Anda di halaman 1dari 10

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Jl. Prof.Dr. Sumantri Brojonegoro No.1
Bandar Lampung

OUTLINE RENCANA JUDUL SKRIPSI

1.1 Judul : KOORDINASI ANTARA LEMBAGA ADVOKASI


PEREMPUAN DAMAR DENGAN BADAN PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK (PPPA) PROVINSI
LAMPUNG DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI
PESISIR
(Studi kasus pernikahan dini di kelurahan karang raya kecamatan bumi
waras Kota Bandar Lampung)
1.2 Latar Belakang
Perempuan memang paling banyak mengalami problema dalam kasak-kusuk
politik, ekonomi, dan lingkungan hidup. Dengan kata lain, perempuan lebih
rentan terhadap terjadinya gejolak yang memproduk ketidakstabilan pada
ranah public. Kondisi dan posisi perempuan di Indonesia masih jauh
tertinggal dibandingkan laki-laki pada dalam berbagai aspek kehidupan.
Sebagian besar perempuan Indonesia memiliki kualitas hidup yang rendah,
kondisi ini semakin parah dengan struktur angkatan kerja perempuan
Indonesia yang didominasi oleh perempuan dengan tingkat pendidikan yang
rendah. Salah satu cara yang rasional untuk membebaskan para perempuan
dari problematic tersebut adalah memberdayakan perempuan, tidak saja dari
kemiskinan, tetapi juga dari kebodohan dan keterbelakangan yang merupakan
sejumlah factor menghambat perempuan untuk mengembangkan diri.
Membebaskan

perempuan

Indonesia

dari

masalah-masalah

tersebut

merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena


pemberdayaan perempuan adalah suatu proses yang memungkinkan setiap
perempuan Indonesia mampu memenuhi pilihannya sendiri secara bijaksana.
Dengan demikian, pemberdayaan perempuan haruslah diterjemahkan sebagai
upaya memperbaiki fungsi dan kemampuan kaum perempuan sebagai mitra
sejajar kaum laki-laki. Di Indonesia strategi pemberdayaan perempuan

dilakukan secara bertahap. Hal ini Nampak dari program Keluarga Berencana
(KB) dengan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada kaum ibu dan
keluarga pada umumnya untuk mengurangi beban yang dipikulnya dalam
lingkungan keluarga dengan mengatur kehamilan dan kelahiran anak. Dengan
cara itu, perempuan dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
Pemberdayaan kaum perempuan termasuk di dalamnya organisasi perempuan
sangat penting dan selalu relevan untuk diperjuangkan secara serius melalui
upaya-upaya yang comprehensive, sistematis, dan berkesinambungan.
Banyak upaya yang dapat dilakukan secara bersama-sama dalam rangka
membantu pemberdayaan kaum perempuan.
Umumnya angka kematian bayi dan angka kematian ibu yang tinggi lebih
banyak terdapat di wilayah pedesaan pesisir dengan penduduk yang berstatus
miskin dan berpendidikan rendah. Mereka yang menikah dengan usia relatif
rendah umumnya berasal dari keluarga miskin. Tidak sedikit di antara mereka
yang menikah di bawah tangan dengan tujuan untuk melepaskan beban
keluarga. Ini salah satu faktor yang memberikan sumbangan proses
pemiskinan

dan

memperparah

lingkaran

perangkap

kemiskinan.

(gemari.or.id)
Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan yang sifatnya
kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya
berdimensi ekonomi tetapi juga sosial, budaya, politik bahkan juga ideologi.
Contoh kemiskinan misalnya kemiskinan kultural yang mencakup tentang
gaya hidup, tingkat pendidikan, budaya, adat, serta kepercayaan. Kemiskinan
ini termasuk fenomena kemiskinan pada masyarakat pesisir, tingkat
pendidikan masyarakat pesisir yang masih rendah.
Tingkat pendidikan di wilayah pesisir Bandar lampung masih terbilang
rendah. Anak-anak yang putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikannya
dengan alasan lebih baik bekerja sebagai nelayan (lampost.co) hal ini lama
kelamaan akan menjadi suatu budaya masyarakat pesisir. Terlebih lagi bila
dilihat dari kaum perempuan pesisir yang putus sekolah, mereka berfikir akan
lebih baik menikah. Perempuan dibawah 16 tahun sudah diperbolehkan

menikah. Dengan itu akan mengurangi biaya keluarga (lampost.co). Hal


inilah yang menjadi gaya hidup masyarakat pesisir, perempuan dengan usia
yang masih cukup belia sudah harus menikah, dengan ini akan berpengaruh
terhadap psikologis perempuan.
Perempuan-perempuan pesisir mempunyai potensi sebagai motor penggerak
pemberdayaan masyarakat pantai. Kurang berperannya salah satu pihak akan
dapat memperlambat proses pembangunan untuk masyarakat itu sendiri
dalam hal kesejahteraan. Dalam rangka meningkatkan peran perempuan di
wilayah pesisir diperlukan strategi dalam pemberdayaan peran perempuan
sesuai kondisi sosial, ekonomi dan budaya setempat atau yang spesifik lokasi.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji oleh
penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana koordinasi antara damar dengan badan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak provinsi lampung dalam upaya
pemberdayaan perempuan di pesisir?
2. Apa saja hambatan dalam koordinasi antara damar dengan badan
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak provinsi lampung dalam
upaya pemberdayaan perempuan di pesisir?
1.4 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui koordinasi antara damar dengan badan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak provinsi lampung dalam upaya
pemberdayaan perempuan di pesisir?
2. Untuk mengetahui hambatan koordinasi antara damar dengan badan
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak provinsi lampung dalam
upaya pemberdayaan perempuan di pesisir?
1.5 Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Terhadap Koordinasi
1. Pengertian koordinasi

itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones,


1996:295).
B. Tinjauan Lembaga Advokasi Perempuan Damar
Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR lahir pada 23 Desember 1999
dan dideklarasikan pada 10 Februari 2000. DAMAR adalah organisasi
yang berbentuk perkumpulan berbasiskan keanggotaan, dan menaungi tiga
lembaga eksekutif. Pertama, Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR.
Kedua, Lembaga Advokasi Anak (LAdA) DAMAR. Ketiga, Institut
Pengembangan Organisasi dan Riset (IPOR) DAMAR. DAMAR berarti
lampu atau penerang. Secara filosofi DAMAR diharapkan bisa menjadi
penerang bagi masyarakat, dan khususnya bagi perempuan korban
kekerasan. Selain itu, DAMAR juga merupakan pohon yang menjadi icon
Lampung. Pohon DAMAR terbaik ada di Lampung Barat, diharapkan
Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR dalam kiprahnya bisa menjadi
kebanggaan dan icon warga Lampung.
Latar belakang pendirian Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR adalah
sebagai perwujudan dari rasa keprihatinan dan kecemasan terhadap situasi
ketidakadilan, diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan yang terjadi
khususnya pada Perempuan. Kondisi ini terjadi karena kuatnya nilai-nilai
patriarkhi di masyarakat yang membangun budaya dan kebijakan yang
tidak adil bagi perempuan.
Dari tahun 2000 2008, Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR
melakukan advokasi Anti Kekerasan. Hasilnya, pertama, MOU antar
pemangku kepentingan untuk memberikan pelayanan kepada perempuan
korban kekerasan di Propinsi maupun dibeberapa kabupaten. Kedua,
Terbentuknya Unit Pelayanan Terpadu Perempuan Korban Tindak
kekerasan di Rumah Sakit Umum Abdul muluk yang memberikan
pelayanan khusus dan gratis. Ketiga, Pemerintah Propinsi Lampung telah
mengalokasikan dana yang digunakan untuk pelayanan dan pendampingan
bagi perempuan korban kekerasan. keempat, Perda No. 6 tahun 2006
tentang Pelayanan Terhadap Perempuan dan Anak Korban kekerasan dan
Perda No. 4 tahun 2006 tentang Pencegahan Perdagangan perempuan dan
Anak.

Berdasarkan perubahan tersebut, maka Lembaga Advokasi Perempuan


DAMAR menganggap bahwa sistem pelayanan terhadap perempuan
korban kekerasan, sudah cukup membantu perempuan korban kekerasan di
Lampung. Oleh karena itu, mulai tahun 2009, Lembaga Advokasi
Perempuan DAMAR memilih isu Pemenuhan Hak Dasar Perempuan,
dan mengadvokasi: Hak Kesehatan Ibu dan Anak, Pendidikan Dasar
untuk Semua Gratis dan Berkualitas, dan Hak Politik Perempuan, Anti
Kekerasan terhadap Perempuan, dan Anti Pemiskinan.
C. Tinjauan Terhadap Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Provinsi Lampung
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi
Lampung adalah lembaga perlindungan anak yang dibentuk berdasarkan
persetujuan oleh Gubernur dan DPRD Provinsi Lampung untuk membantu
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Provinsi Lampung,
tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah
kepada Gubernur sertatugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang -undangan yang berlaku.
D. Tinjauan Terhadap Pemberdayaan Perempuan
1. Pengertian Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan perempuan merupakan upaya untuk mengatasi hambatan
guna mencapai pemerataan atau persamaan bagi laki-laki dan perempuan
pada setiap tingkat proses pembangunan. Teknik analisis pemberdayaan
atau

teknik

analisis

Longwe

sering

dipakai

untuk

peningkatan

pemberdayaan perempuan khususnya dalam pembangunan. Sara H.


Longwee mengembangkan teknik analisis gender yang dikenal dengan
Kerangka

Pemampuan

Perempuan.

Metode

Sara

H.

Longwee

mendasarkan pada pentingnya pembangunan bagi perempuan, bagaimana


menangani isue gender sebagai kendala pemberdayaan perempuan dalam
upaya memenuhi kebutuhan spesifik perempuan dan upaya mencapai
kesetaraan gender (Muttalib, 1993).
Menurut Novian (2010) pemberdayaan perempuan adalah upaya
pemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap

sumber daya, ekonomi, politik, sosial, budaya, agar perempuan dapat


mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu berperan
dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, sehingga mampu
membangun kemampuan dan konsep diri. Pemberdayaan perempuan
merupakan sebuah proses sekaligus tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
adalah kegiatan memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah
dalam masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu
masyarakat menjadi berdaya.
Pendekatan pemberdayaan (empowerment) menginginkan perempuan
mempunyai kontrol terhadap beberapa sumber daya materi dan nonmateri
yang penting dan pembagian kembali kekuasaan di dalam maupun diantara
masyarakat (Moser dalam Daulay, 2006). Di Indonesia keberadaan
perempuan yang jumlahnya lebih besar dari laki laki membuat
pendekatan

pemberdayaan

dianggap

suatu

strategi

yang

melihat

perempuan bukan sebagai beban pembangunan melaikan potensi yang


harus dimanfaatkan untuk menunjang proses pembangunan.
2. Tujuan Pemberdayaan Perempuan
Tujuan pemberdayaan perempuan adalah untuk menantang ideologi
patriarkhi yaitu dominasi laki laki dan subordinasi perempuan, merubah
struktur dan pranata yang memperkuat dan melestarikan diskriminasi
gender dan ketidakadilan sosial (termasuk keluarga, kasta, kelas, agama,
proses dan pranata pendidikan). Pendekatan pemberdayaan memberi
kemungkinan bagi perempuan miskin untuk memperoleh akses dan
penguasaan terhadap sumber sumber material maupun informasi,
sehingga proses pemberdayaan harus mempersiapkan semua struktur dan
sumber kekuasaan.
1.6 Metode Penelitian
A. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

B. Fokus penelitian yang diambil penulis yaitu Koordinasi antara lembaga


advokasi perempuan damar dengan badan pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak dalam upaya pemberdayaan perempuan.
C. Lokasi penelitian yaitu di Lembaga Advokasi Perempuan Damar,
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan
kelurahan karang raya kecamatan bumi waras Kota Bandar Lampung.
D. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer
Data primer diperlukan sebagai data untuk memperoleh informasi
yang akurat. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
lapangan penelitian, baik yang diperoleh dari pengamatan langsung
maupun wawancara kepada informan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian
untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari sumber data
primer. Data sekunder dapat berupa naskah, dokumen resmi,
literature, artikel, Koran dan sebagainya yang berkenaan dengan
penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk mengumpulkan data primer yang dibutuhkan dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
2. Wawancara
Wawancara

adalah

percakapan

dengan

maksud

tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara


(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2009;186)
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.

F. Teknik Analisis Data


1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dilokasi penelitian (data lapangan) dituangkan
dalam uraian laporan yang lengkap dan terperinci. Dalam bentuk
analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa
sehingga

kesimpulan-kesimpulan

akhirnya

dapat

ditarik

dan

diverifikasi.
2.

Penyajian Data

Penyajian data berguna untuk memudahkan peneliti melihat gambaran


secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian. Batasan yang
diberikan dalam penyajian data adalah sekumpulan informasi yang
tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan

tindakan.

Dalam

penelitian

ini,

penyajian

data

diwujudkan dalam bentuk uraian dengan teks naratif, dan foto atau
gambar sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah melakukan verifikasi secara terus
menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. yaitu sejak awal
memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data.
Peneliti menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan,
hal-hal yang sering timbul, yang dituangkan dalam kesimpulan.
G. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) atas keandalan (realibilitas). Derajat
kepercayaan atau kebenaran suatu penilaian akan ditentukan oleh
standar apa yang digunakan. Peneliti kualitatif menyebut standar
tersebut dengan keabsahan data.
Menurut Moleong (2007; 324) ada beberapa kriteria yang digunakan
untuk memeriksa keabsahan data, yaitu;
1. Derajat Kepercayaan (credibility)
Penerapan kriteria derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan
konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi:

pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat


kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan
derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian
oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Keteralihan
Kriterium keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari
nonkualitatif. Konsep validitas itu menyatakan bahwa generalisasi
suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks
dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada
sampel yang secara representatif mewakili populasi.
3. Ketergatungan
Kebergantungan merupakan substitusi reliabilitas dalam penelitian
nonkualitatif. Reliabilitas merupakan syarat bagi validitas. Dalam
penelitian kualitatif, uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi
peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa
memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependability-nya.
Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka
penelitian tersebut tidak dependable.
4. Kepastian (confirmability)
Dalam penelitian kalitatif uji kepastian

mirip

dengan

uji

kebergantungan, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara


bersamaan. Menguji kepastian (confirmability) berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian,
jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada. Kepastian yang
dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan disepakati
hasil penelitian tidak lagi subjektif tapi sudah objektif.

Daftar Pustaka

http://www.gemari.or.id/file/edisi143/gemari14324.pdf
http://www.damarperempuan.org/page/tentang-damar.html
http://www.damandiri.or.id/file/evirahmaliaipbbab1.pdf#page=1&zoom=auto,99,452
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33137/6/Cover.pdf
Tan, Mely G. 1995. Perempuan dan Pemberdayaan. Makalah dalam Kongres
Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI). Ujung Pandang.
Moleong, Lexy J.2007.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Posdakarya

Anda mungkin juga menyukai