Anda di halaman 1dari 10

Setelah berakhirnya perang dingin awal 1990an, terjadi peningkatan yang signifikan

dari jumlah intrastate atau internal conflict atau juga kombinasi interstate conflict dan
internal conflict. Pada umumnya konflik yang terjadi berkaitan dengan perang saudara dan
isu-isu state formation dan state failure. Sejalan dengan itu pemahaman terhadap threats to
the peace atau breaches of the peace mengalami modifikasi sehingga mencakup juga an act
of genocide, mass violations of human rights dan ethnic cleansing,1 seperti yang terjadi di
daerah Balkan tepatnya Perang Bosnia Serbia pada tahun 1992 hingga 1995. BosniaHezegovina atau biasa disingkat Bosnia adalah sebuah negara di semenanjung Balkan di
selatan Eropa seluas 51.129 km dengan jumlah sekitar empat juta penduduk. Negara ini
didiami oleh tiga kelompok etnik yang utama yaitu Bosnia, Serbia dan Kroasia. Maka dari
itu, tidak ada bahasa resmi yang dipakai oleh negara Bosnia secara de jure tetapi Bosnia
memakai bahasa Bosnia, Serbia dan Kroasia secara de facto. Bentuk pemerintahan Bosnia
adalah Republik Parlementer. Pada bulan April 1992, pemerintah republik Yugoslavia
Bosnia-Herzegovina mendeklarasikan kemerdekaannya dari Yugoslavia. Selama beberapa
tahun ke depan, pasukan etnik Serbia di Bosnia, dengan dukungan dari tentara Yugoslavia
yang didominasi etnik Serbia, menargetkan baik Bosniak (Muslim Bosnia) dan warga sipil
Kroasia untuk kejahatan mengerikan yang mengakibatkan kematian sekitar 100.000 orang
(80 persen Bosniak) di tahun 1995. Tindakan ini dianggap genosida yang terburuk sejak
kehancuran rezim Nazi dari sekitar 6 juta orang Yahudi Eropa selama Perang Dunia II.
Setelah kematian pemimpin lama Yugoslavia, Josip Broz Toti pada tahun 1980,
nasionalisme tumbuh di republik Yugoslavia yang mengancam negara-negara yang sudah
memisahkan diri dari Yugoslavia. Nasionalisme ini intensif muncul pada pertengahan tahun
1980an dengan munculnya pemimpin Serbia, Slobodan Milosevic yang juga memicu etnis
Serbia yang ada di Bosnia untuk melakukan pemisahan diri. 2 Milosevic menentang keras
disintegrasi negara-negara bagian Yugoslavia karena menginginkan untuk melanjutkan
keberadaan negara federasi tersebut. Penolakan Milosevic terhadap proklamasi kemerdekaan
Bosnia-Herzegovina juga didasarkan pada kenyataan yang menunjukkan bahwa etnis Serbia
di Bosnia merupakan etnis minoritas, sehingga kekhawatiran akan mengalami diskriminasi
dari etnis mayoritas pun muncul. Selain itu, dengan mendasarkan basis dukungan atas
1 Aleksius Jemadu, Politik Global; Dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), 163.
2 Bosnian Genocide, History, diakses pada 24 Mei, 2016, http://www.history.com/topics/bosniangenocide.
1

landasan ikatan emosional, rezim Milosevic mulai memainkan pengaruh dominan dalam
perpolitikan Yugoslavia yaitu dengan merealisasikan gagasan Serbia Raya. Dijadikannya
nasionalisme Serbia Raya sebagai ideologi Milosevic sangat dipengaruhi oleh menguatnya
sentimen nasionalisme etnik Serbia.3
1. Sekilas tentang sejarah Perang Bosnia Serbia
Di Bosnia muslim merupakan kelompok populasi tunggal terbesar pada tahun 1971.
Namun, banyak imigran Serbia dan Kroasia yang datang sehingga pada tahun 1991 sensus
penduduk Bosnia menunjukan 44% Bosniak, 31% Serbia dan 17% Kroasia. Pemilihan umum
yang diselenggarakan pada akhir 1990 mengakibatkan perpecahan koalisi pemerintah antara
pihak yang mewakili tiga etnis tersebut, pemilihan umum ini diselenggarakan untuk memilih
Dewan Tinggi Bosnia dan Alija Izetbegovic keluar sebagai pemenang.4 Karena terjadi
ketegangan di dalam negeri dan di luar negeri berupa dorongan dari Milosevic seorang
nasionalis yang mendesak etnik Serbia di Bosnia untuk ikut bergabung dalam misinya
membentuk Serbia Raya, pemimpin etnik Serbia, Radovan Karadzic dan Partai Demokrat
Serbia menarik diri dari pemerintahan dan mendirikan Majelis Serbia Nasional. Dan pada
3 Maret 1992, setelah pemungutan suara, Presiden Izetbegovic memproklamasikan
kemerdekaan Bosnia.5
Beberapa hari setelah hasil referendum, anggota pasukan militer Serbia membentuk
barikade dan menempatkan para penembak gelap di dekat gedung parlemen Sarajevo. 6 Para
pemimpin Serbia-Bosnia menyatakan bahwa barikade-barikade tersebut didirikan sebagai
antisipasi dari serangan sekelompok orang tidak dikenal yang diduga adalah anggota
kelompok Muslim Bosnia dalam pesta pernikahan etnik Serbia yang digelar sehari
sebelumnya. Serangan ini menyebabkan beberapa orang meninggal dan pemimpin SerbiaBosnia menggunakan insiden tersebut sebagai suatu pembenaran atas pembentukan barikade-

3 Walgito, Kejatuhan Kekuasaan Rezim Milosevic, (Yogyakarta: UGM Press, 2001), 35.
4 Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam, (Jakarta: Penerbit Zaman,
2014), 1037.
5 Ibid.
6 Noel Malcolm, Bosnia A Short History, (London: Papermac, 2002), 231.
2

barikade di Sarajevo.7 Izetbegovic melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan Bosnia


dengan mempersenjatai etnik Muslim Bosnia agar dapat mempertahankan diri. Walaupun
Muslim Bosnia merupakan etnik dominan, namun mereka memiliki kekuatan militer yang
jauh lebih rendah dibandingkan dengan etnik Serbia-Bosnia. Hal ini dikarenakan etnik
Serbia-Bosnia diberikan bantuan oleh negara Yugoslavia.
Warga Bosnia dari ketiga etnik beberapa kali melakukan demonstrasi menuntut agar
perang tidak diteruskan karena takut akan merambat ke kota-kota lain, namun para
demonstran ini justru banyak yang ditembak oleh militan dari serbia-bosnia. Sebenarnya,
tidak semua etnik Serbia-Bosnia setuju dengan pemberontakan terhadap pemerintah Bosnia,
banyak dari mereka yang lebih memilih untuk hidup damai walaupun hanya sebagai etnik
minoritas. Namun, karena keganasan militan Serbia-Bosnia pada saat itu, mereka hanya bisa
mengikuti perintah mereka atau dibunuh. Banyak pemuda-pemuda Serbia-Bosnia yang
diambil paksa dari keluarganya untuk menjadi militan pada saat Perang Bosnia Serbia.
Setelah bergabung dengan militan pun mereka harus menghadapi tekanan untuk bisa
membunuh etnik Muslim Bosnia, jika mereka tidak bisa membuktikan mereka mampu maka
merekalah yang akan dibunuh.
Semenjak terdengar niat republik bagian Bosnia untuk memisahkan diri dari federasi
Yugoslavia, etnis Serbia-Bosnia memang telah mempersiapkan antisipasi untuk mengimbangi
kekuatan politik pemerintahan baru Bosnia-Herzegovina. Etnis Serbia-Bosnia yang dipimpin
oleh Radovan Karadzic telah membentuk Daerah Otonomi pada Mei 1991 dan parlemen
pada bulan Oktober 1991 yang akhirnya dideklarasikan pada tanggal 27 Maret 1992. 8
Pemerintahan baru yang dibentuk etnis Serbia di Bosnia ini kemudian diberi nama Republik
Srpska. Daerah Otonomi ini berawal pada saat Serbia masih dapat dibujuk untuk
berkompromi melalui sebuah konferensi perdamaian yang diprakarsai oleh Masyarakat Eropa
pada bulan Februari 1992 di Lisbon.9 Konferensi tersebut mencapai sebuah kesepakatan
untuk menjadi negara Bosnia-Herzegovina yang merdeka dan berdaulat dengan ketentuan
kekuasaan dilaksanakan berdasarkan peraturan dari setiap wilayah masing-masing. Dapat
dikatakan bahwa kelompok etnis manapun yang mendominasi suatu wilayah, berarti etnis
7 Laura Silber & Alan Little, The Death Of Yugoslavia, (London: BBC, 1995), 205.
8 Noel Malcolm, Bosnia A Short History, (London: Papermac, 2002), 232.
9 Laura Silber and Alan Little, Op.cit, 220.
3

tersebut yang akan memegang kekuasaan politik dengan menjamin hak-hak dari minoritas
etnis lain di wilayah tersebut. Cara tersebut juga dikenal dengan istilah kantonisasi.10
Pembentukan Republik Srpska ini mempermudah misi Milosevic untuk membangun
Serbia Raya dengan cara memobalisasi etnik Serbia yang ada di Bosnia kedalam suatu daerah
yang nantinya secara perlahan akan memisahkan diri. Maka dari itu baik Bosnia dan KroasiaBosnia menolak usulan tersebut dan upaya perdamaian gagal.
2. Ethnic Cleansing dalam Perang Bosnia Serbia
Salah satu kejahatan besar dalam Perang Bosnia Serbia adalah ethnic cleansing yang
dilakukan pihak Serbia terhadap Muslim Bosnia. Milosevic melakukan propaganda terhadap
etnis Serbia-Bosnia melalui Radovan Karadzic agar etnis Serbia di Bosnia turut serta dalam
mewujudkan cita-cita pembentukan Serbia Raya dari puing-puing Yugoslavia. Negara
tersebut terdiri dari Serbia dan Montenegro yang memproklamirkan diri sebagai federasi
Yugoslavia baru pada tanggal 27 April 1992,11 kemudian ditambah beberapa wilayah melalui
aneksasi dari sebagian Kroasia dan Bosnia yang dihuni oleh etnis Serbia. Dalam
pengertiannya, ethnic cleansing adalah salah satu bentuk diskriminasi etnik yang dilakukan
melalui kegiatan untuk menyingkirkan etnik tertentu secara berencana atau tidak berencana,
agar etnik tersebut tidak tampil atau tidak berperan sebagai pesaing atau penghalang.
Beberapa bentuk praktik pembersihan adalah memisahkan etnik tertentu melalui pemukiman
(segregasi), segregasi jenis pekerjaan atau jabatan tertentu, hingga pembunuhan etnik
tertentu.12
Pembersihan etnis Muslim Bosnia diawali dengan pengepungan desa tertentu
kemudian menutup akses keluar dan masuk wilayah ini. Seluruh penghuni desa tersebut
diminta keluar lalu dikumpulkan kemudian militer Sebia melucuti senjata kaum Muslim.
Kaum wanita dan anak-anak dipisahkan dari kaum laki-laki. Wanita dan anak-anak
diperbolehkan pergi setelah barang-barang berharga miliknya dirampas, sementara kaum
10 Jean Paul Nunez, The Continuing Drama on Our Doorstep, The Tregedi of Bosnia: Confronting
the New World Disorder, (Swiss: Unit on Justice, Peace, and Creation World Council of Churches,
1994), 63.
11 Noel Malcolm, Op.cit, 238.
12 Alo Liliweri, Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur,
(Yogyakarta: LKiS, 2005), 13.
4

laki-laki digiring untuk dijejalkan ke dalam kamp konsentrasi yang telah disiapkan oleh etnis
Serbia. Sebagian besar kamp konsentrasi mulai dioperasikan sejak perang mulai berkecamuk,
yaitu sekitar bulan Juni 1992. Sebanyak 170 kamp ditemukan di seluruh Bosnia. Kamp
konsentrasi semula merupakan rumah-rumah penduduk, gedung-gedung pertemuan, dan
gudang pertanian yang dialihfungsikan sebagai kamp. Dua kamp terbesar tempat menahan
orang-orang Islam yaitu kamp Omarska dan kamp Trnopolje.
Eksekusi biasanya dilakukan pada tengah malam. Penjaga kamp memanggil secara
acak berdasarkan daftar nama para tahanan yang ada antara lima hingga sepuluh orang.
Eksekusi dalam jumlah besar dilakukan dengan mengangkut orang-orang Muslim Bosnia dari
kamp konsentrasi menuju pinggir lereng menggunakan truk. Sesampainya di tempat ini,
mereka segera ditembaki dari dalam truk. Mayatnya dibuang ke dalam jurang yang ada di
sekitar tempat eksekusi.13 Keberadaan kamp ini tidak pernah lama, para komandan kamp
akan segera menutupnya jika jumlah tawanan sudah menipis. Sebelum penutupan, komandan
kamp biasanya melakukan penghabisan terhadap sisa tawanan yang biasanya ditembak atau
diperintahkan untuk menggali parit untuk menguburkan mayat-mayat termaksud mayat
mereka sendiri.
Berbeda dengan laki-laki Muslim Bosnia, dalam Perang Bosnia Serbia pemerkosaan
dijadikan salah satu strategi perang terhadap wanita Muslim Bosnia. War rape masuk
kedalam konvensi genosida karena mempunyai tujuan untuk mengacaukan dan mencegah
kelahiran suatu etnik. Di Bosnia, yang menjadi target pemerkosaan tentara Serbia adalah para
perempuan dari etnis Muslim Bosnia.14 Hal ini bertujuan untuk menghilangkan etnik Muslim
Bosnia. Karena budaya di daerah Balkan pada saat itu jika perempuan dan laki-laki dari etnis
berbeda mempunyai seorang anak, anak tersebut akan mendapatkan nama keluarga serta etnis
dari sang bapak. Jadi jika perempuan Muslim Bosnia diperkosa oleh laki-laki Serbia-Bosnia,
maka anak yang lahir akan dikategorikan sebagai etnis Serbia-Bosnia walaupun sebenarnya
setengah keturunannya adalah Muslim Bosnia. Ideologi ini memainkan peranan penting
dalam pemerkosaan yang berubah menjadi senjata perang untuk melawan Muslim Bosnia.

13 T. Taufiqulhadi, Menembus Sarajevo (Jakarta: Puspa Swara, 1994), 103.


14 Blent Diken dan Carsten Bagge Lausten, Becoming Abject: Rape as a Weapon of War, Body &
Society 11 (2005): 115.
5

Menurut para saksi, pemerkosaan menjadi strategi perang Serbia yang sangat penting dan
diatur secara sistematis.15
Kamp yang digunakan perempuan Muslim Bosnia berbeda dengan laki-laki. Kamp
perempuan disebut juga rape camps karena di kamp itulah para wanita diperkosa secara
sistematis dan berulang hingga terbukti bahwa dia hamil. Rape camps ini beberapa terdapat di
kota Brcko, Dboj, Foca, Gorazde, Kalinobik, Vesegrad, Keatern, Luka, Manjaca, Osmarka
dan Tronopolje.16 Diperkirakan 25.000 sampai 50.000 wanita secara sistematis diperkosa
selama Perang Bosnia Serbia dan dilaporkan 20.000 dari perempuan tersebut hamil serta
lebih dari 5.000 bayi ditinggalkan di lereng bukut atau dibunuh setelah lahir.17 Bayi-bayi ini
banyak dibunuh dan dibuang karena wanita yang melahirkannya merasa bahwa mereka
adalah suatu aib dan tidak akan diterima dilingkungan mereka.
3. Penyelesaian Perang Bosnia Serbia
Penyelesaian untuk Perang Bosnia Serbia memang memakan waktu yang lama.
Perjanjian-perjanjian yang dibuat sebelumnya beberapa tidak disetujui oleh sebagian pihak
dan pada akhirnya tidak pernah dijalankan, beberapa sudah disepakati namun terdapat
pelanggaran yang dilakukan sehingga memicu perang kembali terjadi. Berikut beberapa
perjanjian yang berusaha dilakukan:
i. Rencana Vance-Owen
Akhir Oktober 1992, perwakilan Masyarakat Eropa dan PBB, Lord Owen dan Cyrus
Vance, membuat rincian proposal untuk penyelesaian secara politik. 18 Inti dari rencana VanceOwen adalah Bosnia dibagi menjadi sepuluh provinsi otonom yaitu tiga untuk Muslim, tiga
untuk Kroasia, tiga untuk Serbia, dan ibukota Sarajevo sebagai daerah netral. Semula Bosnia
tidak puas dengan rumusan Vance-Owen, namun meningat kondisinya yang semakin terjepit
15 Alexandra Stiglmayer, Mass Rape; The War Againts Women in Bosnia-Herzegovina (London:
University of Nebraska Press, 1994), 54.
16 Ibid, 112.
17 Allison Ruby Reid-Cunningham, Rape as a Weapon of Genocide, Genocide Studies and
Prevention: An International Journal 3 (2008): 282-283.
18 Noel Malcolm, Op.cit, 247.
6

Bosnia terpaksa menyetujui perjanjian ini. Bagi Bosnia pilihan untuk menandatangani VanceOwen lebih baik daripada harus melanjutkan perang tanpa senjata. 19 Etnis Serbia-Bosnia
justru berbalik menolaknya. Logikanya, mereka unggul dalam perang sehingga mereka harus
mendapatkan lebih banyak teritori dari yang diusulkan Vance-Owen. Mereka yakin bisa
memperoleh lebih banyak teritori dari yang diusulkan Vance-Owen dengan senjata yang
dimilikinya.
ii. Owen-Stoltenberg
PBB dengan bantuan negara-negara Barat kembali menawarkan rancangan
perdamaian setelah posisi Cyrus Vance digantikan Thorvald Stoltenberg, seorang diplomat
Norwegia. Owen bersama Stoltenberg mengusulkan pembubaran negara Bosnia. Sesuai
dengan nama perancangnya, rumusan ini dikenal dengan rencana perdamaian OwenStoltenberg. Rancangan ini akan memberikan Serbia sebanyak 53% dari wilayah Bosnia,
Muslim sebanyak 30%, dan Kroasia sebanyak 17%. Namun, Bosnia merasa keberatan dengan
perjanjian ini. Presiden Bosnia, Izetbegovic, menuntut tambahan wilayah di sekitar Sungai
Drina di barat laut, sebagian Foca di tenggara, sebagian Visegard, dan Brasmac di timur. 20
Namun, pihak Serbia dan Kroasia menolak usulan ini dan rancangan Owen-Stoltenberg pun
gagal.
iii. Kelompok Penghubung
Awal Mei 1994, Menteri Luar Negeri Amerika Warren Christoper berkunjung ke
London untuk menemui wakil ME dan Rusia dalam rangka pembentukan sebuah kelompok
mediator perdamaian. Kelompok mediator ini kemudian dikenal sebagai Contact Group atau
Kelompok Penghubung yang terdiri Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, dan Amerika. Rencana
perdamaian ini akan memberikan 51% wilayah kepada Federasi Muslim-Bosnia, sementara
sisanya sebesar 49% akan diberikan kepada Serbia-Bosnia. Serbia merasa sangat dirugikan
jika harus mengikuti pola pembagian ini. Para pemimpin Serbia-Bosnia menyelenggarakan
referendum terhadap warga Serbia-Bosnia untuk menerima atau menolak rencana Kelompok
Penghubung pada akhir Agustus 1994. Hasil referendum dapat diduga yakni penolakan
terhadap rencana ini.
19 Farid Gaban dan Zaim Uchrowi, Dor! Sarajevo: Sebuah Rekaman Jurnalistik Nestapa Muslim
Bosnia (Bandung: Mizan, 1993), 162.
20
7

iv. Perjanjian Dayton


Bersamaan dengan gencarnya serangan udara NATO yang dilakukan sekitar bulan
Agustus dan September 1995, kelompok kontak menyelenggarakan perundingan damai di
Jenewa yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Yugoslavia (Serbia-Montenegro), Kroasia,
dan Bosnia. Perundingan Jenewa ini kembali menegaskan pembagian wilayah Bosnia sebesar
51% untuk federasi Muslim-Kroasia dan siasanya sebesar 49% untuk Serbia-Bosnia. Richard
Holbrooke, utusan AS untuk urusan perundingan damai Bosnia, berupaya memanfaatkan
momentum serangan udara NATO ini untuk mengadakan perundingan maraton di Jenewa,
New York, dan Dayton/Ohio. Setelah dilakukan diskusi secara intensif, sebuah kesepakatan
diumumkan pada tanggal 21 November 1995 di Dayton, Amerika Serikat. Hasil perundingan
tersebut ditandatangani di Perancis tanggal 14 Desember 1995.21
Setelah perang usai, beberapa petinggi-petinggi Serbia banyak yang ditangkap dan
diadili di Pengadilan Internasional salah satunya adalah Slobodan Milosevic dan Radovan
Karadzic. Pada tahun 2006, Milosevic sedang menjalani proses pengadilan dengan dakwaan
sebagai penjahat perang di Mahkamah Kejahatan Perang, Den Haag, setelah akhirnya
ditemukan meninggal di dalam sel tahanannya. Proses pengadilan terhadap Milosevic yang
berusia 64 tahun beberapa kali terhenti karena kondisi kesehatannya. Slobodan Milosevic
diadili dengan dakwaan bertanggungjawab atas kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan dan
pembantaian massal semasa perang di Balkan. Milosevic ditahan sejak Juni 2001, proses
pengadilan dimulai di Den Haag Februari 2002.22
Sedangkan Radovan Karadzic pada Maret 2016 silam dihukum 40 tahun penjara oleh
Pengadilan Kejahatan Perang PBB. Karadzic yang saat ini berumur 70 tahun, terbukti
bersalah atas 10 dari 11 dakwaan antara lain antara lain pembunuhan massal atau genosida,
pemusnahan, pengusiran paksa dan kejahatan atas kemanusiaan.23 Karadzic yang
bersembunyi selama lebih dari 10 tahun ini mengakui semua perbuatannya di pengadilan

21 Laura Silber dan Allan Little, Op.cit, 268.


22 Milosevic Meninggal di Penjara, DW, diakses pada 26 Mei, 2016,
http://www.dw.com/id/milosevic-meninggal-di-penjara/a-2935456.
23 Karadic dipenjara 40 tahun karena genosida, BBC Indonesia, diakses pada 26 Mei, 2016,
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/03/160324_dunia_karadzic.
8

tetapi menolak untuk bertanggung jawab. Dia bilang semua yang dilakukannya pada saat itu
adalah untuk melindungi etnis Serbia-Bosnia.
DAFTAR PUSTAKA
Books
Gaban, Farid dan Zaim Uchrowi. Dor! Sarajevo: Sebuah Rekaman Jurnalistik Nestapa Muslim
Bosnia. Bandung: Mizan, 1993.
Ibrahim, Qasim A. dan Muhammad A. Saleh. Buku Pintar Sejarah Islam. Jakarta: Penerbit Zaman,
2014.
Jemadu, Aleksius. Politik Global; Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.
Liliweri, Alo. Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta:
LKiS, 2005.
Malcolm, Noel. Bosnia A Short History. London: Papermac, 2002.
Nunez, Jean Paul. The Continuing Drama on Our Doorstep The Tregedi of Bosnia: Confronting the
New World Disorder. Swiss: Unit on Justice, Peace and Creation World Council of Churches,
1994.
Silber, Laura dan Alan Little. The Death of Yugoslavia. London: BBC, 1995.
Taufiqulhadi, T. Menembus Sarajevo. Jakarta: Puspa Swara, 1994.
Walgito. Kejatuhan Kekuasaan Rezim Milosevic. Yogyakarta: UGM Press, 2001.

Journals
Diken, Bulent Diken dan Carsten Bagge Lausten. Becoming Abject: Rape as a Weapon of War.
Body & Society, 2005: 115.
Reid-Cunningham, Allison Ruby. Rape as a Weapon of Genocide. Genocide Studies and
Prevention: an International Journal, 2008: 282-283.
Website
History. t.thn. http://www.history.com/topics/bosnian-genocide (diakses May 24, 2016).
News
BBC Indonesia. 24 March 2016.
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/03/160324_dunia_karadzic (diakses May 26,
2016).

DW. 12 March 2006. http://www.dw.com/id/milosevic-meninggal-di-penjara/a-2935456 (diakses May


26, 2016).

10

Anda mungkin juga menyukai