Aliran Sesat
untuk Syiah, walau sudah ada rekomendasi-rekomendasi (MUI 1984 dan 2014) tentang agar
mewaspadai syiah; dan MUI mengeluarkan Buku Panduan MUI Mengenal dan Mewaspadai
Penimpangan Syiah di Indonesia.
Pandangan sebagian orang yang berkelit bahwa masih ada syiah mutadilah (moderat) yang
sering digembar gemborkan tokoh tertentu (yang tidak mau dituding sebagairekanan syiah
namun berbau aroma yang menyuara menguntungkan pihak syiah) sejatinya telah terbantah
oleh kenyataan adanya pembela-pembela yang menyuara dalam rangka menyelamatikan
Tajul Muluk pentolan syiah Sampang Madura yang telah terbukti menodai Islam,
menganggap Al-Quran tidak murni lagi itu.
Mereka yang menyuara demi membela kesesatan syiah (yang pada hakekatnya justru
membuktikan bahwa yang sesat itu bukan hanya syiah sampang Madura, namun di Indonesia
ini pada umumnya) di antaranya adalah:
1. Jalaluddin Rakhmat dengan konco-konconya dari IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait
Indonesia) bahkan didukung pula oleh wanita penghalal homseks Musdah Mulia
membela syiah sampang dengan menyerang MUI dalam dialog di tv kompas Senin
malam (16/9 2013).
2. Pendukung syiah membela syiah sampang yang lainnya yaitu Haddad Alwi penyanyi
yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya
yang berjudul Ya Thoybah, diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada
Ali bin Abi Thalib secara berlebihan (suatu ciri dari syiah).Dalam kunjungannya ke
pengungsian Syiah di Sampang, 29/9/2012, ia (Haddad Alwi) mengatakan, Nggak
ada orang mau masuk surga tidak diuji, Rasulullah tidak jauh dari kita, dan jangan
ragu Rasullulah tidak sayang sama kita. Penderitaan Rasullulah lebih berat ujiannya
daripada ujian kita.
3. Haidar Baqir bos penerbit Mizan yang menulis di harian Republika menyebarkan
faham sesatnya bahwa Al-Quran mengalami tahrif (maksudnya, perubahan teks dari
aslinya, setelah Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam wafat). Mengenai Haidar
Bagir dan Tuduhan Tahrif Al Quran, Berisi tuduhan seputar adanya TAHRIF Al
Quran (perubahan teks dari aslinya), bahwa mulanya Surat Al Ahzab itu dibaca 200
ayat. Namun kemudian hanya tersisa hanya 73 ayat saja (atau hilang sekitar 127 ayat).
Itu tercantum dalam tulisan opini di Republika, edisi 27 Januari 2012, Dr. Haidar
Bagir menulis artikel berjudul, Sekali Lagi, Syiah dan Kerukunan Umat
Lalu bagaimana menjawab pendapat seperti di atas?
Adanya satu atau dua riwayat yang mengatakan ini dan itu, di luar pemahaman mainstream
para ulama, tidak boleh langsung diterima begitu saja. Harus dilakukan tash-hih
(penshahihan) dulu, apakah riwayat tersebut shahih atau tidak. Riwayat-riwayat yang
mengatakan telah terjadi perubahan pada Al Quran, rata-rata tidak diterima. Karena
alasannya: (a) Bertentangan dengan Surat Al Hijr ayat 9, bahwa Allah yang menurunkan Al
Quran dan Dia pula yang menjaganya; (b) Bertentangan dengan riwayat-riwayat yang lebih
kuat, bahwa Al Quran itu sempurna, tidak mengalami perubahan; (c) Bertentangan dengan
Ijma kaum Muslimin sejak masa Rasulullah dan para Shahabat, sampai hari ini. Dengan
alasan itu, maka dari sisi telaah Dirayah (substansi hadits), hadits-hadits yang menjelaskan
adanya Tahrif itu tertolak. Dalam ilmu hadits, sebuah hadits yang bertentangan secara pasti
Uhud. Dia dulunya masuk Islam kemudian murtad dan bergabung dengan Musailimah
(Nabi palsu). (Musnad Al-Humaidi).
Para pembela nabi palsu diancam siksa neraka sangat dahsyat. Termasuk para pembela
Ahmadiyah pada hakekatnya adalah pembela nabi palsu, karena Ahmadiyah adalah pengikut
nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad.
Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata,
Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah bersama sekelompok orang, di tengah kami hadir ArRajjal bin Anfawah. Nabi bersabda,
Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar
dari Gunung Uhud.
Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh yang dulu hadir telah wafat, dan
yang tinggal hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh
Nabi tersebut hingga akhirnya Ar-Rajjal keluar mengikuti Musailimah dan membenarkan
kenabiannya. Sesungguhnya fitnah Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan
oleh Musailimah. Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Is-haq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra.
(Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan-Nihayah, dalam bahasan nabi palsu Musailimah AlKadzdzab, atau lihat buku Hartono Ahmad Jaiz, Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat,
Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, 2007, bab Nabi Palsu Musailimah Al-Kadzdzab).
Dengan adanya ancaman dahsyat itu, kekhawatiran akan hilangnya keimanan akibat membela
Ahmadiyah pun ada. Contohnya adalah artikel berjudul ParaPembela Kafirin Ahmadiyah,
Perlukah Mayatnya Disholati? (lihat nahimunkar.com, June 4, 20089:23 pm,
http://www.nahimunkar.com/para-pembela-kafirin-ahmadiyah/#more-77)
Demikianlah ancaman keras dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengenaiorang
yang perkataannya dianggap tidak mengapa (padahal sangat merusak agama) maka
mengakibatkan dicemplungkan ke neraka yang jarak dalamnya saja 70 tahun (perjalanan).
Sedang yang membela nabi palsu maka gigi gerahamnya di neraka lebih besar dibanding
Gunung Uhud. Betapa ngerinya. Namun kini betapa beraninya mereka berkata-kata dengan
sangat ngawurnya, hanya untuk membela pengikut nabi palsu dan aliran sesat seperti syiah
dan lainnya. [AW]