Referat Radiologi
Referat Radiologi
PENDAHULUAN
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5%) antara lain adenoma,
hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Kanker paru atau
Karsinoma bronkus, tumor primer paru yang paling sering hampir 95%. Kanker paru adalah
pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun, kanker paru ini meningkat dengan
angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker
payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. 1
Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik
regional dan tempat lain pada saat di diagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker
paru adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul
ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis) dalam paru. Sebagian besar
kanker paru berasal dari sel-sel di dalam paru; tetapi kanker paru bisa juga berasal dari
kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru. Kanker paru merupakan kanker yang
paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita
Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok resiko tinggi
yaitu, apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan suatu bahan berbahaya
dalam pekerjaannya, dan pernakah pasien menderita fibrosis paru kronis. Kebanyakan kasus
kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.
Di Amerika Serikat Kanker Paru adalah penyebab kematian kedua diantara semua
macam kanker. Kanker Paru bahkan menyebabkan kematian melebihi kanker payudara,
kanker prostat dan kanker usus besar, apabila kematian ketiga macam kanker ini bersamasama dihitung. 1
Keganasan di rongga thorak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis
tumor paru dan keganasan di pleura. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) maupun
metastasis tumor di paru.
Diagnosis sering terlambat atau Inoperable Stage, maka prognosanya jelek dan
survival rate rendah. Keluhan dan gejala hampir sama dengan penyakit paru lain, sehingga
sering tidak terpikirkan. Meningkatnya ilmu, ketrampilan dokter, alat diagnostik dan
Universitas Kristen Indonesia 1
Kepanitraan Klinik Ilmu Radiologi
Periode 6 Oktober 8 November 2014
COSTAE
PULMO
Paru-paru dibentuk oleh parenkim yang berada bersama-sama dengan bronkus dan
percabangan-percabangannya. Bentuk menyerupai konus, dipengaruhi oleh organ-organ yang
berada di sekitarnya. Pulmo dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pulmo dexter terdiri dari tiga buah lobus yaitu:
Saluran pernapasan merupakan suatu sistem terintegrasi yang terlibat alam pengambilan
oksigen dari lingkungan ke paru, serta pertukaran oksigen dengan karbondioksida dari paruparu kembali ke lingkungan. Saluran pernapasan (respiratory tract) terdiri dari hidung, faring
(nasofaring, orofaring, laringgofaring), trakea, bronkus dan bronkiolus. Sementara organ
pernapasan terdiri dari alveolus, dan parenkhim paru.
Hidung merupakan pintu masuk dari udara, yang berfungsi menyaring dan menyamakan
suhu dari udara
yang dihirup agar sesuai dengan suhu tubuh. Selain itu mulut juga
merupakan suatu jalur alternatif yang dapat dilalui udara, sehingga sampai di paru-paru,
namum dua fungsi yang telah disebutkan diatas tidak tersedia dalam jalur oral, sehingga saat
seseorang mengalami flu dan bernapas melalui mulut, biasanya mulut terasa kering dan
mudah terserang infeksi.
Satu hal yang mengenai saluran pernapasan, adalah penting tetap mempertahankan
saluran pernapasan untuk tetap terbuka agar udara dapat keluar masuk dengan mudah. Untuk
mempertahankan trakea agar tidak kolaps terdapat cincin kartilago multiple yang panjangnya
kurang lebih lima per enam panjang trakea. Keberadaan otot polos juga ditemui di bronkus,
walaupun dengan rasio yang leih sedikit dibanding trakea.
Jejak otot polos tersebut berkurang secara progresif sampai bagian akhir bronkus,
sehingga pada bronkiolus tidak lagi ditemui otot polos oleh dan karena itu bronkiolus tidak
dapat mencegah kolaps pada dinding nya, begitupula pada alveolus.
Universitas Kristen Indonesia 4
Kepanitraan Klinik Ilmu Radiologi
Periode 6 Oktober 8 November 2014
BAB II
ISI
Lateral
Pasien berdiri diantara film dengan sumber sinar dangan bagian lateral dada atau
toraks menempel pada film. Tangan pasien diangkat keatas atau diletakkan di kepala. Bagian
yang menempel pada film dapat ditentukan sesuai dengan organ yang ingin dilihat, dengan
prinsip mendekatkan organ yang ingin dilihat dengan film. Umumnya bagian yang menempel
adalah sebelah kiri, karena salah satu yang ingin dilihat adalah jantung yang letaknya lebih
banyak di bagian kiri rongga dada. Sehingga bila bagian lateral kiri yang menempel maka
sinar akan dipancarakan dari arah kanan pasien ke arah kiri menuju ke film. Pada saat ini
pasien juga harus melakukan inspirasi dalam dan menahan napas. Tujuan dari foto dengan
posisi ini adalah untuk melihat kelainan pada mediastinum dan jantung yang mungkin belum
jelas tampak pada foto PA.
Anteroposterior (AP)
Posisi AP dilakukan bila kondisi pasien tidak baik, tidak sadar atau tidak dapat
bekerjasama dengan baik (contohnya pasien ICU dan pada anak anak). Pada posisi AP, pasien
dalam posisi supine (berbaring) dengan tangan atau lengan ke atas. Film diletakkan di bagian
belakang tubuh pasien dan sinar dipancarkan dari arah depan pasien ke arah belakang pasien
menuju film. Pada posisi ini letak jantung dan mediastinum jauh dari kaset, sehingga dapat
terjadi perbesaran atau magnifikasi pada jantung dan mediastinum sehingga dapat
menyebabkan salah interpretasi bahwa terjadi kardiomegali oleh karena itu sangat sulit
menentukan besar jantung pada posisi AP.
Top lordotik, untuk melihat kelainan pada puncak paru dan melihat lobus medius
paru.
Oblique, bertujuan untuk melihat kelainan yang pada posisi PA atau lateral masih
belum jelas.
Lateral Dekubitus untuk melihat cairan dalam cavum pleura yang sedikit jumlahnya,
kurang dari 100-20cc atau yang pada posisi PA belum dapat ditentukan adanya cairan
dalam cavum pleura.
emfisema subcutis
Tulang : ada tidaknya diskontinuitas, lesi litik maupun sklerotik
Pleura : ada tidaknya cairan atau udara di dalam cavum pleura
Menilai sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus,
Trakea : berada di tengah, apakah ada penarikan atau pendorongan.
6. Jantung :
a. Ukuran jantung
Dengan diukur dan dihitung adakah perbesaran jantung (Cardio Thorax Ratio)
CTR = (a+b)/c x 10%
Dimana :
a = bagian terlebar dari jantung kanan ke garis tengah
Universitas Kristen Indonesia 10
Kepanitraan Klinik Ilmu Radiologi
Periode 6 Oktober 8 November 2014
TUMOR PARU
Etiologi
Penyebab tumor paru masih belum bisa ditentukan, tetapi penyebab kanker paru yang
merupakan tumor ganas dapat dijelaskan melalui hubungannya dengan zat karsinogen, antara
lain :
Asap pabrik/industri
Debu radioaktif
Beberapa zat kimia seperti asbes, arsen, krom, nikel, besi dan uranium
Gejala Klinis
Tumor paru mempunyai gejala yang bervariasi tergantung dari letak tumor tersebut
sentral atau perifer. Tumor didaerah sentral umumnya memberikan gejala batuk karena
adanya iritasi bronkial, sesak napas karena obstruksi bronkial, nyeri dada, bising mengi,
batuk darah karena ruptur kapiler tumor intrabronkial,
pneumonia dengan demam. Sedangkan tumor yang terletak di daerah perifer umumnya tidak
menyebabkan gejala sumbatan pada paru dan kadang kadang tidak memberikan gejala sama
sekali, tapi bila timbul keluhan umumnya adalah batuk dan nyeri dada yang diakibatkan
karena gesekan pleura parietal dengan dinding dada. Gejala umum lainya seperti anoreksia,
mudah lelah, berkurangnya berat badab merupakan gejala lanjutan.
Deteksi dini
Deteksi dini memiliki 3 tujuan utama, yaitu menemukan kanker secara dini,
mengurangi angka morbiditas dan mengurangi angka mortalitas. Diharapkan bila kanker
ditemukan secara dini, kanker masih dapat disembuhkan, karena kanker masih kecil, bersifat
lokal dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti. Deteksi dini ini dilakukan terutama
pada orang yang memiliki resiko tinggi, yang masuk kedalam GRT (Golongan Resiko Tinggi)
yaitu laki-laki, usia lebih dari 4tahun, perokok berat atau sedang, terpapar zat karsinogen/
paparan zat industri tertentu, disertai dengan satu atau lebih gejala respiratorik antara lain
batuk darah, batuk kronik, sesak napas, nyeri dada dan berat badan turun. Golongan lain yang
perlu diwaspadai antara lain perempuan perokok pasif disertai salah satu gejala atau keluhan
respiratorik dan berat badan yang turun ; seseorang dengan gejala klinik respiratorik disertai
dengan penurunan berat badan tanpa penyakit yang jelas; seseorang yang memiliki riwayat
keluarga yang menderita kanker paru.
Gambaran Radiologis
Bila didapatkan sebuah gambaran
radiopoak
mencurigai bahwa itu merupakan massa ataupun cairan, untuk menentukan melalui radiologi
kita harus melihat ciri ciri lainnya. Bila gambaran radioopak tersebut berada di lapangan paru
bawah, mengikuti bentuk rongga paru, homogen dan memiliki tepi yang datar maka dapat
kita simpulkan sementara bahwa hal tersebut merupakan cairan. Bila gambaran radioopak
tersebut tidak berada di basal paru, memiliki bentuk bulat atau tidak teratur, homogen dan
tepi terlihat jelas maka dapat kita simpulkan secara sementara bahwa hal tersebut adalah
massa. Tumor paru dapat kita curigai bila kita mendapatkan gambaran radioopak berupa
nodul soliter. Gambaran ini kemudian dapat kita bedakan menjadi tumor maligna atau
benigna dengan melihat ciri ciri lainnya dari gambaran nodul tesebut, yaitu :
Tabel 1. Karakteristik benigna dan maligna tumor
Characteristic
Roentgenologic findings :
Size
Less than 1 cm
More than 4 cm
Shape
Regular
Irregular
Margin
Calsification
Popcorn type
Notched or indefinite
Hamartoma probable
Absent
Universitas Kristen Indonesia 13
Kepanitraan Klinik Ilmu Radiologi
Periode 6 Oktober 8 November 2014
Laminated type
Granuloma probable
Absent
Central type
Granuloma probable
Absent
May be granuloma
May be malignancy
Usually absent
Rough internally
Usually present
Selain gambaran radioopak berupa nodul kita juga bisa mendapatkan gambaran lain
selain gambaran tersebut dari hasil foto thorax. Hal ini dikarenakan efek atau perparahan dari
tumor tersebut menyebabkan gangguan lain pada paru, seperti : kita dapat melihat gambaran
atelektasis, pneumonia, efusi pleura.
menentukan letak dari tumor tersebut, tapi ini bukan merupakan hal yang pasti.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa gejala dari tumor paru yang muncul ini sesuai
dengan keadaan tumor, yaitu lokasi, ukuran, dan jenis tumor tersebut, maka gambaran yang
muncul di foto thoraxpun akan sesuai dengan keadaan tumor tersebut. Maksudnya bila
didapati terdapat gambaran avaskuler pada lobus atas kanan dengan gambaran radioopak
pada bagian medialnya, maka dapat kita simpulkan sementara bahwa letak tumor tersebut di
bagian sentral yang menyebabkan terjadinya obstruksi saluran napas dan menyebabkan
atelektasis lobus atas.
Gambaran gambaran lain yang muncul akibat adanya tumor paru antara lain :
Obstruksi saluran nafas atau penyempitan bronkus akibat pertumbuhan tumor pada akhirnya
dapat menyebabkan kolapsnya paru yang berada pada distal dari tumor tersebut. Sebelum
terjadi kolaps dapat menimbulkan infeksi yang akan menggambarkan adanya gambaran
konsolidas, sehingga dapat terlihat gambaran atelektasis dan pneumonia; Perbesaran hillus
merupakan gambaran radiologis yang sering didapatkan, hal ini akibat tumor itu sendiri
maupun kelenjar getah bening yang membesar. Bila tumor primer ini merupakan tumor
sentral, maka ini mempresentasikan tumor itu sendiri. Bila tumor merupakan perifer, maka ini
menunjukan metastasis ke kelenjar limfe bronkopulmonar dan tumor primer yang ada dapat
terlihat dapat juga tidak terlihat; Perbesaran mediastinum disebabkan oleh kelenjar getah
bening yang membesar; gambaran kavitas; Pleural involment yaitu adanya efusi pleura
(biasanya merupakan hemoragik) yang mungkin disebabkan langsung oleh penyebaran tumor
tapi mungkin juga merupakan hasil dari obstruksi limfatik.
Gambaran atelektasis
Gambaran cavitas
Gambaran gambaran yang muncul ini sulit dibedakan dengan penyakit lainnya yang
memiliki gambaran yang sama, terutama untuk menentukan etiologinya sehingga harus
dilihat kembali gejala gejala klinis yang ada pada pasien tersebut yang mendukung ke arah
tumor paru ataupun kanker paru, seperti berat badan turun drastis dll.
Tumor benigna
Tumor benigna, dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain hamartoma dan adenoma. Pada
radiologis foto thorax di dapatkan berupa nodul soliter, memiliki batas yang tegas, diameter
kurang dar 4 cm, terdapat gambaran kalsifikasi dan tumbuh tidak progresif (ukuran tidak
berubah lebih dari 2 tahun). Bila nodul memiliki kalsifikasi dan letak nodul di perifer
dicurigai hamartoma dan bila letak nodul di sentral (hillus) dicurigai adenoma.
http://emedicine.medscape.com/article/2139920-overview#a1
Tumor maligna
Tumor paru maligna/ kanker dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan gambaran sel
kankernya di bawah mikroskop, yaitu : small cell lung cancer dan non-small cell lung cancer.
Karsinoma non-small cell dibagi lagi menjadi karsinoma sel skuamosa, adenocarcinoma dan
large cell undifferentiated karsinoma. Yang paling banyak adalah karsinoma sel skuamosa
yaitu 30-35%, kemudian adenocarsinoma (25-35%), small cell karsinoma (25%) dan terakhir
adalah large cell undifferentiated karsinoma (10%).
ditentukan secara mikroskopik maka foto thorax tidak dapat menentukan hal tersebut.
Sehingga bila ingin mengetahui jenisnya harus dilakukan biopsi.
Berdasarkan lokasi, yang biasanya terdapat di bagian sentral adalah karsinoma sel skuamosa
dan small sel karsinoma, yang terdapat di bagian perifer adalah adenocarsinoma dan large sell
karsinoma.
Pada karsinoma sel skuamosa gambaran yang dapat terlihat adalah bila terdapat di
sentral dapat terjadi atelektasisi, gambaran reverse S sign Golden, post-obstructive
pneumonia dan soft tissue mass. Bila terdapat di perifer dapat berupa kavitas.
adalah
terjadi
perbesaran
mediastinum (kelenjar getah bening mediastinum membesar), perbesaran hilus (massa hilus),
nodul bisa terlihat (kecil) atau tidak terlihat. Sel ini berpotensi metastase dan
pertumbuhannya cepat.
Large cell undifferentiated memiliki gambaran massa besar di perifer dan sering
menyebabkan keterlibatan pleura
CT Scan
Bila kita dapatkan gambaran sesuai dengan gambaran tumor paru maka tindakan
selanjutnya yang dapat dilakukan di bidang radiologi adalah melakukan pemeriksaan lanjutan
berupa CT scan Thorax. Ct Scan Thorax ini memiliki beberapa manfaat, antara lain :
memastikan apa yang membentuk gambaran noduler yang tampak pada rotgent thorax
sebelumnya, menentukan apakah tumor benigna atau maligna, dan menentukan staging.
Salah satu keunggulan ct scan adalah dapat menentukan densitas suatu benda,
sehingga dari sinilah dapat diketahui apa yang membentuk massa tersebut. Ukuran densitas
Universitas Kristen Indonesia 20
Kepanitraan Klinik Ilmu Radiologi
Periode 6 Oktober 8 November 2014
ini adalah Hounsfield units (HU) dengan nilai air adalah 0 HU, udara -1000 HU, metal/logam
+4000 HU
Tabel interpretasi nilai densitas
Menentukan apakah tumor tersebut jinak atau ganas dilakukan dengan melakukan CT
Scan dengan kontras. Bila terjadi peningkatan atau enhancement sebesar 20 HU atau lebih
maka tumor tersebut merupakan tumor ganas.
Menentukan staging dengan melihat hasil dari ct scan itu sendiri, staging dinilai
berdasarkan sistem TNM, yaitu Tumor, Nodul dan Metastasis.
STAGE
Stadium
TNM
Occult carcinoma
Tx N0 M0
Tis N0 M0
IA
T1 N0 M0
IB
T2 N0 M0
IIA
T1 N1 M0
IIB
T2 N1 M0, T3 N0 M0
Universitas Kristen Indonesia 21
Kepanitraan Klinik Ilmu Radiologi
Periode 6 Oktober 8 November 2014
IIIA
IIIB
IV
Sebarang T sebarang N M1
: Tumor Primer
To
Tx
: Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel tumor
ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis atau
bronkoskopis.
Tis
: Karsinoma in situ
T1
: Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh
jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak lebih
proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus utama). Tumor
sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas pada dinding bronkus yang
meluas ke proksimal bronkus utama.
T2
Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina, dapat
mengenai pleura viseral.
T3
T4
tumor primer.
N
Nx
No
N1
N2
N3
: Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB skalenus atau
supraklavikula ipsilateral/kontralateral
Mx
Mo
M1
: Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor primer dianggap
sebagai M1
Contoh Kasus
yang
disebabkan
oleh