Anda di halaman 1dari 33

MAKALAHBHP

ISUETIK,AGAMA,SOSIALBUDAYADANHUKUMPADAKASUS
HEMODIALISA

Tutorial B1 :
Ajeng Puspitasari
Natasya R
Stella Arzsa S
Sylvia S
Frida Ayu N
Nyndi Selviani
Muhammad Zain F
Leilevina Mega
Edwinantha Rama
M Abdurrahman S

1410211009
1410211162
1410211052
1410211062
1410211118
1410211119
1410211144
1410211167
1410211171
1310211198

FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITASPEMBANGUNANNASIONALVETERANJAKARTA
TAHUNAJARAN2016/2017
DaftarIsi
KataPengantar

Pendahuluan

........

A. LatarBelakang
.
B. Tujuan
.
C. Manfaat
.
LandasanTeori

A. SistemKemih.
B. GagalGinjal .
C. Hemodialisa .
Pembahasan
A.
B.
C.
D.

IsuEtikHemodialisa .
IsuAgamaHemodialisa
.
IsuSosisalBudayaHemodialisa.....
IsuHukumHemodialisa
.

Kesimpulan

Daftarpustaka .

KATAPENGANTAR
KamipanjatkanpujidansyukuratasAllahS.W.Tkarnaberkatrahmatsertakarunia
Nya kamidapat menyelesaikankarya tulis ini dengan lancar dan tepat waktu. Kami
mengucapkanterimakasihkepadadosenpembimbingyangmemberikamikesempatanuntuk
membuatkaryatulisinisesuaikurikulumdanmemenuhitugasBHP.Kamijugaberterima
kasihkepadatemantemankelompoktutorialB1yangtelahmembantumenyelesaikankarya
tulisini.
Kamimenyadaribahwakaryatulisinibelumsempurna.Makadariitukamimemohon
maaf atas kekurangan dan kesalahan di dalam penulisan karya tulis ini dan kami
mengharapkankritikdansaranyangmembangunbagipenyusunankaryatulispadawaktu
yangakandatang.Padakesempatankaliinipadakaryatuliskami,kamidijelaskanmengenai
isu etik, agama, sosial budaya serta hokum pada penggunaan hemodialisa. Meliputi
penjelasan tentang system kemih, teori tentang gagal ginjal akut, serta terapi termasuk
didalamnyamengenaihemodialisa.

Jakarta,11November2016

TutorialB1

PENDAHULUAN
A.

Latarbelakang
Seiringdenganberjalannyawaktu,pasienterbiasamengaksesilmukesehatan
tanpaharuspergikedokter.Berbagaimacaminformasiyangsumbernyapuntidak
jelasdibacaolehpasien.sehinggaisuisuyangtidakbaiktentangtindakandokterpun
sudahberadadiduniamaya.Sampaisaatinikitamasihseringmendengarisuisu
yangkurangbaikmengenaitindakandokterpadapasien,termasukterapihemodialisa
pada pasien gagal ginjal. Hal tersebut bisa disebabkan karena dokter yang tidak
melakukan informed consent dan tidak meminta persetujuan dari pasien maupun
keluargapasiendalampenanganangagalginjal.
Sehinggaefeknyaadalahjikaterjadisesuatuhalyangtidakdiharapkan,dokter
menjadi seseorang yang disalahkan oleh pihak keluarga. Padapasiengagalginjal
untukterapihemodialisa,seorangdokterseharusnyawajibmenimbangaspekaspek
sebelum melakukan tindakan, sebelum berdampak pada kelangsungan
hiduppasiensepertiaspeketik,hukum, agama ataupun sosial budaya. Bahkan
sekarang masih bisa ditemui kondisi tidak adanya sarana dan prasarana yang
mendukungpadasaatterjadikasusgagalginjal.

B.

Tujuan
Mengetahui isu-isu etik kedokteran mengenai penanganan hemodialisa.
Mengetahui isu-isu agama mengenai penanganan hemodialisa.
Mengetahui isu-isu sosial budaya mengenai penanganan hemodialisa.
Mengetahui isu-isu hukum mengenai penanganan hemodialisa.
Mengetahui tatalaksana dan pengobatan pasien gagal ginjal.

Manfaat
MampumenghayatidanmenerapkankodeetikkedokteranIndonesia.
Mampumenanganiisuisuetikdalampenangananpasiengagalginjalsesuaidengan

kodeetikyangada.
Menerapkanaspekagamayangberlakudalammerujukpasiengagalginjal.
Mampumenerapkanbudayayangsesuaidalampenangananpasiengagalginjal.
Meningkatkankualitasdanangkaharapanhiduppasiengagalginjal.

C.

LANDASANTEORI

A. Sistem Kemih
a) Fisiologi Sistem Kemih
Filtrasi Glomerulus
Pada saat masuk ginjal, A.renalis secara sistematis terbagi
menjadi pembuluh halus (arteriol aferen) yg masuk glomerulus dan
arteriol eferen yg meninggalkan glomerulus dan memperdarahi
tubulus (kapiler pertubulus) yg penting dlm pertukaran antara
sistem tubulus dan darah selama perubahan cairan yg difiltrasi jd
urin.
Dalam keadaan normal, ginjal menerima pasokan darah 20%25% dr curah jantung. Sekitar 20% dr itu disaring di glomerulus dan
masuk kapsul bowman, 80% sisanya terus mengalir ke arteriol
eferen ke dalam kapiler peritubulus.
Cairan yg difiltrasi dr glomerulus ke dlm kapsul bowman harus
melewati 3 lapisan yg membentuk membran glomerulus :
1. Dinding kapiler glomerulus.
Terdiri dari selapis sel endotel gepeng, memiliki lubang2 dgn
banyak pori2 besar,fenestra, yg membuatnya 100 kali lebih
permeabel terhadap H2O dan zat terlarut dibandingkan kapiler di
tempat lain.
2. Lapisan gelatinosa aseluler (membran basal).
Terdiri dr glikoprotein dan kolagen. Kolagen menghasilkan
kekuatan struktural sedangkan glikoprotein menghambat filtrasi
protein plasma kecil karena bermuatan sangat negatif.
3. Lapisan dalam kapsul bowman.
Terdiri dari Podosit (sel mirip gurita yg mengelilingi berkas
glomerulus). Setiap podosit memiliki tonjolan memanjang seperti
kaki. Celah sempit antara tonjolan yg berdekatan disebut celah
filtrasi (filtration slit), membentuk jalan keluar bagi cairan dari
kapiler glomerulus ke lumen kapsul Bowman.
Secara kolektif, ketiga lapisan tersebut berfungsi sebagai
saringan molekul halus yg menahan sel darah merah dan protein
plasma, tetapi melewatkan H2O dan zat terlarut lain yg ukuran
molekulnya cukup kecil
Tekanan Kapiler Glomerulus
Adalah gaya pendorong utama yg berperan menginduksi filtrasi
glomerulus. Filtrasi glomerulus disebabkan oleh adanya gaya2 fisik
pasif yg serupa dengan gaya2 yg terdapat di kapiler bagian tubuh

lain.

Tiga

gaya

fisik

yg

terlibat

filtrasi glomerulus :
1. Tekanan darah kapiler glomerulus (55mmHg).
2. Tekanan osmotik koloid plasma (30mmHg).
3. Tekanan hidrostatik kapsul bowman (15mmHg).
4. Tekanan filtrasi netto = 10 mmHg.
GFR (Glomerular Filtration Rate)
Adalah laju filtrasi sebenarnya. Bergantung tidak hanya pd
tekanan filtrasi netto, tetapi jg pada seberapa luas permukaan
glomerulus yg tersedia utk penetrasi dan seberapa permeabelnya
membran glmerulus (koefisien filtrasi).
Dlm keadaan normal, sekitar

20%

plasma

yg

masuk

glomerulus dgn tekanan filtrasi netto 10mmHg, menghasilkan


secara

kolektif

melalui

semua

glomerulus

180

liter

filtrat

glomerulus/hari untuk GFR rata2 125 ml/mnt pd pria dan 160 ltr
filtrat/hari utk GFR 115 ml/mnt pd wanita.
Faktor tersering yg menyebabkan perubahan GFR adalah
perubahan

tekanan

darah

kapiler

glomerulus

karena

berada

dibawah kontrol.
Sedangkan tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan hidrostatik
kapsul bowman tdk berada dibawah kontrol ,pd keadaan normal
tidak berubah & dpt berubah dlm keadaan patologis.
GFR dikontrol oleh 2 mekanisme, keduanya ditujukan untuk
menyesuaikan aliran darah glomerulus dgn mengatur kaliber
arteriol aferen, yaitu :
1. Otoregulasi, yg ditujukan untuk mencegah perubahan spontan
GFR.
2. Kontrol simpatis ekstrinsik, yg ditujukan untuk pengaturan jangka
pjg tekanan daraj arteri.

Reabsorpsi Tubulus
Yaitu perpindahan bahan secara sendiri2 berlainan dari lumen
tubulus ke dalam kapiler peritubulus dan merupakan suatu proses
yg sangat selektif. Reabsorpsi tubulus melibatkan transportasi
transepitel.

Tub mereabsorpsi :
99% H2O yg difiltrasi (178L/hr)
100% gula yg difiltrasi (1,13kg/hr)
99,5% garam yg difiltrasi(0,16kg/hr)
Diseluruh panjangnya, tubulus memiliki ketebalan satu lapisan
sel & terletak berdekatan dgn kapiler peritubulus disekitarnya. Sel2
tubulus yg berdekatan tdk berkontak satu sama lain kecuali pd taut
erat.
Sekresi Tubulus
Dgn menyediakan rute kedua jalan masuk ke dalam tubulus
bagi

zat2

tertentu,

sekresi

tubulus

dpt

dipandang

sebagai

mekanisme tambahan yg meningkatkan eliminasi zat2 tertentu dari


tubuh. Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yg
dilakukan reabsorpsi tubulus, tp dgn arah yg berlawanan.
Bahan yg paling penting yg disekresikan oleh tubulus adalah
ion hidrogen(H), ion kalium (K), serta anion dan kation organik, yg
banyak diantaranya adalah senyawa2 yg asing bagi tubuh.
b) Keseimbangan Asam Basa
Untuk memeriksa kadar asam basa dalam tubuh di lakukan Analisa
Gas Darah ( Darah Arteri)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk :


Mengetahui adanya refluks yang membahayakan tubuh
Mengetahui kondisi ginjal dan paru
Memonitoring terapi 02
Satuan pengukuran pemeriksaan ini adalah pH Henderson
Haselbach
Dengan kadar normal pH tubuh
penurunan pH ( <

= 7,35 7,45, jika terjadi

7,35 ) dinamakan Asidosis dan jika terjadi

peningkatan pH ( > 7,45 ) dinamakan Alkalosis


Apa sih Asam dan Basa itu ?
Asam merupakan suatu molekul yang bersifat Melepaskan Ion
Hidrogen sehingga lingkungan menjadi lebih asam.
Contoh molekul asam :
HCl = Asam Kuat
H2CO3 = Asam Lemah
Basa merupakan merupakan suatu molekul yang bersifat Menerima
Ion Hidrogen sehingga lingkungan menjadi lebih basa.

Contoh molekul Basa :


OH = Basa Kuat
HCO2 = Basa Lemah
Pembentukan Tak Langsung
Berasal dari metabolisme tubuh
Salah satunya adalah CO2
Mengapa CO2 bisa menghasilkan H ? Karena jika CO2 tidak terikat
oleh Hb bisa terlarut menjadi pCO2. sehingga bisa kondensasi

dengan H2O
CO2 + H2O -> H2CO3 -> H + HCO3
Ukuran normal :
HCO3 : 22 26 mEq/L
pCO2 : 35 45 mmhg
Pembentukan Langsung
Berasal dari nutrisi dan metabolisme tubuh secara langsung
Contoh :
Asam

sulfat

Makanan

Asam urat : Metabolisme

tinggi sulfat
Asam folat : Makanan tinggi

asam amino
Asam laktat : Metabolisme

folat
Asam lemak : Metabolisme

otot

lipid

Bagaimana cara tubuh menyeimbangkan Asam Basa?


o Sistem Buffer
o Sistem Respirasi
o Sistem Ginjal
Sistem Buffer
Buffer merupakan suatu larutan yang dapat meminimalkan
perubahan pH.

Sistem Asam Karbonat [H2CO3] - Bikarbonat [HCO3-]


o H + HCO3 -> H2CO3 -> CO2 + H2O
o Jika pH menurun : Reaksi bergeser ke kanan
o Jika pH meningkat : Reaksi bergeser ke kiri
Sistem Buffer Fosfat
o Sistem ini mirip dengan Buffer Asam Karbonat Bikarbonat
o Na2HPO4 + H -> Na2H2PO4 + Na
o Komponen sistem ini :
o Fosfat & Natrium
o Fosfat dan Natrium mampu mengikat [H] dan bisa di
ekskresikan melalui Urine
Sistem Buffer Hemoglobin

o Hemoglobin menyangga [H] yang dihasilkan dari CO2 yg


diproduksi dalam transit jaringan dan paru
o Sebagian besar CO2 akan membentuk H2CO3 dan akan
terurai menjadi H+ HCO3 .
o Sebagian besar [H] yang dihasilkan akan terikat dengan

Hb dan tereduksi sehingga tidak terjadi perubahan pH.


Sistem Respirasi
o Jika terjadi penyimpangan [H] maka penyesuaian dalam
ventilasi akan mengoreksi penyimpangan jika kontrol Buffer
tidak bekerja
o Sistem pernapasan dapat mengembalikan pH antara 5075% dari penyimpangan
o Jika terdeteksi penurunan [H] arteri kemoreseptor
perifer secara refleks merangsang pusat napas untuk
meningkatkan ventilasi CO2 dibuang
o Sedangkan jika terdeteksi peningkatan [H] arteri
kemoreseptor perifer secara refleks merangsang pusat
napas untuk menekan ventilasi CO2 tertumpuk dalam

darah dan menyebabkan pH turun


Sistem Ginjal
o Ginjal merupakan Kontrol lini ke 3 dalam perubahan
konsentrasi [H] darah
o Ginjal
memerlukan

waktu

beberapa

jam

untuk

mengkompensasi kadar [H], ginjal akan mengeluarkan


semua [H] dari sumber non- H2CO3. Ginjal juga dapat
mengatur konsentrasi HCO3 di cairan tubuh.
o Ginjal mengkompensasi asidosis dengan mengeluarkan
[H] di urin, dan menambahkan jumlah buffer HCO3

B. Gagal Ginjal
Gagal Ginjal Akut
a) Definsi

Penurunan fungsi ginjal yang terjadi mendadak dalam

48 jam yaitu berupa kenaikan kadar kreatinin serum 0.3 mg/dl


atau pengurangan produksi urin/oliguria yang tercatat 0.5
ml/kg/jam dalam waktu lebih dari 6 jam

b) Epidemiologi
Negara maju
209 per 1.000.000 populasi penduduk dengan etiologi utama
pre-renal sebesar 21% dan nekrosis tubular akut sekitar 45%.

c) Faktor Resiko

> 75 thn
Chronic kidney

disease
Cardiac failure
Atherosclerotic
peripheral vascular

Liver disease
Diabetes mellitus
Nephrotoxic

medication
Hypovolaemia
Sepsis

disease

d) Etiologi
Pre Renal
Kehilangan volume cairan tubuh: dehidrasi, perdarahan,

diare, muntah, diuretik, luka bakar, drain pasca operasi


Penurunan volume efektif pembuluh darah (curah
jantung): Infark miokard, kardiomiopati, perikarditis,
aritmia, disfungsi katup, gagal jantung, emboli paru,

hipertensi pulmonal, penggunaan ventilator


Redistribusi cairan: hipoalbuminemia, syok vasodilator,

peritonitis, pankreatitis, asidosis, obat vasodilator


Vasokonstriksi intra renal primer: NSAID, hipertensi
maligna, pre-eklampsia

Renal
Tubular

nekrosis

akut:

obat-obatan(aminoglikosida,

cisplatin), iskemia, syok sepsis, obstruksi intratubuler,

toksin(zat kontras radiologi, logam berat)


Nefritis interstisial akut: obat-obatan (penisilin, AINS,
ACE-I,

cimetidnie,

H2blocker,

PPI),

infeksi

(streptokokkus, difteri, leptospirosis), SLE


Glomerulinefritis akut: pasca infeksi, vaskulitis sistemik,

idiopatik
Oklusi mikrokapiler/glomerular: TTP, emboli kolesterol
Nekrosis kortikal akut
Post Renal

Obstruksi

ureter

(bilateral/unilateral):

Tumor

(endometrium, serviks, limfoma), perdarahan, batu,

bekuan darah, nekrosis papila ginjal


Obstruksi kandung kemih atau uretra: tumor atau
hipertrofi prostat, tumor vesika urinaria, prolaps uteri,

batu, bekuan darah, obstruksi kateter foley

e) Gejala Klinis

Oliguria
Rasa haus
Seperti ingin jatuh
Hipotensi

Takikardi
Tanda2 gagal jantung
pada pasien gagal
jantung

f) Klasifikasi
RIFLE

Klasi

fikasi

Risk

Kriteria Kreatinin
Serum
kreatinin

Kriteria UO

<0,5ml/kg/
jam untuk
6jam

<0,5ml/kg/

serum 1,5x
nilai dasar
atau GFR

Injur

25%
kreatinin
serum 2x

jam untuk

nilai dasar

12jam

atau GFR

re

Failu

50%
kreatinin

<0,3ml/kg/

serum 3x

jam untuk

nilai dasar

24jam.

atau GFR

Anuria

75% atau

12 jam

nilai absolut
kreatinin
serum 4mg

dengan
peningkatan
mendadak
minimal
0,5mg

g) Diagnosa
Anamnesis
Px fisik
Px penunjang :
1. Darah lengkap
2. Elektrolit dan biokimia darah
3. AGD
4. Urinalisis
5. Faal ginjal

h) Terapi

Konservatif/supportif:

meringankan

keluhan

mempertahankan

akibat

dan

mecegah
akumulasi

memperbaiki

progresifitas,
toksin

azotemia,

metabolisme,

dan

memelihara keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.

Komplika

si
Kelebihan

Batasi garam (1-2gr/hari) dan air

(<1L/hari)
Diuretik: Furosemide

Batasi cairan (<1L/hari)


Hindari pemberian cairan hipotonis

Batasi intake kalium (<40mmol/hari)


Hindari suplemen kalium dan diuretik

hemat kalium
Beri resin potassium binding ion

exchange (kayazalate)
Beri glukosa 50% sebanyak 50cc+insulin

10 unit
Beri natrium bikarbonat (50-100mmol)
Beri salbutamol 10-20mg inhaler atau 0,5-

caira
intravascular
Hipo
natre

mia
Hipe
rkale
mia

Terapi

1mg IV

Kalsium glukonat 10% (10cc dalam 2-5


menit)

Asid
osis

serum bikarbonat plasma >15mmol/o dan

bolik
Hipe

pH arteri >7.2

atem
ia
Hipo
kalse

Batasi intake protein (0.8-1 gr/kgBB/hari)


Beri natrium bikarbonat (usahakan kadar

meta

rfosf

Batasi intake fosfat (800mg/hari)


Beri pengikat fosfat (kalsium asetat
karbonat, alumunium HCI, sevalamer)

kalsium glukonat 10% (10-20cc)

mia
Hipe
rurik
semi

Beri kalsium karbonat atau

Tidak perlu terapi bila kadar


asam urat <15mg/dL

Gagal Ginjal Kronik


a) Definsi

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal


ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa
tahun.

b) Epidemiologi
Amerika Serikat (1995-1999) : 100 kasus per juta penduduk

pertahun, meningkat sekitar 8% setiap tahunnya.


Malaysia: 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya.
Negara berkembang lainnya, 40-60 kasus perjuta penduduk
per tahun

c) Etiologi
Penyakit parenkim ginjal
o Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, pielonefritis,
penyakit ginjal polikistik.
o Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, nefropati,
hipertensi, diabetes melitus

Penyakit ginjal obstruktif : Benigna Prostate Hipertropi, batu

saluran kemih, refluks ureter.

d) Klasifikasi

Derajat

Penjelasan

LFG

(ml/mn/1.73m2)

Kerusakan ginjal dengan LFG

normal

atau 90

Kerusakan ginjal dengan LFG

ringan

Kerusakan ginjal dengan LFG

sedang

Kerusakan ginjal dengan LFG

berat

60 - 89

30 - 59

15 - 29

Gagal ginjal

< 15

atau dialisi

e) Gejala Klinis
Penurunan fungsi nefron yang progresif
Peningkatan kadar urea dn kreatinin serum
LFG >60 % asimptomatik
LFG 30 % mulai muncul nokturia, badan lemah, mual,

muntah, nafsu makan kurang, BB kurang


LFG <30% terliht gejala uremia seperti anemia, peningkatan
tekanan darah, gg met fosfor, dan kalsiu, pruritus
Gg keseimbangan air, dan elektrolit

f) Diag

g) Terapi

Terapi Farmakologis

Terapi NonFarmakologis

C. Hemodialisa
a) Pengertian

Hemodialisa

merupakan

proses

difusi

melintas

membrana semipermeabel

untuk menyingkirkan substansi yang tidak diinginkan dari

darah sementara

menambahkan komponen yang diinginkan, aliran konstan

darah dari satu sisi

membrana

dan

larutan

menyebabkan penyingkiran

dialisat

pembersih

di

sisi

lain

produk buangan serupa dengan filtrasi glomerulus (Harrison,

2000).

b) Indikasi
Indikasi Jangka Pendek :

Gagal ginjal akut.


Hiperkalemi > 7

mmol/L.
pH arterial < 7-15.
Urea darah > 35

a) Salisilat.

b) Barburat.

c) Etanol.

mmol/L.
Urea darah cepat

meningkat.
Beban cairan

eksaserbasi akut

berlebihan.
Hiperkalsemi tak

pemberian terapi

terkontrol.

Gangguan elektrolit.
Keracunan dengan ;

Gagal ginjal kronik


mendahului
konservatif

Indikasi jangka panjang :


Kegagalan penanganan konservatif.
Kreatinin serum > 1200 mmol/L.
GFR < 3 ml/min.
Penyakit tulang progresif.
Neuropati yang berlanjut.
Timbulnya perikarditis (dialisis peritoneal mungkin perlu
dilakukan untuk menghindari hemoperikardium)

c) Komponen Hemodialisa

1. Mesin hemodialisa

Mesin

hemodialisa

merupakan

mesin

yang

dibuat

dengan sistim komputerisasi yang berfungsi untuk pengaturan


dan

monitoring

yang

penting

untuk

mencapai

adekuasi

hemodialisa.

2. Dialiser

unit

Dialiser merupakan komponen penting yang merupakan


fungsional

dan

memiliki

fungsi

seperti

nefron

ginjal.Berbentuk seperti tabung yang terdiri dari dua ruang yaitu


kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dipisahkan
oleh membran semi permeabel. Di dalam dialiser cairan dan
molekul

dapat

berpindah

dengan

cara

difusi,

osmosis,

ultrafiltrasi, dan konveksi. Dialiser yang mempunyai permebilitas


yang

baik

membuang

mempunyai
kelebihan

kemampuan

cairan,

sehingga

yang
akan

tinggi

dalam

menghasilkan

bersihan yang lebih optimal

3. Dialisat

Diasilat merupakan cairan yang komposisinya seperti

plasma normal dan terdiri dari air dan elektrolit, yang dialirkan
kedalam dialiser. Dialisat digunakan untuk membuat perbedaan
konsentrasi yang mendukung difusi dalam proses hemodialisa.
Dialisat

merupakan

campuran

antara

larutan

elektrolit,

bicarbonat, dan air yang berperan untuk mencegah asidosis

dengan menyeimbangkan asam basa. Untuk mengalirkan dialisat


menuju dan keluar dari dialiser memerlukan kecepatan aliran
dialisat yang disebut Quick Of Dialysate (Qd). Untuk mencapai
hemodialisa

yang

adekuat

Qd

disarankan

adalah

400-800

mL/menit

4. Akses vascular

Akses vascular merupakan jalan untuk memudahkan

pengeluaran darah dalam proses hemodialisa untuk kemudian


dimasukkan lagi kedalam tubuh pasien. Akses yg adekuat akan
memudahkan dalam melakukan penusukan dan memungkinkan
aliran darah sebanyak 200-300 mL/menit untuk mendapat hasil
yang optimal. Akses vaskular dapat berupa kanula atau kateter
yang dimasukkan kedalam lumen pembuluh darah seperti sub
clavia, jungularis, atau femoralis. Akses juga dapat berupa
pembuluh darah buatan yang menyambungkan vena dengan
arteri yang disebut Arteorio Venousus Fistula/Cimino (Pernefri,
2003).

5. Quick of blood

Qb adalah banyaknya darah yang dapat dialirkan dalam

satuan

menit

mempengaruhi

dan

merupakan

bersihan

ureum.

salah

satu

Peningkatan

faktor

yang

Qb

akan

meningkatkan peningkatan jumlah ureum yang dikeluarkan


sehingga bersihan ureum juga meningkat. Dasar peningkatan
aliran (Qb) rata rata adalah 4 kali berat badan pasien. Qb yang
disarankan untuk pasien yang menjalani hemodialisa selama 4
jam adalah 250-400 m/Lmenit

d) Proses Hemodialisa

Proses hemodialisa dimulai dengan pemasangan kanula

Inlet kedalam pembuluh darah arteri dan kanulaoutlet kedalam


pembuluh darah vena, melalui fistula arteorivenosa (Cimino)

yang telah dibuat melalui proses pembedahan. Sebelum darah


sampai ke dialiser, diberikan injeksi heparin untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah. Darah akan tertarik oleh pompa
darah (blood pump) melalui kanula inlet arteri kedialiser dan
akan mengisi kompartemen 1 (darah). Sedangkan cairan dialisat
akan dialirkan oleh mesin dialisis untuk mengisi kompartemen 2
(dialisat).

Didalam

dialiser

terdapat

selaput

membran

semi

permeabel yangmemisahkan darah dari cairan dialisat yang


komposisinya merupai cairan tubuh normal. Ada tiga prinsip yang
mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi, ultrafilytrasi,
konveksi.

Difusi

Cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami

perubahan

konsentrasi

karena

zat

terlarut

berpindah

dari

konsentrasi yang tinggi ke arah konsentrasi yang rendah sampai


konsentrasi zat terlarut sama di kedua kompartemen

Ultrafiltrasi

Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah dari

kompartemen darah ke kompartemen cairan dialisat dengan cara


menaikkan tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen cairan
dialisat.

Konveksi

Terjadi translokasi solut, bersama dengan traslokasi air

yang terjadi dalam proses ultrafiltrasi. Solut dapat ikut berpindah


akibat teruikat dengan molekul air. Proses konveksi dapat terjadi
pada solut dengan molekul kecil ( urea nitrogen, kreatinin,
kalium, dll) atau membrane dengan molekul besar(n inulin, TNF,
Vit

B12

dll)

tergantung

dari

jenis,

luas

permukaan,

dan

biokompabilitas membran semi-permiabel yang digunakan.

Setelah terjadi proses hemodialisa didalam dialiser,

maka darah akan dikembalikan kedalam tubuh melalui kanula

outlet vena. Sedangkan cairan dialisat yang telah berisi zat


toksin yang tertarik dari darah pasien akan dibuang oleh mesin
dialisis oleh cairan pembuang yang disebut ultrafiltrat. Semakin
banyak zat toksik atau cairan tubuh yang dikeluarkan maka
bersihan ureum yang dicapai selama hemodialisa akan semakin
optimal

PEMBAHASAN
A. Isu Etik Hemodialisa
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.
Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien
berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat.
Indikasi
1. Indikasi Segera

Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi,


hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.

2. Indikasi Dini
a. Gejala uremiaMual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup.
b. Laboratorium abnormalAsidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood
Urea Nitrogen (BUN) : 100 120 mg %, TKK: 5 ml/menit.
Tujuan
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
Program dialisa dikatakan berhasil jika:
1.
2.
3.
4.

Penderita kembali menjalani hidup normal


Penderita kembali menjalani diet yang normal
Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi tekanan darah normal
Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.

Aspek etik pada pasien hemodialisa


Etika Profesi Kedokteran
Etika profesi kedokteran merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur prinsipprinsip moral dan etik dalam melaksanakan kegiatan profesi kedokteran, sehingga mutu
dan kualitas profesi kedokteran tetap terjaga dengan cara yang terhormat. Etika profsi
kedokteran merupakan seperangkat perilaku dokter dalam hubungannya dengan pasien,
keluarga, masyarakat, teman sejawat, dan mitra kerja.

4 aspek utama dalam etik kedokteran


1. Beneficence

Beneficence adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu

tindakan untuk kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau
menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana
yang dialami pasien.4

Lebih khusus, beneficence dapat diartikan bahwa seorang dokter harus berbuat
baik, menghormati martabat manusia, dan harus berusaha maksimal agar pasiennya
tetap dalam kondisi sehat. Point utama dari prinsipbeneficence sebenarnya lebih
menegaskan bahwa seorang dokter harus mengambil langkah atau tindakan yang lebih
bayak dampak baiknya daripada buruknya sehingga pasien memperoleh kepuasan
tertinggi

Dalam hal ini pada pasien hemodialisa, kita wajib memberikan yang terbaik
untuk pasien. Bila pasien memang harus segera dilakukan hemodialisa untuk
menyelamatkan pasien maka kita harus melaksanakannya
2. Non malificence

Non-malficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan


suatu perbuatan atau tindakan yang dapat memperburuk pasien. Dokter haruslah
memilih tindakan yang paling kecil resikonya. Do no harmmerupakan point penting
dalam prinsip non-maleficence. Prinsip ini dapat diterapkan pada kasus-kasus yang
bersifat gawat atau darurat.

Pada pasien dengan kegawat daruratan yang berindikasi pada pasien yang
harus melakukan hemodialisa maka kita wajib melaksanakannya untuk mencegah hal
hal yang tidak diinginkan pada pasien. Sebagai seorang dokter kita wajib untuk
bertindak cepat terhadap pasien gawat darurat.
3. Autonomy

Dalam prinsip

ini,

seorang dokter wajib menghormati

martabat dan

hak manusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien diberi hak
untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sesuai dengan keinginannya
sendiri.Autonomy pasien harus dihormati secara etik, dan di sebagain besar negara
dihormati secara legal. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dibutuhkan pasien yang
dapat berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa untuk dapat menyetujui atau
menolak tindakan medis

Melalui informed consent, pasien menyetujui suatu tindakan medis secara

tertulis. Informed consent menyaratkan bahwa pasien harus terlebih dahulu menerima
dan memahami informasi yang akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan medik
yang diusulkan, resiko, dan juga manfaat dari tindakan medis tersebut

Pasien hemodialisa berhak diberitahu tentang kondisi serta pengobatan yang


akan dia jalani. Banyaknya prosedur serta waktu yang digunakan dalam proses
hemodialisa ini harus kita jelaskan dengan baik guna memenuhi hak mereka untuk
keaadannya sendiri. Disini kita dapat menjelaskan betapa pentingnya proses
hemodialisa pada pasien dengan indikasi tersebut. Sehingga dapat meminimalisir
terjadinya penolakan pasien terhadap proses hemodialisa.
4. Justice

Justice atau keadilan adalah prinsip berikutnya yang terkandung dalam bioetik.
Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakukan
yang adil untuk semua pasiennya. Dalam hal ini, dokter dilarang membeda-bedakan
pasiennya berdasarkan tingkat ekonomi, agama, suku, kedudukan sosial, dsb.

Diperlukan nilai moral keadilan untuk menyediakan perawatan medis dengan


adil agar ada kesamaan dalam perlakuan kepada pasien. Contoh dari justice misalnya
saja: dokter yang harus menyesuaikan diri dengan sumber penghasilan seseorang
untuk merawat orang tersebut.

Untuk menentukan apakah diperlukan nilai keadilan moral untuk kelayakan


minimal dalam memberikan pelayaan medis, harus dinilai juga dari seberapa penting
masalah yang sedang dihadapi oleh pasien. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek
dari pasien, diharapkan seorang dokter dapat berlaku adil.

Proses hemodialisa merupakan pengobatan yang cukup menguras biaya. Kita


harus jujur pada pasien dengan kemungkinan kemungkinan biaya pada proses
hemodialisa. Kita bisa menyarankan pada pasien untuk menggunakan asuransi kesehatan
yang mereka miliki. Untuk pasien yang sekiranya tidak mampu kita bisa sarankan untuk
mengurus administrasi untuk mempermudah mereka dalam pembayaran sehingga dapat
ditanggung oleh negara. Pada pasien yang mampu amaupun yang kurang mampu kita
harus melakukan standar pelayanan medis yang sama baiknya.

B. Isu Agama Hemodialisa

Pasien terminal adalah pasien yang dalam keadaan menderita penyakit dengan
stadium lanjut yang penyakit utamanya tidak bisa diobati kembali dan bersifat progresif

(meningkat). Pengobatan yang diberikan hanya bersifat menghilangkan gejala dan


keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan pengobatan penunjang lainnya (Ali Yafie,
1996 : 34 ). Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/
mengancam hidup salah satunya adalah pasien gagal ginjal yang membutuhkan
hemodialisa.
Pada stadium terminal, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan
aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi
kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium terminal
suatu penyakit

tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga

pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan.

Agama adalah penolong dalam kesukaran. Aspek spiritual dapat membantu

membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan. Apabila seseorang dalam


keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat
seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu
membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta.
Begitupun dengan pasien terminal, pasien terminal dituntut untuk mempunyai
sikap sabar. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam, bahwa sikap sabar merupakan salah satu
cara terapi umum pemecahan masalah (rohaniah) individu sesuai dengan yang dianjurkan
al-Quran. Islam mengajarkan umatnya untuk sabar ketika dalam menghadapi penyakit.
Hal ini terlihat dari riwayat Nabi Ayub a.s, yang mengalami penyakit 7 tahun. Allah
berfirman dalam Al-Quran:

83-85. Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang".Maka kamipun memperkenankan seruannya itu,
lalu kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan kami kembalikan keluarganya
kepadanya, dan kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi
kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. Dan (ingatlah
kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. semua mereka termasuk orang-orang yang sabar (AlQuran dan Terjemahnya, DEPAG RI, 1989 : )
Islam mengajarkan umatnya untuk berpandangan positif terhadap penyakit.
Penyakit merupakan salah satu bentuk ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia
yang dapat menjadi pencuci dosa yang telah dilakukannya. Maka dengan rasa sabar,
diharapkan mempunyai sikap kemapanan (al-sakinah) yaitu salah satu ciri sehat mental
dalam konsep Islam.

Selain itu juga sabar merupakan suatu yang bersifat dinamik. Umat Islam

melihat dinamika kesabaran sebagai lingkaran yang berasal dari Allah dan kembali pada
Allah. Umat Islam melihat dinamika kesabaran sebagai lingkaran yang berasal dari Allah
dan kembali pada Allah. Dengan sifat yang dinamik, sabar bukan sesuatu yang bersifat
pasif. Sabar bukanlah tunduk dan patuh tanpa perlawanan dan usaha melainkan
perjuangan dan upaya dengan tetap memelihara ketabahan jiwa dan keyakinan akan hasil
yang baik. Dalam hal ini, terdapat tanggapan yang kurang tepat tentang kesabaran.

Dalam Al-Quran dinyatakan:

155-157. Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" Mereka Itulah
yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (Al-Quran dan Terjemahnya, DEPAG RI,
1989 : ).
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa sikap sabar sangat dibutuhkan oleh pasien
terminal. Untuk menyikapi hal tersebut, maka perlu adanya bimbingan rohani Islam
secara intensif pada pasien terminal, yaitu suatu pemberian bantuan psikologis kepada
seseorang ataupun kelompok terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang lebih menekankan
pada aspek psikologis atau jiwanya untuk mencapai kebahagiaan di dunia atau akhirat
dengan berlandaskan kepada Al- Quran dan Sunah.

Bagi pasien terminal yang telah melakukan bimbingan dengan baik, mereka

senantiasa sabar dalam menghadapi penyakitnya. Selain itu juga, sikap mereka bisa
tenang, lebih terarah, terkontrol, bisa menerima secara sadar tentang kondisi yang terjadi
dan hal-hal yang akan terjadi. Tetap beribadah melaksanakan kewajibannya, seperti
shalat walaupun dalam keadaan sakit, serta senantiasa tawakal mendekatkan diri pada
Allah. Mereka yakin bahwa Sakit adalah ujian dari Allah SWT, dengan sakit berarti
orang akan memperoleh ampunan dari Allah, dilipatgandakan pahala dan ditingkatkan
derajatnya.
Dikutip dari buku Aliah B. Purwakania Hasan (2008:445) Ibnu Qayim
aljauziah mengatakan sabar berasal dari kata al-syiddah (kokoh) dan al-quwwah
(kekuatan). Sementara, Ibnu Katsir mendefiisikan sabar sebagi tawakal atau berserah diri
dalam artian menyadari semata milik Allah. Jadi, apapun yang menimpanya, akan ia
pasrahkan kepada Allah sambil bertahan gigih dengan menguatkan diri dan hanya
mengharap ridha-Nya (Ar-Rifai, 2000). Ia tidak pernah berputus harapan kepada Allah.
Namun, kepasrahan kepada Allah ini tidak mengambil bentuk pasif dalam
memecahkan masalah, melainkan merupakan sumber energi dalam pemecahan
masalah. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna
seperti
ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya


di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS.
Al-Kahfi/ 18 : 28).
Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari
keingingan keluar dari komunitas orang-orang yang menyeru Rabb nya serta selalu
mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari
keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat
Allah SWT. Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat
kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan
anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan
lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari, orang
yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak
mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan
kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus (1977:53).
Kata bimbingan sendiri didefinisikan orang bermacam-macam, ada yang sedemikian itu
singkat rumusannya, ada pula yang amat panjang dengan merinci berbagai aspek yang
terkandung didalam proses atau kegiatan bimbingan tersebut. Aunur Rahim Faqih
menyatakan bahwa: Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat( 2001: 4 ).
Adapun pengertian bimbingan Islam

merupakan proses bimbingan

sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan


ajaran Islam, artinya berlandaskan Al Quran dan Sunah. Sebagai landasan dalam
melaksanakan bimbingan, bisa melihat firman Allah dalam surat Asy- Syuraa ayat 52

52. Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Quran) dan tidaklah
mengetahui apakah iman itu. Tetapi kami menjadikan Al-Quran itu cahaya yang kami
tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki (pembimbing) di antara hamba-hamba
kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
(Al-Quran dan Terjemahnya, DEPAG RI, 1989 : 791)
Bimbingan rohani Islam dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan pemberian
bantuan psikologis kepada seseorang ataupun kelompok terhadap nilai-nilai ajaran Islam
yang lebih menekankan pada aspek psikologis atau jiwanya untuk mencapai kebahagiaan
di dunia atau akhirat dengan berlandaskan kepada Al- Quran dan Sunah.
Untuk mencapai tujuan bimbingan dan sejalan dengan
bimbingan, maka dalam bimbingan harus melakukan kegiatan

fungsi fungsi

yang dalam garis

besarnya dapat disebutkan sebagai berikut :


1. Membantu individu mengetahui, memahami dan mengenal keadaan dirinya sesuai
dengan hakikatnya, atau memahami kembali keadaan dirinya, sebab dalam keadaan
tertentu dapat terjadi individu tidak mengenal atau tidak menyadari keadaan dirinya
yang sebenarnya. Secara singkat dapat dikatakan yaitu untuk mengingatkan kembali
individu akan fitrahnya. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Al-Quran,QS Ar
rum30 :30 yaitu :

30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)

fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
2. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, segisegi baik
dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya, sebagai sesuatu yang memang telah
ditetapkan Allah, tetapi juga menyadari bahwa manusia diwajibkan untuk berikhtiar,
kelemahan yang ada pada dirinya bukan untuk terus disesali
kelebihan

dan kekuatan dan

bukan pula untuk membuat lupa diri, secara singkat dapat dikatakan

sebagai membantu individu tawakal atau berserah diri kepada Allah.


3. Membantu individu memahami keadaan yang dihadapi saat ini.
4. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.

Dalam hal ini

pembimbing tidak memecahkan masalah, tidak menentukan jalan

pemecahan

masalah tertentu, melainkan sekedar menunjukan alternatif yang disesuaikan dengan


kadar intelektual masing-masing individu (Aunur Rahim Faqih, 2001 : 37).

C. Isu Sosial Budaya Hemodialisa


Hemodialisa atau cuci darah dipandang dalam masyarakat sebagai hal yang
mengerikan dan tidak bisa disembuhkan. Penderitanya dianggap tak akan memiliki usia
yang panjang setelah diharuskan melakukan hemodialisa.
Tak jarang pandangan tersebut malah menimbulkan depresi pada penderita gagal
ginjal. Maka dari itu sangat dibutuhkan dukungan moral dari keluarga terdekat agar
penderita bersemangat dan tetap melaksanakan terapi hemodialisa secara rutin.
Tak sedikit masyarakat yang percaya dan lebih memilih menggunakan pengobatan
tradisional yang diramu dengan pengobatan alternatif berbau mistik melalui dukun
meskipun belum teruji secara klinis. Salah satunya adalah penggunaan rebusan air daun

sukun yang hampir menguning sempurna dan harus diambil dari batangnya secara
langsung.

D. Isu Hukum Hemodialisa


Organisasi dan pelayanan hemodialisa:
1. Fasilitas pelayanan Hemodialisis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan dialisis, baik didalam maupun diluar
RS
2. Unit Pelayanan HD adalah pelayanan hemodialisis di Rumah Sakit
3. Klinik HD adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
HD kronik diluar RS secara rawat jalan dan mempunyai kerja sama dengan RS yang
menyelenggarakan pelayanan itu sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukannya.

PERIZINAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN HEMODIALISIS


Unit Pelayanan Hemodialisis:
1
2

Izin melekat melekat dan menjadi menjadi bagian dari izin penyelenggaraan RS
Penyelenggaraan unit pelayanan HD di RS yang merupakan pengembangan
pelayanan setelah beroperasinya RS harus terlebih dahulu mendapat izin Dinas

Kesehatan dan rekomendasi dari Pernefri setempat


Izin memberikan setelah memenuhi persyaratan

Perizinan klinik hemodialisa:


1

Izin diberikan oleh Dinas Kesehatan Propinsi setelah mendapat rekomendasi dari

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota serta rekomendasi Pernefri setempat


Izin berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persayaratan
yang berlaku

Dasar untuk melakukan hemodialisa dengan adanya persetujuan dan tujuan yang
dicapai antara dokter dan pasien. Maka perlu dilakukan informed concern. Dasar-dasar
informed concern UU no. 23/1992 tentang kesehatan pasal 53 ayat (2) dan peraturan
menteri kesehatan RI no. 585tentang persetujuan medik

KESIMPULAN
1. Isu-isu etik kedokteran mengenai penanganan hemodialisa berkaitan dengan kaidah
dasar bioetik
2. Isu-isu agama mengenai penanganan hemodialisa berkaitan dengan kepercayaan
spiritual pasien untuk mencapai kesembuhan dan juga dengan sabar dalam
menghadapi masalah.
3. Isu-isu sosial budaya mengenai penanganan hemodialisa berkaitan dengan kondisi
mental pasien yang dapat mengalami depresi akibat dikucilkan di masyarakat
4. Isu-isu hukum mengenai penanganan hemodialisa berkaitan dengan informed
conscern yang dilakukan antara dokter dengan pasien yang secara hukum diatur pada
UU no. 23/1992 tentang kesehatan pasal 53 ayat (2) dan peraturan menteri kesehatan
RI no. 585tentang persetujuan medik
5. Tatalaksana dan penanganan pasien gagal ginjal harus sesuai dengan derajat
keparahan atau progresivitas dari penyakit tersebut.

DAFTARPUSTAKA

Sherwood lauralee. 2011. Fisiologi manusia. Penerbit buku kedokteran.

Jakarta : EGC
Tortora, Gerard J dan Bryan Derrickson. 2012. Principle of Anatomy and

Physiology. USA : John Wiley and Sons Inc


Basuki B Purnomo. 2015. Dasar-Dasar Urologi. Malang : Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai