PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton merupakan bahan dasar utama yang sering digunakan dalam berbagai
perencanaan dan perancangan struktur bangunan karena beton memiliki
banyak kelebihan dibanding dengan bahan konstruksi lainnya. Kelebihan dari
beton antara lain : harga yang relatif murah, bahan pembentuk beton seperti
pasir dan kerikil yang mudah diperoleh dari alam serta ketersediaan yang
melimpah. Selain itu, beton dapat dirancang dalam berbagai ukuran sesuai
dengan beban yang diterimanya, finishing lebih mudah, memiliki ketahanan
tinggi terhadap kebakaran, tidak mengalami pembusukan oleh lingkungan dan
perawatannya mudah.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang semakin maju, teknologi beton memiliki potensi yang luas dalam bidang
konstruksi. Meskipun demikian, berbagai kekurangan dari beton,seperti
korosi maupun sifat mekanisnya membuat teknologi beton terus berkembang
dalam hal material penyusunnya sebagai solusi dari kekurangan yang
dimilikinya.
Korosi beton dapat diakibatkan oleh bahan kimia yang agresif, seperti agresi
sulfat. Untuk mengurangi sensitivitas beton terhadap agesi sulfat, maka
kandungan kalsium hidroksida (kapur bebas) dalam beton, merupakan
kelemahan beton yang harus dikurangi karena dapat mendukung terjadinya
korosi. Dimana korosi tersebut dapat menurunkan kekuatan tekan hancur
beton.
Melihat tingginya tingkat kebutuhan akan beton, secara langsung berkaitan
dengan meningkatnya kebutuhan semen di masyarakat. Namun, komponen
penyusun semen merupakan bahan yang tak terbarukan dan proses
produksinya pun mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan
seperti emisi gas karbon dioksida yang tinggi. Semen Portland konvensional
diproduksi dengan menghaluskan kalsium silika yang bersifat hidrolisis dan
Menurut Thomas dan Jones (1970) dalam Lembang (1995), Nilai paling
umum kandungan silika (SiO2) dalam abu sekam padi adalah 94 96 % dan
apabila nilainya mendekati atau dibawah 90 % kemungkinan disebabkan oleh
sampel sekam yang telah terkontaminasi oleh zat lain yang kandungan
silikanya rendah (Houston, 1972;Prasad, et al., 2000). Secara paraktis, variasi
kandungan silika dari abu sekam padi bergantung pada teknik pembakaran
(waktu dan suhu). Pembakaran pada suhu 550C 800C menghasilkan silika
amorf dan pembakaran pada suhu yang lebih tinggi akan menghasilkan
Kristal silika fase kristobalit dan tridimat (hara, 1986)
Pembuatan beton membutuhkan semen yang memiliki kandungan berupa
kapur (CaO) dan silikat (SiO2). Kalsim Hidroksida penyebab korosi dapat
dikurangi jika bereaksi dengan Silikon Doksida. Kandungan tersebut dapat
ditemukan dari abu sekam padi seperti yang diuraikan diatas.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian dalam pembuatan beton yang
menggunakan abu sekam padi sebagai bahan campuran beton dengan
komposisi 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%, kekuatan tekannya berturut-turut
7.83 MPa, 10.6 MPa, 11.53 MPa, 6.90 MPa, 6.17 MPa dan 3.98 MPa.
Pembuatan beton tanpa bahan campuran mempunyai kekuatan tekan sebesar
7.83 MPa, (Lakum,2008)
Dengan demikian, abu sekam padi merupakan bahan pozzolan yang dapat
menjadi bahan substitusi semen untuk menghasilkan semen yang lebih
berkualitas , ramah lingkungan dengan harga relatif lebih murah.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa presentase abu sekam padi unuk menghasilkan beton yang
berkualitas baik?
2. Bagaimana kualitas kuat tekan beton yang dihasilkan?
3. Bagaimana kualitas kuat tekan hancur beton yang dihasilkan?
C. Tujuan
1. Mengetahui berapa presentase abu sekam padi unuk menghasilkan beton
yang berkualitas baik?
2. Mengetahui bagaimana kualitas kuat tekan beton yang dihasilkan?
dihasilkan
dari
agar
dapat
mengurangi
penggunaan
semen
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Beton
Menurut Soetjipto dan Prawiroharjo dalam Kasymir (1997 : 5) beton adalah :
Batu- batuan yang terdiri dari beberapa bahan campuran yang dicetak
dalam suatu cetakan dalam keadaan cair kental, yang kemudian mampu
mengeras secara baik.
Menurut Nurlita Pertiwi dan Mohammad Junaedy R (2006 : 1)
Beton adalah suatu pencampuran bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan
secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna
keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton
berlangsung
ke dalam air akan bereaksi asam, kalsium sulfat, natrium sulfat dan
magnesium sulfat semuanya merusak beton.
Kehancuran beton yang disebaban oleh serangan kimiawi berupa desintegrasi
material beton. Supartono (1996) mengatakan :
Proses desintegrasi material beton yang sering dijumpai adalah
disebabkan oleh serangan kimiawi pada beton, yang seringkali datang dari air
tanah pada bangunan bawah tanah dengan kondisi air tanah yang tinggi. Atau
air laut, terutama pada beton yang porous dan permeable. Karena itu
perlindungan pertama untuk menghindari korosi beton bisa didapat
sebenarnya dengan membuat beton yang relatif kedap air.
Selanjutnya Supartono (1996) mengatakan :
Konstruksi beton yang dibangun dibawah tanah maupun di laut,
lingkungannya dapat mengandung sodium, kalsium, magnesium klorida dan
magnesium sulfat. Unsur-unsur tersebut bila bereaksi dengan kapur bebas
didalameton akan menjadikan beton sensitif terhadap serangan sulfat, ygan
kemudian membentuk kalsium sulfat. Selanjutnya garam sulfat ini akan
bereaksi dengan kalsium aluminat-hidrat yang akan menghasilkan kalsium
sulfo alumminat atau ettringite, yang mempunyai sifat mengembang.
Karena pengembangan volume yang lebih besar yakni melampaui volume
asalnya , maka proses kimiawi ini akan menimbulkan peggelembungan,
retak-retak, dan terkelupasnya beton.
Untuk meningkatkan ketahanan beton terhadap serangan sulfat, dapat diambil
beberapa cara, antara lain (Kasymir, 1997: 11) :
Mengurangi jumlah air yang digunakan (atau menggunakan ratio air
semen yang relatif).
Menggunakan tipe semen denan kadar C3A yang rendah dan kadar
silkat yan tinggi (semen tipe II dan tipe V).
Menggunakan aditif mineral dalam campuran beton.
Adapun bahan-bahan tersebut antara lain (Kasymir, 1997) :
Tras, adalahlapukan batuan yang berasal dari gunung berapi yang
banyak mengandung silika.
serbuk halus, yang biasa didapat dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) yang menggunakan batu-bara sebagai bahan bakarnya.
- Mikrosilika (silicafume), merupakan produk sampingan dari suatu
industri Silicon Metal. Mikrosilika mengandung lebih dari 90% SiO2..
D. Semen
Semen adalah bubuk halus yang diperoleh melalui proses pembakaran
mineral mineral campuran umumnya batu gamping/batu kapur dan batu
lempung/tanah liat pada temperature tinggi, yakni sekitar 1450oC. Bubuk
bubuk halus ini terdiri dari sel-sel mineral yang jika di aduk dengan air akan
membentuk pasta semen dan melalui proses hidrasi akan mengeras secara
progresif bila terjadi kontak dengan udara. Fenomena inilah yang
menyebabkan material semen diklasifikasikan sebagai bahan ikat hidrolik,
yaitu akan membentuk batuan massa yang padat dan kedap air, serta paling
sering digunakan dalam pembuatan beton, khususnya semen Portland.
D.1
Semen Portland
dengan
suhu mencapai
900
derajat
Celcius
sehingga
menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut,
besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor,
dan kapur bebas.
F. Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan
Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakan serta proses
produksi, industri semen menyebabkan dampak lingkungan sebagai berikut :
a. Lahan
Penurunan kualitas kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
Perubahan tata-guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan
lahan serta pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan
kapasitas air tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas
air sungai di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan keimbangan
lingkungan setempat.
b. Air
Kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak
dan sisa air dari kegiatan penambangan. Menimbulkan lahan kritis yang
mudah terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya
akan menimbulkan banjir pada musim hujan.
Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi
pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di
tempat itu berkurang, sehingga persediaan air tanah menipis. Sungai
menjadi kering pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan karena
tanah tidak mampu lagi menyerap air.
c. Udara
Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama
proses pembakaran dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan
baku ke pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya.
Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut
dan kepulan debu menimbulkan pencemaran udara serius. Suhu udara di
sekitar pabrik naik. Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar
minyak bumi dan batu bara, berupa gas CO, CO2, SO2 dan gas lainnya
yang mengandung hidrokarbon dan belerang.
G. Pozzolan
Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari
unsur-unsur silikat dan atau aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia, PUBI-1982). Pozzolan sendiri tidak mempunyai sifat
semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos pengayak 0,21 mm) bereaksi
dengan air dan kapur padam pada suhu normal (24-27 oC) menjadi suatu
massa padat dan tidak larut dalam air ( Kumaat, 2000 ).
Termasuk dalam kelompok pozzolan antara lain : tras alam, gilingan terak
dapur tinggi, abu terbang dan abu sekam padi. Bahan pozzolan yang dipakai
pengganti bahan semen umumnya berkisar antara 10-35 % dari berat semen.
Bahan pozzolan dipakai sebagai bahan pengganti semen menjadikan beton
lebih tahan terhadap serangan kimia seperti agresi sulfat, serta dengan kadar
tertentu, dapat meningkatkan mutu beton dalam kekuatan tekannya.
H. Sekam Padi
Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk densil)1125 kg/m3, dengan nilai kalori
1 kg sekam sebesar 3300 k. kalori, serta memiliki bulk density 0,100 g/ ml,
nilai kalori antara 3300 -3600 kkalori/kg sekam dengan konduktivitas panas
0,271 BTU (Houston, 1972). Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan
ternak dan energi atau bahan bakar ataupun sebagai adsorpsi pada logam-
Komponen
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO4
CaO bebas
8
Na2O
9
K2O
Sumber : Herlina, 2005
0,78
1
akibatnya
pemuaian
terjadilah
tegangan
internal
yang
dapat
didapatkan dari berbagai sumber rujukan dideskripsikan secara jelas dan rinci
pada bagian telaah pustaka. Data disajikan secara konsep dan teori serta hasil
percobaan yang mendukung konsep dan teori yang telah di uraikan
sebelumnya. Data yang telah dideskripsikan kemudian dianalisis dengan
mengkomparasi informasi terkait masalah yang pernah terjadi dan direlasikan
dengan konsep serta teori sebelumnya yang akan menghasilkan benang merah
dari masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini. Kemudian semua data
yang diperoleh akan dikorelasikan guna menghasilkan gagasan baru. Gagasan
baru yang dihasilkan akan dipaparkan secara jelas dan dideskripsikan secara
rinci sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang telah diuraikan pada
rumusan masalah sebelumnya. Gagasan baru yang akan diuraikan dapat
menjadi bahan referensi dalam aplikasi nyata bagi seluruh pembaca.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN APLIKASI GAGASAN
A. Peningkatan Kuat Tekan Beton dengan Campuran Abu Sekam Padi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khairul Lakum dalam skripsinya
berjudul Pemanfaatan Abu Sekam Padi sebagai Campuran untuk Peningkatan
Kekuatan Beton, terdapat hasil pengujian kuat tekan beton yang dilakukan
mnggunakan alat testing Machine. Campuran sekam dibuat masing-masing
5%,10%, 15%, 20% dan 25% dari berat semen tiap sampel.
Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa kuat tekan beton normal tanpa
campuran abu sekam padi adalah sebesar 5.12 MPa untuk watu pengeringan
selama 7 hari, sedangkan waktu untuk pengeringan 14 hari dan 28 hari
kekuatan beton semakin meningkat yaitu sebesar 7,15 MPa dan 8.16 MPa.
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 5%, waktu pengeringan 7 hari,
14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 5.43 MPa, 7.93 MPa,
dan 10.06 MPa. Kekuatannya meningkat dibandingkan beton normal
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 10%, waktu pengeringan 7
hari, 14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 6.27 MPa, 8.4 MPa,
dan 11.5 MPa. Kekuatannya meningkat dibandingkan beton normal
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 15%, waktu pengeringan 7
hari, 14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 4,64 MPa,
6,74MPa, 6.9 MPa. Kekuatannya menurun dibandingkan beton normal
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 20%, waktu pengeringan 7
hari, 14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 3.91 Mpa,
4,76MPa, 6.17 MPa. Kekuatannya menurun dibandingkan beton normal
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 25%, waktu pengeringan 7
hari, 14 hari, dan 28 hari, kuat tekan berturut-turut adalah 2.11 Mpa, 3.32
MPa, 3.98 MPa. Kekuatannya menurun dibandingkan beton normal
ketahanan
beton
terhadap
lingkungan
agresif
yang
7
14
28
60
Sumber
74
80
10
99
5
17
166
2
20
194
0
sebagai Aditif
90
96
11
8
124
18
4
209
22
5
256
Mineral untuk
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berkembangnya IPTEK membuat teknologi beton semakin berusaha
dikembangkan untuk menghasilkan beton yang berkualitas tinggi, ramah
lingkungan dalam produksi dan ekonomis.
Dari uaraian pada kajian teori diketahui bahwa beton yang dibangun di
sekitar daerah yang lingkungannya banyak mengandung garam-garam
sulfat akan mudah diserang korosi, sehingga akan menurunkan kekuatan
tekanhacur beton. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah
penambahan aditif mineral dalam campuran beton. Dalam tulisan ini
digunakan abu sekam sebagai aditif mineral yang selain bisa menahan
korosi, juga bisa menaikan kekuatan tekan beton.
Abu sekam merupakan limbah yang mengotori lingkungan di ekitar, oleh
karena itu perlu diupayakan untuk mengatasinya. Disisi lain abu sekam
dalam bentuk amorf mengandung silika yang bersifat pozzolan, dimana
pozzolan tersebut baik digunakan sebagai aditif mineral untuk
meningkatkan ketahanan beton terhadap korosi sulfat.
Dari reaksi kimia yang terjadi, pada bagian lalu dapat dijelaskan bahwa
bila magnesium sulfat bereaksi dengan kalsium hidroksida yang terdapat
dalam beton akan menghasilkan kalsium sulfat. Kemudian kalsium sulfat
tesebut bereaksi kalsium-aluminat-hidrat dalam beton, menghasilkan
kalsium-sulfo-aluminat (ettringite). Ettringite ini dapat menghancurkan
beton.
Dengan penambahan abu sekam,dimana abu sekam terebut mengandung
silicon dioksida, maka sebelum kalsium hidroksida bereaksi dengan
garam-garam sulfat yang berada di sekitar beton terlebih dahulu akan
bereaksi dengan silicon dioksida yang menghasilkan Kalsium-SilikonHidrat dalam bentuk gel (C.S.H.gel), yang merupakan sumber kekuatan
beton.
Dengan
demikian
beton
akan
meningkat
kekuatan
dan
B. Rekomendasi
1. Menjadi masukan bagi pemerintah untuk mendukung pengolahan
limbah sekam padi yang secara mandiri dapat dilaksanakan oleh
masyarakat khususnya petani. Dukungan tersebut berupa
penyediaan alat maupun lokasi produksinya.
2. Pada penulisan ilmiah selanjutnya, kiranya dapat dibahas proses
pembuatan abu sekam padi hingga menghasilkan komposisi kimia
yang optimum untuk dipakai dalam campuran beton.
DAFTAR PUSTAKA
Lakum C, Khairul. 2008. Pemanfaat Abi Sekam Padi Sebagai Campuran Untuk
Peningkatan Kekuatan Beton. Medan. Skripsi jurusan Fisika. FMIPA, USU.
Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Kasymir, Andi., 1997, Pemanfaatan Abu Sekam sebagai Aditif Mineral untuk
Meningkatkan Ketahanan Beton terhadap Korosi Sulfat. Skripsi.Tidak diterbitkan.
Ujungpandang. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. FakultasPendidikan
Teknlogi dan Kejuruan. IKIP Ujung Pandang.
Herlina F, Silvia. Kajian Pemanfaatan Abu Sekam Padi untuk Stabilisasi Tanah
dalam
system
pondasi
di
Tanah
Ekspansi.
http://www.pu.go.id/IND/Produk/Seminar/Kolokium2005/Kolokium2005 06.pdf.
Diakses tanggal 15 Maret 2016
Harsono,Heru.
Pembuatan
silika
Amorf
dari
Limba
Sekam
Padi.