Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beton merupakan bahan dasar utama yang sering digunakan dalam berbagai
perencanaan dan perancangan struktur bangunan karena beton memiliki
banyak kelebihan dibanding dengan bahan konstruksi lainnya. Kelebihan dari
beton antara lain : harga yang relatif murah, bahan pembentuk beton seperti
pasir dan kerikil yang mudah diperoleh dari alam serta ketersediaan yang
melimpah. Selain itu, beton dapat dirancang dalam berbagai ukuran sesuai
dengan beban yang diterimanya, finishing lebih mudah, memiliki ketahanan
tinggi terhadap kebakaran, tidak mengalami pembusukan oleh lingkungan dan
perawatannya mudah.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang semakin maju, teknologi beton memiliki potensi yang luas dalam bidang
konstruksi. Meskipun demikian, berbagai kekurangan dari beton,seperti
korosi maupun sifat mekanisnya membuat teknologi beton terus berkembang
dalam hal material penyusunnya sebagai solusi dari kekurangan yang
dimilikinya.
Korosi beton dapat diakibatkan oleh bahan kimia yang agresif, seperti agresi
sulfat. Untuk mengurangi sensitivitas beton terhadap agesi sulfat, maka
kandungan kalsium hidroksida (kapur bebas) dalam beton, merupakan
kelemahan beton yang harus dikurangi karena dapat mendukung terjadinya
korosi. Dimana korosi tersebut dapat menurunkan kekuatan tekan hancur
beton.
Melihat tingginya tingkat kebutuhan akan beton, secara langsung berkaitan
dengan meningkatnya kebutuhan semen di masyarakat. Namun, komponen
penyusun semen merupakan bahan yang tak terbarukan dan proses
produksinya pun mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan
seperti emisi gas karbon dioksida yang tinggi. Semen Portland konvensional
diproduksi dengan menghaluskan kalsium silika yang bersifat hidrolisis dan

dicampur dengan bahan gipsum. Proses pembakaran (kalsinasi) pada tungku


(kiln) akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil sampingan
pembakaran yang dapat menimbulkan green house effect (efek rumah kaca)
dan peningkatan suhu bumi. Selain itu, harga semen yang cukup mahal akan
mengakibatkan biaya pembuatan beton yang cukup mahal pula.
Oleh karena itu, terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan sebagai
solusi dari masalah tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan limbah.
Limbah tersebut bila digunakan sebagai bahan campuran beton ternyata
mampu meningkatkan daya kuat tekan (Simanjuntak, 2000). Limbah tersebut
diantaranya serat ijuk, sabut kelapa, serat nilon, abu sekam padi, ampas tebu,
sisa kayu, limbah gergajian, abu cangkang sawit, abu terbang (fly ash),
mikrosilika (silica fume), cangkang kemiri, cangkang telur dan lain-lain
(Mulyono, 2004).
Sekam padi (kulit gabah) merupakan hasil penggilingan atau penumpukan
gabah. Secara global sekitar 600 juta ton beras dari padi diproduksi tiap
tahunnya. Sekitar 20 % dari berat padi adalah sekam padi, dan bervariasi dari
13 sampai 29 % dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu
dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Hara, 1996; Krishnarao, et al., 2000).
Namun, pemanfaatan sekam padi belum maksimal. Selama ini sekam padi
hanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembuatan bata merah,
pembakaran, abu gosok dapur, atau dibuang begitu saja.
Limbah sekam padi banyak sekali terdapat didaerah pedesaan, dengan potensi
yang melimpah. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai sekitar 60.000
mesin penggiling padi yang tersebar di seluruh daerah dengan kisaran
produksi sekam padi 15 juta ton per tahun. Tidak seperti sumber bahan bakar
fosil, ketersediaan energi sekam padi tidak hanya jumlahnya berlimpah tetapi
juga merupakan energi terbaharukan. Pada penggunaan sekam padi, biayabiaya relatif lebih kecil karena lokasinya sudah terkonsentrasi pada pabrikpabrik penggilingan padi.Di pasar pertanian, harga arang sekam padi berkisar
Rp.1000 /kg nya.

Menurut Thomas dan Jones (1970) dalam Lembang (1995), Nilai paling
umum kandungan silika (SiO2) dalam abu sekam padi adalah 94 96 % dan
apabila nilainya mendekati atau dibawah 90 % kemungkinan disebabkan oleh
sampel sekam yang telah terkontaminasi oleh zat lain yang kandungan
silikanya rendah (Houston, 1972;Prasad, et al., 2000). Secara paraktis, variasi
kandungan silika dari abu sekam padi bergantung pada teknik pembakaran
(waktu dan suhu). Pembakaran pada suhu 550C 800C menghasilkan silika
amorf dan pembakaran pada suhu yang lebih tinggi akan menghasilkan
Kristal silika fase kristobalit dan tridimat (hara, 1986)
Pembuatan beton membutuhkan semen yang memiliki kandungan berupa
kapur (CaO) dan silikat (SiO2). Kalsim Hidroksida penyebab korosi dapat
dikurangi jika bereaksi dengan Silikon Doksida. Kandungan tersebut dapat
ditemukan dari abu sekam padi seperti yang diuraikan diatas.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian dalam pembuatan beton yang
menggunakan abu sekam padi sebagai bahan campuran beton dengan
komposisi 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%, kekuatan tekannya berturut-turut
7.83 MPa, 10.6 MPa, 11.53 MPa, 6.90 MPa, 6.17 MPa dan 3.98 MPa.
Pembuatan beton tanpa bahan campuran mempunyai kekuatan tekan sebesar
7.83 MPa, (Lakum,2008)
Dengan demikian, abu sekam padi merupakan bahan pozzolan yang dapat
menjadi bahan substitusi semen untuk menghasilkan semen yang lebih
berkualitas , ramah lingkungan dengan harga relatif lebih murah.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa presentase abu sekam padi unuk menghasilkan beton yang
berkualitas baik?
2. Bagaimana kualitas kuat tekan beton yang dihasilkan?
3. Bagaimana kualitas kuat tekan hancur beton yang dihasilkan?
C. Tujuan
1. Mengetahui berapa presentase abu sekam padi unuk menghasilkan beton
yang berkualitas baik?
2. Mengetahui bagaimana kualitas kuat tekan beton yang dihasilkan?

3. Mengetahui bagaimana kualitas kuat tekan hancur beton yang


dihasilkan?
4. Mengetahui bagaimana pengaruh terhadap sifat fisis beton yaitu nilai
slump, porositas, dan presentase penyerapan air?
D. Manfaat
1. Memberikan informasi bahwa limbah abu sekam padi dapat dijadikan
sebagai bahan campuran dalam pembuatan beton.
2. Memberikan informasi karakteristik beton yang

dihasilkan

dari

pemanfaatan limbah sekam padi


3. Penelitian ini akan menjadikan masukan bagi masyarakat agar
memanfaatkan beton sebagai alternatif konstruksi bangunan dengan nilai
ekonomis dan bermutu tinggi
E. Uraian Gagasan
Tingginya kebutuhan akan teknologi beton dalam perencanaan dan
perancangan konstruksi mengakibatkan berkembangnya material penyusun
beton khususnya semen. Usaha menciptakan material pengganti semen
bertujuan

agar

dapat

mengurangi

penggunaan

semen

dengan

mempertimbangkan masalah produksinya yang merusak lingkungan. Selain


itu juga bertujuan untuk meningkatkan mutu beton dalam hah kekuatan tekan
dan ketahanan terhadap korosi tanpa mengesampingkan segi ekonomisnya.
Oleh karena itu, salah satu bahan yang dapat menjadi alternative pengganti
semen adalah abu sekam padi yang merupakan hasil bakaran limbah sekam
padi yang sampai sekarang ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Abu
sekam padi diketahui mengandung SiO2 atau silika sehingga termasuk bahan
pozzolan yang dapat di pakai sebagai bahan pengganti semen yang bermutu
tinggi, ramah lingkungan, dan ekonomis dalam pembuatannya. Maka dari itu,
hal ini dapat diaplikasikan oleh masyarakat dalam pembuatan produk
berteknologi beton, seperti produksi paving stone, dan produksi panel beton
yang banyak digunakan oleh masyarakat dewasa ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Beton
Menurut Soetjipto dan Prawiroharjo dalam Kasymir (1997 : 5) beton adalah :
Batu- batuan yang terdiri dari beberapa bahan campuran yang dicetak
dalam suatu cetakan dalam keadaan cair kental, yang kemudian mampu
mengeras secara baik.
Menurut Nurlita Pertiwi dan Mohammad Junaedy R (2006 : 1)
Beton adalah suatu pencampuran bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan
secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna
keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton
berlangsung

Maka dapat disimpulkan bahwa beton merupakan material komposit yang


terdiri dari semen, agregat dan air dengan proporsi yang tidak sama, dan
mengalami reaksi hidrolis dimana mampu mengeras dengan baik setelah
dicampur dengan air.
B. Korosi pada Beton
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993), korosi diartikan sebagai
Proses, perubahan, atau perusakan yang disebabkan oleh reaksi kimia.
Sedangkan bahan-bahan yan menyebabkan korosi disebut korosif. Kata
korosif (Corrosion) berasal dari bahasa latin Corrodore yang berarti
mengotori atau merusak (to gnow to pieces), (Hilyati, 1995). Proses korosi
merupakan penomena alam yang kompleks, dimana dapat merusak dan
menghancurkan secara kimiawi dan elektro kimia.
C. Mekanisme Korosi pada Beton
Pada konstruksi beton bertulang, korosi sering dihubungkan dengan baja
tulangannya. Namun sebenarnya korosi dapat juga terjadi pada bahan
betonnya sendiri, terutama pada lingkungan yang agresif, yaitu lingkungan
yang banyak mengandung unsur-unsur garam sulfat, klorida atau asam
lainnya yang merupakan bahan yang bersifat korosi, serta adanya dukungan
unsur kapur bebas (kalsium hidroksida) dan kalsium- aluminat-hidrat dalam
beton.
Menurut Soetjipto dan Prawiroharjo dalam Kasymir (1997 : 9) asam yang
paling ganas adalah :
Asam garam, asam saltpeter, dan asam belerang. Asam-asam
tersebut bereaksi dengan kapur bebas yang terdapat dalam semen Portland,
membentuk garam-garam yang dapat larut dan juga hablur-hablur. Bila
terbentuk hablur-hablur misalnya disebabkan leh asam belerang, lama-lama
betonnya hancur.
Selanjutnya Soetjipto dan Prawiroharjo dalam Kasymir (1997 : 9)
mengatakan :
Kadar pengaruh garam-garam kimia tehadap beton sangat tergntung
pada susunan kimia dan kadar dari pada garam-garam tersebut. Yang paling
ganas adalah garam dari asam belerang dan semua garam yang bila dilarutkan

ke dalam air akan bereaksi asam, kalsium sulfat, natrium sulfat dan
magnesium sulfat semuanya merusak beton.
Kehancuran beton yang disebaban oleh serangan kimiawi berupa desintegrasi
material beton. Supartono (1996) mengatakan :
Proses desintegrasi material beton yang sering dijumpai adalah
disebabkan oleh serangan kimiawi pada beton, yang seringkali datang dari air
tanah pada bangunan bawah tanah dengan kondisi air tanah yang tinggi. Atau
air laut, terutama pada beton yang porous dan permeable. Karena itu
perlindungan pertama untuk menghindari korosi beton bisa didapat
sebenarnya dengan membuat beton yang relatif kedap air.
Selanjutnya Supartono (1996) mengatakan :
Konstruksi beton yang dibangun dibawah tanah maupun di laut,
lingkungannya dapat mengandung sodium, kalsium, magnesium klorida dan
magnesium sulfat. Unsur-unsur tersebut bila bereaksi dengan kapur bebas
didalameton akan menjadikan beton sensitif terhadap serangan sulfat, ygan
kemudian membentuk kalsium sulfat. Selanjutnya garam sulfat ini akan
bereaksi dengan kalsium aluminat-hidrat yang akan menghasilkan kalsium
sulfo alumminat atau ettringite, yang mempunyai sifat mengembang.
Karena pengembangan volume yang lebih besar yakni melampaui volume
asalnya , maka proses kimiawi ini akan menimbulkan peggelembungan,
retak-retak, dan terkelupasnya beton.
Untuk meningkatkan ketahanan beton terhadap serangan sulfat, dapat diambil
beberapa cara, antara lain (Kasymir, 1997: 11) :
Mengurangi jumlah air yang digunakan (atau menggunakan ratio air
semen yang relatif).
Menggunakan tipe semen denan kadar C3A yang rendah dan kadar
silkat yan tinggi (semen tipe II dan tipe V).
Menggunakan aditif mineral dalam campuran beton.
Adapun bahan-bahan tersebut antara lain (Kasymir, 1997) :
Tras, adalahlapukan batuan yang berasal dari gunung berapi yang
banyak mengandung silika.

Abu terbang (fly ash), adalah sisisa pembakaran batu-bara berupa

serbuk halus, yang biasa didapat dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) yang menggunakan batu-bara sebagai bahan bakarnya.
- Mikrosilika (silicafume), merupakan produk sampingan dari suatu
industri Silicon Metal. Mikrosilika mengandung lebih dari 90% SiO2..
D. Semen
Semen adalah bubuk halus yang diperoleh melalui proses pembakaran
mineral mineral campuran umumnya batu gamping/batu kapur dan batu
lempung/tanah liat pada temperature tinggi, yakni sekitar 1450oC. Bubuk
bubuk halus ini terdiri dari sel-sel mineral yang jika di aduk dengan air akan
membentuk pasta semen dan melalui proses hidrasi akan mengeras secara
progresif bila terjadi kontak dengan udara. Fenomena inilah yang
menyebabkan material semen diklasifikasikan sebagai bahan ikat hidrolik,
yaitu akan membentuk batuan massa yang padat dan kedap air, serta paling
sering digunakan dalam pembuatan beton, khususnya semen Portland.
D.1

Semen Portland

Menurut SNI 15-2049-2004, Semen Portland adalah semen hidrolisis yang


dihasilkan dengan cara menggiling terak (klinker) semen portland terutama
yang terdiri atas Kalsium Silikat yang bersifat hidrolisis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.
E. Produksi Semen
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
a) Proses basah
Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur dengan air,
dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan
bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang
digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
b) Proses kering
Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan blending
kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi
lima tahap pengelolaan yaitu :

1) Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer


dan roller meal.
2) Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan
campuran yang homogen.
3) Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker :
bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
4) Proses pendinginan terak.
5) Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling
dengan cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena
pembakaran

dengan

suhu mencapai

900

derajat

Celcius

sehingga

menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut,
besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor,
dan kapur bebas.
F. Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan
Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakan serta proses
produksi, industri semen menyebabkan dampak lingkungan sebagai berikut :
a. Lahan
Penurunan kualitas kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
Perubahan tata-guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan
lahan serta pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan
kapasitas air tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas
air sungai di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan keimbangan
lingkungan setempat.
b. Air
Kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak
dan sisa air dari kegiatan penambangan. Menimbulkan lahan kritis yang
mudah terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya
akan menimbulkan banjir pada musim hujan.
Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi
pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di
tempat itu berkurang, sehingga persediaan air tanah menipis. Sungai

menjadi kering pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan karena
tanah tidak mampu lagi menyerap air.
c. Udara
Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama
proses pembakaran dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan
baku ke pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya.
Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut
dan kepulan debu menimbulkan pencemaran udara serius. Suhu udara di
sekitar pabrik naik. Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar
minyak bumi dan batu bara, berupa gas CO, CO2, SO2 dan gas lainnya
yang mengandung hidrokarbon dan belerang.
G. Pozzolan
Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari
unsur-unsur silikat dan atau aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia, PUBI-1982). Pozzolan sendiri tidak mempunyai sifat
semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos pengayak 0,21 mm) bereaksi
dengan air dan kapur padam pada suhu normal (24-27 oC) menjadi suatu
massa padat dan tidak larut dalam air ( Kumaat, 2000 ).
Termasuk dalam kelompok pozzolan antara lain : tras alam, gilingan terak
dapur tinggi, abu terbang dan abu sekam padi. Bahan pozzolan yang dipakai
pengganti bahan semen umumnya berkisar antara 10-35 % dari berat semen.
Bahan pozzolan dipakai sebagai bahan pengganti semen menjadikan beton
lebih tahan terhadap serangan kimia seperti agresi sulfat, serta dengan kadar
tertentu, dapat meningkatkan mutu beton dalam kekuatan tekannya.
H. Sekam Padi
Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk densil)1125 kg/m3, dengan nilai kalori
1 kg sekam sebesar 3300 k. kalori, serta memiliki bulk density 0,100 g/ ml,
nilai kalori antara 3300 -3600 kkalori/kg sekam dengan konduktivitas panas
0,271 BTU (Houston, 1972). Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan
ternak dan energi atau bahan bakar ataupun sebagai adsorpsi pada logam-

logam berat. Sekam tersusun dari jaringan serat-serat selulosa yang


mengandung banyak silika dalam bentuk serabut-serabut yang sangat keras.
Pada keadaan normal, sekam berperan penting melindungi biji beras dari
kerusakan yang disebabkan oleh serangan jamur, dapat mencegah reaksi
ketengikan karena dapat melindungi lapisan tipis yang kaya minyak terhadap
kerusakan mekanis selama pemanenan, penggilingan dan pengangkutan.
( Haryadi. 2006 ).
I. Abu Sekam Padi
Abu sekam padi merupakan hasil dari sisa pembakaran sekam padi. Abu
sekam padi merupakan salah satu bahan yang potensial digunakan di
Indonesia karena produksi yang tinggi dan penyebaran yang luas. Bila abu
sekam padi dibakar pada suhu terkontrol, abu sekam yang dihasilkan dari sisa
pembakaran mempunyai sifat pozzolan yang tinggi karena mengandung
silika. Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran
menghilangkan zat-zat organic dan meninggalkan sisa yang kaya akan silika.
Perlakuan panas pada sekam menghasilkan perubahan struktur yang
berpengaruh pada aktivitas pozzolan dan kehalusan butiran abunya. Sekam
yang dibakar mempunyai sifat pozzolan yang mengandung unsur silikat yang
tinggi. Nilai paling umum kandungan silika dari abu sekam adalah 94-96%
dan apabila nilainya mendekati atau di bawah 90% kemungkinan disebabkan
oleh sampel sekam yang telah terkontaminasi dengan zat lain yang
kandungan silikanya rendah. Unsur lain yang terkandung didalamnya di
sajikan dalam tabel 1

Tabel 1 Komposisi Kimia Abu Sekam Padi


No
1
2
3
4
5
6
7

Komponen
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO4
CaO bebas

Persentase komposisi (%)


94,5
1,05
1,05
0,25
0,23
1,13
-

8
Na2O
9
K2O
Sumber : Herlina, 2005

0,78
1

Sedangkan silika amorf terbentuk ketika silicon teroksidasi secara termal.


Silika amorf terdapat dalam beberapa bentuk yang tersusun dari partikelpartikel kecil yang kemungkinan ikut tergabung. Biasanya silika amorf
mempunyai kerapatan 2,21 gr/cm3 (Harsono, 2002)
Penggunaan silika amoorf secara berlebihan diatas 10% akan membawa
dampak negative yaitu dengan timbulnya reaksi alkali silika. Reaksi alkali
silika merupakan reaksi antara kandungan silika aktif dalam bubuk silika dan
alkali dalam semen. Reaksi ini membentuk suatu gel akali-alkali yang
menyelimti butiran-butiran agregat. Gel tersebut dikelilingi oleh pasta semen
dan

akibatnya

pemuaian

terjadilah

tegangan

internal

yang

dapat

mengakibatkan retak atau pecahnya pasta semen ( Herlina, 2005)

BAB III METODE PENULISAN

A. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi


Teknik pengumpulan data dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
menggunakan studi pustaka documenter hasil percobaan. Data yang
digunakan sebagai penunjang referensi kepustakaan dan berbagai teori
pendukung didapatkan dari berbagai sumber pustaka yang terdiri dari buku,
media elektronik, dan jurnal ilmiah.
B. Teknik Analisis Data
Pengolahan data-data yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini adalah
menggunakan tekhnik deskriptif analitik model korelasi. Data yang telah

didapatkan dari berbagai sumber rujukan dideskripsikan secara jelas dan rinci
pada bagian telaah pustaka. Data disajikan secara konsep dan teori serta hasil
percobaan yang mendukung konsep dan teori yang telah di uraikan
sebelumnya. Data yang telah dideskripsikan kemudian dianalisis dengan
mengkomparasi informasi terkait masalah yang pernah terjadi dan direlasikan
dengan konsep serta teori sebelumnya yang akan menghasilkan benang merah
dari masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini. Kemudian semua data
yang diperoleh akan dikorelasikan guna menghasilkan gagasan baru. Gagasan
baru yang dihasilkan akan dipaparkan secara jelas dan dideskripsikan secara
rinci sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang telah diuraikan pada
rumusan masalah sebelumnya. Gagasan baru yang akan diuraikan dapat
menjadi bahan referensi dalam aplikasi nyata bagi seluruh pembaca.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN APLIKASI GAGASAN
A. Peningkatan Kuat Tekan Beton dengan Campuran Abu Sekam Padi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khairul Lakum dalam skripsinya
berjudul Pemanfaatan Abu Sekam Padi sebagai Campuran untuk Peningkatan
Kekuatan Beton, terdapat hasil pengujian kuat tekan beton yang dilakukan
mnggunakan alat testing Machine. Campuran sekam dibuat masing-masing
5%,10%, 15%, 20% dan 25% dari berat semen tiap sampel.

Gambar 1. Grafik Kuat tekan beton normal


dan beton abu sekam padi terhadap waktu
pengeringan

Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa kuat tekan beton normal tanpa
campuran abu sekam padi adalah sebesar 5.12 MPa untuk watu pengeringan
selama 7 hari, sedangkan waktu untuk pengeringan 14 hari dan 28 hari
kekuatan beton semakin meningkat yaitu sebesar 7,15 MPa dan 8.16 MPa.
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 5%, waktu pengeringan 7 hari,
14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 5.43 MPa, 7.93 MPa,
dan 10.06 MPa. Kekuatannya meningkat dibandingkan beton normal
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 10%, waktu pengeringan 7
hari, 14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 6.27 MPa, 8.4 MPa,
dan 11.5 MPa. Kekuatannya meningkat dibandingkan beton normal
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 15%, waktu pengeringan 7
hari, 14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 4,64 MPa,
6,74MPa, 6.9 MPa. Kekuatannya menurun dibandingkan beton normal
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 20%, waktu pengeringan 7
hari, 14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 3.91 Mpa,
4,76MPa, 6.17 MPa. Kekuatannya menurun dibandingkan beton normal
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 25%, waktu pengeringan 7
hari, 14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 2.11 Mpa, 3.32
MPa, 3.98 MPa. Kekuatannya menurun dibandingkan beton normal

Meningkatnya kekuatan tekan beton dengan mencampukan abu sekam padi


dengan kadar 5% dan 10% disebabkan oleh semakin berkurangnya pori-pori
yang terdapat pada beton, karena diisi oleh serbuk-serbuk halus abu sekam
padi yang mengakibatkan beton lebih padat .
Dari Grafik terlihat juga bahwa kekuatan beton semakin meningkat jika kadar
campuran abu sekam padi berkisar 5%-10% dari jumlah semen. Sedangkan
pencampuran abu sekam padi lebih dari 10 % akan mengurangi kuat tekan
beton. Dengan demikian dapat dikatakan penggunaan abu sekam padi dengan
kadar 10% merupakan kadar campuran optimum pada campuran ini untuk
menghasilkan peningkatan kuat tekan beton yang optimum.
B. Ketahanan Beton Sekam terhadap serangan Sulfat
Telah dijelaskan sebelumnya, pada beton normal yang sudah mengeras,
seringkali terdapat unsur kalsium hidroksida yang dihasilkan dari proses
hidrasi semen, dan merupakan bagian lemah beton tehadap serangan sulfat.
Dengan demikian,

penambahan abu sekam akan memberikan beberapa

keuntungan sekaligus sebagai berikut :


Mengurangi keberadaan unsure kalsium hidroksida (Ca(OH)2) di
dalam beton, yang meupakan bagian lemah beton, serta mengantikannya,
setelah beeaksi denga silicon dioksida (SiO2) menjadi kalsium-silkathidrat.gel (C.S.H.-gel) yang merupakan sumber kekuatan beton. Denga
demikan beton akan meningkat kekuatan dan kepadatannya, sehinga
dengan demikian juga akan meningkatkan kekedapannya. (Supartono,
1995).
Pozzolan yang pada umumnya berbutir sanagat halus juga akan
mengisi pori-pori yang umum masih terdapat di daerah pertemuan antara
mortar dan agregat kasar pada campuran beton normal, sehingga
didapatkan beton yang porositasnya lebih rendah, (Supartono, 1996).
Reduksi kalsium hidroksida oleh silkon dioksida akan mengurangi
sensitifitas terhadap agresi sulfat, yang didukung oleh meningkatnya
kerapatan beton sehingga air yang mengandung senyawa agresif akan
sukar merembes masuk dan dengan demikian tidak mudah menimbulkan
korosi pada beton. (Supartono, 1996).

Penelitian mengenai pemanfaatan abu sekam sebagai aditif mineral dalam


meningkatkan

ketahanan

beton

terhadap

lingkungan

agresif

yang

mengandung sulfat, yang telah dilakukan oleh Andi Kasymir, mahasiswa


Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan IKIP Ujung Pandang (Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar, sekarang) pada tahun 1997,
dengan membuat benda uji beton normal dan benda uji beton abu sekam
dengan kadar 20% abu sekam yang berbentuk selinder 10/20 dengan factor
air semen = 0,500 dan dianggap ada kandungan udara sebanyak 1 dalam
campuran. Benda uji tersebut, baik beton normal maupun beton abu sekam,
masing-masing dibagi menjadi empat kelompok yaitu : Benda uji tanpa
direndam, Benda uji yang direndam dalam larutan magnesium sulfat
(MgSO4) dengan konsentrasi 2%, Benda uji yang direndam dalam larutan
magnesium sulfat (MgSO4) dengan konsentrasi 5% dan Benda uji yang
direndam dalam larutan magnesium sulfat (MgSO4) dengan konsentrasi 7%.
Kemudian benda uji masing-masing kelompok diuji tekan pada umur 7, 14,
28, dan 60 hari, hasilnya dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal dan Beton Abu Sekam
Beton Normal
Umu
r

7
14
28
60
Sumber

Beton Abu Sekam


Kuat Tekan Beton
Hancur(Kg/Cm2)
Tanpa
Direndam dengan
direndam
MgSO4
2% 5%
7%

Kuat Tekan Hancur (Kg/Cm2)


Tanpa
Direndam
direndam
dengan MgSO4
2% 5% 7%
12
11
134
1 120
7
17
16
15
193
7
3
5
19
17
17
210
5
9
2
19
17
12
250
2
4
3
: Skripsi Pemanfaatan Abu Sekam

74

80
10
99
5
17
166
2
20
194
0
sebagai Aditif

90
96
11
8
124
18
4
209
22
5
256
Mineral untuk

Meningkatkan Ketahanan Beton tehadap Korosi Sulfat (Kasymir, 1997).

Keterangan: Nilai yang tertera dalam tabel belum diekuivalenkan ke selinder


15/30 atau kubus 15 X15.
Dari table 2 dapat disimpulkan bahwa beton normal yang berada pada lingkungan
agresif mengalami degradasi, (kuat tekannya menurun), sedangkan beton abu
sekam tidak mengalami degradasi, bahkan kuat tekannya semakin meningkat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa beton abu sekam lebih tahan dari pada
beton normal terhadap agresi (korosi) sulfat.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berkembangnya IPTEK membuat teknologi beton semakin berusaha
dikembangkan untuk menghasilkan beton yang berkualitas tinggi, ramah
lingkungan dalam produksi dan ekonomis.
Dari uaraian pada kajian teori diketahui bahwa beton yang dibangun di
sekitar daerah yang lingkungannya banyak mengandung garam-garam
sulfat akan mudah diserang korosi, sehingga akan menurunkan kekuatan
tekanhacur beton. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah
penambahan aditif mineral dalam campuran beton. Dalam tulisan ini

digunakan abu sekam sebagai aditif mineral yang selain bisa menahan
korosi, juga bisa menaikan kekuatan tekan beton.
Abu sekam merupakan limbah yang mengotori lingkungan di ekitar, oleh
karena itu perlu diupayakan untuk mengatasinya. Disisi lain abu sekam
dalam bentuk amorf mengandung silika yang bersifat pozzolan, dimana
pozzolan tersebut baik digunakan sebagai aditif mineral untuk
meningkatkan ketahanan beton terhadap korosi sulfat.
Dari reaksi kimia yang terjadi, pada bagian lalu dapat dijelaskan bahwa
bila magnesium sulfat bereaksi dengan kalsium hidroksida yang terdapat
dalam beton akan menghasilkan kalsium sulfat. Kemudian kalsium sulfat
tesebut bereaksi kalsium-aluminat-hidrat dalam beton, menghasilkan
kalsium-sulfo-aluminat (ettringite). Ettringite ini dapat menghancurkan
beton.
Dengan penambahan abu sekam,dimana abu sekam terebut mengandung
silicon dioksida, maka sebelum kalsium hidroksida bereaksi dengan
garam-garam sulfat yang berada di sekitar beton terlebih dahulu akan
bereaksi dengan silicon dioksida yang menghasilkan Kalsium-SilikonHidrat dalam bentuk gel (C.S.H.gel), yang merupakan sumber kekuatan
beton.

Dengan

demikian

beton

akan

meningkat

kekuatan

dan

kepadatannya, sehingga dengan demikian juga akan meningkatkan


kekedapannya, sehingga senyawa-senyawa agresif di sekitar beton sukar
merembes masuk. Oleh karena itu tidak mudah menimbulkan korosi.
Dari Grafik pengujian kuat tekan terlihat juga bahwa kekuatan beton
semakin meningkat jika kadar campuran abu sekam padi berkisar 5%-10%
dari jumlah semen. Sedangkan pencampuran abu sekam padi lebih dari 10
% akan mengurangi kuat tekan beton. Dengan demikian dapat dikatakan
penggunaan abu sekam padi dengan kadar 10% merupakan kadar
campuran optimum pada campuran ini untuk menghasilkan peningkatan
kuat tekan beton yang optimum.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pemanfaatan abu sekam


sebagai aditif mineral dapat berperan untuk meningkatkan ketahanan beton
terhadap agresi garam-garam sulfat, peningkatan mutu beton dalam hal
kekuatan tekannya sertas masalah yang ditimbulkan oleh limbah abu
sekam tersebut disekitarnya dapat teratasi.

B. Rekomendasi
1. Menjadi masukan bagi pemerintah untuk mendukung pengolahan
limbah sekam padi yang secara mandiri dapat dilaksanakan oleh
masyarakat khususnya petani. Dukungan tersebut berupa
penyediaan alat maupun lokasi produksinya.
2. Pada penulisan ilmiah selanjutnya, kiranya dapat dibahas proses
pembuatan abu sekam padi hingga menghasilkan komposisi kimia
yang optimum untuk dipakai dalam campuran beton.
DAFTAR PUSTAKA

Lakum C, Khairul. 2008. Pemanfaat Abi Sekam Padi Sebagai Campuran Untuk
Peningkatan Kekuatan Beton. Medan. Skripsi jurusan Fisika. FMIPA, USU.
Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Kasymir, Andi., 1997, Pemanfaatan Abu Sekam sebagai Aditif Mineral untuk
Meningkatkan Ketahanan Beton terhadap Korosi Sulfat. Skripsi.Tidak diterbitkan.
Ujungpandang. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. FakultasPendidikan
Teknlogi dan Kejuruan. IKIP Ujung Pandang.
Herlina F, Silvia. Kajian Pemanfaatan Abu Sekam Padi untuk Stabilisasi Tanah
dalam

system

pondasi

di

Tanah

Ekspansi.

http://www.pu.go.id/IND/Produk/Seminar/Kolokium2005/Kolokium2005 06.pdf.
Diakses tanggal 15 Maret 2016

Harsono,Heru.

Pembuatan

silika

Amorf

dari

Limba

Sekam

Padi.

http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/vol3,no2/harsono.pdf Diakses tanggal 15


Maret 2016
Subhanesa. Abu Sekam Padi di Indonesia.
https://subhanesa.wordpress.com/2013/04/03/abu-sekam-padi-indonesia/ Diakses
pada tanggal 15 Maret 2016
Anonim. Produksi_Semen.pdf
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/33959405/PRODUKSI_SEM
EN.pdf?
AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1458220439&Signa
ture=syHHeWYxzpMU%2FjKtmLf9muq84Ks%3D&response-contentdisposition=attachment%3B%20filename%3DPRODUKSI_SEMEN.pdf
Hara. 1986. Teknologi Pembuatan Semen Portland. PT. Semen Cibinong Tbk.
Bogor.
Pertiwi, Nurlita., dan Junaedy, Mohammad R., 2007, Beton. Bahan Pekuliahan Uji
Bahan. Power Point. Makassar. Jurusan Teknik Sipil dan Perecanaan. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Makassar.
Setjipto, dan Prawiroharjo, Ismoyo. 1978, Konstruksi Beton I, Edisi
Pertama.Jakarta. Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan.
Supartono, F.X. 1996. Ketahanan Beton Abu Terbang terhadap krosi Sulfat,
Majalah Industri Konstruksi 221, 32 34. Jakarta. PT. Trend Pembangunan.
Kumaat, E. J. 2000. Bahan Bangunan. Materi Kuliah Untuk Mahasiswa.
Manado : Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Unsrat.

Anda mungkin juga menyukai