Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN LABORATORIUM

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM


Oleh:
Semester/Kelas : V/C
Ni Putu Satya Darma Patni

NIM. 1313031040

Fikriatul Khairat

NIM. 1313031051

Tjokorda Gde Putra Wirama

NIM. 1313031053

Ni Luh Gede Praba Yanti

NIM. 1313031054

Putu Sista Dharmika

NIM. 1313031062

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2015

PENDAHULUAN
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, peneliti dan sebagainya
melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan
gelas dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan
dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau
kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang
disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang
sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat
dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah
tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar
setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium.
Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang pentingnya
bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia,
oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan
bahan-bahan tersebut dapat lebih berhati-hati dan yang lebih penting lagi tahu cara
menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan harus dibuang dengan cara yang tepat
agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan
berbagai petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang
mungkin terjadi ketika bekerja di Laboratorium. Dengan pengetahuan singkat tersebut diharapkan
setiap individu khususnya para asisten dapat bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja
mahasiswa di laboratorium dengan sebaik-baiknya
Keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam meggunakan alat dan bahan
kimia dilaboratorium. Beberapa hal yang menajadi perhatian agar lebih menjamin keselamatan kerja
yaitu; perlengkapan diri dalam bekerja, ketepatan cara menggunakan alat, ketepatan cara mengambil
bahan kimia, pemahaman sifat-sifat bahan kimia, keterampilan menggunakan alat, keterampilan
mengatasi keadaan darurat, dan dapat melakukan P3K.

1. Kelengkapan Diri Dalam Bekerja


Dalam usaha menjaga keselamatan pemakai laboratorium pada saat melakukan kegiatan
maka pencegahan kecelakan lebih utama daripada merawat mereka setelah terjadi korban.
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya
kecelakaan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakaan di
laboratorium:

1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses, serta
perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan laboratorium.
2. Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya pengawasan yang
dilakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan
laboratorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan pelindung
kegiatan laboratorium.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus ditaati.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.
Terjadinya kecelakaan di laboratorium dapat dikurangi seminimal mungkin jika setiap
orang yang menggunakan laboratorium menyadari keselamatan dirinya. Misalnya bekerja
dengan berbagai bahan kimia korosif, pengetahuan tentang metoda perlindungan pribadi menjadi
hal penting. Maka dari itu sangat penting untuk menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi
sebagai perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi kecelakaan.
Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:
1. Jas laboratorium untuk mencegah kotornya pakaian. Penggunaannya sangat umum tetapi
tidak populer di kalangan siswa SMP dan SMA karena keengganan untuk membawa dan
memakainya. Pakaian pelindung harus nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila
terjadi kecelakaan atau pengotoran oleh bahan kimia. Ada beberapa hal yang perludi
perhatikan ketika menggunakan jas laboratorium, antara lain yaitu kancing jas
laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas
laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya. Jas laboratorium merupakan
pelindung badan dari tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit
pemakainya. Jika jas laboratorium terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah
jas tersebut secepatnya
2. Pelindung tangan dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan dan dilepas merupakan
prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan kimia, dan bahaya lain.
3. Pelindung mata. Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari percikan
bahan kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling sedikit sepasang. Idealnya setiap
siswa memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman dipakai dan cukup ringan.
Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja dengan asam, bromin, ammonia, atau bila

bekerja di bengkel seperti memotong logam natrium, menumbuk, menggergaji,


menggerinda dan pekerjaan sejenis yang memungkinkan terjadinya percikan ke mata.
4. Respirator dan lemari uap. Respirator digunakan sebagai pelindung terhadap gas, uap dan
debu yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-gas beracun
walau dalam jumlah sedikit, seperti khlorin, bromin, dan nitrogen dioksida maka perlu
dilakukan di lemari uap dan perlu ventilasi yang baik untuk melindungi siswa dari
keracunan.
5. Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang padat
harus dipakai saat bekerja di laboratorium. Jangan menggunakan sandal, sepatu yang
terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan
tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
2. Ketepatan cara menggunakan alat
Cara menggunakan alat perlu dipahami oleh praktikan, ini perlu ditekankan karena sering
terabaikan oleh guru atau pembimbing praktikum. Guru sering berasumsi bahwa siswa sudah
memahami cara menggunakan alat tersebut. Sebagai contoh yaitu penggunaan pipet tetes yang
pemompanya berbahan karet. Jika saat menggunakan pipet ini untuk mengambil larutan atau
pelarut, setelah bahan yang diambil sudah berada di dalm pipet, kemudian akan diteteskan ke alat
lain misalnya ke tabung reaksi, maka siswa membalikan pipet tersebut dengan ujung yang
berlubang menghadap keatas, mungkin maksudnya agar tidak tumpah atau menetes, namun dia
tidak tahu bahwa zat tersebut masuk mengenai pompa karet yang dipegangnya, maka pelarut ini
akan bereaksi dengan karet yang bisa menghasilkan panas sampai berlubang yang kemungkinan
mengenai tangan.

3. Keterampilan menggunakan alat

Keterampilan menggunakan alat hal penting diperhatikan dan untuk hal ini guru
pembimbing ataupun laboran harus senantiasa melatih dan membimbing, mengawasi jika siswa
belum terampil menggunakan alat. Seperti halnya yang sudah diuraikan menggunakan pipet
tetes. Masih banyak alat-alat kimia yang lain yang umumnya berbahan dari kaca atau gelas yang
mudah pecah. Misalnya kolom titrasi, corong pisah, alat destilasi, tabung reaksi. Jika tidak
dilatihkan atau dibimbing menggunakannya maka akan beresiko pecah.
Selain itu, jangan meletakkan botol-botol berisi zat kimia langsung kena sinar matahari.
Anggkatlah botol-botol sedemikian, sehingga tidak hanya menjinjing lehernya saja, pada saat
memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada saat membersihkan pecahan-pecahan
kaca/gelas yang bertebaran di meja atau di lantai, harap hati-hati dan sebaiknya menggunakan
plastisin untuk membersihkan potongan gelas yang kecil-kecil.
Jika membawa/memindahkan pipa kaca dari satu tempat ke tempat lain harus dalam sikap
vertikal. Penggunaan burret, pada saat mengisi burret, selain menggunakan corong kecil, juga
burret harus diturunkan sehingga mulut burret berada setinggi mata. Siswa dilarang mengisi
burret dengan berdiri di atas kursi. Pipet digunakan untuk mengambil atau memindahkan bahan
cair dengan jumlah yang tepat. Bahan-bahan yang tidak boleh dipipet melalui mulut ialah : zat
cair yang mudah menguap, asam-asam pekat larutan yang beracun maupun zat yang bersifat
radioaktif. Untuk zat-zat tadi dipipet dengan cara khusus.
Jika memasukkan pipa kaca ke dalam lubang tutup gabus atau karet, basahi dahulu pipa
kaca dengan air, pegang dengan kain dan masukkan pelan-pelan sambil sedikit diputar-putar.
4. Memindahkan Bahan Kimia
Sebelum memindahkan bahan kimia, hal yang harus dilakukan adalah mengetahui segala
informasi tentang bahan kimia yang akan digunakan. Seperti cara membawa, bahaya yang
ditimbulkan, dll. Pindahkanlah sesuai kebutuhan dan jangan berlebihan. Bila ada sisa bahan
kimia, jangan dikembalikan ke tempatnya semula karena dapat menyebabkan kontaminasi pada
bahan kimia. Memindahkan bahan kimia yang berwujud cair, pindahkan dengan menggunakan
batang pengaduk atau pipet tetes. Hindari percikan karena bisa menyebabkan iritasi pada kulit.
Jangan menaruh tutup botol diatas meja supaya tutup botol tidak kotor oleh kotoran di atas meja.
Selain itu, memindahkan bahan kimia yang berwujud padat, gunakan spatula atau sendok yang
sesuai. Hindari menggunakan satu sendok/spatula untuk mengambil beberapa jenis zat kimia
supaya terhindar dari kontaminasi.

Seorang praktikan pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada setiap
kerjanya. Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus diperhatikan hal hal sebagai
berikut.
a. Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan dalam
pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat.
b. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan
c. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
d. Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk menghindari

kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros.


Memindahkan Bahan Kimia Cair
Memindahkan bahan kimia cair memiliki sedikit perbedaan ketika seorang praktikan
memindahkan bahan kimia yang wujudnya cair. Hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan dan sekaligus telapak tangan
memegang botol tersebut.
b. Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa terkotori oleh kotoran yang
ada diatas meja.
c. Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk menghindari percikan.
d. Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume sehingga lebih mudah.

Gambar 1. Salah satu ilustrasi cara memindahkan bahan kimia cair.

Memindahkan Bahan Kimia Padat


Teknik pengambilan bahan kimia padat memerlukan penanganan sebagai berikut.
a. Gunakan spatula atau sendok yang sesuai.

b. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.


c. Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu sendok/saptula
untuk bermacam macam keperluan.

Gambar 2. Ilustrasi cara memindahkan bahan kimia padat


5. Pemahaman sifat-sifat dari bahan kimia
Setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa takut bekerja dengan bahan
kimia bila tahu cara yang tepat untuk menanggulanginya, yang dimaksud berbahaya ialah dapat
menyebabkan terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau luka,
merusak, menyebabkan korosi dsb. Jenis bahan kimia berbahaya dapat diketahui dari label yang
tertera pada kemasannya. Dari data tersebut, tingkat bahaya bahan kimia dapat diketahui dan
upaya penanggulangannya harus dilakukan bagi mereka yang menggunakan bahan-bahan
tersebut. Kadang-kadang terdapat dua atau tiga tanda bahaya pada satu jenis bahan kimia, itu
berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan bahan tersebut harus lebih ditingkatkan.
Memang penggunaan bahan-bahan tersebut di laboratorium pendidikan Kimia tidak berjumlah
banyak, namun kewaspadaan menggunakan bahan tersebut perlu tetap dijaga.
Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan
pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahaya
diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :

a. Explosive (bersifat mudah meledak)

Bahaya

: Mudah meledak dengan adanya panas atau percikan bunga api, gesekan atau
benturan

Contoh

: amonium nitrat, nitrodelulosa, TNT.

Keamanan

: hindari benturan, gesekan, loncatan api dan panas.

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya explosive dapat meledak
dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain. Ledakan akan dipicu
oleh suatu reaksi keras dari bahan. Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika
bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja
dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun
keselamatan khusus. Bahan kimia bersifat dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga
api, guncangan atau gesekan. Misal KClO3, NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3.
b. Oxidizing (pengoksidasi)

Bahaya

:bersifat

pengoksidasi,

dapat

menyebabkan

kebakaran

dengan

menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organic, bahan


pereduksi, dll.
Contoh

: hidrogen peroksida, kalium perklorat

Keamanan

: hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya oxidizing adalah bahan
kimia yang bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas
saat kontak dengan bahan organic dan bahan pereduksi.
c. Flammable (mudah terbakar)

Bahaya : mudah terbakar


Meliputi :
1. Zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor, keamanan : hindari campuran
dengan udara.
2. Gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari campuran
dengan udara dan hindari sumber api.
3. Zat sensitif terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila terkena air
atau api.
4. Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21C. contoh : aseton dan
benzene.
Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga api.
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat sangat
mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar). Untuk Bahan-bahan dan
formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya extremely flammable merupakan liquid yang
memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0 oC) dan titik didih rendah dengan titik didih awal
(di bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat
membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Sedangkan untuk
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya highly flammable adalah subyek untuk
self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik
nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang
amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi

panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar,
juga diberi label sebagai highly flammable.
d. Toxic (beracun)

Bahaya

: toksik berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, tertelan atau kontak dengan kulit,
dan dapat mematikan.

Contoh

: arsen triklorida, merkuri klorida.

Kemananan :hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat ke dokter bila
kemungkinan keracunan.
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya toxic dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika
masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
e. Iirritant iritasi)

Kode Xi (irritant)

dan mata.

Bahaya

: iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan

Contoh

: ammonia dan benzyl klorida

Keamanan

: hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit

Bahan kimia dengan formulasi dengan notasi irritant atau kode Xi adalah Bahan kimia
yang dapat menyababkan iritasi,gatal-gatal dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.
f. Corrosive (korosif)

Bahaya

: bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi


pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas.

Contoh

: H2SO4, HNO3, HCl.

Keamanan

: hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata

Bahan dan formulasi dengan notasi corrosive adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu
bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik
kimia bahan uji, seperti asam, ditandai sebagai bahan korosif. Bahan kimia bersifat korosif,
dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat
menyebabkan kulit mengelupas.
g. Dangerous for Enviromental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)

Bahaya

: bagi lingkungan, gangguan ekologi

Contoh

: tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin

Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan


Bahan dan formulasi dengan notasi dangerous for environment adalah dapat
menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan
atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan
ekologi. Bahan kimia bersifat berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam lingkungan
kehidupan. Misal AgNO3, Hg2Cl2, HgCl2
6. Keterampilan mengatasi keadaa darurat dan dapat melakukan P3K
Keterampilan menghadapi keadaan darurat sesungguhnya sangat diperlukan oleh semua
orang. Berkaitan dengan praktikum kimia, keadaan darurat yang mungkin terjadi yaitu anggota
tubuh terkena zat kimia. Maka dari itu praktikan diharapkan terampil dalam menghadapi keadaan
darurat dan mampu melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Pertolongan pertama pada kecelakaan ini tidak dapat dipisahkan dalam usaha menjaga
keselamatan para pemakai laboratorium. P3K dimaksudkan untuk memberikan perawatan
darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut diberikan oleh dokter. Tujuan utama
diadakan P3K ialah dalam melengkapi usaha memberikan pertolongan pertama sementara dan
mencegah penderita menderita lebih parah, sambil menunggu pertolongan dari yang ahli. Isi
minimal dari kotak P3K secara umum diantaranya :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Plester
Pembalut berperekat
Pembalut steril (besar, sedang dan kecil)
Perban gulung
Perban segitiga
Kain kasa
Pinset
Gunting
Peniti

Demi keselamatan kerja di laboratorium, laboran, guru kimia dan praktikan harus
memiliki pemahaman dan penjelasan secara lengkap mengenai P3K. Seorang praktikan
diharapkan dapat melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan, terutama penggunaan obatobatan ringan yang tersedia di laboratorium. Misalnya meneteskan obat luka, membalut luka
ringan, memanfaatkan obat-obat ringan, atau menggunakan peralatan pembantu untuk
pengobatan ringan yang tersedia di kotak P3K. Tindakan yang diambil dalam P3K tidak
dimaksudkan untuk memberikan pertolongan sampai selesai. Hal-hal yang belum dapat
diselesaikan harus diserahkan kepada dokter. Namun demikian usaha yang dilakukan dalam P3K

harus semaksimal mungkin untuk menyelamatkan jiwa korban, meringankan penderitaan korban
serta mencegah terjadinya cedera yang lebih parah, dan mempertahankan daya tahan korban
sampai pertolongan yang lebih pasti dapat diberikan. Berikut ini beberapa pertolongan pertama :
Kecelakaan Kerja
Luka bakar akibat zat kimia

Pertolongan
Hapus zat asam dengan kapas atau kain halus, cuci dengan air

asam

mengalir, selanjutnya cuci dengan larutan Na 2CO3 1 %. Cuci


lagi dengan air, keringkan. Olesi dengan salep levertran dan

balut dengan kain perban.


Luka bakar akibat zat kimia basa Cuci dengan air mengalir, bilas dengan asam asetat 1% , cuci
kembali dengan air, keringkan ,olesi dengan salep boor balut
Luka bakar karena panas
Mata terkena percikan bahan

dengan perban.
Kompres dengan air es secepatnya, tutup luka dengan perban
dan segera dibawa ke dokter.
Basuh dengan air sebanyak banyaknya.

kimia
Keracunan zat melalui hidung Bawa penderita ke tempat yang udaranya segar. Bila korban
Keracunan melalui mulut

tidak dapat bernapas, berikan napas buatan.


Segera muntahkan, Jika tidak bisa muntah pancing dengan
minum segelas air yang dicampur 2 sendok teh garam dapur
atau pancing dengan jari yang dimasukkan ke pangkal
tenggorokkan hingga dapat muntah. Jika korban pingsan
segera bawa ke dokter.

Tabel 1. Contoh Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

DAFTAR PUSTAKA
Moran, Lisa. 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia (Panduan
Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak).Washington : The National
Academies

Press

Muchtaridi.

2015.

Keselamatan

Kerja

di

Laboratorium.

http://www.umpalangkaraya.ac.id/dosen/nurulqamariah/wpcontent/uploads/2015/
09/5.keselamatan_laboratorium.pdf. Diakses pada tanggal 27 September 2015.
Purwadi, Sarosa dan R.L. Tobing. 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA. Bandung
:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Ranawidjaja, Jahja. 1982. Panduan Pengelolaan Laboratorium IPA Untuk SMTA, SMTP,
SPG dan STM. Bandung : Bina Budhaya
Sitorus, Marham dan Ani Sutiani. 2013. Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium
Kimia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sunarto. 2014. Keselamatan dan

Kesehatan

Kerja

di

Laboratorium.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drs-msi/keselamatankerja-di-laboratorium.pdf. Diakses pada tanggal 27 September 2015.


Susanto,Ibnu. 2015. Bahan Kimia Berbahaya Dan Keselamatan Kesehatan Kerja
Bidang Kimia.

https://ibnususanto.wordpress.com/2009/02/13/bahan-

kimia-

berbahaya-dan-keselamatan-kesehatan-kerja-bidang-kimia/. Diakses pada

tangga

27 September 2015.
Wiratma, I Gusti Lanang dan I Wayan Subagia. 2015. Buku Panduan Pengelolaan
Laboratorium Kimia SMA Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti.
UNDIKSHA

Singaraja :

Anda mungkin juga menyukai