Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sitiran
2.1.1 Pengertian Sitiran
Kata sitiran merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu citation. Sitiran dapat
ditemukan dalam teks, catatan kaki, bibliografi atau daftar referensi.
Sulistyo-Basuki (1983: 12) mendefinisikan sitiran merupakan karya yang dirujuk atau
digunakan sebagai bibliografi pada sebuah artikel atau buku.. Sedangkan menurut Harrods
dalam buku Librarian Glossary and Reference Book (1990: 20) citation adalah suatu rujukan
pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu
dimuat. Dari kedua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa sitiran adalah daftar pustaka atau
bibliiografi dari sejumlah artikel atau dokumen yang dirujuk atau dikutip oleh sebuah dokumen
dan setiap daftar pustaka dokumen tersebut dimuat dalam bibliografi dokumen yang mengutip.
Kadang-kadang citation dianggap sinonim dengan referensi, tetapi bila kedua istilah tersebut
diteliti dalam kamus bahasa ternyata makna istilah tersebut memiliki makna yang berbeda.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1078) dinyatakan bahwa sitiran adalah menyebut
atau menulis kembali kata-kata yang telah disebut (ditulis) orang lain. Referensi berarti rujukan
atau petunjuk, sedangkan citation (sitiran) berarti kutipan. Sedangkan Purnomowati (2005: 3)
menyatakan bahwa sitasi, sitiran atau citation adalah informasi ringkas tentang dokumen yang
disitir dan disisipkan dalam teks, sementara informasi selengkapnya dimuat pada daftar
referensi. Referensi yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah deskripsi bibliografi dari
dokumen yang disitir, umumnya disusun berupa daftar yang disajikan pada akhir bab pada suatu
artikel atau buku.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa sitiran adalah pernyataan yang
diterima suatu dokumen dari dokumen yang lain atau karya yang digunakan sebagai bibliografi
pada sebuah artikel atau buku. Sedangkan rujukan adalah pernyataan yang diberikan sebuah
dokumen kepada dokumen yang lain atau daftar pustaka yang dijadikan acuan oleh penulis
dalam menyusun karya tulisnya. Sitiran selalu berhubungan dengan dua jenis data, yaitu data
yang disitir (yang telah terbit sebelumnya) dan data yang menyitir. Data yang dikaji dalam
analisis sitiran adalah data yang disitir yang terdapat dalam dokumen yang menyitir. Sehubungan

Universitas Sumatera Utara

dengan hal tersebut di atas Guha dalam Elita (2008: 5) mengemukakan beberapa penggunaan
sekunder sitiran:
1. Dipergunakan sebagai bibliografi
2. Mempersiapkan daftar peringkat majalah
3. Dipergunakan sebagai daftar peringkat
4. Mengetahui hubungan penggunaan berbagai bentuk dokumen
5. Mengetahui umur penggunaan dokumen
6. Mengetahui keterhubungan dan keterkaitan subjek-subjek
7. Mengetahui asal-usul atau akar dari subjek ilmu
8. Kajian sitiran dari abstrak/indeks majalah dan kegunaannya
Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa sitiran sangat dibutuhkan dalam
menulis suatu karya ilmiah atau karya tulis. Karena dengan adanya sitiran tersebut sangat
membantu para peneliti berargumen melalui teori dan studi empiris dan juga dapat membantu
pembaca untuk membedakan idea tau pemikiran penulis dengan kesimpulan dari literatur.
Sophia (2002: 3) menyatakan bahwa arti sitasi atau citation adalah :
1. Action of citing any word or written passage, quotation
2. A reference to a passage in a book
3. To cie (a book, auto etc) for a particular statement or passage
4. To copy or repeat (a passage, statement, etc) from book, document, speech,
with some indication that one is giving a words of another.

etc

Dari pernyataan Sophia di atas dapat diartikan bahwa sitasi menunjukkan asal-usul atau
sumber suatu kutipan, mengutip pernyataan atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan
mencantumkannya di dalam suatu karya tulis yang dibuat, namun tetap mengindikasikan bahwa
kutipan tersebut itu adalah pernyataan orang lain.
Alasan penulis menyitir suatu dokumen dalam karya tulisnya berbeda-beda, tergantung
aspek yang dikaji . Beberapa alasan ilmuan dalam menyitir literatur dalam rangka penulisan
karya ilmiah mereka, antara lain menurut Grafield dalam Linda Smith (1981: 84) seorang penulis
menyitir penulis lain karena alasan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Paying homage to pioneers


Giving credit for related work (homage to peers)
Identifying methodology, equipment, etc.
Providing background reading
Correcting ones own work
Correcting the work of others
Criticizing previous work
Substantiating claims
Alerting to forthcoming work

Universitas Sumatera Utara

10. Providing leads to poorly disseminated, poorly indexed, or uncited


Work.
11. Authenticating data and classes of fact-physical constants, etc.
12. Identifying original publications in which an idea or concept was discussed
13. Identifying original publications or other work describing an epo-nymic concept or
term...
14. Disclaiming work or ideas of others (negative claims)
15. Disputing priority claims of others (negative hormage).
Dari pernyataan di atas Sulistyo-Basuki(1999: 5) mengartikan sebagai berikut:
1. Memberikan penghormatan kepada para pelapor dalam bidang yang bersangkutan.
Hal ini dilakukan karena ilmu pengetahuan merupakan akumulasi dari ilmu yang
telah ada sebelumnya.
2. Memberikan penghargaan terhadap karya yang bersangkutan.
3. Mengidentifikasi metodologi, pendekatan teori, sarana yang digunakan dalam
penulisan makalah.
4. Memberikan latar belakang bacaan bagi mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut
tentang subjek yang sudah ditulis.
5. Mengoreksi baik karya sendiri maupun karya orang lain.
6. Memberikan kritik terhadap pekerjaan sebelumnya.
7. Memperkuat klaim atas penemuan tentang sesuatu.
8. Memberikan petunjuk pada karya yang tidak diterbitkan, tidak tercakup majalah
indeks dan abstrak atau jarang dikutip penulis lain.
9. Sebagai tanda penghargaan pada peneliti sebelumnya, yang telah melakukan
penelitian pada bidang yang sama, penghormatan pada penulis sebelumnya.
10. Sebagai panduan untuk orang lain yang akan mendalami subjek yang disebutkan
dalam daftar kepustakaan
Sitiran dilatarbelakangi oleh hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen
yang disitir. Sebagai contoh adalah karya Sulistyo-Basuki berjudul Mengenal Metode, Sumber,
dan Hasil Penelitian Analisis Sitiran di Indonesia yang diterbitkan tahun 1983 ternyata
tercantum pada daftar pustaka dalam artikel Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi tahun 2005
yang berjudul Analisis Sitiran terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara karya Jonner Hasugian. Hal ini berarti bahwa
karya Sulistyo-Basuki telah mendapat satu sitiran. Selanjutnya karya Sulistyo-Basuki juga
tercantum pada daftar pustaka skripsi Donni Yudha Prawira tahun 2005 yang berjudul Analisis
Sitiran terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. Hal ini dapat disimpulkan bahwa karya Jonner Hasugian dan karya
Doni Yudha Prawira merujuk pada karya Sulistyo-Basuki karena adanya subjek atau topik yang

Universitas Sumatera Utara

saling berhubungan diantara karya-karya mereka. Dalam hal ini, karya Sulistyo-Basuki telah
mendapat dua sitiran dan begitu seterusnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka karya Sulistyo-Basuki diistilahkan dengan dokumen
satu dan disingkat dengan X1 sedangkan karya Jonner Hasugian dan karya Donni Yudha Prawira
diistilahkan dengan dokumen a dan dokumen b disingkat dengan Xa dan Xb. Dengan demikian,
X1 disebut dengan cited document (dokumen yang disitir) sedangkan Xa dan Xb disebut sebagai
citing document (dokumen yang menyitir). Hal tersebut merupakan istilah yang digunakan dalam
bibliometrika. Aspek yang dikaji dalam bibliometrika cukup banyak dan salah satunya adalah
analisis sitiran.

2.2 Analisis Sitiran


Dengan menganalisa data rujukan peneliti dapat mengukur dampak suatu artikel,
penulis, publikasi (majalah) dan penerbit. Semakin tinggi frekuensi suatu artikel dirujuk, makin
besar dampaknya bagi perkembangan ilmu dan teknologi. Analisa data rujukan dapat membantu
peneliti mengetahui jenis dan cakupan topik-topik yang pernah diteliti, sehingga memudahkan
pemilihan topik-topik yang akan diteliti.
Sitiran selalu berhubungan dengan dua jenis data yaitu :
a. Dokumen yang disitir (cited document), yaitu rujukan yang merupakan sebuah
dokumen atau unsur yang menunjukkan unit sumber.
b. Dokumen yang menyitir (citing document), yaitu dokumen yang merupakan unit
penerima.
Semakin tinggi jumlah suatu sitiran dokumen, maka dokumen tersebut dapat dikatakan
semakin bermutu. Semakin banyak karya ilmiah disitir oleh karya lainnya, maka semakin tinggi
peringkat karya ilmiah tersebut. Peringkat atau kualitas karya ilmiah ini disebut nilai faktor
dampak atau disebut impact factor.
Analisis sitiran pertama kali digunakan oleh Gross dan Gross pada tahun 1927.
Kemudian Gardfield dalam Hartinah (2002: 5) menganalisis setiap bidang pengetahuan untuk
mengevaluasi jurnal dan tulisan yang paling banyak disitir oleh jurnal lain atau penulis lain.
Analisis sitiran banyak digunakan dalam kajian bibliometrika yang lazim digunakan pada karya
ilmiah seperti skripsi, disertasi, monograf dan jurnal. Analisis sitiran dapat diterapkan untuk
keperluan praktis seperti untuk menentukan pengembangan koleksi, menentukan kebijakan

Universitas Sumatera Utara

penyiangan, menentukan anggaran perpustakaan maupun untuk keperluan teoritis seperti sejarah
pengetahuan. Analisis sitiran dapat dikaji mencakup : peringkat jurnal dan pengarang yang
disitir; tahun sitiran; asal geografis bahan sitiran; lembaga yang ikut dalam penelitian; gugus
jurnal yang disitir; subjek yang disitir; jumlah langkah berdasarkan teori draf dan paro hidup
jurnal.
Hurt dalam Elita (2008: 9) mengemukakan bahwa menurutnya analisis sitiran biasanya
dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan literatur pada subjek tertentu yang
juga berkorelasi dengan perkembangan subjek tersebut. Sehingga dari tiap kelompok subjek
dapat diketahui kelas subjek yang dominan.
Analisis sitiran merupakan bagian dari bibliometrika, menurut Ikpaahindi dalam Elita
(2008: 9) metode bibliometrika dapat dilakukan dengan cara penghitungan analisis sitiran
langsung (direct citation counting) yang digunakan dalam analisis sitiran. Oleh karena itu
pengertian analisis sitiran mengandung makna yang sama dengan kajian sitiran, bahkan secara
lebih lengkap disebut kajian analisis sitiran.
Analisis sitiran adalah analisis atas sejumlah sitiran atau sejumlah rujukan yang terdapat
dalam tulisan ilmiah atau literatur primer. Kajian sitiran didasarkan pada hubungan
antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir (Martyn 1975: 290).
Hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir dapat ditelusuri
melalui motivasi, tujuan, dan fungsi sitiran (Mustikasari, 2002: 9).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa analisis sitiran adalah suatu
bagian dari bibliometrika yang mengkaji tentang sitiran yang terdapat dalam sebuah tulisan
ilmiah atau literatur primer.
Sehubungan dengan hal di atas Hartinah (2002: 9) menyatakan bahwa analisis sitiran
banyak digunakan sebagai cara untuk menentukan berbabagai kepentingan atau
kebijakan, antara lain adalah: evaluasi program penelitian; pemetaan ilmu pengetahuan;
visualisasi suatu disiplin ilmu; indikator ilmu pengetahuan dan teknologi; faktor dampak
dari suatu jurnal (Journal Impact Factor), kualitas jurnal dan untuk pengembangan
koleksi jurnal. Suatu ukuran jurnal yang mempunyai pengaruh kuat juga dapat dilakukan
dengan analisis sitiran. Ukuran ini dapat menghasilkan daftar jurnal inti, yang akan
menentukan pengembangan koleksi jurnal di perpustakaan yaitu menentukan jurnal yang
akan dilanggan.
Ada beberapa metode analisis sitiran yaitu :
a. Menghitung jumlah sitiran : menentukan sumber yang akan digunakan dalam
penelitian. Sumber yang digunakan dapat berupa jurnal, buku, disertasi dan
sejenisnya. Saat ini, yang paling banyak dikaji adalah jurnal.

Universitas Sumatera Utara

b. Indeks kesegeraan (immediacy index) adalah untuk menghitung peringkat


berdasarkan perbandingan sitasi satu jurnal dalam tahun tertentu dengan jumlah
artikel yang diterbitkan oleh jurnal tersebut pada tahun yang sama. Indeks ini
menujukkan suatu ukuran seberapa cepat sekelompok dokumen (artikel) dari suatu
jurnal disitir pada tahun yang sama.
c. Faktor dampak (impact factor) adalah ukuran pengaruh suatu kelompok dokumen
pada suatu kelompok yang ditentukan. Ukuran ini diperoleh dari perbandingan antara
berapa kali sebuah majalah diacu dengan jumlah artikel yang diterbitkan oleh majalah
tersebut pada periode tertentu.
d. Berdasarkan sitiran per N kata dilakukan dengan menghitung jumlah sitiran dalam
waktu tertentu (Mirmani 2009: 7)
Aspek-aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah sebagai berikut: pola sitiran,
karakteristik dokumen, dan pola kepengarangan (Sutardji 2003: 4). Pola sitiran mencakup
jumlah sitiran, dan jumlah otositiran (self-citation). Oto sitiran adalah artikel yang pengarangnya
menyitir tulisan sendiri. Karakteristik dokumen adalah sifat yang berkaitan dengan jenis, tahun
terbit, usia, bahasa pengantar dokumen yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir.
Sedangkan pola kepengarangan mencakup jumlah penulis, penulis yang paling sering disitir,
pengarang tunggal atau ganda.
Menurut Brittain dan Line yang dikutip oleh Sutarji (2003: 15), analisis sitiran
merupakan jenis penelitian yang dimaksudkan untuk:
a. Mengidentifikasi literatur atau judul inti
b. Mengelompokkan sumber-sumber menurut literatur yang disitir yang memiliki
kesamaan
c. Melihat cakupan bahan-bahan dalam jasa sekunder
d. Mengetahui ukuran dan struktur literatur menurut bahasa, usia, negara asal, subyek,
bentuk atau gabungan dari parameter ini.
e. Mengetahui pemakaian literatur yang lainnya oleh para penulis menurut bahasa, usia,
dsb.
f. Mengetahui rata-rata pertumbuhan literatur.
g. Mengetahui penyebaran pengetahuan terekam.
h. Mengetahui kegiatan penyitiran.
i. Melihat kepengarangan, tunggal, jamak, dan lain sebagainya.
Selain pendapat di atas Garfield yang dikutip oleh Hartinah (2002: 3) menyatakan bahwa
analisis sitiran banyak digunakan dalam kajian bibliometrika karena jelas mewakili subjek yang
diperlukan, tidak memerlukan interpretasi, valid dan reliable. Dalam menggunakan kajian
analisis sitiran, masalah yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Hanya penulis utama yang menjadi perhatian
2. Penulis yang mempunyai nama sama, bidang sama dibutuhkan informasi tambahan
nama institusi

Universitas Sumatera Utara

3. Jenis sumber dokumen (artikel, makalah, dan lain-lain)


4. Tidak dibatasi oleh waktu
5. Untuk bidang yang multidisiplin, kesulitan untuk analisis subjek.
Berdasarkan beberapa penegasan di atas, dapat dinyatakan bahwa kajian analisis sitiran
digunakan karena adanya beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan di dalam menganalisis
sitiran suatu dokumen. Kegiatan sitir-menyitir merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam
penulisan sebuah karya tulis dan merupakan hal yang umum dilakukan oleh seorang peneliti atau
penulis, karena untuk menghasilkan karya atau dokumen baru sangat membutuhkan bahan
rujukan yang telah terbit sebelumnya serta mempunyai kaitan dengan dokumen yang
menyitirnya.
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya ditemukan kesulitan-kesulitan yang disebabkan
oleh asumsi-asumsi pada kajian sitiran berkaitan dengan masalah-masalah yang ada pada sumber
data sitiran, baik dari berbagai sumber maupun sumber sekunder seperti indeks sitiran.
Smith (1981: 91-93) membahas permasalahan tersebut dan cara menanganinya dengan
analisis statistik. Masalah-masalah tersebut adalah:
1. Multiple authorship.
2. Self-citations.
3. Homographs.
4. Synonyms.
5. Types of sources.
6. Implicit Citations.
7. Fluctuations with time.
8. Field variations.
9. Errors.
Dari beberapa permasalahan tersebut dapat dijelaskan dengan uraian berikut.
1. Kepengarangan ganda (Multiple authorship). Daftar artikel sitiran dalam indeks
sitiran hanya mencakup nama pengarang pertama. Untuk menemukan semua sitiran
pada publikasi dari pengarang yang tercantum, termasuk mereka yang bukan
pengarang pertama pustakawan membutuhkan sebuah bibliografi sehingga semua
artikel dalam indeks sitiran dapat diperiksa. Pustakawan sebaiknya memperhatikan
urutan nama pengarang dalam mengalokasikan kredit, sebagaimana urutan ini sering
sebagai sebuah indikasi kontribusi tiap pengarang untuk hasil karya yang
dipublikasikan.
2. Sitiran karya pribadi (Self-Citation). Jika sitiran pribadi dihilangkan dari hitungan
sitiran, hal ini dengan mudah dilakukan pada makalah yang dihasilkan oleh
pengarang tunggal. Pada pengarang ganda sangat sulit untuk menghapus sitiran
pribadi, misalnya referensi-referensi dari berbagai anggota kelompok penelitian
kepada anggota kelompok lainnya dalam penelitian. Dalam permasalahan ini

Universitas Sumatera Utara

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

seseorang harus mencari sumber yang dapat mengidentifikasikan semua anggota


kelompok penelitian.
Homograf (Homographs). Banyak ilmuwan dengan nama dan inisial yang sama dapat
diperkenalkan dalam bidang yang sama. Untuk membedakan diantara mereka,
informasi tambahan seperti badan afiliasi diperlukan.
Sinonim (Synonyms). Sitiran akan tersebar melalui bentuk standar untuk nama
pengarang dengan sejumlah variabel inisial (misalnya Licklider, J; Licklider, JC;
Licklider, JCR). Nama jurnal juga menciptakan masalah sinonim ketika hasil karya
mendefinisikan variasi-variasi dalam bentuk singkatan pada judul, jurnal gabungan,
perubahan menjadi jurnal baru, pergantian judul, dan hasil terjemahan. Ada
keharusan untuk menentukan mana bentuk yang sepadan untuk tujuan analisis sitiran.
Tipe-tipe sumber (Types of Sources). Tipe-tipe sumber yang digunakan dalam
analisis sitiran dapat mempengaruhi hasil. Analisis rujukan digambarkan dalam jurnal
dan monograph menunjukkan perbedaan, beberapa diantaranya lebih luas pada
distribusi waktu, bentuk material yang disitir, subjek yang menyitir sitiran pribadi
dan sitiran-sitiran diantara ilmu-ilmu sosial, dan asal negara publikasi yang disitir.
Sitiran Implisit (Implicit Citations). Kebanyakan analisis sitiran menggunakan sitiran
yang eksplisit, kecuali A&HCI mencakup sitiran implisit. Sayangnya sitiran implisit
sering ditemukan berupa istilah (eponim) dalam literatur ilmiah dan makalah yang
mengandung ide penting yang perlu diketahui lebih luas lebih penting untuk disitir.
Jika seorang peneliti menggunakan analisis sitiran untuk mengukur pengaruh seorang
pengarang, sitiran implisit tersebut gagal jika diikutsertakan.
Fluktuasi dengan waktu (Fluctuations with time). Ada banyak variasi dalam analisis
sitiran dari tahun ke tahun yang lainnya, jadi data sitiran sebaiknya tidak terlalu
terikat dengan waktu.
Variasi bidang derajat sitiran (Field Variations). Tingkat kriteria sebagai perbaikan
tingkat sitiran, karena penghitungan sitiran sebagai sebuah ukuran kualitas hasil
penelitian tidak hanya oleh nilai kesesuaian kerja tersebut, tapi juga ukuran keluasan
sitiran yang sesuai dengan bidang penelitian tersebut.
Kesalahan (Error) . Tentu saja, analisis sitiran, termasuk semua sitiran berdasarkan
pada indeks sitiran, mungkin saja tidak lebih akurat dibanding alat lain yang
digunakan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang sering terjadi pada
sumber data sitiran adalah kepengarangan ganda, sitiran karya pribadi, homograf, sinonim, tipetipe sumber, sitiran implisit, fluktuasi dengan waktu, variasi bidang derajat sitiran dan kesalahan.

2.2.1 Manfaat Analisis Sitiran


Dengan menganalisa data rujukan peneliti dapat mengukur dampak suatu artikel, penulis,
publikasi (majalah) dan penerbit. Semakin tinggi frekuensi suatu artikel dirujuk, makin besar
dampaknya bagi perkembangan ilmu dan teknologi. Analisa data rujukan dapat membantu

Universitas Sumatera Utara

peneliti mengetahui jenis dan cakupan topik-topik yang pernah diteliti, sehingga memudahkan
pemilihan topik-topik yang akan diteliti.
Analisis sitiran dapat diterapkan untuk keperluan praktis seperti untuk menentukan
pengembangan koleksi, menentukan kebijakan penyiangan, menentukan anggaran perpustakaan
maupun untuk keperluan teoritis seperti sejarah pengetahuan.
Menurut Linda Smith (1981: 94) analisis sitiran dapat diterapkan dalam berbagai
bidang, seperti:
1. Literature of studies. In this case one looks at citations in a particular subject area to
describe patterns of citation. Characteristics of cited materials frequently examined
include types, age, highly cited authors and journals, languages and countries of
origin, and subject distribution.
2. Type of literature. Citation analysis can be used to gauge the dissemination of results
reported in certain types of literature, such as government documents, dissertations,
or the exchange literature of regional scientific societies.
3. User studies. Although studies in this category are descriptive, they have
implications for collection development and design of services. One approach is the
analysis of reference lists in works written by library users, e.g., term papers,
theses/dissertations or technical reports, in order to determine types of materials, age
of materials, subject, language, and whether locally owned.
4. Historical studies. Historical research using citation analysis is based on a literary
model of the scientific process. Citations can be used to trace the chronology of
events, relationships among them, and their relative importance. Mis- sing and
implicit citations obviously pose problems for such an analysis.
5. Communication fiatterns. Citations can be thought of as plausi- ble indicators of
scientific communication patterns. Although citation linkages do not necessarily
reflect social contacts, it is probable that there is a certain amount of congruence
between documental and social structures.
6. Evaluative bibliometrics. In these studies, citation analysis is defined as the
evaluation and interpretation of the citations received by articles, scientists,
universities, countries, and other aggregates of scien-tific activity, used as a measure
of scientific influence and productivity
7. Information retrieval. Use of citation relations has perhaps had the greatest impact in
information retrieval where citations have been used to augment more traditional
approaches to literature searching. Experiments by Salton have confirmed that
citations are useful supplements to keywords in identifying relevant documents.
8. Collection development. It is appropriate tobegin the discussion of citation analysis
as a tool for collection development with Caylesss observation that the main
purpose of quantitative measures is to provide information on which to base
qualitative judgments, not to replace them.
Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa analisis sitiran merupakan kajian yang
diterapkan dalam berbagai bidang, antara lain untuk mengetahui karakteristik literatur yang

Universitas Sumatera Utara

disitir oleh para ilmuwan dan peneliti lain, misalnya untuk mengetahui majalah terpenting dalam
bidang tertentu.
Menurut Pest yang dikutip oleh Elita (2008: 8) menyatakan bahwa analisis sitiran
adalah teknik yang dapat diterima untuk mengukur pemanfaatan perpustakaan guna keperluan
penelitian, untuk itu analisis sitiran dilakukan bersama dengan kajian sirkulasi. Hasil dari
analisis sitiran dapat dijadikan indikator terhadap pemakaian atau penggunaan bahan pustaka,
meskipun demikian diperlukan indikator lain seperti data statistik bahan pustaka yang dibaca
ditempat, serta statistik sirkulasi peminjaman, hal ini disebabkan banyak bahan pustaka yang
dibaca namun tidak disitir, sebaliknya pengarang kadang hanya menyitir sebagian kecil dari
bahan bacaannya. Namun kajian sitiran tetap layak untuk dijadikan indikator pemakaian literatur
di pusat informasi karena sifatnya yang memberikan kenetralan atau tidak menonjol
(unobstrusive). Sedangkan untuk sitiran tersebut yang menjadi indikator nya adalah artikelartikel yang bersangkutan dan daftar pustaka.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa analisis sitiran dapat dijadikan
sebagai indikator pemakaian atau penggunaan bahan pustaka.
Menurut Weinstock dalam Prawira (2005: 24) pentingnya studi seperti analisis sitiran
yang digunakan untuk mengevaluasi koleksi karena sitiran merupakan uraian untuk menemukan
keberadaan dokumen tersebut, serta merupakan keterkaitan antara dokumen yang menyitir
dengan yang disitir, yang berfungsi sebagai :
1. Memberikan penghormatan kepada pelopor bidang ilmu
2. Mengakui atau memuji hasil karya orang lain
3. Mengidentifikasi metodologi serta peralatan yang digunakan dalam menghasilkan
karya tersebut
4. Mengkoreksi pekerjaan sendiri
5. Mengkritik atau mengkoreksi hasil karya orang lain yang telah terbit sebelumnya
6. Memperkuat klaim terhadap suatu penemuan
7. Kesiagaan terhadap penelitian berikutnya
8. Bukti keaslian data
9. Identifikasi penerbitan yang asli dimana suatu gagasan atau konsep telah dibahas
10. Memberikan latar belakang bacaan.
Bagi perpustakaan hal tersebut di atas dapat menjadi masukan dalam pengembangan
koleksi seperti yang dinyatakan oleh Sulistyo-Basuki (2002: 8) bahwa aplikasi kuantitatif dari
bibliometrika yang banyak bermanfaat bagi perpustakaan adalah :
1. Identifikasi literatur inti

Universitas Sumatera Utara

2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai


disiplin ilmu yang berlainan
3. Menduga keluasan literatur sekunder
4. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada berbagai subjek
5. Mengukur manfaat SDI dan restropektif
6. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang, dan yang mendatang
7. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai ilmu
8. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas
anggaran belanja
9. Mengembangkan model eksperimental yang berkolerasi atau melewati model yang
ada
10. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat
11. Memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif
12. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi
13. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah
14. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh
disiplin
15. Mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto-indexing
16. Mengembangkan norma pembakuan.
Berdasarkan uraian teori di atas, dapat dinyatakan bahwa manfaat analisis sitiran adalah
mengidentifikasi berbagai literatur, untuk pengembangan koleksi pada perpustakaan, evaluasi
bibliometrika, mengkoreksi karya sendiri dan karya orang lain, temu kembali informasi,
mengetahui keusangan literatur, kajian sejarah, mengetahui pemakaian bentuk atau jenis
literatur, kajian pengarang dan pamakai.
2.3 Kriteria dalam Menyitir Dokumen
Seorang peneliti harus memahami kriteria dalam menyitir dokumen yang akan dijadikan
rujukan. Oleh karena itu, sebuah dokumen yang akan disitir oleh pengarang atau peneliti harus
relevan dengan karya ilmiah yang ditulis. Dengan demikian, tidak semua dokumen yang
berkaitan dapat langsung dikutip atau disitir tetapi harus benar-benar relevan dengan topik yang
diteliti.
Pengambilan keputusan untuk menyitir suatu dokumen dilakukan dengan menerapkan
beberapa kriteria. Menurut Wang dan Soegel yang dikutip oleh Andriani (2003: 11) kriteria
merupakan suatu filter yang diaplikasikan oleh penulis dalam membuat suatu keputusan.
Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen yang akan disitir adalah :
1. Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
penulis. Topik permasalahan harus diketahui oleh penulis yang akan menilai
dokumen. Pengetahuan mengenai topik mencakup who (siapa yang menulis), when

Universitas Sumatera Utara

2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.

(kapan topik tersebut didiskusikan), where (di mana topik itu menjadi berarti), dan
how (bagaimana hubungan topik itu dengan topik lain)
Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen tersebut ditunjuk
Disiplin ilmu atau subjek area. Penulis kemungkinan akan mengambil dokumen yang
mempunyai disiplin ilmu yang sama dengan penelitian yang sedang dikerjakan
Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang sangat
substansial di bidangnya, karena memuat teknik, metode atau teori yang dipakai
sepanjang waktu
Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman pengarang terhadap suatu jurnal akan
mempengaruhi proses seleksi dokumen
Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang yang menjadi figur dalam bidangnya
akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang besar pula untuk disitir
Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang belum diketahui
sebelumnya atau sesuatu yang baru
Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan
Recency/kemutakhiran, membandingkan corak baru suatu dokumen dengan topik
yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan waktu penerbitan.

Selain kriteria di atas, terdapat beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus
dipertimbangkan. Dengan demikian, tidak hanya kriteria dari dalam dokumen saja yang perlu
menjadi penilaian terhadap dokumen yang akan disitir. Menurut White and Wang yang disitir
oleh Andriani (2003: 12) ada beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus
dipertimbangkan, yaitu :
1. Kemudahan dalam mendapatkan dokumen. Liu (1993: 13) menunjukkan bahwa
rujukan dokumen yang tertera pada daftar pustaka secara positif berhubungan dengan
ketersediaan dokumen tersebut di perpustakaan institusi penulis. Artinya, jumlah
rujukan yang disitir tergantung pada kelengkapan atau jumlah koleksi perpustakaan
institusi penulis
2. Syarat khusus. Keahlian atau alat yang diperlukan untuk menggunakan suatu
dokumen menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan penulis dalam menyitir
dokumen. Diantaranya adalah penguasaan bahasa, penguasaan alat yang dipakai
untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalam microfilm
3. Kendala waktu. Dokumen yang dianggap relevan sebagai rujukan terkadang tidak
dapat digunakan karena waktu yang terbatas, seperti halaman terlampau tebal sehinga
tidak sempat terbaca.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa kriteria dalam menyitir
dokumen tidak hanya terdapat didalam dokumen, tapi dari luar dokumen juga perlu untuk
dipertimbangkan. Hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dari luar dokumen adalah
keahlian dan penguasaan bahasa untuk membaca sebuah dokumen, misalnya dokumen yang

Universitas Sumatera Utara

tersimpan dalam microfilm. Hal juga yang sangat penting dari dalam dokumen yaitu
kepengarangan, nama atau judul jurnal, topik, tipe dokumen serta kemutakhiran dokumen.

2.4 Sumber-Sumber Sitiran


Jenis-jenis literatur ada dua yaitu literatur primer dan sekunder.Menurut ALA Glosary of
Library and Information Science (1983),
literatur primer adalah karya tulisan asli yang memuat kajian mengenai sebuah teori baru,
atau penjelasan suatu gagasan dalam berbagai bidang. Literatur primer bisa berupa artikel
majalah ilmiah, laporan penelitian, disertasi, paten, standard, makalah seminar dan lainlain.Dari literatur dapat diperoleh data asli serta pemikiran awal para ilmuan. Literatur
primer dapat berupa artikel jurnal, hasil penellitian, monograf, paten, karya akademik
(skripsi, tesis, disertasi). Sedangkan literatur sekunder merupakan literatur yang berisi
informasi mengenai literatur primer. Literatur sekunder menawarkan literatur primer
dengan cara meringkas atau membuat indeks, jadi literatur sekunder tidak berisi
pengetahuan baru, melainkan hanya mengulang dan menata pengetahuan yang sudah ada.
Literatur ini termasuk dalam jenis koleksi referensi seperti kamus, ensiklopedi, thesaurus,
direktori, majalah abstrak, majalah indeks, bibliografi, tinjauan literatur, termasuk juga
pangkalan data dan lain-lain.
Literatur sekunder merupakan penjelasan serta pembahasan literatur primer. Hal ini
disebabkan, literatur sekunder menyampaikan keterangan lebih rinci tentang data bibliografi
literatur primer, antara lain: Indeks, katalog dan bibliografi tidak menerangkan data tentang judul
naskah yang diperlukan oleh pengguna.
2.5 Relevansi
Suatu dokumen akan disitir oleh pengarang bila dokumen tersebut relevan dengan karya
ilmiah yang ditulis. Secara umum, defenisi relevansi adalah kecocokan atau

kesesuaian.

Menurut Green dalam Andriani (2003: 11), relevance ialah sesuatu sifat yang terdapat pada
dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi.
Selanjutnya Andriani (2003: 11) menyatakan bahwa Relevansi merupakan suatu yang difahami
oleh pengguna pada saat memilih dokumen. Sedangkan menurut Purnomo (2006: 9) Dokumen
yang relevan artinya dokumen-dokumen yang didapatkan dapat memenuhi kebutuhan informasi
yang sedang dibutuhkan.
Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa relevansi merupakan suatu sifat pada
dokumen yang dipahami oleh pengguna untuk menyitir suatu dokumen yang sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

dokumen yang disitir dan yang diperoleh dari sumber informasi tertentu sehingga informasi
didapatkan tersebut dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
Paisley yang dikutip oleh Andriani (2003: 10) menyatakan bahwa perceived relevance
(adanya hubungan) dan utility (kegunaan) sebagai variabel terpenting bagi pengarang dalam
menilai suatu dokumen yang disitir. Nilai kegunaan suatu dokumen dapat dilihat dari beberapa
hal salah satu diantaranya adalah : functional values , yakni kegunaan suatu dokumen karena
memberi kontribusi pada tugas atau penelitian yang dilakukan.
Dokumen dinilai relevan apabila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau
berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance). Untuk mengetahui tingkat relevansi
suatu subjek dokumen dengan menggunakan pendekatan. Pendekatan yang digunakan untuk
menguji atau menganalisi relevansi adalah dengan menggunakan pendekatan subjek dan
klasifikasi. Pendekatan sistem klasifikasi subjek yaitu dengan melakukan pengklasifikasian
terhadap setiap judul daftar pustaka yang disitirnya dengan menggunakan Dewey Decimal
Classification (DDC) edisi ke 22 sebagai bagan notasi klasifikasi serta menetapkan subjek yang
disitirnya dengan mengggunakan Library of Congress Subject Heading (LCSH) sebagai daftar
tajuk subjek.
Burgin yang disitir Mustangimah (1998: 31) membagi tingkat relevansi menjadi 3 bagian
dan mendefenisikannya sebagai berikut:
1. Sangat relevan (Highly Relevant), yaitu bahwa makalah adalah respon langsung bagi
pertanyaan.
2. Relevan marjinal (Marginally Relevant), yaitu bahwa topik makalah relevan, tetapi
bukan respon langsung bagi pertanyaan.
3. Tidak relevan (Not relevant), yaitu bahwa makalah tidak relevan dengan pertanyaan.
Dari pendapat tentang pembagian tingkat relevansi di atas, dapat diketahui bahwa relevansi
dapat dibagi dalam tiga kriteria yaitu sangat relevan, relevan marjinal dan tidak relevan. Untuk
mengetahui adanya sesuatu kesesuaian antara subjek yang disitir dengan subjek yang menyitir,
maka dilakukan pengklasifikasian terhadap dokumen yang disitir dan dokumen yang menyitir.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan relevansi subjek
dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir adalah suatu kesesuaian ataupun
kecocokan subjek dari suatu disiplin ilmu tertentu pada satu dokumen. Dokumen yang disitir
(dikutip) harus sesuai dengan dokumen yang menyitir (mengutip). Dengan semakin tingginya
tingkat kesesuaian (relevan) dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir akan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai