Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR BISNIS

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL


Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Bisnis

Dosen Mata Kuliah :


H. Affandi iss, SE.,MM.

Disusun oleh :
Refki Kurniadi Akbar
10010216083

Keu. Perbankan Syariah C


UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS SYARIAH
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan Makalah Pengantar Bisnis
yang dapat diselesaikan dengan baik. Dalam makalah ini penulis membahas tentang Etika
Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang Etika Bisnis dan
Tanggung Jawab Sosial dimana hal tersebut adalah pembahasan kedua yang ada pada mata
kuliah Pengantar Bisnis. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan tidak lepas
dari bantuan berbagai sumber untuk melengkapi beberapa materi. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu melengkapi
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan baik dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis sangat
menerima dan mengharapkan segala kritik dan sara dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi pembaca.
Bandung, 19 Oktober 2016

Refki Kurniadi Akbar

DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................3
1.

2.

3.

BAB I Pendahuluan...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................4
BAB II Pembahasan..............................................................................................5
2.1 Pengertian Etika Bisnis....................................................................................5
2.1.1 Pengertian secara umum.......................................................................5
2.1.2 Pengertian dalam pandangan Islam......................................................6
2.1.3 Pengertian menurut para Ahli...............................................................10
2.2 Etika Bisnis Individu.......................................................................................12
2.3 Perkembangan Etika Bisnis.............................................................................12
2.4 Prinsip-prinsip Etika Bisnis.............................................................................13
2.5 Tujuan Etika Bisnis.........................................................................................14
2.6 Kendala dalam Mencapai Tujuan Etika Bisnis................................................14
2.7 Peran Etika Bisnis............................................................................................15
2.8 Faktor Pelanggaran Etika Bisnis.....................................................................15
2.9 Tanggung Jawab Sosial...................................................................................16
2.9.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial......................................................16
2.9.2 Pendekatan Tanggung Jawab Sosial.....................................................16
2.9.3 Model Dasar Tanggung Jawab Sosial..................................................17
BAB III Penutup....................................................................................................18
3.1 Kesimpulan......................................................................................................18
Daftar Pustaka.............................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin besar suatu organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat
terhadap organisasi tersebut. Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara
untuk memenangkan persaingan dan mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu,
pebisnis diharapkan dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika
berbisnis, baik secara etika moral maupun norma pada masyarakat. Organisasi sebagai
suatu sistem diharapkan dapat memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat menyadarkan dan memberitahu agar
pelaku bisnis atau perusahaan dengan segala bentuk bisnisnya berperilaku etis dan
memiliki tanggung jawab terhadap komunitas, sosial, etika dan hukum. Sistem bisnis
beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis, tanggungjawab sosial,
peraturan pemerintah dan pihak bersangkutan ini menentukan keberhasilan yang
dapat diraih perusahaan.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengantar Bisnis, dimana makalah ini berisi penjelasan tentang etika dalam berbisnis
dan tanggungjawab sosial. Karena etika itu sangat penting untuk mempertahankan
loyalitas

pebisnis

dalam

membuat

keputusan-keputusan

perusahaan

dalam

memecahkan persoalan perusahaan.


1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah :
1.
Apa yang dimaksud dengan Etika bisnis ?
2.
Pengertian Etika Bisnis secara umum, pandangan islam dan para ahli?
3.
Apa itu Etika Bisnis Indvidu?
4.
Bagaimana Perkembangan Etika Bisnis?
5.
Apa saja Prinsip-prinsip Etika Bisnis?
6.
Tujuan dan kendala Etika Bisnis?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Bisnis


2.1.1 Pengertian secara umum
Kata etika berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ethics yang berarti sifat atau
kebiasaan. Menurut Solovon (2001), ethics adalah apa yang seharusnya
menjadi sifat yang baik bagi seseorang.
4

Menurut R.W.Griffin (2004) bahwa etika adalah Keyakinan mengenai


tindakan yang besar dan salah atau tindakan yang baik atau buruk yang
mempengaruhi hal lainnya.
Etika adalah aturan mengenai prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral yang
mengatur perilaku seseorang atau kelompok mengenai apa yang benar dan yang
salah. Etika menyusun standar mengenai apa yang baik atau buruk dalam
melaksanakan dan membuat keputusan. Etika berhubungan dengan nilai-nilai
internal yang merupakan bagian dari budaya perusahaan membentuk keputusan
yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial sehubung dengan lingkungan
eksternal. Suatu masalah etika ada dalam situasi ketika tindakan seseorang atau
organisasi dapat merugikan atau menguntungkan orang lain.
Etika ini sangat erat hubungannya dengan perilaku manusia khususnya
perilaku para pelaku bisnis, apakah berperilaku etis ataukah berperilaku tidak
etis.
R.W.Griffin mengemukakan bahwa perilaku etis adalah Perilaku yang sesuai
dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan
tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan.
Secara spesifik hubungan etika ini dengan etika bisnis, menurut Vincent Barry
(dalam bukunya Moral Issuess in Business) menyatakan :
Business ethics is the study of what constitutes and human conduct, including
related action and values, in a business contact.
(Etika bisnis adalah studi tentang baik buruknya mengenai sikap manusia,
termasuk tindakan-tindakan relasi dan nilai-nilai dalam kontrak bisnis).
R.W.Griffin (2004) mengemukakan bahwa :
Etika bisnis adalah perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh manajer
atau majikan suatu organisasi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etika bisnis
merupakan perilaku seseorang pelaku bisnis manajer dalam mengembangkan
tugas dan tanggung jawabnya, apakah sesuai dengan norma yang telah disepakati
organisasi atau perusahaan, ataukah sudah bisa saling menguntungkan antara
atasan dengan karyawan ataukah sebaliknya. Oleh karena itu, seorang manajer
harus mempunyai etika manajerial, yaitu bahwa standar perilaku yang memandu
masing-masing manajer dalam pekerjaan mereka.
Dengan demikian etika manajerial akan berhubungan dengan :
1. Bagaimana perilaku manajer terhadap karyawannya.
2. Bagaimana perilaku terhadap organisasinya.
3. Bagaimana perilaku terhadap agen ekonomi lainnya.
2.1.2

Pengertian dalam pandangan Islam


5

Dalam pandangan Islam, Etika merupakan moral bagi suatu tindakan manusia
dan menjadi sumber pemikiran baik dan buruk tindakan itu. Agama merupakan
kepercayaan

akan

sesuatu

kekuatan

supernatural

yang

mengatur

dan

mengendalikan kehidupan manusia. Praktik ekonomi, bisnis, wirausaha dan


lainnya yang bertujuan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat,
diperintahkan dan dipandu baik oleh aturab-aturan ekonomi yang bersifat rasional
maupun dituntun oleh nilai-nilai agama.
Pada dasarnya etika atau nilai-nilai dasar dalam bisnis berfungsi untuk
menolong pebisnis untuk memecahkan suatu masalah dalam praktek mereka. Oleh
karena itu, dalam rangka mengembangkan sistem ekonomi islam sebagai jawaban
bagi kegagalan sistem ekonomi baik kapitalisme maupun sosialisme, maka
menggali nilai-nilai dasar islami tentang aturan perdagangan (bisnis) dari AlQuran maupun As-Sunnah, merupakan suatu hal yang niscaya untuk dilakukan.
Kata etika (ethos) berasal dari Bahasa Yunani yaitu Ethics yang berarti
akhlak,budi pekerti, adab, sopan santun, moral dan lain sebagainya. Dapat
dikatakan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai-nilai, kesusilaan tentang baik
atau buruk. Selain itu etika merupakan pengetahuan tentang bathin seseorang yang
sesuai dengan norma-norma etik. Atau seringkali dihubungkan dengan moral
(moralitas). Dalam islam moral atau etika lebih sering dikenal dengan Akhlak.
A. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam
Banyak ayat suci Al-Quran yang berbicara tentang hokum dan etika
bahkan dalam hokum islam unsur etikanya sangatlah jelas. Dalam hal ini
Al-Quran telah memberikan petunjuk tentang hubungan antara pelaku
bisnis. Hal itu dianjurkan agar menumbuhkan Itikad baik dalam transaksi
demi terjalinnya hubungan yang harmonis dan tanpa harus ada saling
mencurigai antar pelaku.
Sistem etika islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pandangan hidup islami. Maka sistem ini bersifat sempurna. Dalam kaidah
perilaku

individu

terhadap

suatu

keadilan

atau

keseimbangan.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT. Dalam Al-Quran surah AlBaqarah ayat 143 :

Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat islam).


Umat yang adil dan pilihlah agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kami. (QS. Al-Baqarah: 143)
Ayat diatas menjelaskan bahwa umat islam dijadikan umat yang adil
dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang
menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.
Etika islam dalam bisnis tidak hanya melihat sisi komoditas yang
ditawarkan, tetapi juga menyangkut konsumen, produsen, dan transaksi.
Dalam fikih islam sebagai salah satu rujukan etika islam dikemukakan
pula hokum masing-masing dengan batasan yang jelas.
Sifat-sifat komoditi yang halal dan memberikan manfaat yang jelas
merupakan syarat bisnis yang etis. Demikian pula, transaksi yang tidak
jelas arahnya dan tidak dipahami oleh masing-masing pihak dinilai
sebagai transaksi bisnis yang tidak etis.
Dalam hubungan ini, Al-Quran dan Al-Hadits sebagai sumber dari
etika bisnis. Sumber etos kerja Islam telah memberikan khitbah antara
yang halal dan haram, antara yang terpuji dan tercela. Oleh karena itu,
islam mencegah suatu bisnis yang tidak jelas dari jenis dan sifatnya.
Al-Quran mengisyaratkan bahwa pelaku bisnis cenderung Tarik
menarik untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin di pihaknya.
Karena itu, dalam konteks ini, Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah
ayat 188 :
Artinya :
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain

diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim. Supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 188)
B. Konsep Etika Bisnis Islam
Secara umum ajaran islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsipprinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu.
7

Dalam islam terdapat nilai-nilai dasar etika bisnis, diantaranya adalah


Tauhid, Khilafah, Ibadah, Takziyah dan Ihsan. Dari nilai dasar ini dapat
diangkat ke prinsip umum tentang keadilan, kejujuran, keterbukaan
(transparansi), kebersamaan, kebebasan, tanggungjawab dan akuntabilitas.
Islam memandang etika sebagai salah satu bagian dari sistem
kepercayaan muslim (iman). Hal tersebut memberikan satu otoritas
internal yang kokoh untuk memberikan sanksi dan memberikan dorongan
dalam melaksanakan standar-standar etika. Konsep etika dalam islam
bukan relative, namun prinsipnya berifat abadi dan mutlak.
Adapun konsep etika bisnis islam adalah sebagai berikut :
1. Konsep ke- Tuhanan
Dalam dunia bisnis islam masalah ke-Tuhanan
merupakan hal yang harus dikaitkan keberadaanya dalam setiap
aktifitas bisnis. Manusia diwajibkan melaksanakan tugasnya
terhadap Tuhannya, baik dalam bidang ibadah maupun
muamalah. Dalam bidang bisnis, ajaran Tuhan meletakkan
konsep dasar halal dan haram yang berkenaan dengan transaksi.
Semua hal yang menyangkut dan berhubungan dengan harta
benda hendaknya dilihat dan dihukumi dua kriteria halal dan
haram.
2. Pandangan Islam terhadap Harta
Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu termasuk harta
benda adalah Allah SWT. Manusia hanya sebagai pemegang
amanah karena tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
Manusia memiliki kecenderungan untuk memiliki, menguasai,
dan menikmati harta.
Islam tidak memandang harta dan kekayaan sebagai
penghalang untuk mencari derajat yang tertinggi dan taqarrub
kepada Allah. Al-Quran di berbagai ayatnya menegaskan
bahwa kekayaan dan kehidupan nyaman sebagian besar
merupakan karunia dari Allah SWT bagi hambanya yang
beriman dan bertaqwa sebagai balasan atas amal shaleh dan
upaya mereka yang disyukuri Allah.
3. Konsep Benar
Salah satu karakter pedagang yang terpenting dan
diridhai oleh Allah ialah kebenaran. Perilaku yang benar
mengandung kerja yang baik, sangat dihargai dan dianggap
8

sebagai

suatu

investasi

bisnis

yang

benar-benar

menguntungkan. Karena hal itu akan menjamin adanya


kedamaian di dunia dan juga kesuksesan di akhirat.
4. Amanat
Dalam transaksi jual beli, sifat amanat sangat
diperlukan karena dengan amanat, maka semua akan berjalan
dengan lancer. Dengan sifat amanat, para penjual dan pembeli
akan memiliki sifat tidak saling mencurigai bahkan tidak
khawatir walau barangnya ditangan orang lain. Memulai bisnis
biasanya atas dasar kepercayaan. Oleh karena itu, amanah
adalah komponen penting dalam transaksi jual beli.
5. Jujur
Kejujuran adalah suatu jaminan dan dasar bagi kegiatan
bisnis yang baik dan berjangka panjang. Kejujuran termasuk
prasyarat keadilan dalam hubungan kerja terkait erat dengan
kepercayaan. Kepercayaan sendiri merupakan asset yang sangat
berharga dalam urusan bisnis.
6. Adil
Bertindak adil berarti mengetahui hak dan kewajiban,
mengerti mana yang benar dan mana yang salah, bertindak
jujur dan tepat menurut peraturan dan hokum yang telah
ditetapkan serta tidak bertindak sewenang-wenang.
2.1.3

Pengertian menurut para Ahli


Berikut merupakan beberapa pengertian Etika Bisnis menurut para ahli :
A. Menurut Zimmerer ,Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai nilai moral dan norma yang dijadikan
tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
B. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin, Etika bisnis adalah
istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika
seseorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
C. Menurut Velasquez, Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis.

D. Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di


Advance Managemen Journal (1988), memberikan tiga pendekatan
dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
1) Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang
seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesarbesarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan
dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2) Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan
kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun
tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.
3)
Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai
kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara
kelompok.
Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:
1. Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan,
bisnis juga mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia
yang terlibat di dalamnya.
2. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
3. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan
pedoman bagi pihak pihak yang melakukannya.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing
oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi,
dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat
dan golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama
10

10. Menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa


yang telah disepakati.
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu
hokum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
2.2 Etika Bisnis Individu
Dalam lingkungan bisnis dewasa ini, para eksekutif, manajer dan karyawan
amat penting untuk memperlihatkan prinsip-prinsip etis pribadi mereka dan
mereka harus bertindak secara etis dan menjauhi tindakan illegal dalam
melakukan pekerjaan.
Tahap perkembangan moral dan etis seseorang ditentukan oleh banyak faktor,
diantaranya yaitu :
a. Pengalaman masa lalu membentuk berbagai respon terhadap situasi yang
b.
c.
d.
e.

berbeda.
Latar belakang keluarga
Pendidikan
Budaya
Agama

Kejujuran, integritas dan loyalitas seseorang akan mempengaruhi keputusan


dan keberhasilan bisnis.
2.3 Perkembangan Etika Bisnis
Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
1. Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani
lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia
bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika
Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan
terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada
dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan
mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society.
Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis
di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat
atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
11

Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kirakira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari
universitas serta sekolah bisnis yang disebutEuropean Business Ethics
Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan
di seluruh dunia.Telah didirikan International Society for Business,
Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996.
2.4 Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki
wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya
dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan
harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang
berorientasi

pada

kemakmuran

dan

kesejahteraan

karyawan

dan

komunitasnya.
2. Kesatuan (Unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep yang
memadukan keseluruhan aspek aspek kehidupan, baik dalam bidang
ekonomi,

politik,

sosial

menjadi

keseluruhan

yang

homogen,serta

mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.


3. Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis,tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu
dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong
manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang
dimilikinya.
4. Kebenaran (kebajikan dan kejujuran)
Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat,sikap dan
perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau
memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih
atau menetapkan keuntungan.
Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis sangat menjaga dan
berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak
yang melakukan transaksi ,kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
5. Prinsip keadilan / Keseimbangan (Equilibrium)

12

Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan


sistem bisnis.
6. Prinsip hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip
kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.
7. Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh
manusia

karena

tidak

menuntut

adanya

pertanggungjawaban

dan

akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia


perlu mempertanggungjawabkan tindakannya.
2.5 Tujuan Etika Bisnis
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan
memberikan batasan-batasan para pelaku bisnis untuk menjalankan good
business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business yang bisa
merugikan banyak pihak yang terkait dalam bisnis tersebut.
Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan
manajemen bisnis yang baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua
orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis.
2.6 Kendala dalam mencapai Tujuan Etika Bisnis
Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan
beberapa masalah dan kendala. Keraf menyebut beberapa kendala tersebut
yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
4. Lemahnya penegakan hukum.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan
kode etik bisnis dan manajemen.
2.7 Peran Etika Bisnis
Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi, dimana diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua.
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem
prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta
etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil
memerlukan 3 hal pokok yaitu :
1. Memiliki produk yang baik
13

2. Memiliki managemen yang baik


3. Memiliki Etika
2.8 Faktor Pelanggaran Etika Bisnis
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatar belakangi oleh
berbagai hal. Salah satu hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang
sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan dampak buruk yang terjadi selanjutnya.
Faktor lain yang membuat pebisnis melakukan pelanggaran antara lain:
1. Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik
2. Mengejar Keuntungan dan Kepentingan Pribadi (Personal Gain and Selfish
Interest)
3. Ingin menambah mangsa pasar
4. Ingin menguasai pasar.
5. Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business
Goals versus Personal Values)

2.9 Tanggung Jawab Sosial


2.9.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial
Menurut R.W Griffin (2004) , Tanggung jawab sosial adalah usaha
suatu bisnis yang menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok dan
individu dalam lingkungannya yang meliputi konsumen, bisnis lain,
karyawan dan Investor.
Menurut Jeff Madura (2001), Tanggung jawab sosial adalah suatu
pengakuan dari perusahaan bahwa keputusan bisnis dapat mempengaruhi
masyarakat.
Menurut Boove & Kurtz (2002), Tanggung jawab sosial adalah
perorangan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan
laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan sosial sebagai nilai yang
sepadan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tanggung
jawab sosial itu merupakan suatu keputusan bisnis seorang manajer yang
memberikan perhatian yang seimbang kepada para Stakeholder-Nya,
terutama kepada karyawan dan lingkungannya.
2.9.2

Pendekatan Tanggung Jawab Sosial


14

Untuk mengimplementasikan tanggung jawab sosial, R.W. Griffin


(2004) mengemukakan empat pendekatan tanggung jawab sosial, yaitu :
1. Sikap Ostruktif, adalah pendekatan terhadap tanggu jawab sosial yang
melibatkan tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan
usaha-usaha menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan.
2. Sikap Defensif, adalah pendekatan tanggung jawab sosial yang
ditandai dengan perusahaan hanya persyaratan hokum secara
minimum atas komitmenya terhadap kelompok dan individu dalam
lingkungan sosialnya.
3. Sikap Akomodatif, adalah pendekatan tanggung jawab sosial yang
diterapkan suatu perusahaan dengan melakukannya apabila diminta
melebihi persyaratan hukum minimum dalam komitmennya terhadap
kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
4. Sikap Produktif, adalah pendekatan tanggung jawab sosial yang
diterapkan suatu perusahaan yaitu secara aktif mencari peluang untuk
menyumbang demi kesejahteraan kelompok dan individu dalam
lingkungan sosialnya.
2.9.3

Model Dasar Tanggung Jawab Sosial


Walton mengemukakan enam model dasar tanggung jawab sosial, yaitu :
1. Model Tradisional (the austere model)
Manajer hanya berupaya memaksimumkan kekayaan pemegang
saham.
2. Model Rumah Tangga (the household model)
Menganggap bahwa perusahaan adalah sebuat tim, keluarga,
organisasi sosial. Dan model menganggap pentingnya kehormatan,
pertumbuhan, kepuasan dan kemampuan karyawan. Pandangan ini
mengakui tanggung jawab kepemimpinan pada para pegawai.
3. Model Penjual (the vendor model)
Model ini memusatkan perhatian pada pelanggan dan memenuhi
kepentingan mereka.
4. Model Investasi (the investment model)
Berfokus pada keuntungan jangka panjang dan kemampuan
perusahaan untuk bertahan
5. Model Civic (the civic model)
Menyadari tanggung jawab terhadap masyarakat dan berusaha untuk
membantu masyarakat guna mencapai tujuannya.
6. Model Artistik (the artistic model)
Mengakui adanya kenyataan yang erat dengan masyarakat yang lebih
manusiawi dengan kebutuhan kreatif kehidupan perusahaan.
15

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Di dalam persaingan dunia bisnis yang sangat ketat ini, etika bisnis
merupakan sebuah hal yang harus benar-benar ditanamkan. Pada zaman
keterbukaan dan luasnya informasi saat ini, baik buruknya sebuah dunia usaha
dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen,
pemodal dan masyarakat secara umum secara etis dan jujur adalah salah satu cara
agar mampu bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis
menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam
bisnis.
Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan dari masing-masing
elemen dalam lingkaran bisnis. Pemasok (Supplier), perusahaan, dan konsumen
adalah elemen penting yang saling mempengaruhi. Masing-masing dari elemen
tersebut harus menjaga etika, sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja
dapat terjaga dengan baik.
Etika bisnis ini dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga
kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi
perusahaan, baik dalam lingkup mikro maupu makro. Maka dari itu etika bisnis
dan tanggun jawab sosial ini sangatlah penting dalam berbisnis.

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,. 2013., Makalah Etika Bisnis.


http://erikatzain. files.wordpress. com/ 2013/ 04 /makalah-etika-bisnis.pdf..
[Diakses tanggal 19 Oktober 2016]
Anonim, 2012. Tanggung Jawab Sosial
http://yohanesanez. wordpress.com /2012/10/ 15/tanggung-jawab-sosial-tugas-2/.html
[Diakses tanggal 19 Oktober 2016]
Adhe, Irma. 2014 Makalah Etika Bisnis
http://adheirma309.blogspot.co.id/2014/12/makalah-etika-bisnis.html
[Diakses tanggal 19 Oktober 2016]
Dr. Basu Swastha Dh.. SE.. MBA, 1988, Pengantar Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta.
Saladin, H.Djaslim, SE. 2006. Pengantar Bisnis. Edisi Revisi, CV. Agung Time
Buchari, Alma. 2007. Pengantar Bisnis. Edisi Revisi, cetakan kesembilan. Bandung : Alfabeta.
Salim, Muhammad, 2013 Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam.
http://serbamakalah.blogspot.co.id/2013/05/etika-bisnis-dalam-ekonomi-islam_2527.html.
[Diakses tanggal 19 Oktober 2016]

17

Anda mungkin juga menyukai