a p
b a h w a d e n g a n s e n d i r i n y a k a m i resmi p a c a r a n sejak itu? Ih, Dilan!
- K e n a p a diam?||, t a n y a Dilan
- E h ? Enggak. Ga apa-apa||
W a k t u tiba di rumahku, ada Bang Faris. p a m a n k u , s e d a n g m e n g i k a t satu dus di ujung
b e l a k a n g j o k m o t o r n y a , e n t a h l a h a p a isinya. Bang Faris lalu bilang b a h w a ibu n a n y a i n
aku. A k u j a w a b ada acara di r u m a h t e m a n . K u p e r k e n a l k a n Dilan k e p a d a n y a .
- M a u masuk dulu gak?||. k u t a n y a Dilan
- L a n g s u n g aja||
- O k e , M a k a s i h ya||
S a m a - s a m a ||
Setelah p e r m i s i ke aku d a n Bang Faris. Dilan lalu pergi.
-Pacarmu?||, Bang Faris n a n y a
-Teman||, j a w a b k u . Ah, k e n a p a h a r u s bilang Dilan c u m a t e m a n ? Gak e n a k r a s a n y a .
Awas, dia nakal||
- D i a baik||
- K a m u ikut besok?||
-Ke?||
- A c a r a syukuran||
Syukuran apa?||
- D i r u m a h Adi. A y a h , ibu j u g a ikut||, j a w a b n y a . A d i y a n g dia m a k s u d adalah Kang A d i
- O h ? Besok?||
Iya, m a l a m ||
Syukuran a p a sih?||
- I t u , s y u k u r a n b u k a t o k o di BIP||, j a w a b n y a . Bandung Indah Plaza m e m a n g baru
launching bulan A g u s t u s k e m a r e n .
nanya
menyinggung
hubunganku
dengan
Beni.
Aku
ingin
bilang
bahwa
hubunganku dengan Beni sudah lama berakhir, tapi gak jadi. gak usah. Jadi kujawab
baik-baik saja. Ibu m e m a n g belum tahu. belum kukasih tahu. Maksudku, butuh waktu
y a n g tepat untuk aku ceritakan.
Malamnya
diselenggarakan
Kang
di
Adi
nelepon.
rumahnya.
dia
bilang
soal
acara
syukuran
yang
akan
21. SYUKURAN
Tadi. di sekolah, aku gak s e m a n g a t . Selalu begitu s e j a k s e k o l a h g a k a d a rasa Dilannya.
T a p i tadi aku k e t e m u Piyan. d i t e m p a t t u k a n g p h o t o c o p y . dan n g o b r o l soal W a t i y a n g izin
g a k m a s u k s e k o l a h k a r e n a sakit. Juga n g o b r o l soal Dilan. Pastilah itu.
- P o k o k n y a cuma k a m u y a n g t a h u y a aku s a m a Dilan? M a k s u d k u aku mau s a m a
Dilan he he he||
- H e h e h e iya. Dilan k a n gak suka kalau p a c a r a n diumum-umumin||
- D i l a n bilang gitu?j|
Gak perlu kata dia sih. gak perlu o r a n g tahu||
- B i l a n g gitu ke kamu?||
Iya. Dia m a h c u r h a t n y a ke saya||, j a w a b P i y a n
"Oh||
- S D . S M P . aku b a r e n g s a m a Dilan terus||, kata P i y a n
- O h ya? ||
- D i l a n p e r n a h p a c a r a n gak?||, k u t a n y a
W a k t u SMP. p e r n a h s a m a Hemi||. j a w a b n y a
- P u t u s kenapa?||
T a n y a langsung Dilan aja. T a k u t salah)!
Iya. K a t a n y a suka p a d a k u m p u l ya di r u m a h Dilan?||.
~ i y a II
Ngapain?||
- P a l i n g g i t a r - g i t a r a n . M a i n d o m i n o . J a g o a n dia[|
D o m i n o itu apa?||
Main gaple||
- O h . Aku p e n g e n ikut n g u m p u l
||
dengan
Kang
Adi.
m o b i l ayahku,
Sopirnya
Bang
aku
pergi
Faris.
b e r s a m a ayah,
Kamu
pasti
tahu,
ibu,
dan
meskipun
adikku,
aku
ke
ikut.
s e b e t u l n y a aku malas. Kata ibu. m e n d i n g a n ikut aja. g a k enak. A k u nurut. Padahal aku
lebih suka di rumah, dan m u n g k i n akan d a p a t t e l e p o n dari Dilan.
Kami datang lebih awal, karena Ayahku, y a n g diwakilkan kepada Bang Faris, adalah
pihak yang menjadi rekan bisnis ayahnya Kang Adi, sehingga otomatis kami m e n j a d i
bagian dari panitia penyelenggara acara syukuran itu.
Sebelum magrib, kami sudah tiba di sana. A y a h ngobrol dengan A y a h n y a Kang Adi di
Paviliun, Ibu dan adikku juga. Kang Adi m e m i n t a aku untuk membantu ibunya di dapur
y a n g sedang sibuk menyiapkan makanan. Aku nurut, kau tahulah, pasti dengan terpaksa.
Di dapur, tidak cuma ada aku. Kang Adi dan ibunya, tapi ada j u g a tantenya dan
seorang ibu. y a n g aku gak tahu siapa dia. Pada sibuk nyiapin ini itu. Tugasku m e n g h e k t e r
dus kertas sambil duduk di lantai. Dus itu akan dipakai untuk t e m p a t makanan y a n g
akan dibawa pulang para tamu. Aku tidak kerja sendiri, tapi ditemani Kang Adi.
= Bu,
disimpan
di
mana
ini?||,
kutanya
ibu
Kang Adi
sambil berdiri m e m b a w a
untuk m e m o t o n g tumpeng
itu.
Pucuk
sepengetahuanku.
Kang
Adi
ngaku-ngaku
pada
mereka
bahwa
aku
adalah
pacarnya dia. Sialan, kau. T a d i n y a mau kubilang bahwa aku sama sekali bukan pacarnya.
Tapi tak kunjung bisa kuucapkan, mungkin aku merasa ini tak enak bila aku katakan
sedangkan aku berada di rumahnya.
Serius, aku ingin pulang. Atau minimal aku ingin bergabung dengan ayah dan ibuku
di ruang tengah. Serius, selagi aku di situ. iya betul, diriku m e m a n g di situ, tapi pikiranku
sepenuhnya pergi ke Dilan! Dilan, di mana kamu? Lagi ngapain? Kamu pasti nelepon ya?
Akunya gak ada ya? Yang ngangkat si Bibi ya? Kasian. Nanti ya, Sayang, akunya lagi
bosan dulu di sini.
Lalu ayah manggil. katanya sudah saatnya untuk pulang. Memang, sebagian besar
tamu j u g a sudah pada pergi pulang. Aku berdiri dan pamit pada mereka, lalu pergi ke
ruang tengah disusul oleh Kang Adi. Rasanya aku seperti bahagia karena lepas dari
t e m p a t y a n g bikin aku bosan.
Di ruang tengah sudah tak banyak orang, tinggal keluarga Kang A d i dan keluargaku.
A d a beberapa orang lainnya y a n g entah siapa m e r e k a aku gak tau.
- I n i , anak saya, Bu||, kata ibuku m e m p e r k e n a l k a n aku kepada ibunya Kang Adi
Iya, tadi di dapur. Bantu-bantu. Kirain siapa||, j a w a b n y a
- T e r i m a k a s i h , Adi udah mau ngebimbing Lia||, kata ibuku lagi
- G a apa-apa. Senang kok||, j a w a b Kang Adi nyerobot
- A d i itu suka ngebimbing adik-adiknya juga. Kadang-kadang ada anak tetangga
y a n g pada ikut belajar di sini||, sambung ibunya
Wah bagus itu||, kata ibuku. Sementara ayahku sudah di luar, sedang ngobrol sama
ayahnya Kang Adi dan Bang Faris.
- J a n g a n pacaran dulu||, kata ibu Kang Adi kepadaku
- H e he he. iya, Bu||, kujawab. Lalu dia ngobrol dengan ibuku untuk m e m b a h a s soal
3 of 4
lain.
Kami
pulang,
setelah
saling
bersalaman.
Sesampainya
di
rumah,
jam
sudah
m e n u n j u k angka 10.
J a m a n dulu. j a m segitu, sudah d i a n g g a p larut m a l a m . A k u l a n g s u n g cari si Bibi. dia
ada di k a m a r n y a . Kutanya, a p a k a h Dilan n e l e p o n ? Iya k a t a n y a .
- B i l a n g apa dia?'
- N g a j a k Bibi ngobrol||, j a w a b si Bibi
- H e h e he. N g o b r o l apa?||
- A p a ya? Itu, k a t a n y a dia lagi di a t a s p o h o n ||
- H a h a h a h a ha. T e r u s ? '
- A n e h . A p a lagi ya? K a t a n y a kalau diculik, Bibi mau n o l o n g gak?||
- H a h a ha. Kalau dia diculik m a k s u d n y a ? !
-Iya||
- T e r u s apa kata B i b i ? )
- Y a , m a u lah. Diculik apa t a n y a Bibi?||
- D i c u l i k apa katanya, Bi?||, aku nanya
-Diculik semut jahat|
- H a ha ha ha||
T e r u s k a t a n y a m a u n g a j a r i n Bibi suara b e n c o n g , buat nyamar||. kata si Bibi
- H a ha ha ha ha. T e r u s Bibi b i l a n g apa?||
- B i b i b i l a n g g a k mau||
- T e r u s apa katanya?||. aku mulai d u d u k di kasur si Bibi
- D i p a k s a mau, nanti dikasih u a n g katanya, seribu||
- H a ha ha. Bibi tahu siapa dia?||
-Siapa?!
- J a n g a n b i l a n g - b i l a n g ya?||
-iyall
- D i a p a c a r Lia he he he||
Oh?||, Si Bibi n a m p a k s e p e r t i o r a n g t e r p e r a n g a h , m u l u t n y a d i t u t u p d e n g a n kedua
tangannya
- I y a . Bi||
- T e r u s Den Beni?||
- S u d a h hilang!||
- H e h e he. Eh? T a d i j u g a ada y a n g nelepon||
- S i a p a . Bi?||
- S i a p a ya, N a n d a n gitu?||
- O h iya. A p a k a t a n y a ? !
- B i b i bilang Lianya lagi k o n d a n g a n , t e r u s udah||
- O h , y a udah I
Lalu aku m a s u k k a m a r , setelah b e r s i h - b e r s i h d a n g o s o k gigi. Lelah sekali hari itu,
d a n l a n g s u n g p e r g i tidur, di kasur y a n g o k e untuk t e m p a t rindu Dilan. Setelah baca doa,
seperti
Dilanku
biasa
aku
Sayangku
bilang
||
sambil
senyum:
Selamat
tidur
juga.
Dilan.
nongkrong.
Dari w a j a h m e r e k a , ada y a n g bisa kukenal, k a r e n a m e m a n g satu sekolah, m e s k i p u n
tidak kutahu n a m a n y a . Aku nebak, m e r e k a y a n g t i d a k kukenal, adalah s i s w a d a r i SM A
lain y a n g ikut b e r g a b u n g . T a d i n y a k a m i b e r n i a t balik lagi. S e r e m ah. kata W a t i . T a p i
k e c e m a s a n k u akan Dilan m e n g u a t k a n niatku untuk t e t a p ke sana.
W a k t u mau masuk k e sana. aku m e n d e n g a r o b r o l a n o r a n g - o r a n g y a n g p a d a d u d u k d i
a t a s t e m b o k p a g a r itu:
- S a h a euy. Geulis euy||. ( S i a p a nih. Cantik e u y ) . Aku y a k i n m e r e k a adalah siswa dari
SM A lain
Jeung aing ieu mah|| ( B u a t s a y a ini s i h )
- A n j r i t , kudu d i t a n g a n i eiu mah|| ( A n j r i t , h a r u s d i t a n g a n i ini s i h )
-Mau
kemana,
Cantik?||.
Aku
tahu
dia
nanya
ke
aku.
Aku
langsung berbalik
||. kataku
-oh?||
M a u ke Dilan?||, satu y a n g lain b e r t a n y a
- A d a dia?||, k u t a n y a lagi
- A d a . Di dalam. M a s u k aja||
- M a k a s i h ||
~ i y a ||
Sungguh, aku tadi k e c e p l o s a n . Enggak s a d a r b a h w a b e r s a m a k u ada W a t i . H a r u s n y a
W a t i k a g e t d e n g a n p e r n y a t a a n k u b a h w a aku p a c a r Dilan. A t a u tidak? K a r e n a dia sudah
tahu dari Piyan. T a p i kalau Dilan tahu, pasti dia g a k akan suka. s e b a b kata Piyan. Dilan
g a k mau kalau dia p a c a r a n s e m u a o r a n g pada tahu. Ah. sudahlah, m a a f k a n aku. tadi
c u m a r e f l e k s saja.
A k u m a s u k k e w a r u n g B i E e m d a n b e r t e m u d e n g a n Dilan y a n g s e d a n g n g o b r o l
b e r s a m a satu o r a n g y a n g tidak kukenal. S e d a n g k a n d i b a n g k u y a n g lain. b e b e r a p a o r a n g
s e d a n g p a d a asik n g o b r o l . Dilan m e m i n t a k a w a n n y a untuk b e r g e s e r , a g a r aku bisa duduk
di s a m p i n g n y a , dan W a t i duduk di s a m p i n g k u . A k u h e r a n k e n a p a W a t i d i a m terus.
- A k u ingin j a l a n - j a l a n s a m a kamu||, kataku pada Dilan
- K a p a n ? ||
-Sekarang||
-Sekarang?||, Dilan kulihat k a g e t k a r e n a tahu ini sangat m e n d a d a k
Iya||. j a w a b k u . A k u lihat Dilan m e m a n d a n g k a w a n n y a itu.
- K a m u kan sekolah?||. t a n y a Dilan. m e m a n d a n g k u lagi
- A k u m a u bolos||
- H e h ? Kamu h a r u s s e k o l a h ||
- A k u bisa ijin||. kataku. Aku lihat Dilan m e n y e r a h k a n k e r t a s y a n g p e n u h c o r e t a n
k e p a d a k a w a n n y a itu.
Dilan. W a t i h a n y a m e n j a w a b sambil
||
- K e Dago yuk?||
- J a n g a n ||, k a t a n y a
- K e m a n a ajal deh. P o k o k n y a j a l a n - j a l a n . N a n t i
p u l a n g n y a k e rumahmu||
Iya. Sudah m a k a n ? !
- P e r e m p u a n gak suka d i t a n y a ha ha ha ha||
- H e h e he. Oke. Berti j a n g a n ditanya. K a m u b e l u m m a k a n d a n m a u m a k a n s a m a
aku ||
-iyall
Kamu rindu aku s e m a l a m ||
- K a l a u enggak?!
- B e r a r t i k a m u bohong||
- H a h a ha. E h k a m u n e l e p o n y a tadi malam?)!
-Iya||
- T e r u s n g o b r o l s a m a s i Bibi?'
-iyall
T e r u s m a u n g a j a r i n dia n g o m o n g g a y a b e n c o n g ? '
- H a ha ha ha||
- K e n a p a ketawa?||
- B e n e r . P e r e m p u a n lebih suka b a n y a k nanya||
- H e h e h e he. T a h u gak aku k e m a n a semalam?|
kendaraan.
Di daerah jalan Riau, Dilan m e m b e l o k k a n motornya, masuk ke halaman perkantoran
y a n g lumayan cukup luas dan teduh oleh banyak pohon tumbuh. Aku bingung, gak tahu
mau apa?
Dilan menyuruh aku turun dan lalu duduk di teras halaman kantor itu.
- I s t i r a h a t dulu di sini||, kata Dilan
- I h ! Ngapain?||, kutanya
- S e k a l i a n ngerencanain mau jalan-jalan kemana||
- B i a s a n y a j u g a gak pernah direncanain||
- S e k a r a n g direncanain||
Tak lama dari itu. sayup-sayup ada suara gemuruh dari jauh. Makin lama suara itu
3 of 20
makin jelas.
Itu adalah suara m o t o r , saking b a n y a k n y a , j a d i g e m u r u h . Dari h a l a m a n k a n t o r itu,
aku lihat m e r e k a lewat. P e n g e n d a r a n y a b e r s e r a g a m SM A dan m e n g a c u n g k a n p e d a n g
samurai.
K a m u t i d a k akan
percaya,
bahwa jaman
dulu, di
Bandung,
hal
itu b e n a r ada.
Kawanmu?||, k u t a n y a
||
||
- A d a y a n g sudah m e n g g a n g g u m e r e k a , y a n g m e m b u a t j a d i begitu||
Apa? ||
- A y o j a l a n lagi||
Kami p e r g i dari h a l a m a n k a n t o r itu, k e m b a l i ke j a l a n Laswi d a n b e l o k ke j a l a n Gatsu.
Itu adalah j a l a n Gatsu y a n g l e n g a n g dan m a s i h t e n t r a m , b e l u m ada BSM nya. T e r u s b e l o k
k e a r a h g a n g W a r t a d a n b e r h e n t i d i p a s a r tradisional, e n t a h s e k a r a n g m a s i h ada atau
tidak.
Kita belanja||, kata Dilan
-Belanja?||
-lya||
- B u a t apa?||
- M a s a k di rumah. Mau ke r u m a h kan?||
-lya||
Kami b e l a n j a ini itu. Jalannya b e c e k , sisa hujan subuh tadi.
- I n i d a e r a h k e k u a s a a n Kang A t o t . A k u kenal. K a m u b o l e h t e r i a k kalau mau||, kata
Dilan sambil j a l a n m e n u j u k e t e m p a t m o t o r diparkir.
- G a k mau
||. k u j a w a b
Seribu j u g a kemahalan ||
- S e m u r a h itu?||
- A s a l aku yang belinya||
- H e he he||
Selesai dari pasar, kami langsung pergi. Menyusuri jalan Gatsu y a n g belum lebar
seperti
sekarang
ini.
Terus
belok
kanan
ke j a l a n
Kiaracondong yang
sepi.
Dilan
||
Ceuk si eta mah. ieu imah urang ceunah, Wan?||. j a w a b Dilan, sambil mengarahkan
telunjuknya ke aku. Artinya:|| Masa' kata dia. ini rumah aku. Wan?||.
Aku tidak mengerti bahasa Sunda, tapi aku bisa faham apa yang sedang dibahas.
Sedikit kuhela nafasku merasa sudah dibohongi. Tadi di m o t o r Dilan bilang ke aku: Ini
mungkin rumahnya||.
Aku j a d i seperti malu ketika orang itu ketawa.
- H a ha ha! Saha, Lan?||. Tanya orang itu. Artinya:||Siapa dia. Lan?|
-
Sia mah! Ha ha ha. Masuk heula atuh||. Artinya: Ah kamu ini. Ha ha ha. Masuk
dulu sini||
-Kenalin,
Wan!
Sini.
Nak!||.
Dilan
noleh
dan
memanggil
dengan
senyuman
menyebalkan.
Suaranya seperti wibawa seorang ayah pada anaknya.
Setelah kusimpan belanjaan di bawah samping motor, kudatangi mereka, sambil
senyum kepada orang itu. Setibanya di sana. Dilan jadi seperti orang meringis, karena
sengaja kuinjak sepatunya. Orang itu ketawa.
-Lia||, kataku, saat berjabat tangan dengannya
Wawan! Masuk dulu. Lan||
- L a n g s u n g aja, Wan||. j a w a b Dilan
- O h , ya udah. Rumah Dilan mah di sana||, kata W a w a n kepadaku sambil nunjuk ke
arah kanan
- H e he he iya. Belum tahu||. jawabku.
- N u h u n . Wan. Langsung ya||, kata Dilan sambil mulai akan pergi
Sami-sami||
-
- S a m a - s a m a , Kang||
Dilan menaiki m o t o r n y a sambil s e n y u m - s e n y u m gak jelas. Aku j u g a naik, sambil
mencari j e n i s hukuman y a n g pantas untuk Dilan, karena sudah berhasil menipuku.
Hukumannya adalah: aku gak mau n g o m o n g dengannya sepanjang perjalanan, bahkan
tidak kujawab ketika dia nanya.
- H a ha ha ha||. Dilan ketawa setelah dia sadar aku gak mau ngomong dengannya.
- K a m u benar-benar bisu ini mah. Bukan pura-pura||, katanya lagi, seperti bicara
pada dirinya sendiri. Aku tetap diam dan berharap jangan sampai dia lihat sebenarnya
aku senyum.
Aku terus begitu, gak n g o m o n g - n g o m o n g , sampai tiba di rumah yang ada mobil
Nissan Patrolnya. Itu mobil si Bunda, aku langsung yakin, kalau yang itu adalah asli
rumah Dilan. Ada seekor anjing menggonggong, ketika aku turun dari motor, dan berhasil
dijinakan oleh Dilan.
Anjing itu lalu pergi, kembali, ke t e m p a t di mana dia tadi.
Aku s e n y u m melihat papan kecil y a n g ditempel pada sebuah batang pohon dengan
tulisan yang diukir: - A W A S . Y A N G P U N Y A A N J I N G GALAK||.
Hm hm hm hm?||, Dilan ngomong aneh, tapi aku mengerti dari isyarat tangan yang
ia gerakkan sambil memandangku. Artinya kira-kira:||Mau masuk gak?||. Aku ngangguk.
Gak ada senyuman!
Di ruang tamu. aku duduk dan Dilan ke sana:
- B u n d a ! Ada Debt Coliector!||. Dilan teriak. T a k lama Bunda datang, bersamaan
dengan Dilan masuk ke dalam.
-Siapa?||. tanya Bunda sambil jalan menuju ruang tamu
-Bunda!||. panggilku sambil berdiri dari duduk
Hai!!||,
Bunda
teriak
setelah
melihatku.
Dia
berdiri
seperti
orang
terkejut.
Wow! Sama, Nak. Bunda juga! Selamat datang di rumah Dilan||, kata Bunda sambil
melepas pelukan. Kedua tangannya m e m e g a n g dua bahuku.
-Iya||
- K a l a u kamu y a n g datang
- Y a , Bunda?||
- D i a gak akan masuk lemariiiiiii...||,
- H a ha ha ha ha||
- A p a ini?||, Bunda nanya soal dua kantong kresek yang ada di kursi
- T a d i . belanja ke pasar sama Dilan he he he||
Okey! A y o kita ke dapur||
Iya, Bunda||
- M a n a Dilan?||, Bunda nanya seperti pada dirinya sendiri ketika kami berjalan
menuju dapur.
Di dapur ada seorang ibu y a n g sedang duduk mengiris daun bawang. Dia sedikit lebih
muda dari Bunda. Ibu itu adalah pembantu di rumah Bunda.
Diah, siapa coba ini?||, tanya Bunda ke orang itu. sambil merangkul bahuku
- S i a p a ya?||. Bi Diah nanya
Mi..le...a!||, j a w a b Bunda
- O h . T e m e n Dek Dilan ya? Cantik||
- I y a dong||
- H e he he makasih||. kataku.
- J a n g a n s a m p e kena bau bawang atau cabe ya||, kata Bunda ke Bi Diah sambil dia
gerak-gerakkan telunjuknya
- H e he he he. Lia pengen ikut bantu masak, tapi, Bunda||, kataku
- M a u masak buat Dilan yaaa?||, Bunda seperti orang meledek
- H e he he Dilan sukanya apa?||, kutanya Bunda
-Dilan?
Dilan
sukaaa
kamu
laaah!||,
jawab
Bunda
sambil
menyentuhkan
telunjuknya ke hidungku
- H a ha ha ha ha, maksud Lia masakan, Bunda, Dilan suka masakan apa? He he he||
- A p a aja y a n g kamu bikin, dia akan su..ka!||
- H a ha ha||
- Y a udah, sini bantu Bunda||. katanya sambil duduk.
Ini Bunda lagi masak sayur lodeh. Kau suka?||, kata Bunda lagi sambil m e n g g e s e r
kursi untuk t e m p a t aku duduk.
- S u k a . Bunda||
- D i l a n j u g a suka||
- D i l a n mana, Bunda?||
- M u n g k i n di kamarnya. Nanti, Bunda p a n g g i l )
- D a l a m lemari kayaknya, Bunda?)
- H a ha ha ha h a )
T e l e p o n rumah Bunda berdering. Bunda pergi ke sana untuk mengangkatnya. Lalu
kudengar dia teriak:
-Dilan! Telepon!)
- S i a p a ? ) , tanya Dilan, kayaknya keluar dari kamar
Anhar!)
Anhar? Mau apa dia? Memang, harusnya hal itu gak perlu kupikirkan. Siapa pun
orangnya bebas mau nelepon. Tapi instingku bicara soal lain, entah mengapa, aku
merasa gak enak. Tadi itu, A n h a r ada ikut berkumpul bersama Dilan di warung Bi Eem.
Aku ngobrol dengan Bunda, sedangkan pikiran terus ke Dilan. Maksudku, aku
menduga, bahwa m o t i f Anhar nelepon Dilan. pasti ada sangkut pautnya dengan rencana
penyerangan. Keduanya terus saling berusaha untuk menjalin koordinasi dari jauh.
Dilan datang ke Dapur dengan tangan m e n e n t e n g jaket. Dia izin ke Bunda untuk
7of 20
di
luar
kudengar
suara
motor,
memasuki
halaman.
Pengendaranya
-Liafl
M a n a m i n u m n y a ? ) , tanya Bang Banar
- U d a h , Bang di dapur||
-0ke||. k a t a n y a sambil masuk ke d a l a m
H a b i s itu. k u p a n d a n g lagi Dilan, tapi t a n p a bicara. N a m p a k t a n g a n n y a , y a n g kiri,
m e n g g a r u k - g a r u k k e p a l a n y a . Di m u l u t n y a a d a sedikit s e n y u m a n . Lalu d a t a n g Disa:
- B o l e h ikut ngobrol?||. t a n y a Disa dan aku t e r s e n y u m k e p a d a n y a
Sini||, kata Dilan sambil m e m e g a n g s o f a di s e b e l a h k i r i n y a
-Oke||, k a t a n y a
- S i n i aja||, kataku sambil s e d i k i t m e n g g e s e r . Disa m e m i l i h d u d u k di s a m p i n g k u
- D i s a kelas berapa?||. k u t a n y a
- K e l a s b e r a p a . Bang?||. t a n y a Disa ke Dilan
- K e l a s Bantam||. j a w a b Dilan ( A s l i n y a , w a k t u itu, Disa kelas 3 S M P )
- K e l a s Bantam, Kak||, k a t a n y a sambil m e n o l e h k e p a d a k u
- H a ha ha ha S e k o l a h tinju?||, t a n y a k u ke Disa
- K a k a k k e l a s berapa?||, Disa nanya
- T a n y a Abang||, j a w a b k u t a n p a m e n o l e h k e Dilan
- K e l a s b e r a p a , Bang?||, t a n y a Disa
-Kelaaaass
menengah
ke
atas||,
jawab
Dilan.
Mungkin
maksudnya
Sekolah
M e n e n g a h Atas.
- M e n e n g a h ke atas katanya||, kataku pada Disa sambil s e n y u m
W o w ! H a t i - h a t i j a t u h ||, k a t a n y a
- K a n pegangan||, kataku sambil s e n y u m
- Y a . Bagus ||. j a w a b Disa
T a k l a m a k e m u d i a n kami d e n g a r si Bunda m a n g g i l . Dia n g a j a k k a m i m a k a n . Aku. Disa
d a n Dilan p e r g i ke ruang m a k a n .
Aku n e l e p o n dulu||, kata Dilan k e p a d a k u sambil p e r g i m e n u j u t e m p a t t e l e p o n .
-Iya|| kujawab. A k u dan Disa l a n g s u n g g a b u n g d e n g a n Bunda dan Bi Diah y a n g sudah
duduk m e n g h a d a p m e j a m a k a n .
- S i l a k a n , m a k a n sepuasnya||, kata Bunda
- M a k a s i h , Bunda||, j a w a b k u
- M a n a Banar?||
- D i kamarnya||, j a w a b Disa
Bunda y a n g m a n g g i l . atau Disa?||, t a n y a Bunda
Aku aja||. kata Disa sambil k e m u d i a n dia pergi.
Ayo, Lia||, kata Bunda sambil n y o d o r i n piring y a n g sudah Bunda kasih nasi,||Ini
m a s a k a n duet Bi Diah sama Bunda||, s a m b u n g n y a .
- N u n g g u Dilan. Bunda||. kataku s a m b i l m e r a i h p i r i n g itu
-Dilan!||. Bunda m a n g g i l
- B e n t a r ! ||, Dilan m e n j a w a b dari j a u h . Lalu d a t a n g Disa b e r s a m a Bang Banar
- U d a h m a k a n tadi di kampus||, k a t a n y a
A y o laaah. biar rame||, kata Bunda. Lalu Bang Banar j a d i duduk
- S e d i k i t aja||. k a t a n y a
- D i s a j u g a sedikit ya, Bunda?|| kata Disa
-Kenapa?!
- S e d i k i t - s e d i k i t m a k s u d n y a a a a he he he||, j a w a b Disa
- S e r e m e h - s e r e m e h ? | | . tanya Bunda lagi
- E n g g a k ah! Lama||
- H a ha ha. Ini Banar. k a k a k n y a Dilan,|| kata Bunda k e p a d a k u sambil m e m e g a n g
bahu Bang Banar,||Ada lagi k a k a n y a Banar: Landin. T a p i b e l u m datang||, kata Bunda lagi.
- K a n lima Bunda?||, t a n y a k u
- Y a . y a n g sulung. A i d a . Dia ikut suami||, j a w a b Bunda.
- S u d a h punya anak satu. Masih bayi. Lucu..seperti aku. N a m a n y a Beika||. kata Disa
bersamaan datangnya Dilan.
Kata Bunda, tidak biasanya makan bareng, hanya sesekali kalau kebetulan pada
kumpul. Tapi hari itu adalah hari y a n g paling bahagia buatku, bisa berada di rumah Dilan.
Bisa kumpul dengan Bunda. Bisa kenal dengan Disa, dengan Bang Banar. Bang Landin,
dan Bi Diah.
Sehabis makan, aku, Disa dan Bunda duduk di ruang tamu, membuka-buka album
dan m e m b a h a s p h o t o yang ada di dalamnya. Juga ngobrol tentang banyak hal y a n g cukup
berguna untuk m e m b u a t kami akrab sampai kemudian Dilan datang bergabung dengan
kami.
T a p i Dilan seperti orang yang sedang gelisah. Seperti ada y a n g sedang ia pikirkan
mengenai sesuatu y a n g harus ia urus. Kukira, itu menyangkut soal rencana p e n y e r a n g a n
y a n g j a d i gagal gara-gara muncul aku di luar dugaannya.
Dia pasti heran dengan sikapku kepadanya hari itu, tapi bukan cuma dia. aku sendiri
juga heran, kenapa aku bisa menjadi Milea y a n g tidak biasanya. Menjadi Milea y a n g
manja, maksa-maksa Dilan untuk mau jalan-jalan denganku. Jadi Milea yang rewel
merepotkan, melarang dia pergi m e n e m u i temannya.
Pasti ada sebuah kekuatan yang sudah mengalahkan kesadaran, y a n g telah mampu
m e n d o r o n g k u untuk bersikap seperti itu, dan aku tahu kekuatan itu bersumber dari rasa
cemasku pada resiko y a n g akan dialami oleh Dilan jika benar-benar dia nyerang.
Dalam keadaanku yang normal, dengan keadaanku y a n g sadar, mana mungkin itu
bisa, bahkan aku tak akan berani meski hanya m e m i n t a dia untuk mengantarku ke
tukang p h o t o copy.
Sungguh, di luar dugaanku bahwa itu benar-benar terjadi.
Meskipun tadi pagi sudah kubilang kepada o r a n g - o r a n g yang duduk di tembok pagar
warung Bi Eem, tapi sebetulnya aku bukan pacar Dilan. maksudku aku merasa belum
resmi menjadi pacar Dilan. kalau m e m a n g untuk itu dibutuhkan adanya pernyataan dari
kedua belah pihak.
T a p i apakah pernyataan macam itu diperlukan, agar aku dan Dilan tidak cuma
dianggap sebagai sahabat dekat? Meskipun sikapku dan sikap Dilan kepadaku layaknya
seperti orang yang sudah pacaran. Gak tahu. Aku gak ngerti. Aku serahkan semuanya ke
Dilan y a n g sudah tidur telungkup di atas s o f a panjang. Bunda tadi izin pergi, katanya
mau belanja j a h e untuk membuat minuman hangat.
- D i kamar Disa ada selimut?||. kutanya Disa
- K e d i n g i n a n ya?||, Disa balik nanya. Ini Oktober, Bandung sedang dingin.
- K a k a k ambil ya?||, kataku
- D i s a ambilin?||
- B i a r Kakak aja||, j a w a b k u dan lalu pergi ke kamar Disa.
Aku datang bawa selimut, itu bukan untuk aku, itu untuk Dilan.
Kirain buat Kakak ||, kata Disa
- K a s i a n kedinginan||
-iyall
Disa sayang sama Dilan?||
- B a n g Dilan?||
-lya?||
-Sayang||, kata Disa sambil meletakkan album photo di atas meja. Itu adalah album
p h o t o y a n g dari tadi kami bahas. Rame dan j u g a sedih karena katanya Disa rindu
ayahnya yang sedang bertugas di T i m o r Timur.
Ayah Disa lagi berjuang. Dia pahlawan||, kataku berusaha menghiburnya
- D i s a takut ayah ditembak musuh||
Ayah Disa kan sudah latihan. Dia pasti tahu harus gimana||
- K o k sama? Bunda juga bilang gitu||
- H e h e he||
Kata Bunda m i n g g u d e p a n a y a h pulang)
- O h ya? ||
- K e n a l a n deh sama tentara||
Iya. P e n g e n ||
- N a n t i d a t a n g ya kalau ada ayah||
Iya. Asik||
Setelah Dilan kuselimuti, aku d u d u k lagi.
- K a k a k n g a n t u k ga?||, t a n y a Disa
M m m . enggak||
- D i s a ngantuk. T i d u r dulu ya?||
Iya. T i d u r ya||
- K a k a k di sini?||
-iyall
Disa
pergi
untuk
tidur
di
kamarnya,
meninggalkan
aku
yang
duduk
sendiri,
yang
membuatku
pernah
bahagia,
berucap
membuatku
dengan
aneka
ketawa.
macam
Kata-kata
kata-kata
biasa,
yang
bahkan
selalu
cenderung
bisa
gak
Dia
mungkin
bukan
tipe
lelaki
yang
kamu
idamkan,
tapi
biarlah
aku
ingin
memilihnya.
Sekarang, m u d a h - m u d a h a n k a m u m a k l u m , m e n g a p a aku c e m a s , ketika tahu dia
11 of 20
akan m e n y e r a n g SM A lain. Aku tak ingin terjadi apa-apa dengannya. Meskipun dia pasti
akan selalu di hatiku tetapi aku juga tak ingin dia hilang dari muka bumi ini, kalau iya,
nanti aku sunyi, nanti aku sedih.
Jadi ingat dengan apa y a n g pernah Dilan katakan di telepon:
- K a m u pernah nangis?||, kutanya
- W a k t u bayi. pengen minum||.
- B u k a n ih! Pas udah besar. Pernah nangis?||
- K a m u tahu caranya supaya aku nangis?||, dia n a n y a
-Gimana?||
Gampang||
Iya gimana?||
- M e n g h i l a n g l a h kamu dari bumi||
Sekarang Dilan sedang tidur. Aku harus t e t a p di sini, kalau perlu mungkin sampai
magrib.
Pokoknya j a n g a n sampai aku pergi, supaya bisa nahan Dilan j a n g a n sampai dia pergi.
Tadi, sudah kutelpon si Bibi, tolong bilang ke ibu, Lia ada urusan, baru magrib bisa
pulang.
Nyatanya aku baru pulang pukul tujuh. Tapi ga apa-apa. karena bunda sudah
nelepon ibuku. Aku pulang diantar Dilan. naik m o t o r dan pake j a k e t A r m y Korea punya
Dilan. Menyusuri j a l a n Ciwastra yang sepi. Melewati Pasar Gordon yang masih banyak
orangnya. Melewati terminal b e m o Sekelimus. Melewati Buah Batu y a n g bau wangi oleh
sebuah pohon kemuning yang ada tumbuh di pinggir j a l a n di daerah sebelum apotik.
Pohon itu, mudah-mudahan masih ada Sebelum pukul delapan kami sudah sampai di
rumahku. Di ruang tamu sudah ada Kang Adi. lagi ngajarin Airin. Kami masuk setelah
m e m b e r i salam. Airin yang buka pintu.
Kenalin, Kang! Dilan||. kata saya ke Kang Adi. terus duduk. Airin juga duduk lagi di
sampingku
-Hey!||. seru Dilan. bergegas nyamperin Kang Adi untuk ngajak salaman:
-Dilan!||. sambungnya.
-Adi||. kata Kang Adi. sambil masih tetap duduk:||Silakan duduk||. kata Kang Adi lagi.
-Makasih||. kata Dilan sambil duduk:
- I n i pasti Melati?||, kata Dilan lagi sambil nunjuk Airin
- B u k a n ! ! he he he||, kata Airin
- I n i , namanya Airin||, kataku sambil meluk Airin:||Jago main piano. Lan||.
Wow. Keren! ||. seru Dilan
-Sedikit||, kata Airin
- K i t a nyanyi oke?||, ajak Dilan
- D i l a n kan bisa gitar. Nah. main bareng. Dilan y a n g ngegitarnya||, kataku
- A d a gitar?||, tanya Dilan
- A d a . Gitar ayah. Nanti kuambil ||. kataku
- T a p i harus belajar dulu. Lia juga||. kata Kang Adi.
Ini Dilan yaaa?||, tiba-tiba ibu datang
- L a n . ini Ibu Lia||. kataku
Eh?||, Dilan berdiri dari duduknya. || Iya. Bu||
Akhirnya ketemu Dilan ya||, kata ibu senyum
- H e he he kayak yang pernah hilang||, j a w a b Dilan
- H e he he. Bukaaan! Lia kan suka cerita kamu. Penasaran kayak gimana sih?||, kata
Ibu
- K a y a k gini aja. Masih orsinil. Belum dimodif||. j a w a b Dilan
- H e he he||
Tadi Lia ketemu Bunda. Bu||. kataku ke ibu
Iya. T a d i Bunda nelepon. Dilan mau minum apa?||, tanya Ibu ke Dilan
- K a l a u ada yang gak mau ke dia. udah biasa kan? Banyak||, kata Dilan
- H e he he kamu kan mau?||, tanyaku
- K e n a p a kamu gak mau?||. Dilan balik nanya
- G a k mau aja||
- M a u n y a ke siapa?||, tanya Dilan lagi
-Ke...Iiiiiih. Perempuan gak suka ditanya||, kataku masih bersbisik
- K a m u maunya ke aku||, kata Dilan dengan santai
- H e he he||
Apa ini pada ketawa gak ngajak-ngajak||. kata si Ibu, sepertinya minuman j a h e
sudah siap disajikan
- B u , kayaknya Lia gak belajar ah malam ini?||, kataku ke Ibu
- Y a bilang dong ke Kang Adi||. kata Ibu
- Iya ||, j a w a b k u
Si Bibi m e m b a w a minuman j a h e ke ruang tamu. Ibu j u g a pergi ke sana bersama Airin.
Aku masih duduk dengan Dilan di dapur. Kedua tangan Dilan tiba-tiba m e m e g a n g dua
tanganku.
- D o a i n , Lia||, katanya
- D o a i n apa?||, tanyaku setelah sekilas tadi melihat gerakan tangan Dilan mengelus
jemariku.
Mendadak perasaanku seperti dilanda sesuatu yang sungguh sulit kuungkapkan.
- D o a i n , Kang Adi gak mau ke aku....||, j a w a b Dilan dengan suara berbisik. Kedua
tangannya masih m e m e g a n g kedua tanganku. Dia lakukan dengan sikap seolah-olah
baginya, itu adalah hal biasa, padahal sungguh, demi Tuhan, baru malam itu ia lakukan
dan aku nyaris gak percaya.
- I h ! Katanya tadi mau?||, kataku, dengan isi kepala y a n g terus mikirin tangan Dilan
y a n g masih m e g a n g tanganku
Udah berubah... ||, kata Dilan
- D i l a n ! Lia!||. Ibu manggil kami dari ruang tamu
Iya, Bu. Bentar||. aku teriak m e n j a w a b n y a
- G i m a n a kalau kang Adi mau ke aku? Aku takut! ||, tanya Dilan berlagak seperti
orang yang ketakutan. Kedua tangannya masih mengelus dua tanganku. Sungguh, aku
bingung. Serius. Ini apa? Di saat tangannya begitu mesra m e m e g a n g tanganku, tapi y a n g
ia bahas justeru malah soal Kang Adi.
-Liiiiiiaaaa||, Ibu manggil lagi
Iya, Bu! Ke sana yuk?||, ajakku ke Dilan
- T a k u t , ada Kang Adi||, kata Dilan berbsisik, tangannya masih m e m e g a n g tanganku
- B i a r , sekarang giliran aku melindungimu he he he||
Jadi tenang||. kata Dilan
- H a haha||
Aku dan Dilan berlekas pergi dari dapur dengan tangan saling bergandengan, dan
lalu dilepas sebelum sampai ke ruang tamu.
- L i n d u n g i aku, Lia||, bisik Dilan seperti orang m e r e n g e k
- S i a p ! | . j a w a b k u sambil senyum m e m a n d a n g matanya. Lalu kami duduk bersama
Airin. Ibu dan kang Adi yang nampak bingung dia harus bagaimana.
- K a n g . Lia gak belajar ah malam ini||, kataku ke Kang Adi, sambil menuangkan
minuman j a h e ke gelas
Irinjuga||, kata Airin
- E h , kenapa?||, tanya ibu
- M a l a m ini aja||, j a w a b Airin
- G a apa-apa. Besok sore aja ya? Kang Adi besok santai kok||, kata Kang Adi sambil
dia beresin buku di atas meja itu
- Y a udah. Malam ini. karena ada Dilan. belajarnya libur dulu||, kata Ibu
- H e h e h e makasih||
- T a h u gak, kenapa Bunda tahu ada Dilan di situ?||.
-Karena....Bunda tadi nelepon he he he|| j a w a b k u s e n y u m
Iya. Pintar kamu. Bunda pengen ke situ. Liaaa
||
Bunda. Lia juga suka||. aku gak tahu, mendadak susah mau ngomong
- I t u , tadi Bunda telepn Dilan, ada tamu di rumah. Katanya mau ke Dilan||, kata
Bunda
- O h ? Siapa, Bunda?||.
- A h ! Siapa itu namanya? Oh. Anhar ya?||
- O h ? Iya! Sendiri. Bunda?||.
- B e r t i g a ||
Setelah beres dengan Bunda, aku ke ruang tamu. Tapi gak ada Dilan. H a n y a ada Kang
Adi y a n g sedang baca buku.
- M a n a Dilan. Kang?||, kutanya Kang Adi
- G a k tau....|| j a w a b n y a . Aku pergi keluar.
- B i a r i n atuh. p e n g e n di luar||, kata Kang Adi
- B e n t a r . Kang||, kataku sambil kubuka pintu. Rupanya dia sedang duduk di bangku
y a n g ada di bawah pohon j a m b u itu. Aku ke sana dan duduk di sampingnya.
Biar
bagaimanapun, kata dia kepadaku, dia merasa ga enak ninggalin tamu di rumah yang
sedang menunggunya. Aku mengerti. Kuantar Dilan sampai dia naiki motornya.
Hati-hati), kataku
-iya)
- B o l e h aku nanti telepon kamu?||, tanyaku
-Kapan?||, t a n y a Dilan
- K a l a u kamu sudah sampai di r u m a h )
- T a h u n y a aku sudah sampai?', tanya Dilan
- K a n kamu nelepon a k u )
- H a ha ha ha ha ha. Aku tahu, itu berarti kamu minta aku nelepon kamu'
- H a ha ha iya. Aku ngikuti c a r a m u )
- C a r a g i m a n a ? ) , tanya Dilan
- Y a gitulah! Tidak langsung, tapi kena! Ha ha h a )
- H a ha ha ha||
-Dilan!)
-Ya?)
- P o k o k n y a , aku gak suka kamu n y e r a n g - n y e r a n g ) , kataku sesaat ketika mesin
m o t o r n y a sudah hidup
Iya, Lia. E n g g a k )
-Janji?)
iya.-II
Oke. Eh? Jaketmu di d a l a m ) , kuingatkan dia untuk m e m b a w a j a k e t n y a y a n g tadi
kupake sepulang dari rumahnya.
- B u a t kamu aja. Aku sih gampang. Kalau mau. tinggal minta lagi ke k a m u )
- H a ha ha ha ih!)
- G a m p a n g bukan?)
- S a m a kamu s e m u a n y a selalu gampang he he h e ) . kataku.
- A g a k susah kalau jinakin m o n y e t )
- H e he h e )
- B i l a n g ke dia, nanti aku kuliah di ITB tapi gak jadi m o n y e t ) , kata Dilan
- H a ha ha. Aaamiiin||.
Dilan pulang. Aku kembali masuk ke ruang tamu. Di sana nampak Kang Adi sedang
m e m b a c a buku. dan kemudian meletakkannya di atas
meja, sesaat setelah aku datang. Sebetulnya aku sangat berharap dia akan lekas
pulang, tapi gak tahu gimana caranya
- D i minum jahenya. Kang||, kataku sambil duduk meskipun sangat malas. Kang Adi
duduk di s o f a panjang. Aku duduk di kursi yang lain.
- I n i n o v e l n y a ) , kata Kang Adi. Aku meraih novel y a n g disodorkan oleh Kang Adi.
Iya, Kang. Makasih). Kubuka-buka, dan itu adalah asal buka. seolah-olah aku
tertarik dengan isinya, padahal cuma untuk mengharagai p e m b e r i a n n y a
- N o v e l n y a bagus. Cerita klasik gitu. Latar belakangnya, sejarah Inggris. Bagus buat
pengetahuan. Bagus b a n g e t ) , kata Kang Adi lagi
-oh)
- S a t u aja dulu. nanti kalau suka. Kang Adi bawa lagi. Masih banyak di r u m a h )
- I n i j u g a belum tentu kebaca sehari. K a n g ) . Kang Adi harusnya bisa m e m b a c a
bahasa tubuhku y a n g sudah merasa enggan untuk ngobrol
- E h jadi enggak mau main ke ITB? Gak jadi t e r u s ) , tanya Kang Adi
- G a k tahu tuh. Pengen s i h )
- B e s o k gimana?', tanya Kang Adi
-Besok ya?)
Iya? Kebetulan Kang Adi ada acara di kampus. Sekalian anterlah. Yuk?'
- B e l u m bisa mastiin. Besok telepon aja bisa apa e n g g a k n y a ) . kataku
-Oke)
Setelah bersih-bersih aku masuk ke kamar dan langsung kurebahkan diriku di kasur.
Kuingat kembali rentetan kejadian hari ini. Dipikir-pikir nyaris aku gak p e r c a y a bahwa
hari ini aku sudah bersikap keras ke Dilan. Menjadi Milea yang ikut campur urusannya.
Menjadi
Menjadi
merepotkan.
Dia mungkin merasa terganggu, meskipun aku tidak melihat dia nampak merasa
begitu. Aku melihat dia santai-santai saja. seolah-olah baginya tidak ada sedikit pun y a n g
harus dipersoalkan dengan semua sikapku. Atau itulah dirinya, y a n g pandai menutupi
perasaan aslinya, agar aku merasa tidak bersalah dengan apa yang sudah aku lakukan
kepadanya. Kukira dia mengerti, bahwa semua itu kulakukan adalah karena aku sayang
padanya.
Ia malah t e t a p bergurau dan bercanda seperti biasa, bahkan di dapur tadi ia
genggam tanganku.
Hal y a n g tidak pernah kusangka. Melambungkan perasaanku dan membuat deras
aliran darah di sekujur tubuhku. Ah. Dilan. m e n g a p a kau selalu bisa membuatku t e n t r a m
di saat sedang bersamamu, sehingga ketika kini kau jauh. aku jadi risau karena rindu.
Suara telepon berdering. Aku loncat dari kasurku, langsung berhambur keluar dari
kamarku untuk kuangkat telpon itu. Dari Dilan seperti y a n g sudah kuduga!
- H a l o ) , katanya
Hey||, j a w a b k u
-Halo?)
- H e y ! A p a ? ) , kataku bertanya dengan sedikit teriak y a n g ditahan
- T o l o n g aku. L i a ) . katanya
- D i l a n ! Kenapa?). Asli, aku c e m a s m e n d e n g a r suaranya
Aku gak enak ke i b u m u )
-Kenapa?'
- T a d i dia nitip salam buat B u n d a )
- T e r u s ? ) , tanyaku
- L u p a gak k e b a w a )
Kang.
Kayaknya
Lia
gak
bisa||,
kataku
sambil
berdiri
dengan
tangan
kutolak ajakan Kang Adi. Ayah akan menanggung perasaan gak enak juga.
Dengan hari itu aku ikut. setidaknya aku berharap merasa sudah seperti lunaslah
hutangku, dan itu akan menjadi hari terakhir aku pergi berdua bersama Kang Adi. Tak
akan pernah lagi.
Termasuk
tak
akan
pernah
lagi
memberinya
harapan
bahwa
aku
akan
ikut
m e m e r g o k i aku sedang berdua dengan kang Adi. Aku takut dia cemburu dan marah
karena sudah dianggap berbohong kepadanya.
Di perjalanan. Kang adi banyak bicara soal ini itu. dari mulai soal outlet bapaknya di
BI P. lagu Air Supply kesayangannya, dan bisnis dia bersama dua kawannya mahasiswa
Senirupa ITB.
- K i t a ke sana ya.
Bentar.
Kang Adi
agar
aku
bisa
mendengar
dan jadi
kagum
kepadanya.
Setidaknya
itulah
tebakanku.
Selesai dari sana. Aku dan Kang Adi langsung berangkat lagi untuk pergi ke ITB
- U d a h makan belum?||, tanya Kang Adi
- U d a h . Kang||, kataku, Tadi makan bubur sama ibu. di pasar||.
- O h . kalau mau makan, nanti aja di kantin kampus||, katanya
- I y a ||. Jawabku.
Setibanya di ITB, kami langsung masuk ke gedung fakultasnya Kang Adi. Di sana ada
banyak mahasiswa y a n g sedang berkumpul di lapangan, pada asik nonton musik akustik.
Kata
Kang Adi,
sebagian
mereka
adalah
mahasiswa
baru,
mereka
ditugasi
untuk
mereka,
itu
mungkin
acara
yang
baik.
tapi
untuk
aku,
itu
sangat
membosankan. M e m b u a t aku ingin pulang. Syukurlah tak lama kemudian Kang Adi
m e n y a d a r i bahwa aku sudah mulai merasa tidak betah di situ. Lalu dia m e n g a j a k aku
untuk pulang.
D i j a l a n menuju pulang, yaitu d i j a l a n Telaga Bodas, Kang Adi bilang:
- K a n g Adi senang bisa jalan-jalan sama Lia he he he||
Jam berapa sekarang? ||, tanyaku
-Jam
Selesai nelepon aku pergi ke kamar dengan perasaan gak karuan. Kurebahkan diriku
di kasur.
Kebayang bagaimana tadi Dilan waktu m e n d e n g a r bahwa aku pergi dengan Kang Adi.
Dia pasti kecewa karena merasa sudah kubohongi. Dan Dilan. pasti akan sakit hati.
karena siapa pun dirinya, hatinya tidak terbuat dari marmer.
Aku j a d i tambah gelisah, karena teringat lagi o m o n g a n Dilan di telepon beberapa
waktu y a n g lalu. waktu dia kutanya:
- A p a yang Dilan gak suka dari p e r e m p u a n ? )
- K a l a u dia b e r b o h o n g )
- K a l a u bohongnya kepaksa?||
- A p a susahnya dia b i l a n g ? )
- K a l a u mau bilang tapi susah?)
- B e r a r t i dia takut, karena pacarnya p e m a r a h )
- H e he h e )
Sekarang, semuanya sudah terjadi, tak ada lagi yang perlu kusesali. Aku tinggal
pasrah
pada
konsekuensi y a n g harus
kuterima.
Meski
aku t e t a p harus
ngomong.
ibuku. Aku
diajak ke
kamarnya, j a n g a n sampai Dilan tahu katanya, dia menunjukkan kumpulan puisi Dilan
kepadaku.
- M a n a , Bunda?), kataku tak sabar, sambil mulai duduk di kasur di samping Bunda
Ini. Ini! Judulnya Milea he he h e ) , kata Bunda dengan v o l u m e suaranya bagai
berbisik
Waaah)
"Milea
1"
Bolehkah
aku
punya
pendapat?
Tuhan
menciptakan
dirinya
Bandung
1990
2"
Katakan
sekarang
Keju?
Kroket?
Bakwan?
Ayolah!
Aku
ingin
memesannya
Bandung
1990
- H a ha ha ha ha||, aku k e t a w a
- H a ha ha ha ha||. Bunda j u g a k e t a w a . Demi T u h a n ! Aku s e p e r t i d i l a m b u n g k a n ke
angkasa, luas dan p e n u h w a r n a .
- B u n d a , aku b o l e h mencatatnya?||
- O h iya! Boleh. Jangan bilang Dilan k a m u s u d a h tau puisinya||
Iya. Bunda||
- B u n d a y a n g ambil atau kamu? Pulpen s a m a k e r t a s n y a itu di meja)!
- B i a r Lia aja||. A k u b e r a n j a k dari kasur untuk n g a m b i l k e r t a s d a n p u l p e n di a t a s
m e j a k e r j a Bunda dan lalu m e n y a l i n puisi Dilan y a n g dia bikin untukku. S e m u a n y a ada
e m p a t belas. Puisi lainnya tidak kucatat, k a r e n a banyak, t e r k u m p u l d a l a m satu b u a h
buku tulis.
- B u n d a . Lia s e n a n g . Suka||
- B i l a n g l a h ke Dilan||
- K a t a n y a j a n g a n bilang?||
- O h , lupa he he he||
Ini buat Disa ya?||. t a n y a k u untuk sebuah puisi:
"Jangan
Dik.
Jauh"
jangan
pergi jauh-jauh
Bandung
tubuhmu
1990
-iyall
Merinding)
- P a s Bunda bacain ke Disa. Disa m e n j a w a b Iya\\ ha ha ha||
- H a h a haha!||
- H a ha ha ha!||
Bunda, Dilan p e r n a h p u n y a pacar? He he he||, t a n y a k u
- S e p e r t i ke kamu?||, Bunda nanya balik. N a m p a k n y a Bunda selalu b e r a n g g a p a n aku
suclah p a c a r a n d e n g a n Dilan.
Ng..Iya||
- T i d a k s e p e r t i ke kamu||
- K a l a u Bunda j a d i Lia g i m a n a r a s a n y a kalau d a p a t puisi ini?||
- B u n d a akaan
t e r i m a k a s i h k e ibunya, k a r e n a sudah m e m b o c o r k a n p u i s i - p u i s i n y a )
- H a h a h a ha. M a k a s i h , B u n d a )
- H a ha ha h a )
K a m u bisa b a y a n g k a n s e t e l a h itu. s e t e l a h s e m u a n y a t e r b a n g u n d e n g a n indah, lalu
6 of 7
aku bertemu hari minggu, hari di mana Kang Adi datang ke rumahku untuk aku merasa
t e r p o j o k sehingga sulit bisa menolak ajakannya sebagaimana yang sudah kujelaskan, lalu
aku pergi dan kemudian semuanya terjadi: bangunan itu, yang sudah begitu indah, bagai
runtuh tiba-tiba.
Hari Seninnya, aku terbangun sebelum subuh, terduduk di atas kasur, dan sendirian.
Rasanya
sangat
sunyi,
rasanya
sangat
hampa,
rasanya
seperti
orang
yang
baru
kehilangan sesuatu dan paling berharga dalam hidupnya. Suara sunyi, di luar dan di
dalam
kamarku juga.
kupakai. Aku merasa malu sama Dilan sudah m e m b u a t n y a kecewa, bahkan tadi malam,
sebelum tidur, aku tidak berani mengucapkan: || Selamat tidur juga. Dilan ||
Pokoknya, aku harus ketemu Dilan di sekolah. Meski bingung dengan kalimat apa
harus kumulai. Serta merta. dalam pikiran y a n g kalut, aku m e n c o b a menyusun katakata. berharap bisa bicara dengan lancar pada saat nanti kujelaskan semuanya. Kukira
tidak gampang, mengingat posisiku adalah sebagai orang yang bersalah y a n g harus
berhadapan dengan orang yang makin sini semakin wibawa di mataku.
dicari-cari
gitu||,
kata
Susi
nimbrung,
kutangkap
matanya
sebentar
mendelik ke arahku sambil m e n g h e m b u s k a n asap rokoknya. Kukira dia tahu aku sedang
memandangnya.
- K a l a u aku cari Dilan e m a n g kenapa?||, kutanya Anhar sambil kupandang dirinya.
Jarak antara aku dengan A n h a r hanya dua meter. Mereka duduk di kursi y a n g lain.
- J a n g a n terlalu dikekanglah!|| kata Anhar sambil menghisap rokoknya.
- A p a maksudmu?), tanyaku.
- G a ada maksud apa-apa||, j a w a b Anhar sambil berdiri dan lalu bergerak ngambil
kue di meja itu. Kupandang dia dengan perasaan yang marah tetapi bisa kutahan.
Udah. Makan dulu, Lia||. kata Piyan, lebih bermaksud untuk mendinginkan suasana
Iya, Piyan. Gak ke Wati?||. Tanyaku. Maksudku kenapa Piyan tidak gabung dengan
Wati di kantin sekolah
- E n g g a k . Nanti pulang b a r e n g )
Emangnya harus bareng terus?), Susi bicara seolah bukan ke aku. Tidak kutimpali.
Aku cuma diam sambil bingung harus ngapain. Kuambil kue dan langsung kumakan
- B a r e n g terus laaaah sampai memble he h e ) , kata A n h a r sambil duduk makan kue
- E h . Bentar! Maumu apa sih?||, m e n d a d a k aku berdiri sambil berkacak pinggang
m e n g h a d a p ke arah Anhar, tetapi juga sekaligus ke Susi cs.
- A p a ? ) , kata Anhar seolah tidak mengerti apa-apa
-
Anjrit, wanicin feieu?). Sari mulai bicara dalam bahasa Sunda, artinya: Anjrit. sok
berani gini?
Aku bicara ke Anhar!||, kataku ke si Sari dengan nada y a n g sedikit agak tinggi.
- U d a h . Udah. Har||, kata Piyan sambil berusaha m e n y u r u h aku duduk, tapi aku tetap
berdiri.
- J a w a b , Har!||, kata Susi
-
saya?)
Iya!||, j a w a b k u dengan nada y a n g tinggi
Aku cuma nasehati kamu!||. j a w a b Anhar m e m a n d a n g k u
Har, udah!' Kata Piyan sambil berdiri. Lia. Kita keluar aja||. sambung Piyan
kepadaku.
-Bentar||, kataku menolak ajakan Piyan
- U d a h . Udah||, kata Piyan meraih bahuku untuk sedikit memaksa aku pergi keluar
- B a w a lah ka luar. T r o u b l e maker!||, Kata Anhar
-Heu'euh!||, Susi menimpali. Sesaat setelah itu, aku maju dan langsung merenggut
kerah baju si Anhar. Anhar berdiri.
-Sekarang
kau
mau
apa?!||,
kataku
dengan
mata
melotot.
Piyan
bergerak
memposisikan dirinya berada di antara aku dan Anhar. berusaha melerai. Susi dan
k a w a n - k a w a n n y a sudah mulai berdiri. Anhar berusaha menyingkirkan tanganku y a n g
m e m e g a n g kerah bajunya. T e t a p i cengkramanku sungguh kuat. Kulihat mata Anhar
mulai marah, dia m e n d o r o n g k u m e m b u a t aku nyaris j a t u h untung bisa kutahan.
- N e n g . udah. Jangan berantem||, kata Bi Eem berdiri dari m e m a s a k bala-bala. Sesaat
kemudian tiba-tiba Anhar m e n a m p a r pipiku. Sangat keras dan sakit rasanya. Aku
berusaha membalas tetapi m e n g e n a i bahu Piyan. Piyan mulai kewalahan untuk bisa
berusaha melerai walaupun akhirnya bisa juga dia pisah. Aku langsung pergi keluar
disusul oleh Piyan. Kudengar Susi dan k a w a n - k a w a n n y a bicara dengan kata-kata y a n g
tidak enak kudengar.
Piyan, mana Dilan?||, kataku menangis sambil berjalan dengan Piyan menuju
sekolah
- G a k sekolah kayaknya||. j a w a b Piyan. Aku diam
- A d a apa Lia?||, tanya Piyan
- G a apa-apa, Piyan||
Setelah masuk ke sekolah, kami ketemu Wati y a n g nanya kenapa aku nangis, kukira
orang
lain
yang
kebetulan
ada di
lihat
aku
nangis.
Ah,
dengan
itu.
datang
beberapa
guru
yang
berhasil
menghentikan
perkelahian.
Pakaian A n h a r dan Dilan berantakan. Muka keduanya j u g a berdarah. Dilan dan
A n h a r dibawa ke ruang guru. T a k ada y a n g boleh masuk termasuk aku.
Beberapa orang berkerumun di depan ruang guru untuk mengintip m e r e k a dari kaca
jendela.
Aku naiki teras taman untuk bisa melihat ke ruang guru. Di sana ada Dilan. Anhar.
dan empat orang guru, semuanya laki-laki. salah satunya adalah Pak Suripto.
Dilan berdiri di t e m p a t yang berbeda dengan Anhar, keduanya terpisahkan oleh
meja. Tiba-tiba, Dilan m e l o m p a t ke atas meja dan m e n g h a j a r muka Anhar. Perkelahian
babak kedua pun dimulai berlangsung di ruang guru. Nampaknya. Dilan merasa belum
puas untuk m e n g h a j a r Anhar.
Beberapa guru y a n g ada di
menjauh dari A n h a r yang tidak bisa kulihat lagi. Anhar tersungkur di bawah meja.
Seorang guru mengangkat Anhar yang nampak lunglai dan mendudukkannya di atas
bangku.
Wati, Piyan, Rani. Akew, Azis, dan Rani kemudian datang mendekatiku dengan
bergopoh.
"Gimana?" tanya Wati.
"Gak tau." j a w a b k u cemas dan bingung.
Pak Aslan, guru Olahraga, keluar dari ruang guru dan m e m b e r i instruksi kepada
semua siswa yang berkerumun untuk bubar. Lalu semua bubar, kecuali aku, Azis, Piyan.
Akew, Wati. dan Rani.
Aku m e n d e k a t i Pak Aslan dan bilang kepadanya mau ketemu dengan Dilan.
"Nanti, nanti, nanti!" j a w a b n y a .
Aku mundur sedikit, untuk berdiri di samping Rani dan Wani y a n g menyusulku.
"Pak. dia pacarnya," kata Wati ke Pak Aslan sambil menunjuk kepadaku.
Mungkin dengan dia bilang begitu. Wati berharap status pacar bisa menjadi tiket
untuk Pak Aslan bisa mengizinkan aku masuk.
"Iya, udah. Nanti, nanti! Diberesin dulu." j a w a b Pak Aslan sambil membuka pintu
3 of 9
...,"
kataku
lembot
menyodorkan
botol
air
mineral
itu
sambil
memandangnya.
"Makasih ...."jawab Dilan, kemudian dia minum.
"Kenapa, Dilan?" tanya Bi Eem mendekat dan duduk di samping sebelah kanan Dilan.
"Anak muda. Bi Eem." j a w a b Dilan senyum.
"Lukanya kasih obat merah atuh..." kata Bi Eem.
"Ada. Bi Eem?" tanyaku ke Bi Eem.
"Ada ...."jawab Bi Eem sambil berdiri dari duduknya.
Bi Eem masuk ke rumah untuk ngambil obat merah. Aku bingung harus n g o m o n g apa
ke Dilan. Hanya diam.
"Kamu sudah makan?" tanya Dilan.
"Udah. Dilan."
"Aku nanya kemaren. K e m a r e n udah makan?"
Aku senyum memandangnya. Masih saja dia bercanda. Heran.
"Kemaren, ng... ng ... belum."
Dia senyum. Bi Eem datang.
"Gak ada, Neng" katanya. "Biar Bi Eem beli dulu atuh. ya?"
"Gak usah. Bi Eem." j a w a b Dilan. "Gak apa-apa."
"Ke situ. kok. Deket." j a w a b Bi Eem sambil berlalu meninggalkan aku berdua dengan
Dilan.
Kepalaku mencari-cari kalimat untuk ngobrol dengan Dilan.
"Tadi, aku nyari kamu." kataku, akhirnya ngomong juga.
"Iya."
"Kamu ke mana?"
"Bangun kesiangan." j a w a b Dilan. "Gak sekolah, terus nongkrong di sini (di warung Bi
Eem)."
Di sekolahku (juga di beberapa sekolah lain) kalau kesiangan gak boleh masuk dan
5 of 9
gak bisa masuk karena pintu gerbang sekolahnya dikunci, sengaja biar persis sama
dengan penjara.
"Kamu tau cerita aku sama Anhar?" tanyaku.
"Iya."
"Aku nyari kamu. terus, ya, gitu. b e r a n t e m sama Anhar."
"Bi Eem sudah cerita."
Aku diam.
"Bi Eem udah cerita," kata Dilan lagi.
"Oh."
"Terus. ya. j a d i b e r a n t e m sama Anhar."
"Iya. Kamu tau aku nyari kamu kenapa?" tanyaku.
"Rindu," j a w a b Dilan.
"Iya."
Aku senyum, terus diam karena bingung bagaimana kumulai untuk menjelaskan ke
Dilan tentang aku kemarin pergi dengan Kang Adi.
Bi Eem datang m e m b a w a obat merah dan kapas. Dia m e n y e r a h k a n n y a ke aku. Aku
ambil satu kapas untuk lalu kuteteskan obat merah secukupnya.
"Kasih obat dulu, ya?" kataku ke Dilan.
"Iya."
"Cuci muka dulu." kataku.
Dilan
berdiri.
Dia
bungkukkan
badannya
keluar
ruangan untuk
bisa
mencuci
mukanya dengan memakai air mineral. Habis itu, duduk kembali ke t e m p a t n y a semula,
Ada dua luka di wajahnya. Di bagian bawah m a t a kanan dan di bagian pelipisnya.
dilan sedikit meringis ketika luka-lukanya kuberi obat merah.
"Bi Eem shalat dulu, ya?" kata Bi Eem.
"Iya. Bi Eem," j a w a b Dilan.
Bi Eem masuk ke rumah.
"Gak akan sembuh kalau cuma pake obat merah."
"Lumayan." kataku. "Daripada enggak?"
"Kecuali kalau kau cium."
"Ha ha ha."
Mukaku pasti merah.
"Menurutku begitu," kata Dilan.
"Mau?" tanyaku sambil m e n y e m b u n y i k a n hatiku y a n g berdebar.
"Sedikit aja."
Aku senyum dan m e n e n g o k kanan kiri. Setelah bisa kupastikan bahwa tidak ada
orang lalu kucium pipi kirinya. Cuma sebentar, habis itu. ya. sudah.
"Udah sembuh?" tanyaku dengan s e n y u m yang malu.
"Langsung."
" H e he he."
"Masih harus aku nyatain kalau kita pacaran?" tanya Dilan meraih tanganku dan
m e m e g a n g n y a . Dia memandangku.
" H e he he."
"Apa masih harus aku bilang ke kami-Lia aku mencintaimu. Gitu?" tanya Dilan sambil
masih dia pegang tanganku.
" H e he he."
"Kalau Lia mau. aku mau bilang."
Dia t e r s e n y u m nyaman.
"Perlu enggak, ya?" kataku bagai bertanya pada diri sendiri dan senyum kepadanya.
Di saat bersamaan, ada orang yang datang, yaitu, ibu-ibu. nanyain Bi Eem.
"Lagi shalat. Teh." j a w a b Dilan. "Ada apa?" ( T e h = Kak. T e t e h = Kakak)
"Ini mau beli kerupuk."
"Oh, ya, udah ke saja aja." j a w a b Dilan sambil berdiri dan masuk ke warung Bi Eem.
Lucu rasanya m e n d e n g a r Dilan m e n y e b u t dirinya dengan kata ganti "Saya".
Si T e t e h mengambil sekantong plastik berisi sepuluh kerupuk.
"Ada lagi, Teh?" tanya Dilan. "Bala-balanya mungkin?"
"Iya, deh. Lima aja." kata si Teteh.
"Silahkan ambil aja."
Si T e t e h ngambil bala-bala dan membungkusnya dengan plastik y a n g dikasih oleh
Dilan.
"Berapa semuanya?"
"Gak usah!" j a w a b Dilan. "Nanti, saya yang bayar."
"Eh? Kenapa?"
Bi Eem datang dan berdiri di samping Si Teteh.
"Eh. Geu? Peryogi Noon?" ( M a u perlu apa?)
"Ieu kerupuk sareng bala-bala." (Ini beli kerupuk dan bala-bala).
"Biar saya y a n g bayar. Bi Eem." kata Dilan.
"Enya. Si Act yang bayar ceunah, ha ha ha." (Iya. Si Mas y a n g bayar katanya).
Bi Eem ketawa.
"Gratis. N g e r a y a i n saya jadian, pacaran sama dia." kata Dilan menunjukku.
"Oh."
Si T e t e h m e n e n g o k ke arahku. Aku senyum mengangguk.
"Teh." kataku ke Si T e t e h .
"Cantik!" katanya. "Bi. cantik, ya?" kata dia lagi ke Bi Eem.
"Iya." j a w a b Bi Eem.
"Nuhun at uh nya," kata Si T e t e h ke Dilan. "Didoakeun sing langgeng." ( T e r i m a kasih
kalau begitu - Didoain bisa langgeng).
"Nuhun," j a w a b Dilan. (Makasih).
"Bi Eem. tah ceunah dihayaran ku SiAa," kata Si T e t e h sambil ketawa (Bi Eem, itu, ya,
dibayarin sama si Abang). Dia lalu nengok lagi ke arahku dan senyum. "Cantik, ya?"
katanya lagi ke Bi Eem.
Aku senyum.
"Makasih, Teh." kataku.
"Bilang cantik, mah. nih, Teh. ditambah lagi bala-balanya!" kata Dilan.
"Ha ha ha. Udah, ah. Cukup," kata Si T e t e h . "Marangga." ( M a r i , saya pergi).
Mangga," j a w a b Dilan dan Bi Eem.
Mangga, Teh." kata si T e t e h ke aku.
Mangga. Teh." kujawab.
Lalu dia pergi. Dilan berjalan ke arahku sambil senyum. Aku senyum. Dilan kemudian
duduk lagi di sampingku.
Aku ingin sekali membicarakan soal aku pergi dengan Kang Adi kemarin. A w a l n y a
kurasa berat, tapi setelah kupaksakan, akhirnya bisa:
"Aku nyari kamu," kataku. "Mau ngejelasin soal kemarin."
Suaraku terdengar seperti hati-hati. Aku hanya takut Dilan akan marah soal itu.
"Soal aku pergi sama Kang Adi." kataku lagi.
"Gak usah dibahas," j a w a b Dilan.
Dia sudah t e r s e n y u m ketika aku menginginkannya.
"Aku
sudah
bohong,
aku
takut
kamu
marah,"
kataku
memandang
wajahnya.
"Maaf."
"Gak a p a - a p a . " kata Dilan. " M a u j a l a n - j a l a n ? "
"Maksudnya?"
"Kamu mau jalan-jalan sekarang?"
"Kita?" tanyaku.
"Iya."
"Mau!" jawabku.
" K e ? " t a n y a Dilan.
" T e r s e r a h kamu."
"Ke KUA?"
" H a ha ha. Hayu!" j a w a b k u .
" K e K U A - n y a , m a m p i r aja dulu. y a ? " kata Dilan. "Buat p e m a n a s a n aja."
"Ke kantornya?" tanyaku.
"Iya, s a m p a i h a l a m a n n y a aja."
" H a ha ha. Oke."
" H a b i s itu j a l a n - j a l a n . "
" T e r u s , n e l e p o n Bunda," kataku.
"Ngapain?"
"Bilang aku u d a h r e s m i p a c a r a n s a m a kamu. ha ha ha." j a w a b k u . " U d a h j a d i a n , kan?"
"Iya," j a w a b Dilan. "Nanti, aku j u g a t e l e p o n Ibu."
"Bilangjuga?"
"Iya."
"Bilang udah p a c a r a n ? "
"Bilang tadi k a m i u d a h n y i u m pipiku."
"Ih! Ha ha ha. Gak usah."
"Iya, e n g g a k . A k u mau b i l a n g aku sudah p a c a r a n s a m a kamu."
"Iya." j a w a b k u . "Eh? M a t e r a i buat apa?"
"Bawa?"
"Bawa." j a w a b k u s a m b i l m e n g a m b i l m a t e r a i itu di d a l a m tasku d a n k u b e r i k a n ke
Dilan. "Buat apa?"
" M i n t a k e r t a s s a m a p u l p e n n y a . " kata Dilan.
A k u m e l e p a s k a n t a n g a n Dilan y a n g s e l a m a tadi m e m e g a n g k u untuk ngambil buku
tulis dan pulpen di d a l a m tas. lalu k u b e r i k a n ke Dilan.
Setelah itu. Dilan nulis di h a l a m a n b e l a k a n g n y a :
Proklamasi
Hari
ini,
perasaan,
Hal-hal
yang
di
telah
Bandung,
resmi
tanggal
22
Desember
1990,
Dilan
dan
Milea,
dengan
penuh
berpacaran.
mengenai
penyempurnaan
dan
kemesraan
akan
diselenggarakan
dalam
tepo
materainya
dan
selama-lamanya.
Aku ketawa setelah membacanya.
" K a m u t a n d a t a n g a n p a k e m a t e r a i itu," kata Dilan.
"Oke."
kataku
sambil
ketawa
semangat,
lalu
kutempelkan
m e m b e r i n y a t a n d a tangan.
" K a m u j u g a ? " t a n y a k u sambil m e m a n d a n g w a j a h n y a d a n s e n y u m .
"Iya."
Dilan m e n e m p e l k a n m a t e r a i itu, k e m u d i a n m e m b e r i n y a t a n d a tangan. Aku k e t a w a .
Saat itu, aku ingin sekali m e m e l u k n y a . Ingiiin sekali, tapi malu.
" Y a n g p a c a r a n meuni m e s r a ! " kata Bi Eem t i b a - t i b a ( m e u n i m e s r a = n a m p a k m e s r a
banget).
"Iya. nih." j a w a b Dilan.
Dilan b e r d i r i , aku j u g a , s a m b i l m e m a s u k k a n buku tulis d a n p u l p e n ke d a l a m tasku.
Setelah bayar, k a m i p e r m i s i ke Bi Eem untuk pergi.
Sanksi apa yang akan sekolah berikan ke Dilan setelah dia b e r a n t e m dengan Anhar?
Nanti, nanti! Soal itu dan soal-soal yang lainnya dibahas nanti saja.
Dilan dan M i l e a n y a lagi sibuk pacaran. berdua di atas m o t o r C B 100, mengarungi
Jalan Buah Batu di bawah naungan awan mendung.
Bersama Dilan, bumi menjadi t e m p a t y a n g cocok untuk aku ingin tinggal selamalamanya! Dan hidup j a d i menarik untuk aku lebih dari apa pun. Aku, tidak salah lagi,
mencintainya secara permanen.
Aku peluk Dilan dengan erat sekali. M e m e l u k n y a seperti kepada harta karun.
Langit y a n g tadi mendung, lalu hujan, mengguyur aku dan Dilan yang berdua di atas
motor.
Pakaian
END