Anda di halaman 1dari 12

CASE PRESENTATION 2

ULKUS KORNEA OKULI SINISTRA

Abqariyah
H1A 010003

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2016
BAB 1

PENDAHULUAN
Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya. Dari anterior ke posterior,
kornea terdiri dari lapisan 5 lapisan yang berbeda-beda yaitu lapisan epitel, lapisan bowman,
stroma, membrane descement, dan lapisan endotel. Epitel adalah sawar yang sangat efisien
terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea, akan tetapi sekali epitel ini cedera, stroma
yang avaskular dan lapisan bowman mudah terinfeksi berbagai macam organisme. Endotel
kornea sangat rentan terkena trauma dan kehilangan sel-selnya seiring dengan penuaan.
Kerusakan pada sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan, yang
cenderung bertahan lama karena proses regenerasi yang terbatas.
Kornea memiliki banyak sekali serat nyeri, banyak lesi kornea superficial ataupun
profunda menimbulkan nyeri dan fotofobia. Rasa nyeri ini akan diperberat oleh gerakan palpebra
diatas kornea.

BAB II

LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
- Nama
: Ny. SA
- Umur
: 54 tahun
- Alamat
: Bima
- Pekerjaan
: Petani
- Agama
: Islam
- Masuk Rumah Sakit : 04 November 2016
- Tanggal pemeriksaan : 07 November 2016
B. Anamnesis
- Keluhan utama: Mata kiri nyeri dan tidak dapat melihat
- Riwayat penyakit sekarang: Pasien masuk ke RSUP NTB dengan kondisi mata kiri
nyeri dan tidak dapat melihat, Perjalanan penyakit pasien dimulai sejak 11 oktober
2016 lalu, awalnya pasien sedang bekerja disawah membersihkan bawang, kemudian
saat hendak keluar dari tempat membersihkan bawang (terpal) pasien merasa seperti
ada sesuatu yang tiba-tiba memasuki matanya, kemudian pasien menggosoknya dan
mata kiri tersebut terasa perih seperti berpasir dan silau ketika melihat cahaya. Saat
itu pasien tidak langsung berobat ke dokter meskipun matanya merah dan perih,
pasien juga tidak membeli obat untuk mengobati keluhan mata merah tersebut. Tiga
hari kemudian (14 oktober 2016) pasien memeriksakan diri ke dokter dan diberi dua
macam obat tetes yang diteteskan tiap satu jam dan dua jam, namun pasien lupa nama
obatnya (tutup merah dan tutup putih), pada saat itu dokter mengatakan bahwa
keluhan mata tersebut sudah parah. Setelah menggunakan obat tetes mata tersebut
keluhan tidak membaik. Pasien mengaku semakin hari mata semakin merah dan
pengelihatan perlahan menjadi kabur dan satu minggu yang lalu pasien mengaku
pengelihatannya sangat kabur dan hanya bisa melihat cahaya serta mata bertambah
merah dan terasa nyeri. Pasien tidak mengeluhkan adanya sekret, darah, nanah,
-

maupun gatal pada mata kirinya.


Riwayat penyakit dahulu: Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan mata
seperti saat ini, pernah mengalami mata merah namun tidak seperti saat ini. Riwayat
memakai kaca mata (-) . Riwayat penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus (-), dan

Hipertensi ( - )
Riwayat penyakit keluarga: Pasien menyangkal ada keluarga mengalami penyakit

yang serupa.
Riwayat alergi obat: Pasien menyangkal memiliki alergi obat dan makanan

Riwayat pengobatan: pasien hanya menggunakan obat yang diberikan dokter dan

diteteskan tiap 1 dan 2 jam sekali, namun keluhan dirasakan tidak membaik.
Riwayat sosial: pasien bekerja sebagai petani, dan memilki dua orang anak, suami
bekerja di kantor RUTAN sebagai staff

C. Pemerisaan fisik
a. Status generalis
Keadaan umum: Sedang
Kesadaran
: kompos mentis (E4V5M6)
Tanda vital:
- Tekanan darah
: 120/90 mmhg
- Suhu
: 36,80C
- Pernafasan
: 20x/menit
- Nadi
: 80 xmenit
b. Status lokalis mata
No
1
2

Pemeriksaan
Visus
Naturalis
Posisi bola mata
Tes Hirscberg
Cover and uncover test

OD

OS

>3/60

LP (+)

Ortoforia

sulit dievaluasi

Orthotrofia
4

Pergerakan bola mata

jangkauan penuh, nyeri -

Jangkauan penuh, nyeri+

5
6

Lapang pandang
Palpebra superior
- Edema
- Hiperemi
- Sikatriks
- Benjolan
- Entropion
- Ektropion

Normal pada segala arah

Palpebra inferior
- Edema
- Hiperemi
- Sikatriks
- Benjolan

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)

(+) minimal
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)

8
9

Entropion
Ektropion

Fisura palpebra
Konjungtiva

+ 10 mm

+ 10 mm

(-)
(-)
(-)

(+)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)

(+)
(+)
(-)
(-)

Cembung
licin
Jernih
(-)

Cembung
Terdapat infiltrat
keruh
(-)

palpebra

inferior

10

(-)
(-)

palpebra

superior
- Hiperemi
- Anemis
- Edema
Konjungtiva

(-)
(-)

- Hiperemi
- Anemis
- Edema
- Folikel
- Papil
- Secret
Konjungtiva bulbi
- Injeksi konjungtiva
- Injeksi silier
- Pterygium
- Hematom
subkonjungtiva

11

12

Kornea
- bentuk
- permukaan
- kejernihan
- benda asing
Bilik mata depan
- kedalaman
- hifema
- hipopion

Kesan Dalam
-

Kesan dangkal
-

13

Pupil
- bentuk
- reflek
-

Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi

cahaya

langsung
reflex cahaya tidak

Sulit dievaluasi

langsung

14

Iris
-

15
16
17

warna
bentuk
sinekia

Lensa
- kejernihan
Funduskopi
- reflex fundus
Tekanan intraocular
- Palpasi

D. Gambaran mata pasien

Coklat
Bulat , kripte reguler
(-)

Sulit dievaluasi

Jernih

Sulit dievaluasi
+

Kesan Normal

Kesan Normal, Nyeri

Mata kiri

Mata kiri

BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun
permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
SUBJECTIVE
a. Pasien mengeluh mata merah sudah sejak >3 minggu yang lalu
b. Nyeri pada mata kiri.
c. Tidak dapat melihat, hanya dapat melihat cahaya 1 minggu yang lalu
OBJECTIVE
a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kiri didapatkan :
Visus kiri LP +

Hiperemi pada konjungtiva palpebra superior, inferior, dan konjungtiva bulbi


Kornea tampak ada infiltrat dengan batas tidak tegas

2. Analisa Kasus
a. Sakit pada mata kiri
Sakit pada mata kiri bisa disebabkan karena tersensititasinya nervus trigeminus pada
kornea yang mengalami rupture. Selain itu nyeri adalah salah satu tanda radang selain
tumor, kalor, dolor, rubor dan fungsiolaesa.
b. Visus Okuli Sinistra light perception +
Kornea, Lensa dan Vitreus adalah salah satu media refraski yang penting. Proses
inflamasi yang terjadi membuat kornea menjadi keruh dan terisi dengan infiltrat yang
akan menghalangi proses refraksi.
3. Assessment
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat pada pasien
mengarahkan pada Ulkus kornea. Diagnosa ini dipilih karena pada pasien ditemukan gejala
berupa penglihatan pada mata kiri terganggu (hanya dapat melihat cahaya) dan terkadang
merasa silau serta nyeri dan pada pemeriksaan status lokalis didapatkan infiltrat pada
central dari kornea , COA dangkal, disertai injeksi siliar dan injeksi konjungtiva pada mata
kiri, maka didapatkan diagnosis kerja yaitu :
Diagnosis Kerja:
-

Ulkus Kornea e.c suspek jamur

Diagnosis Banding:
-

Ulkus Kornea OS e.c Bakteri

4. Planning
A. Planning Diagnostik
- Flouresence test
tes ini dilakukan untuk melihat dan memperjelas lesi epitel superfisial yang tidak
-

mungkin terlihat bila tidak dipulas.


Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai apakah masih ada segment anterior yang bisa di
pertahankan. Akan tetapi karena cukup mahal, dan kemungkianan cairan yang
keluar itu infeksius jadi harus di pertimbangkan terlebih dahulu.

Kultur cairan yang keluar dari mata


Pemeriksaan ini untuk mengetahui penyebab spesifik dari infeksi pada mata kiri
sehingga bisa diberikan terapi secara definitive.

B. Planning Terapi
- Tatalaksana Medik
Antibiotik (anti jamur, antivirus) untuk mengobati infeksi pada mata kiri
Analgetik untuk mengurangi nyeri pada mata
Dapat ditambahkan sulfas atropin
- Tatalaksana Operatif
Flap konjungtiva
Adalah tatalaksana kelainan kornea yang sudah dilakukan sejak tahun 1800an. Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis atau bedah mungkin
gagal, kerusakan epitel berulang dan stroma ulserasi, flap konjungtiva
adalah pengobatan yang efektif dan definitif untuk penyakit permukaan

mata persisten.
Eviserasi
Eviserasi adalah membuang semua

isi bola mata dengan

tetap

mempertahankan sclera, kapsula tenon, konjungtiva dan nervus optikus.


Tindakan ini dilakukan karena fungsi pengelihatan sudah tidak dapat
dipertahankan lagi, menjadi pertimbangan jika dibiarkan mata yang
terinfeksi bisa menularkan ke mata yang lain atau jaringan sekitarnya.

Selain itu juga di pertimbangkan fungsi kosmetik.


Keratoplasty
Keratoplasty dilakukan jika terdapat jaringan parut yang mengganggu
pengelihatan serta kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam
pengelihatan.

5. KIE
- Pasien diberikan informasi mengenai kondisi mata saat ini dan tindakan yang akan
-

dilakukan.
Pasien diberikan informasi mengenai komplikasi yang dapat terjadi jika tidak dilakukan

penanganan segera.
Pasien diberikan informasi bahwa, pasien menjaga kebersihan mata dengan mencuci

tangan dan tidak mengucek mata untuk menghindari infeksi sekunder pada mata.
Pasien diberikan informasi bahwa pemberian obat-obatan tetes mata yang diberikan harus
dipakai secara teratur untuk menghindari infeksi.

6. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Pada kasus ini keadaan kornea pasien yang sudah mengalami ulkus sehingga
pengelihatan tidak dapat kembali normal dan prognosisnya menjadi buruk yaitu

dubia ad malam.
Prognosis nyawa (ad vitam)
Prognosis nyawa pasien bonam

BAB IV
RINGKASAN AKHIR

Pasien seorang wanita, usia 54 tahun, datang dengan keluhan mata kiri tidak bisa melihat
(hanya dapat melihat cahaya) dan terasa nyeri sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya keluhan hanya
berupa mata merah terasa seperti berpasir dan silau yang dirasakan >3 minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik, visus OD >3/60 dan visus OS LP (+). Pada pemeriksaan status
lokalis pada mata kiri ditemukan adanya kelainan pada Kornea pasien, yaitu infiltrat pada bagian
central kornea, COA dangkal, injeksi silair dan injeksi konjungtiva. Pasien di diagnosis dengan
ulkus kornea OS suspek e.c jamur . Rencana pemeriksaan tambahan adalah pemeriksaan
slitlamp, uji flourescein, USG mata, pemeriksaan cairan/ kerokan mata. Rencana tatalaksana
sementara untuk pasien adalah operasi (flap konjungtiva, eviscerasi, keratoplasty) . Prognosis
penyakit mata dan visus pasien dubia ad malam. Prognosis fungsional baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

2. Farida, Yusi. Corneal Ulcers Treatment. Vaculty of Medicine Universitas Lampung.


JMAJORITY; 2015
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2012. Ulkus kornea dalam: Ilmu Penyakit
Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta; Sagung Seto
4. Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Jakarta; EGC
5. Rajesh, S.K, Patel, D.N, Shina, M.A. Clinical Microbiological study of corneal Ulcer,

India; 2013

Anda mungkin juga menyukai