Oleh
CAHYO WIDODO
H24104071
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
CAHYO WIDODO
H24104071
RINGKASAN
ABSTRAK
Tingkat struktur modal yang merupakan bagian dari keputusan pendanaan
yang merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan nilai perusahaan.
Keputusan mengenai struktur modal yang optimal harus mempertimbangkan
perimbangan antara tingkat risiko dan manfaat. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis pengaruh antara ukuran perusahaan (SIZE), pertumbuhan aktiva
(GROWTH), struktur aktiva (STR_A), profitabilitas (ROA) dan pertumbuhan
penjualan (SALES) terhadap struktur modal (LDER) baik secara simultan maupun
parsial pada perusahaan sektor pertambangan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011. Sampel diambil dengan
: Cahyo Widodo
NIM
: H24104071
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh:
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 06 Maret 1988 sebagai anak dari
Bapak Darmaji Dwiyanto dan Ibu Dwi Susilorini. Penulis adalah putra pertama
dari dua bersaudara. Masa pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak
Kemala Bhayangkari 42 Pati, kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar (SD)
Negeri Taman Sari 02 Pati dan lulus pada tahun 2000, pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 03
Pati. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 02 Pati. Penulis lulus SMA tahun 2006 dan diterima melanjutkan
pendidikan di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program
Keahlian Akuntansi melalui jalur PMDK dan berhasil lulus pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis sempat bekerja di perusahaan rekanan PT
Pertamina sebagai staf keuangan hingga tahun 2012. Tahun 2010 penulis
melanjutkan jenjang pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen,
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor. Di luar aktivitas perkuliahan, pada tahun 2012 penulis dilibatkan sebagai
tenaga survey dan sosialisasi sensus pajak nasional yang merupakan program
tahunan Direktorat Jenderal Pajak dalam kurun waktu enam bulan. Selain itu,
penulis juga telah mengikuti beberapa training yang berhubungan dengan
manajemen.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
membuat segala sesuatu indah tepat pada waktunya dan yang telah melimpahkan
rahmat, kasih dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan
pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi dalam skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan
saran, kritik dan segala bentuk pengarahan yang bersifat membangun dari semua
pihak yang dapat ditujukan untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang membacanya serta mampu
berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
manajemen keuangan.
Penulis
iv
2.
Farida Ratna Dewi, S.E., M.M., sebagai dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk dapat memberikan
bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3.
Dr. Ir. Mamun Sarma, M.S., M.Ec., selaku dosen wali penulis selama
menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen IPB.
4.
Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, M.Si., dan Yusrina Permatasari, S.Sos., M.E.,
selaku dosen penguji, terima kasih atas waktu, penilaian, saran, nasihat serta
kesediaannya dalam menghadiri ujian sidang skripsi.
5.
6.
Ayahanda Darmaji Dwiyanto dan Ibunda Dwi Susilorini tercinta yang telah
melahirkan, merawat dan membesarkan aku dengan setiap tetes peluh atas
kerja keras dan untaian doa serta harapan yang tak pernah sedikitpun padam
dalam hidupku. Terima kasih Ayah, Ibu.
7.
Novita Sintya Dewi, adikku tersayang, yang selalu menjadi motivasi bagi
setiap kami dalam keluarga untuk selalu berusaha dan berjuang untuk
memberikan yang terbaik. Im proud of you my little sister.
8.
ternilai dalam hidup ini, baik suka maupun duka. Selalu ada dan akan tetap
ada. Lets enjoy our time together.
9.
Keluarga besar Ayah dan Ibuku serta keluarga besar Dyas Semiartya Kristi
terima kasih atas dukungan baik moral maupun materi selama ini.
10. Teman satu bimbingan, Chinderaka Yulandita, Sri Rahayu, dan Irvan Sandy
atas bantuan serta dukungannya dalam setiap proses meraih kelulusan.
11. Abed Ago, Aira, Andi Pebriananta, Choirul Azis, Condro Yas, Dian
Puspitaning, Dhenta, Dicky Wisnu, Erick, Lek Anto, Mbak Endah, Onoth
Tono, Ook, Pewe, Proboniscoyotiwi, Ragil, Rhieno, Tia, Reza Ramadhany
(teman bergadang dan diskusi selama proses penulisan skripsi), Pras, serta
seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
IPB.
12. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
IPB.
13. Warga maupun alumni kost Cidangiang 21 serta semua pihak yang telah
membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, hanya doa dan ucapan syukur yang dapat penulis panjatkan
semoga Allah berkenan membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara, Sahabat
dan teman-teman sekalian.
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
vii
Kesimpulan ................................................................................................... 74
Saran............................................................................................................... 75
viii
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
ix
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
xi
I. PENDAHULUAN
41.162,5
40.000,0
32.818,9
35.000,0
30.000,0
25.000,0
19.784,7
20.000,0
10.480,9
10.000,0
5.000,0
6.899,2
3.075,0
0,0
2010
2011
2012
sampai dengan 2012 dengan porsi rata-rata mencapai 12,83 % setiap tahunnya.
Peningkatan nilai realisasi investasi, jumlah perusahaan serta besarnya nilai
kapitalisasi pasar merupakan bukti bahwa bahwa sektor pertambangan masih
memiliki peluang besar sebagai salah satu sektor usaha yang akan terus
berkembang di masa yang akan datang.
3,000
2,485
2,500
2,000
1,267
1,500
0,949
1,000
0,500
0,750
LDER
0,471
0,176
0,000
bahwa
masing-masing
perusahaan
memiliki
strategi
dan
dan Houston (2001) berpendapat bahwa penentuan tingkat struktur modal optimal
bukan merupakan ilmu pasti, bersifat dinamis serta tidak bisa ditentukan secara
tepat. Karena itu meskipun perusahaan-perusahaan berada dalam industri yang
sama, seringkali mempunyai struktur modal yang sangat berbeda.
Potensi pertumbuhan investasi pada perusahaan sektor pertambangan yang
cukup baik serta karakteristik struktur modal yang dinamis dan bervariasi pada
perusahaan sektor pertambangan menjadi dasar pemikiran peneliti untuk
melakukan
penelitian
dengan
judul
Analisis
Faktor-Faktor
yang
menyebutkan bahwa nilai perusahaan pada dasarnya sama dengan nilai pasar
saham ditambah nilai pasar hutang. Apabila besarnya nilai hutang konstan maka
setiap peningkatan nilai saham dengan sendirinya akan meningkatkan nilai
perusahaan. Namun, bila nilai hutang berubah, maka struktur modal akan berubah
pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan bagi pemegang
saham jika nilai perusahaan meningkat. Setiap fungsi manajemen keuangan harus
mempertimbangkan tujuan perusahaan yaitu dengan mengoptimalkan kombinasi
tiga kebijakan keuangan yang mampu meningkatkan nilai kekayaan bagi para
pemegang saham.
Beberapa pandangan, diantaranya Brigham dan Houston (2001), Brealey at
al. (2008), Horne dan Wachowicz (1998), dan Husnan (2000) menyatakan bahwa
peningkatan nilai kekayaan bagi pemegang saham dapat direfleksikan oleh
peningkatan harga saham. Secara mendasar tujuan pemaksimalan kekayaan para
pemegang saham secara rasional yaitu mampu menunjukkan operasi bisnis
perusahaan melalui alokasi sumber daya secara efisien, dengan asumsi bahwa
manajemen keuangan harus melalui pertimbangan kebijakan keuangan sesuai
perencanaan dan pengendalian secara efektif dan efisien (costefectiveness),
dengan tetap mencermati kondisi ekonomi secara makro mengarah pada
pemaksimalan kekayaan para pemegang saham.
2.2. Struktur Modal
Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang kompleks
karena berhubungan dengan variabel keputusan keuangan yang lainnya. Manajer
keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami
hubungannya dengan risiko, pengembalian dan nilai perusahaan. Kesalahan dalam
membuat keputusan struktur modal dapat menimbulkan biaya modal yang cukup
besar bagi perusahaan. Sebaliknya, keputusan struktur modal yang efektif dapat
meminimisasi biaya modal sehingga mampu berkontribusi dalam meningkatkan
nilai perusahaan dan meningkatkan porsi laba bagi pemilik perusahaan.
Neraca perusahaan (balance sheet) terdiri dari dua sisi yaitu sisi aktiva yang
mencerminkan struktur kekayaan dan sisi pasiva sebagai struktur keuangan.
Struktur modal didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi hutang jangka
panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan oleh
10
Modal Hutang
Modal hutang merupakan semua pinjaman jangka panjang yang
diperoleh perusahaan baik dengan cara negosiasi dengan lembaga keuangan
maupun dengan menjual obligasi. Biaya modal pinjaman jangka panjang
relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan pendanaan dengan
penerbitan saham. Hal ini disebabkan karena kreditur memperoleh risiko
yang paling kecil atas segala jenis modal jangka panjang, seperti:
a. Pemegang pinjaman memiliki prioritas terhadap pembayaran bunga
atas pinjaman atau terhadap aset yang akan dijual untuk membayar
hutang.
b. Pemegang
modal
pinjaman
memiliki
kekuatan
hokum
atas
11
ii.
iii.
iv.
12
ii.
13
14
Struktur modal yang tidak optimal akan menimbulkan biaya modal yang
terlalu besar. Semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal maka akan
menimbulkan biaya hutang yang besar pula. Perusahaan yang memenuhi
kebutuhan dananya dengan mengutamakan sumber dana yang berasal dari dalam
perusahaan atau sumber internal akan dapat mengurangi ketergantungannya
kepada pihak luar. Namun, bila kebutuhan dana perusahaan semakin meningkat
karena faktor seperti pertumbuhan perusahaan dan semua sumber dana internal
sudah digunakan, maka perusahaan tidak mempunyai pilihan lain selain
menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan baik dari hutang (debt
financing) atau dapat juga dengan mengeluarkan saham baru (external equity
financing).
Ang (1997) berpendapat bahwa setelah struktur modal ditentukan, maka
perusahaan akan menggunakan dana yang diperoleh tersebut untuk mendanai
aktivitas investasi perusahaan. Aktivitas investasi perusahaan dikatakan
menguntungkan jika return yang diperoleh dari hasil investasi tersebut lebih besar
daripada biaya modal (cost of capital), dimana biaya modal ini merupakan ratarata tertimbang dari biaya pendanaan (cost of funds) yang terdiri dari biaya
(bunga) pinjaman dan biaya modal sendiri. Biaya modal sendiri terdiri dari
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa dan saham preferen.
Sedangkan biaya pinjaman merupakan biaya bunga bersih (setelah dikurangi tarif
pajak). Besarnya biaya modal itulah yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
dalam menentukan komposisi hutang dan modal sendiri yang akan digunakan oleh
perusahaan.
2.4. Teori Struktur Modal
Weston dan Brigham (1996) menyatakan bahwa teori struktur modal adalah
teori yang menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap
nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang
konstan. Nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan, 2000). Teori struktur modal telah
banyak dikemukakan oleh para peneliti terdahulu, berikut ini akan diuraikan
mengenai teori-teori tersebut:
15
16
yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar
pajak penghasilan yang lebih kecil. Karena menghemat membayar pajak
merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka nilai perusahaan yang
menggunakan hutang akan lebih besar dari nilai perusahaan yang tidak
menggunakan hutang.
Perlakuan
yang
berbeda
ini
mendorong
perusahaan
untuk
17
Hasil studi MM lainnya yang tidak realistis juga terdapat pada asumsi
yang menyatakan bahwa tidak ada biaya kebangkrutan. Namun, dalam
prakteknya, biaya kebangkrutan bisa sangat mahal. Perusahaan yang
bangkrut mempunyai biaya hukum dan akuntansi yang sangat tinggi untuk
proses likuidasi aktivanya, serta sulit menahan pelanggan, pemasok dan
karyawan. Masalah yang terkait kebangkrutan cenderung muncul apabila
perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dalam struktur modalnya
(Brigham dan Houston, 2001). Apabila biaya kebangkrutan semakin besar,
biaya modal hutang juga akan semakin tinggi karena pemberi pinjaman akan
membebankan bunga yang tinggi serta syarat-syarat yang lebih ketat pada
kontrak pinjaman sebagai kompensasi kenaikan risiko kebangkrutan. Oleh
karena itu, dijelaskan dalam teori yang selanjutnya bahwa perusahaan akan
terus menggunakan hutang apabila manfaat hutang (penghematan pajak dari
hutang) masih lebih besar dibandingkan dengan biaya kebangkrutan. Jika
biaya kebangkrutan lebih besar dibandingkan dengan penghematan pajak
dari hutang, perusahaan akan menurunkan tingkat hutangnya. Dengan
demikian, struktur modal yang optimal terjadi pada saat tambahan
penghematan pajak sama dengan tambahan biaya kebangkrutan.
2.4.2 Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976
(Horne dan Wachowicz, 1998), Teori keagenan (agency theory) membahas
tentang adanya hubungan keagenan antara prinsipal dan agen. Hubungan
keagenan adalah sebuah kontrak di mana satu atau lebih prinsipal menyewa
orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka
yang biasanya berkaitan dengan pendelegasian beberapa wewenang dalam
pembuatan keputusan
kepada agen.
yang
memberikan mandat kepada agen, dalam hal ini yaitu pemegang saham
(pemilik perusahaan). Sedangkan yang disebut agen adalah pihak yang
mengerjakan mandat dari prinsipal, yaitu manajemen yang mengelola
perusahaan.
Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan
mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat
18
atau
tujuan-tujuan
prinsipal
dan
agen
saling
berlawanan dan merupakan hal yang sulit bagi prinsipal untuk melakukan
verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua, adalah
masalah pembagian dalam menanggung resiko yang timbul dimana
prinsipal dan agen memiliki sikap berbeda terhadap resiko. Inti dari
19
maka
manajemen
cenderung
membuat
keputusan
yang
mementingkan
dirinya
sendiri
(self
interest),
memiliki
20
b.
Asumsi keorganisasian.
Asumsi keorganisasian menekankan bahwa adanya konflik antar
anggota organisasi dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan
agen.
c.
Asumsi informasi.
Asumsi informasi menekankan bahwa informasi sebagai barang
komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan ada tiga jenis biaya
keagenan yaitu:
a.
Monitoring cost
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh
prinsipal untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur,
mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Contohnya adalah biaya
audit dan biaya untuk menetapkan rencana kompensasi manajer,
pembatasan anggaran, dan aturan-aturan operasi.
b.
Bonding cost
Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agen untuk
menetapkan dan mamatuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen
akan bertindak untuk kepentingan prinsipal. Contohnya adalah biaya
yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan laporan keuangan
kepada pemegang saham.
c.
Residual loses
Residual loses timbul dari kenyataan bahwa tindakan agen
kadang
kala
berbeda
dari
tindakan
yang
memaksimumkan
kepentingan prinsipal.
Menurut Wahidahwati (2002) dalam Dewani (2010), ada beberapa
alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu :
a.
21
b.
c.
d.
sudah
lebih
besar,
maka
tambahan
hutang
sudah
tidak
22
23
yang
berkaitan
dengan
kebangkrutan
dan
keagenan.
24
b.
c.
25
penggunaan
hutang
adalah
biaya
bunga
mengurangi
penghasilan kena pajak sehingga biaya hutang relatif menjadi lebih rendah,
kreditor hanya mendapat biaya bunga yang relatif bersifat tetap. Sehingga
kelebihan maupun keuntungan penerimaan merupakan klaim bagi pemilik
perusahaan. Weston dan Brigham (1996) mengatakan bahwa kelemahan
penggunaan hutang adalah karena semakin tinggi penggunaan hutang akan
meningkatkan technical insolvency, sehingga bila bisnis perusahaan tidak
dalam keadaan yang baik, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak
cukup untuk menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilik perusahaan
berkurang. Pada kondisi yang sangat ekstrim, perusahaan akan terancam
kebangkrutan.
2.4.4 Asymmetric Information Theory
Model asymmetric information ini menjelaskan bahwa terjadi
perbedaan tingkat informasi antara pihak manajemen (insiders) dan pihak
pemodal (outsiders) yaitu pihak manajemen mempunyai informasi yang
lebih banyak daripada pihak pemodal sehingga insiders bertindak sebagai
penyampai informasi mengenai nilai perusahaan pada outsiders. Asymmetric
information atau ketidaksamaan informasi menurut Brigham dan Houston
(2001) dan (Husnan, 2000) adalah situasi dimana manajer memiliki
informasi yang berbeda (lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada
yang dimiliki investor. Dengan demikian, pihak manajemen mungkin
berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal).
Dalam situasi ini, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik
menawarkan saham baru sehingga saham dapat dijual dengan harga yang
lebih mahal dari yang seharusnya yang tentunya akan memberikan
pengembalian yang lebih besar daripada biasanya. Tetapi pemodal akan
menafsirkan kalau perusahaan menawarkan saham baru, salah satu
kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang terlalu mahal yaitu
sesuai dengan persepsi pihak manajemen. Sebagai akibatnya, para pemodal
akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang lebih rendah.
Oleh sebab itu, emisi saham baru akan menurunkan harga saham.
26
27
mengetahui
rahasia
informasi
perusahaan
selama
proses
28
yang paling disukai. Menurut Brealey and Myers (2008), secara singkat
teori ini menyatakan bahwa:
a.
b.
c.
d.
1992. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa dalam bentuk yang paling
sederhana, pecking order model dalam pendanaan perusahaan menjelaskan
bahwa ketika arus kas internal perusahaan tidak cukup untuk mendanai
29
investasi riil dan dividen, perusahaan akan menerbitkan hutang. Saham tidak
akan pernah diterbitkan, kecuali biaya financial distrees perusahaan tinggi.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan yang sangat
menguntungkan pada umumnya mempunyai hutang yang lebih sedikit. Hal
ini terjadi bukan karena perusahaan tersebut mempunyai target debt ratio
yang rendah, tetapi disebabkan karena perusahaan memang tidak
membutuhkan dana dari pihak eksternal (Brealey et al. 2008). Sesuai
dengan teori ini, tidak ada target rasio hutang, karena ada dua jenis modal
sendiri yang preferensinya berbeda, yaitu laba ditahan (dipilih lebih dahulu)
dan penerbitan saham baru (dipilih paling akhir setelah penggunaan hutang).
Rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana
untuk investasi.
Perusahaanperusahaan
yang
kurang
profitable
cenderung
mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak
mencukupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang
lebih disukai dibanding menerbitkan ekuitas baru. Kaaro (2003) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa dana internal lebih disukai dari dana
eksternal karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu
mencari sumber pendanaan dari pemodal luar atau pihak eksternal
perusahaan. Sumber dana yang dapat diperoleh tanpa mendapatkan sorotan
dan publisitas publik sebagai akibat penerbitan saham baru akan lebih
diutamakan oleh perusahaan.
Menurut Husnan (2000), Terdapat dua alasan mengapa dana eksternal
lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri, yaitu:
a.
b.
30
31
3. Leverage Operasi
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang
lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan
karena perusahaan dengan leverage operasi lebih kecil akan mempunyai
tingkat risiko bisnis yang lebih kecil.
4. Tingkat Pertumbuhan (Aktiva)
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat
harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya
penerbitan penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk
penerbitan surat hutang sehingga mendorong perusahaan untuk lebih banyak
mengandalkan hutang. Namun pada saat yang sama perusahaan yang
tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar,
yang cenderung untuk mengurangi keinginan untuk menggunakan hutang.
5. Profitabilitas
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang relatif
kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun
penjelasan praktis atas pernyataan ini adalah perusahaan yang sangat
menguntungkan memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan
hutang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan mereka untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang
dihasilkan secara internal.
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan
perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang
terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, semakin tinggi tarif pajak
perusahaan, semakin besar manfaat penggunaan hutang.
7. Pengendalian
Posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal
perusahaan. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak suara untuk
mengendalikan perusahaan (mempunyai saham lebih dari 50%) tetapi sama
sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka
32
33
34
1. Tingkat Bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal
adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu
itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang
akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi.
2. Stabilitas dari Earnings
Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu
dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan
modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak
stabil dan unpredictable akan menanggung resiko tidak dapat membayar
beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk.
3. Susunan dari Aktiva
Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari
modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri,
sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu,
perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar akan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka
pendek.
4. Kadar Resiko dari Aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah
tidak sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva
didalam
perusahaan,
semakin
besar
derajat
resikonya.
Dengan
secara
bersama-sama,
sedangkan
bagi
perusahaan
yang
35
36
Variabel Penelitian
Independen: Ukuran
Perusahaan, Risiko
Bisnis, Pertumbuhan
Aktiva, Profitabilitas,
dan Struktur
Kepemilikan.
Dependen: Struktur
Modal.
2 Attaulah Shah
dan Safiullah
Khan (2007)
Independen:
Tangibility, Size,
Growth, Profitability,
Earning Volatility dan
Depreciation.
Dependen: Capital
Structure.
3 Muhammad
Rafiq, Asif Iqbal
dan Muhammad
Atiq (2008)
Independen:
Profitability,
Tangibility, Size,
Growth, Income
Variation dan Nondebt Tax Shield.
Dependen: Capital
Structure.
4 Andi Kartika
(2009)
Independen: Risiko
Bisnis, Struktur
Aktiva, Profitabilitas,
dan Ukuran
Perusahaan.
Dependen: Struktur
Modal.
Hasil Penelitian
Secara simultan: variabel
independen mempengaruhi struktur
modal dengan koefisien
determinasi sebesar 85,3%. Secara
parsial: ukuran perusahaan,
pertumbuhan aktiva, profitabilitas,
struktur kepemilikan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Risiko risnis
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap struktur modal.
Secara parsial: Tangibility
berhubungan positif dan signifikan
terhadap capital structuredengan
koefisien determinasi sebesar
25,9%. Secara parsial: Growth,
profitability berhubungan negatif
dan signifikan terhadap struktur
modal. Size, earning, volatility dan
depreciation tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
Secara simultan: variabel
independen berpengaruh terhadap
capital structure dengan koefisien
determinasi sebesar 90,8%. Secara
parsial: Size, non-debt tax shield,
income variation dan growth
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap capital structure.
Profitability berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap capital
structure. Tangibility tidak
berpengaruh terhadap capital
structure.
Secara simultan: variabel
independen berpengaruh terhadap
struktur modal dengan koefisien
determinasi yang disesuaikan
sebesar 32,8%. Secara parsial:
Struktur aktiva dan ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan
Profitabilitas berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal.
Risiko bisnis tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
37
Lanjutan Tabel 1.
No. Nama Peneliti
5 Dilek Teker,
Ozlem
Tasseven, Ayca
Tukel (2009)
6 Endang Sri
Utami (2009)
7 Farah
Margaretha dan
Aditya Rizky
Ramadhan
(2010)
Variabel Penelitian
Independen:
Tangibility, Size,
Growth Opportunities,
Return on Assets,
Profit Margin on
Sales dan Non-debt
Tax Shield. Dependen:
Capital Structure.
Hasil Penelitian
Secara simultan: variabel
independen berpengaruh terhadap
struktur modal dengan koefisien
determinasi yang disesuaikan
sebesar 10,2%. Secara parsial:
ROA dan tangibility assets
berpengaruh positif signifikan
terhadap capital structure dengan
koefisien determinasi yang
disesuaikan sebesar 10,2%. Nondebt tax shield, profit margin on
sales berpengaruh negatif
signifikan terhadap capital
structure. Size dan growth tidak
berpengaruh terhadap capital
structure.
Independen: Ukuran
Secara simultan: variabel
Perusahaan, Risiko
independen berpengaruh terhadap
Bisnis, Tingkat
struktur modal dengan koefisien
Pertumbuhan, Struktur determinasi yang disesuaikan
Aktiva, Profitabilitas. sebesar 36,5%. Secara parsial:
Dependen: Struktur
Struktur aktiva dan profitabilitas
Modal
berpengaruh terhadap struktur
modal. Ukuran perusahaan, risiko
bisnis dan tingkat pertumbuhan
tidak berpengaruh terhadap struktur
modal.
Independen: Size,
Secara simultan: variabel
Tangibility Assets,
independen berpengaruh terhadap
Profitability,
struktur modal. Secara parsial: Size,
Liquidity, Growth,
tangibility, berpengaruh terhadap
Non Debt Tax Shield, capital structure. Profitability,
Age, Invesment.
liquidity, growth, non-debt tax
Dependen: Capital
shield dan age tidak berpengaruh
Structure.
terhadap capital structure.
Independen:
Secara simultan: variabel
Pertumbuhan Aktiva,
independen berpengaruh terhadap
Struktur Aktiva,
struktur modal. Secara parsial:
Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan aktiva dan struktur
Risiko Bisnis,
aktiva berpengaruh positif dan
Dividen, Profitabilitas. Profitabilitas aktiva berpengaruh
Dependen: Struktur
negatif signifikan terhadap struktur
Modal.
modal. Ukuran perusahaan, risiko
bisnis, dividen tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
38
Lanjutan Tabel 1.
No. Nama Peneliti
9 Nina Febriyani,
Ceacilia
Srimindarti
(2010)
Variabel Penelitian
Independen: Struktur
Aktiva, Peluang
Pertumbuhan,
Profitabilitas, dan
Ukuran Perusahaan.
Dependen: Struktur
Modal.
10 Talat Afza,
Amer Hussain
(2011)
Independen: Size,
Profitability,
Tangibility of Assets,
Cost of Debt, Taxes,
Liquidity, Non-debt
Tax Shield. Dependen:
Capital Structure.
11 Tariq Naeem
Awan, Majed
Rashid,
Muhammad Ziaur-rehman
(2011)
Independen: Size,
Profitability,
Tangibility dan
Growth. Dependen:
Capital Structure.
Hasil Penelitian
Secara simultan: variabel
independen berpengaruh
terhadap struktur modal
dengan koefisien determinasi
yang disesuaikan sebesar
66,5%. Secara parsial: Struktur
aktiva, profitabilitas, ukuran
perusahaan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
struktur modal. Peluang
pertumbuhan tidak
berpengaruh terhadap struktur
modal.
Secara simultan: variabel
independen signifikan
mempengaruhi struktur modal
dengan tingkat koefisien
determinasi yang disesuaikan
sebesar 49,5%. Secara parsial:
Taxes, non-debt tax shield,
liquidity, cost of debt
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap capital
structure. Size berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
capital structure. Tangibility
dan profitability tidak
berpengaruh terhadap capital
structure.
Secara simultan: Variabel
independen mempengaruhi
capital structure dengan
koefisien determinasi sebesar
46%. Secara parsial:
Tangibility berpengaruh positif
dan signifikan terhadap capital
structure. Profitability
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap capital
structure. Growth dan size
tidak berpengaruh terhadap
capital structure.
39
Lanjutan Tabel 1.
No. Nama Peneliti
Variabel Penelitian
12 Glenn Indrajaya, Independen: Struktur
Herlina dan Reni Aktiva, Ukuran
Setiadi (2011)
Perusahaan,
Profitabilitas, Risiko
Bisnis, dan tingkat
pertumbuhan.
Dependen: Struktur
Modal.
13 Friska Firnanti
(2011)
Independen: Size,
Profitabilitas, Risiko
Bisnis, Time Interest
Earned, Pertumbuhan
Aktiva. Dependen:
Struktur Modal.
14 Seftianne (2011)
Independen:
Profitabilitas,
Likuiditas, Ukuran
Perusahaan, Risiko
Bisnis, Growth
Opportunity,
Kepemilikan
Manajerial dan
Struktur Aktiva.
Dependen: Struktur
Modal.
Hasil Penelitian
Secara simultan: variabel
independen berpengaruh
signifikan terhadap struktur
modal dengan koefisien
determinasi yang disesuaikan
sebesar 46,4%. Secara parsial:
Struktur aktiva, ukuran
perusahaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap struktur
modal. Profitabilitas
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur
modal. Risiko bisnis dan tingkat
pertumbuhan tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
Secara simultan: variabel
independen berpengaruh
signifikan terhadap struktur
modal dengan koefisien
determinasi yang disesuaikan
sebesar 56,4%. Secara parsial:
Time interest earned dan
pertumbuhan aktiva
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur
modal. Profitabilitas
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur
modal. Risiko bisnis dan size
tidak berpengaruh terhadap
struktur modal.
Secara simultan: variabel
independen mempengaruhi
struktur modal. Secara parsial:
Ukuran perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Growth
opportunity berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur
modal. Profitabilitas, likuiditas,
risiko bisnis, kepemilikan
manajerian dan struktur aktiva
tidak berpengaruh terhadap
struktur modal.
40
Lanjutan Tabel 1.
No. Nama Peneliti
15 Ratri Dian
Hestuningrum
dan Darsono
(2012)
Variabel Penelitian
Independen:
Profitabilitas,
Likuiditas, Price
Earning Ratio, Size,
Struktur Aktiva dan
Growth. Dependen:
Struktur Modal.
Independen: Ukuran
Perusahaan,
Likuiditas,
Profitabilitas, Risiko
Bisnis, Pertumbuhan
Penjualan, Struktur
Aktiva, Rasio Hutang.
Dependen: Rasio
Hutang.
Hasil Penelitian
Secara simultan: variabel
independen berpengaruh
terhadap struktur modal dengan
koefisien determinasi yang
disesuaikan sebesar 45,5%.
Secara parsial: Ukuran
perusahaan dan perumbuhan
perusahaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap struktur
modal. Profitabilitas, likuiditas,
dan struktur aktiva berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
struktur modal. Price earning
ratio tidak berpengaruh terhadap
struktur modal.
Secara simultan: variabel
independen berpengaruh
terhadap struktur modal dengan
koefisien determinasi yang
disesuaikan sebesar 25,1%.
Secara parsial: Ukuran
perusahaan dan rasio hutang
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap rasio hutang.
Risiko bisnis berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
rasio hutang. Likuiditas,
profitabilitas, pertumbuhan
penjualan dan struktur aktiva
tidak berpengaruh terhadap rasio
hutang.
41
Laba Rugi
Neraca
Profitabilitas (X4)
Pertumbuhan Penjualan (X5)
Hasil Analisis
Rekomendasi
potesis
3.2. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan singkat
yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan uraian semetara dari
permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis akan diterima jika
42
hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu
pula sebaliknya.
Berdasarkan telaah pustaka dan hasil penelitian terdahulu, maka hubungan
antara faktor-faktor yang diduga mempengaruhi struktur modal yang menjadi
hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara simultan (bersama-sama):
Hipotesis pertama:
H0
H1
(SALES)
secara
bersama-sama
berpengaruh
H1
Hipotesis ketiga:
H0
H1
: Pertumbuhan
terhadap
H1
43
Hipotesis kelima:
H0
H1
Hipotesis keenam:
H0
H1
: Pertumbuhan
penjualan
(SALES)
berpengaruh
terhadap
2.
............... (1)
44
ukuran
perusahaan
diproksikan
dengan
total
aktiva
GROWTH =
........ (3)
(1996)
menyatakan
struktur
aktiva
mencerminkan
.... (4)
45
d. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas perusahaan dihitung untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan total aktiva (keputusan investasi) perusahaan
menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak. Ukuran profitabilitas
pada penelitian ini mengacu pada Mardiyanto (2009) dalam
menghitung profitabilitas perusahaan sebelum dipengaruhi oleh biaya
bunga dan pajak.
.................. (5)
ROA =
e. Pertumbuhan Penjualan (SALES)
sebelumnya
(t-1).
Dalam
penelitian
ini
pengukuran
.... (6)
46
2.
47
3.
Mempublikasikan
laporan
keuangan
periodik
selama
periode
: Konstanta
48
1,2,3,4,5
X1
: Ukuran Perusahaan
X2
: Pertumbuhan Aktiva
X3
: Struktur Aktiva
X4
: Profitabilitas
X5
: Pertumbuhan Penjualan
regresi
bisa
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
49
b.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan jika tidak berhati-hati
dalam mengartikulasian hasil visual dari analisis grafik. Oleh sebab itu
dianjurkan selain menggunakan uji grafik dilengkapi juga dengan uji
statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
variabel independen dan variabel dependen adalah uji statistik Kolgomorov
Smirnov (K-S), yaitu :
a.
b.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas
merupakan
fenomena
adanya
korelasi
yang
praktis
yang
timbul
sebagai
akibat
adanya
ii.
Memiliki nilai VIF lebih dari 10 (lebih besar 10) dan nilai
tolerance kurang dari 0,10 (lebih kecil 0,10), maka model terjadi
problem multikolinearitas.
catatan: Tolerance = 1/ VIF atau VIF = 1/ Tolerance.
50
b.
ii.
korelasi
tinggi
dengan
model
regresi
dan
iv.
Menggunakan
mempunyai
model
korelasi
dengan
tinggi
variabel
hanya
independen
sematamata
yang
untuk
3. Uji Autokorelasi
51
Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada
autokorelasi.
b.
Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound
(dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada
autokorelasi positif.
c.
d.
Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl)
atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap disebut homoskedastisitas. Namun, apabila
berbeda maka disebut heterokedastisitas. Salah satu cara untuk menguji ada
tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan analisis grafik
scatterplot. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat plot antara nilai prediksi
52
baik
adalah
yang
homoskedastisitas
atau
tidak
terjadi
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Ghozali (2009), cara memperbaiki model jika terjadi
b.
2.
Standar deviasi, yaitu besarnya varians / perbedaan nilai antara nilai data
minimal dan maksimal.
3.
4.
53
b.
c.
Fhitung =
.... (8)
-
Keterangan:
2.
R2
= Koefisien Determinasi
= Jumlah Sampel
= Jumlah Variabel
54
a.
b.
a.
...... (9)
Bila t tabel < t hitung dan t hitung < t tabel, variabel bebas
(independen) secara individu tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b.
Bila t hitung > t tabel dan t hitung < t tabel, variabel bebas
(independen) secara individu berpengaruh terhadap variabel
dependen.
2.
Berdasarkan probabilitas
Jika probabilitas (signifikansi) lebih besar dari tingkat alfa 0,05
() maka secara individu tidak ada pengaruh yang signifikan dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, jika
55
lebih kecil dari 0,05 maka secara individu ada pengaruh yang
signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen.
3.11. Koefisien Determinasi (R2)
Angka koefisien determinasi menunjukkan presentase tingkat kebenaran
prediksi dari model regresi. Nilai koefisien determinasi (R2) menyatakan seberapa
besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen dalam model
regresi. Sedangkan sisanya (100% - R2) dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lain
selain variabel independen (Ghozali, 2009). Nilai R2 besarnya antara 0 sampai
dengan 1 (0 < R2 < 1) koefisien. Apabila R2 mendekati 1 berarti variabel bebas
semakin berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, begitu juga sebaliknya.
Kelemahan mendasar pada penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti akan meningkat tanpa melihat
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen atau tidak. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan Adjusted R2 untuk mengevaluasi model regresi. Hal ini dikarenakan
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan
ke dalam model (Ghozali (2009). Dengan demikian, pada penelitian ini tidak
menggunakan R2, namun menggunakan nilai Adjusted R2 untuk mengevaluasi
model regresi.
56
57
Jumlah
Sampel
Minimum
Maximum
SIZE
55
25,4179
31,8768
GROWTH
55
-16,0638
91,2236
STR_A
55
4,4967
72,4898
ROA
55
1,8264
88,9121
SALES
55
-56,3821
212,5840
LDER
55
0,0435
4,3825
Sumber: Output IBM SPSS Statistics 20.0
Mean
Std. Deviasi
28,9170
20,0391
31,8225
19,8618
28,0575
0,6233
1,7843149
24,0617303
19,3578126
16,1793771
48,8710477
0,8705234
58
SALES
55
0,319
LDER
55
0,002
59
terdistribusi dengan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE),
pertumbuhan aktiva (GROWTH), struktur aktiva (STR_A), profitabilitas
(ROA), pertumbuhan penjualan (SALES) sudah terdistribusi dengan
normal, sedangkan variabel struktur modal (LDER) tidak terdistribusi
dengan normal.
Model regresi linier yang baik mensyaratkan adanya data yang
terdistribusi dengan normal, sehingga perlu dilakukan beberapa tindakan
untuk menormalkan data, diantaranya adalah dengan menghilangkan datadata outlier. Setelah data-data outlier dihilangkan, sampel yang digunakan
untuk membangun model regresi linier menjadi 32 sampel. Output SPSS uji
K-S setelah tidak mengikutsertakan data outlier dalam membangun model
regresi linier disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (tanpa data outlier)
Keterangan
SIZE GROWTH STR_A ROA SALES LDER
Jumlah Sampel
32
32
32
32
32
32
Sig. K-S
0,714
0,885
0,425 0,351 0,644
0,157
Sumber: Output IBM SPSS Statistics 20.0 (diolah)
Hasil pengujian terhadap 32 sampel pada Tabel 5 menunjukkan bahwa
masing-masing variabel sudah memiliki nilai signifikansi KolmogorovSmirnov melebihi batas tingkat signifikan yang ditetapkan yaitu 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data masing-masing variabel tersebut
sudah terdistribusi dengan normal.
4.3.2 Uji Multikolinieritas
Tabel 6. Hasil uji Multikolinieritas
Variabel
Tolerance
SIZE
0,769
GROWTH
0,533
STR_A
0,859
ROA
0,703
SALES
0,438
Sumber: Output IBM SPSS Statistics 20.0 (diolah)
VIF
1,300
1,876
1,164
1,423
2,282
60
Hasil uji multikolinieritas pada Tabel 6 menunjukkan bahwa masingmasing variabel independen memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF)
pada output IBM SPSS statistics 20.0 tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
tidak kurang dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa data masingmasing variabel independen terbebas dari asumsi klasik multikolinieritas.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji
Durbin Watson. Output SPSS uji Durbin Watson disajikan sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil uji Durbin-Watson
Model
Durbin-Watson
Regression
1,894
Sumber: Output IBM SPSS Statistics 20.0 (diolah)
Tabel hasil uji Durbin Watson di atas menghasilkan nilai Durbin
Watson sebesar 1,894 dengan jumlah variabel bebas (k) = 5 dan jumlah
sampel (n) = 32, maka diperoleh angka dl sebesar 1,109 dan du sebesar
1,819. Berdasarkan uji tersebut, dihasilkan nilai Durbin Watson hitung
sebesar 1,894 dimana nilai tersebut terletak di antara du yaitu 1,819 dan 4du yaitu 41,819 = 2,181 (daerah No Autocorelation), sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi
klasik statistik autokorelasi.
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian dalam memprediksi ada tidaknya heteroskesdastisitas dalam
penelitian ini dapat dilihat dari hasil output pola gambar scatterplot pada
model regresi yang disajikan sebagai berikut:
61
62
Sig.
0,004
Model
Regression
0,371
Sumber: Output IBM SPSS Statistics 20.0 (diolah)
Std. Error of
the Estimate
0,3385591
yaitu
ukuran
perusahaan
(SIZE),
pertumbuhan
aktiva
63
Sig.
0,008
0,033
0,014
0,072
0,022
0,049
Berdasarkan hasil uji t (uji parsial) pada Tabel 9, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
64
65
2.
pada variabel
pertumbuhan
aktiva
(GROWTH)
akan
4.
5.
oleh
ukuran
struktur
perusahaan
aktiva
(SIZE),
(STR_A),
pertumbuhan
profitabilitas
aktiva
(ROA)
dan
dapat
dijelaskan
oleh
ukuran
perusahaan
(SIZE),
66
pengujian
hipotesis
kedua
menyatakan
bahwa
ukuran
67
68
Hal ini yang mendorong perusahaan besar lebih berani dalam memilih
pendanaan yang bersumber dari penerbitan saham baru.
Selain itu, mengacu pada signaling theory, perusahaan dalam kondisi
normal harus memperhatikan adanya kapasitas cadangan untuk meminjam,
sehingga perusahaan sektor pertambangan pada umumnya akan mengurangi
penggunaan dana yang bersumber dari hutang. Kapasitas cadangan untuk
meminjam ini ditujukan untuk memastikan perusahaan sektor pertambangan
dapat memperoleh modal hutang jika kelak diperlukan ketika muncul
kesempatan investasi baru yang lebih menguntungkan.
4.5.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian hipotesis ketiga menyatakan bahwa pertumbuhan
aktiva (GROWT) berpengaruh signifikan dan memiliki koefisien positif
terhadap struktur modal (LDER). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005),
Rafiq et al. (2008), Joni dan Lina (2010), Firnanti (2011) dan Hestuningrum
dan Darsono (2012)
Perusahaan sektor pertambangan dengan tingkat pertumbuhan yang
besar sangat memungkinkan mengalami kekurangan pendanaan kegiatan
investasi perusahaan. Pecking order theory mengemukakan bahwa ketika
dana yang bersumber dari internal perusahaan tidak mencukupi untuk
membiayai investasi, maka perusahaan memerlukan dana eksternal.
Perusahaan yang sedang bertumbuh akan cenderung memilih menggunakan
hutang terlebih dahulu dibanding menerbitkan saham baru. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi pertumbuhan perusahaan akan semakin tinggi
pula peluang adanya asimetris informasi. Kondisi seperti ini menyebabkan
biaya penerbitan hutang jangka panjang dianggap lebih rendah dibanding
biaya penerbitan saham baru.
Perusahaan sektor pertambangan yang mengalami pertumbuhan tinggi
menandakan perusahaan tersebut memiliki prospek yang menguntungkan.
Oleh sebab itu, perusahaan sektor pertambangan pada kondisi tersebut akan
menghindari pendanaan dengan penerbitan saham baru dan cenderung
menggunakan pendanaan yang bersumber dari hutang. Bagi pemegang
69
bagian
keuntungan
yang
diterima
atas
prospek
yang
finansial
yang
baik
dan
memiliki
prospek
dengan
70
dalam
keadaan
normal
cenderung
berusaha
untuk
71
bahwa
suatu
perusahaan
memiliki
stabilitas
dan
72
penjualan
(SALES)
pada
perusahaan
sektor
stabil
pertumbuhan
penjualan,
maka
perusahaan
sektor
73
Penelitian ini hanya mengambil jangka waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2011 dengan total data sebanyak 55 data, sehingga ada
kemungkinan kurang mencerminkan kondisi perusahaan dalam jangka
panjang.
2.
3.
aktiva
(GROWTH),
struktur
perusahaan
(STR_A),
profitabilitas (ROA) dan pertumbuhan penjualan (SALES) secara bersamasama hanya mampu menjelaskan tingkat struktur modal (LDER) sebesar
37,1%, sehingga belum bisa menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan tingkat struktur modal (LDER) secara keseluruhan.
74
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil dari pengolahan metode regresi linier berganda menunjukkan bahwa
37,1% pengambilan keputusan tingkat struktur modal (LDER) dapat
dijelaskan oleh variabel ukuran perusahaan (SIZE), pertumbuhan aktiva
(GROWTH),
struktur
aktiva
(STR_A),
profitabilitas
(ROA)
dan
b.
c.
d.
75
2. Saran
1.
dalam
penelitian
ini.
Hal
ini
dimaksudkan
supaya
mampu
meningkatkan
nilai
perusahaan
sektor
pertambangan.
b.
c.
d.
76
2.
b.
c.
77
DAFTAR PUSTAKA
78
79
80
LAMPIRAN
81
82
Lampiran 2. Histogram
83
84
85
86
87
88
KODE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
BUMI
PTBA
PTRO
MEDC
RUIS
ANTM
CITA
INCO
TINS
CNKO
MITI
2007
30,92
29,01
27,97
30,66
26,75
30,12
27,02
30,51
29,25
27,35
25,55
2008
31,53
29,44
28,16
30,56
27,15
29,96
27,31
30,49
29,39
27,37
25,57
Tahun
2009
31,66
29,72
28,24
30,59
27,06
29,93
27,34
30,59
29,21
27,50
25,42
2010
31,83
29,80
28,38
30,70
27,11
30,13
27,99
30,66
29,40
27,82
25,47
2011
31,88
30,07
28,90
30,83
27,62
30,35
28,25
30,76
29,51
28,17
25,49
89
KODE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
BUMI
PTBA
PTRO
MEDC
RUIS
ANTM
CITA
INCO
TINS
CNKO
MITI
2007
12,17
28,04
23,87
16,08
25,08
65,16
33,71
-11,10
45,36
3,10
32,42
2008
85,67
53,46
19,93
-9,15
49,90
-14,93
33,30
-2,33
14,95
2,20
2,79
Tahun
2009
13,67
32,30
9,11
3,04
-8,79
-3,08
3,13
10,00
-16,06
13,58
-14,45
2010
18,44
7,97
14,40
11,64
5,46
23,06
91,22
8,02
21,12
38,00
5,09
2011
4,55
31,92
69,56
13,58
65,71
24,41
29,83
10,55
11,71
41,11
2,65
90
KODE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
BUMI
PTBA
PTRO
MEDC
RUIS
ANTM
CITA
INCO
TINS
CNKO
MITI
2007
23,70
9,06
37,60
23,99
10,10
25,10
51,67
65,93
10,23
25,65
40,44
2008
16,79
9,55
46,98
7,95
29,42
28,21
48,11
72,49
15,72
24,31
35,15
Tahun
2009
14,65
7,99
55,98
11,56
30,26
28,89
61,84
68,02
26,77
45,00
36,86
2010
11,67
12,71
64,17
11,10
24,81
23,10
53,73
66,87
23,67
33,24
30,19
2011
12,27
11,43
67,39
4,50
43,35
19,61
49,65
65,23
23,53
26,49
25,55
91
KODE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
BUMI
PTBA
PTRO
MEDC
RUIS
ANTM
CITA
INCO
TINS
CNKO
MITI
2007
32,4331
25,3711
8,7400
9,4752
15,1137
61,0836
26,3736
88,9121
53,5958
1,9741
2,1619
2008
20,4936
41,7869
4,0787
28,3124
11,1577
19,1907
37,9939
25,1660
37,1549
1,8738
6,7210
Tahun
2009
11,8339
46,5676
4,4394
5,4509
10,0731
8,3700
12,1871
11,6837
12,3991
1,8264
12,5210
2010
16,7747
29,8033
24,5578
13,4928
8,1507
18,7028
16,2015
26,6364
19,4340
8,7721
10,3274
2011
17,0903
35,2748
19,0412
11,7406
5,6298
17,0480
20,4369
18,9030
19,6857
7,6228
30,5569
92
KODE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
BUMI
PTBA
PTRO
MEDC
RUIS
ANTM
CITA
INCO
TINS
CNKO
MITI
2007
22,3552
16,7080
19,1423
26,7276
11,2206
113,3122
102,8325
73,8654
109,5555
1,7908
116,5867
2008
49,1256
74,9874
63,3778
19,0930
32,2785
-20,1214
56,4551
-43,5865
5,9783
5,3241
79,3361
Tahun
2009
2010
8,4842 -20,1389
23,9963 -11,6084
-16,5058
8,8013
-47,9832
39,2410
-11,9629
1,0194
-9,1807
0,3780
-56,3821 212,5843
-42,0049
67,7271
-14,8372
8,1636
24,8104 116,8302
-26,4917
24,6047
2011
36,6983
33,7889
41,0914
22,9543
11,0536
18,3220
61,3772
-2,6457
4,9209
35,9912
63,7226
93
KODE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
BUMI
PTBA
PTRO
MEDC
RUIS
ANTM
CITA
INCO
TINS
CNKO
MITI
2007
0,3979
0,2036
0,2535
1,8362
0,6164
0,1685
0,4888
0,1795
0,0962
0,0836
0,1364
2008
1,0627
0,1657
0,4719
1,1366
1,0278
0,1741
0,0435
0,1450
0,0846
0,1238
1,3087
Tahun
2009
4,3825
0,1576
0,6659
1,1045
0,8634
0,1192
0,0693
0,2272
0,0940
0,1536
1,3322
2010
3,3085
0,1760
0,3005
1,1817
0,5563
0,0727
0,0596
0,2097
0,0972
0,1085
0,7833
2011
3,2731
0,1751
0,6632
1,0762
1,6827
0,3317
0,1643
0,2676
0,1196
0,1092
0,1902