Anda di halaman 1dari 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI


PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Yunita Eka Sari1, Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd.Si2, Ahmad Amin, M.Si.3
1

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika


dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,
Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia
ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun
Pelajaran 2015/2016. Rumusan masalah penelitian ini Apakah Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Purwodadi setelah diterapkan Model
Pembelajaran Think Pair Share (TPS) secara signifikan Tuntas?. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika di kelas X SMA
Negeri Purwodadi tahun 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan
metode eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi
yang berjumlah 201 siswa dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X.2
berjumlah 30 siswa yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan
uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf kepercayaan = 0,05, diperoleh
(3,607) > (1,699) diterima dan ditolak. Dimana hasil rata-rata
kognitif siswa 76,53%, ketuntasan siswa 70% siswa dan tidak ketuntasan siswa
30% sehingga dapat disimpulkan setelah menerapkan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) pada pembelajaran fisika siswa kelas X SMA Negri Purwodadi
tahun pelajaran 2015/2016 secara signifikan Tuntas.

Kata kunci : Think Pair Share (TPS), Hasil Belajar


A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam


kehidupan manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting
dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia serta dalam rangka

mencapai kelestarian dan kemajuan suatu bangsa. Dalam


keberhasilan

pelaksanaan

pembangunan

tersebut

upaya meraih

mutlak

diperlukan

penguasaan serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Ilmu pengetahuan alam mempunyai pengaruh cukup penting terhadap
kemajuan teknologi. Oleh sebab itu peningkatan kualitas pendidikan dan
sistem pengajaran fisika perlu diperbaharui. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan mencari dan menerapkan sistem dan metode-metode baru dalam
bidang pendidikan dan pembelajaran.
Salah satu cara yang ditempuh adalah penggunaan metode dan model
pembelajaran yang sesuai dengan karatersistik pembelajaran maupun kondisi
internal kelas. Banyak siswa pada jenjang sekolah menengah atas yang
menganggap pelajaran fisika sangat sulit untuk dipahami. Seperti di SMA
Negeri Purwodadi, berdasarkan

hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti dengan salah satu guru mata pelajaran fisika di SMA
Negeri Purwodadi pada tanggal 29 Juli sampai 04 Agustus, beliau
mengungkapkan bahwa pencapaian kompetensi mata pelajaran fisika kurang
optimal dan belum sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini terlihat pada nilai rata-rata ulangan tengah semester fisika pada
semester I tahun pelajaran 2015/2016 disalah satu kelas yang berjumlah 32
siswa, hanya 7 siswa (21,87%) yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sedangkan 25 siswa (78,13%) belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70.
Permasalahan tersebut berakibat pada hasil belajar fisika siswa yang masih
sangat rendah.
Proses pembelajaran fisika yang diterapkan di SMA Negeri Purwodadi
selama ini terpusat pada guru sehingga membuat siswa kurang begitu
menyukai mata pelajaran fisika dan mereka merasa bosan ketika belajar fisika
dan menganggap mata pelajaran fisika sebagai mata pelajaran yang sangat
sulit untuk dipahami.
Hal itu terjadi karena pembelajaran fisika yang dilakukan cenderung
melatih kemampuan hafalan siswa dan mancari satu jawaban yang benar

terhadap soal-soal yang diberikan oleh guru kepada siswa. Guru mempunyai
peran penting dalam kegiatan proses belajar pembelajaran karena guru
merupakan salah satu kunci keberhasilan dari proses pembelajaran. Guru
mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena
guru merupakan salah satu kunci keberhasilan dari proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut salah satu upaya untuk meningkatkan
hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS). Dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini
diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling
bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif. Sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan juga dapat tercapai secara maksimal.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
permasalahan dalam penelitian ini yaitu Apakah Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas X SMA Negeri Purwodadi setelah diterapkan Model Pembelajaran
Think Pair Share (TPS) secara signifikan Tuntas?.
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini, yaitu untuk mengetahui untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika
di kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun 2015/2016 setelah diterapkan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS).
B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Belajar

Belajar adalah kewajiban semua manusia yang digunakan untuk


melatih dan merubah diri manusia. Menurut Daryanto (2010:2), belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai

hasil

pengalamannya

sendiri

dalam

interaksi

dengan

lingkungannya.
Menurut Slameto (dalam Syarifudin, dkk, 2010:26), belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.


Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman diri sendiri dan
interaksinya dengan lingkungannya.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nasution (dalam Syarifudin, dkk, 2010:33), hasil belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja
perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk
membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, dan
penghargaan dalam diri individu yang belajar. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2006:20), hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar
dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak
tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Menurut Rusman (2013:123),
hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai siswa dengan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki dalam menguasai bahan pelajaran
setelah mengikuti proses belajar dalam kurun waktu tertentu yang diukur
dengan menggunakan tes.
3. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Soekamto (dalam Trianto, 2007:5), model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
Menurut

Joyce

dan

Weil

(dalam

Rina,

2015:2),

model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk

kurikulum

(rencana

pembelajaran

jangka

panjang),

merencanakan bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran


di kelas atau yang lain.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pola yang dipergunakan untuk merancang perangkatperangkat pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas
ataupun di tempat lain.
4. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
a. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Menurut

Suprijono

(dalam

Alvina, dkk, 2014:5), model

pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran


yang dapat digunakan secara efektif untuk mengarahkan siswa dalam
mempelajari sebuah materi pelajaran. Model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu Thinking (berfikir
secara individu), Pairing ( berdiskusi dengan pasangan) dan Sharing
(berbagi dengan teman).
Menurut Trianto (2007:61), model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Startegi Think Pair Share (TPS) ini berkembang dari
penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan pembelajaran yang
menyuruh siswa untuk berfikir, kemudian siswa mencari pasangan dan
siswa memberikan hasil yang telah siswa dapatkan (berbagi). untuk
mempengaruhi pada interaksi siswa.
b. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Menurut Aqib (2013:24) langkah-langkah model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai.

2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan


yang disampaikan guru.
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok
dua orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing.
4) Guru

memimpin

pleno

kecil

diskusi,

tiap

kelompok

mengemukakan hasil diskusinya.


5) Berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan pembicaraan pada
pokok

permasalahan

dan

menambah

materi

yang

belum

diungkapkan para siswa.


6) Guru memberikan kesimpulan.
7) Penutup.
Menurut Huda (2011:136) langkah-langkah model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) sebagai berikut:
1) Siswa di tempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari dua anggota atau siswa.
2)

Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

3) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas


tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
4) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan.
Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya
masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.
Menurut Trianto (dalam Surayya, 2014:5) langkah-langkah model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai berikut:
1) Berfikir (Thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan atau
masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa untuk
berfikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan
penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian
berfikir.
2) Berpasangan (pairing), guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama

waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu


pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu
masalah khusus yang diidentifikasikan. Secara normal guru
memberi waktu tidak lebih 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
3) Berbagi (Sharing), pada langkah akhir guru meminta pasanganpasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas yang telah mereka
diskusikan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan
ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi

yang ingin

dicapai.
2) Berfikir (Thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan atau
masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa untuk
berfikir sendiri jawaban atau masalah yang telah diberikan oleh
guru.
3) Berpasangan (pairing), guru meminta siswa untuk berpasangan
dengan teman sebangkunya dan mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh.
4) Berbagi (Sharing), pada langkah akhir guru meminta siswa
berpasang-pasangan untuk berbagi jawabannya dengan seluruh
teman sekelas dengan jawaban yang telah mereka diskusikan.
c. Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS).
Menurut Lie (dalam Alvina, dkk, 2014:6), berikut ini merupakan
kelebihan dalam proses pembelajaran Think Pair Share (TPS):
1) Meningkatkan kemandirian siswa.
2) Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbang pemikiran
karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.
3) Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat.

4) Melatih kecepatan berfikir siswa.


Menurut

Lie

(dalam

Alvina,

dkk,

2014:6),

berikut

ini

kelemahannya dalam proses pembelajaran Think Pair Share (TPS)


adalah sebagai berikut:
1)

Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berfikir


sistematis.

2)

Lebih sedikit ide yang muncul.

3)

Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam


kelompok yang bersangkutan, sehingga banyak kelompok yang
melapor dan dimonitor.

5. Materi Listrik Dinamis


a. Kuat Arus Listrik
Arus berarti aliran atau gerakan. Arus listrik adalah sejumlah total
muatan yang melewatinya per satuan waktu pada suatu titik. Jadi Kuat
arus listrik adalah jumlah muatan yang melewati konduktor pada suatu
lokasi selama jangka waktu tertentu (Giancoli, 2001:65).
Maka didapatkan persamaan kuat arus sebagai berikut:
=

Dengan:
= Kuat arus (ampere)
= muatan listrik (coulomb)
= selang waktu (sekon)
Satuan terkecil yang sering kali digunakan adalah seperti
miliampere dan mikroampere, dimana:
1 = 10-3 A
1 = 10-6 A
Hambatan listrik (R) adalah yang menentukan besar kecilnya kuat
arus listrik. Semakin besar hambatan listriknya, semakin kecil kuat arus
listriknya (Kanginan, 2007:278). Secara matematis hambatan listrik
dirumuskan sebagai berikut:
8

Dengan:
R = Hambatan ()
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)
Secara umum, beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
hambatan listrik pada sebuah kawat penghantar atau bahan adalah sebagai
berikut:
1) Jenis bahan ()
2) Panjang ()
3) Luas penampang (A)
4) Suhu (T)
Hambatan listrik pada kawat penghantar dipengaruhi oleh panjang
kawat, hambatan jenis kawat, dan luas penampang kawat. Secara
matematis nilai hambatan suatu penghantar dirumuskan sebagai berikut:
=

Hambatan suatu kawat bergantung pada suhunya yang dirumuskan


sebagai berikut:

= 0 (1+ )
Dengan :
T

: perubahan suhu (0C atau K)

Rt

: hanbatan akhir ()

R0

: hambatan mula-mula ()

b. Hukum Ohm
Bunyi Hukum Ohm:
Kuat arus listrik pada suatu penghantar sebanding dengan beda
potensial diantara ujung-ujung penghantar tersebut dan berbanding
terbalik dengan hambatan (Giancoli, 2001:68)

Berdasarkan bunyi hukum Ohm hubungan antara I dan V dapat


ditulis:
~
Dan hubungan antara I dan R dapat ditulis:
~

Semakin besar nilai hambatan maka kuat arusnya semakin besar. Dari
kesebandingan diatas kita dapatkan:
=

Hubungan ini sering dituliskan:


=
Sedangkan untuk mencari hambatan:
=

Dengan:
I = Arus (ampere)
V = Tegangan (volt)
R = Hambatan (ohm)

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen)


dengan desain penelitian one-group pretest-posttest design. Menurut
Sugiyono (2012:75), desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Desain Penelitian
Pre-test
O1

Treatment
X

Post-test
O2

dengan (O) adalah tes yang dilakukan sebelum eksperimen (Pre-test),


X adalah treatment atau perlakuan, dan (O) adalah tes yang dilakukan
sesudah eksperimen (Post-test).

10

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri
Purwodadi yang terdiri dari 7 kelas, sedangkan sampel dalam penelitian yaitu
1 kelas yang diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling.
Yaitu kelas X.2 untuk menjadi sampel .
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think
Pair Share (TPS), variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika siswa.
Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMA Negeri
Purwodadi pada tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 204 siswa.
Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yang dilakukan secara simple random
sampling.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dilaksanakan di


kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 pada tanggal 18
April sampai 20 Mei 2016. Tahap pertama adalah uji instrumen yang
dilaksanakan pada tanggal 19 April 2016 dikelas XI.IPA.2 SMA Negeri
Purwodadi.
Instrumen tes awal dan tes akhir dalam penelitian ini berbentuk essay
yang berjumlah tujuh butir soal. Jumlah pertemuan tatap muka yang
dilakukan adalah empat kali pertemuan dengan rincian satu kali pemberian
pre-test yang dilaksanakan pada tanggal 21 April 2016, dua kali proses
pembelajaran dengan model Think Pair share (TPS) dilaksanakan pada
tanggal 28 April sampai 12 Mei 2016 dan satu kali post-test dilaksanakan
pada tanggal 19 Mei 2016 dilakukan pada kegiatan pembelajaran di
pertemuan akhir.
Pemberian tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum diberikan perlakuan yang berbeda, sedangkan tes akhir
diberikan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa setelah diterapakan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) secara signifikan meningkat.

11

1. Deskripsi dan Analisis Data Tes


a.

Kemampuan pre-test
Pelaksanaan pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu
pada tanggal 21 April 2016 dan diikuti oleh 30 siswa pada kelas X.2.
pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang belum dipelajari.
Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku (pre-test) dapat dilihat
pada tabel 2.

No
1
2
3
4
5
6

Tabel 2.
Rekapitulasi hasil tes awal (pre-test)
Uraian
Pre-test
Jumlah siswa
30
Nilai Rata-rata
37,3
Nilai terendah
14
Nilai tertinggi
54
Rentang Nilai
40
Standar Deviasi
9,61

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dan


simpangan baku pre-test adalah 37,3 dan 9,61.
b. Kemampuan post-test
Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada pertemuan terakhir yaitu
pada tanggal 19 Mei 2016 dan diikuti oleh 30 siswa pada kelas X.2.
pelaksanaan post-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir
yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang sudah dipelajari
dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku post-test dapat dilihat pada
tabel 3.

No
1
2
3
4
5
6

Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (post-test)
Uraian
Eksperimen
Jumlah siswa
30
Nilai Rata-rata
76,53
Nilai terendah
53
Nilai tertinggi
94
Rentang Nilai
41
Standar Deviasi
9,89

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dan


simpangan baku posttest adalah 76,53 dan 9,89. Berdasarkan uraian
tersebut maka dapat dilihat gambaran data lebih jelas, nilai rata-rata tes
awal dan tes akhir pada gambar 1.

80
60
76.53

40
37.3

20
0

pre-test

post-test

Gambar 1. Grafik Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test


c.

Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil siswa
berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan
statistik mengenai uji normalitas dan data dengan taraf kepercayaan =
5% dan dengan derajat kebebasan (dk) = k-1, dimana k adalah adalah
banyaknya kelas interval. Kriteria pengujian jika 2 hitung 2 tabel,
artinya data berdistribusi normal dan jika 2 hitung > 2 tabel, artinya
data berdistribusi tidak normal. Hasil perhitungan uji normalitas skor
pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Hasil Uji Normalitas Pre-test
Tes
Awal
Akhir

2 hitung
2,225
3,135

Dk
5
5

> 2 tabel
11,1
11,1

Kesimpulan
Normal
Normal

Dari tabel 4menunjukan bahwa nilai 2

hitung

data tes awal (pre-

test) dan tes akhir (post-test) lebih kecil dari 2 tabel. Berdasarkan
ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan
2 (Chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masung data pretest dan post-test berdistribusi normal pada taraf kepercayaan = 5%
dan derajat kebebasan (dk) = 5. Untuk lebih jelasnya berikut ini kurva
yang menunjukkan kurva normal data pre-test dan kurva normal data
post-test.
d. Pengujian Hipotesis
Untuk menarik kesimpulan dari post-test, maka dilakukan
pengujian hipotesis secara statistik. Berdasarkan hasil uji normalitas
yaitu post-test berdistribusi normal. Hipotesis statistik yang diuji
dalam perhitungan uji-t untuk post-test adalah (lihat pada lampiran C).
Ha = Rata-rata nilai hasil belajar siswa setelah penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) mencapai lebih dari
atau sama dengan 70. (Ha : o 70)
Ho = Rata-rata nilai hasil belajar siswa setelah penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) mencapai kurang
dari 70. (Ho : o < 70)
Selanjutnya t

hitung

dibandingkan dengan t

tabel

pada daftar

distribusi t dengan derajat kebebasan dk = 30-1 = 29. Hasil uji untuk


post-test menunjukan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan
akhir siswa (lampiran) menunjukan bahwa t

hitung

>t

tabel

Ho ditolak

dan Ha diterima. Dimana t hitung = 3,607 dan t tabel = 1,699


Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan, maka dapat
dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini di terima
kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pembelajaran fisika siswa
kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2015/2016 secara
signifikan tuntas.

E. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar
fisika di SMA Negeri Purwodadi setelah diterapkan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Purwodadi
pada tanggal 18 April sampai 20 Mei 2016. Pada tanggal 19 April dilakukan
uji coca instrumen pada siswa kelas XI.IPA.2. kemudian pada tanggal 21
April dilakukan pre-test

dan pada tanggal 28 April dan 12 Mei 2016

sedangkan pada tanggal 19 Mei dilakukan post-test. Model pembelajaran


Think Pair Share (TPS) merupakan pembelajaran yang menyuruh siswa
untuk berfikir, kemudian siswa mencari pasangan dan siswa memberikan
hasil yang telah siswa dapatkan (berbagi) kepada siswa yang lain.
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini dirancang untuk
mempengaruhi pada interaksi siswa. Pada pembelajaran ini, siswa dituntut
untuk lebih aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal, dimana siswa ditempatkan dalam
kelompok belajar yang berpasangan yang terdiri dari empat orang yang
masing-masing memiliki kemampuan. Kemudian setiap pasangan akan
ditugaskan untuk menjawab satu pertanyaan atau lebih pertanyaan yang
membutuhkan refleksi dan fikiran, setelah semua melengkapi jawabannya,
guru membentuk siswa ke dalam pasangan dan meminta mereka untuk
berbagi (sharing) jawabannya dengan jawaban yang dibuat oleh teman yang
lain. Kemudian guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasilnya kepada
teman yang lain.
Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan inti materi yang akan
dipelajari, kemudian guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
terdiri dari dua orang dalam masing-masing kelompok. Kemudian guru
membagikan Lembar Diskusi Siswa (LDS) pada masing-masing kelompok
tersebut, setelah soal dibagi selanjutnya guru menyuruh siswa untuk
berdiskusi mengerjakan Lembar Diskusi Siswa (LDS). Setelah siswa selesai
mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru kemudian semua pasangan
membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang

lain. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan siswa


menyimpulkan materi pembelajaranyang telah mereka diskusikan.

Peran

guru dalam model ini adalah memberikan Lembar Diskusi Siswa (LDS) pada
masing-masing kelompok tentang materi listrik dinamis pada pokok bahasan
kuat arus listrik dan hukum ohm, kemudian guru membimbing, mengarahkan,
dan memotivasi siswa dalam setiap kelompok untuk berdiskusi dalam
menyajikan topik yang akan dipelajari.
Menurut Lie (dalam Alvina, dkk, 2014:6) kelebihan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) adalah meningkatkan kemandirian siswa,
meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbang pemikiran karena merasa
leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya, membentuk kelompoknya lebih
mudah dan lebih cepat, melatih kecepatan berfikir siswa dan kelemahan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yaitu tidak selamanya mudah
bagi siswa untuk mengatur cara berfikir sistematis, lebih sedikit ide yang
muncul. Setelah peneliti melakukan penelitian ternyata kelebihan dan
kelemahan menurut Lie (dalam Alvina, dkk, 2014:6) benar adanya.
Berdasarkan analisis hasil pre-test dan post-test dapat dilihat ketuntasan
hasil belajar kognitif antara kemampuan awal siswa dengan kemampuan akhir
siswa dengan ketuntasan yang hipotesis( o = 70). Nilai rata-rata pre-test
adalah 31,03 < 70,00 sehingga tidak terdapat ketuntasan hasil belajar siswa
atau semua siswa dikatakan tidak tuntas dan nilai rata-rata post-test adalah
76,53 > 70,00 atau sekitar 21 siswa dikatakan tuntas dan 9 orang tidak tuntas
sehingga terdapat hasil belajar tuntas secara klasikal dengan menggunakan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) signifikan tuntas.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, didapat rata-rata


nilai kognitif pre-test yang diperoleh siswa adalah sebesar 31,03 % dan
rata-rata nilai kognitif post-test sebesar 76,53% dengan presentase
ketuntasan hasil belajar sebesar 70 %. Dan perolehan = 3,607 dan
= 1,699 dengan kriteria jika > , maka 0 ditolak dan

diterima. Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa


hasil belajar kognitif fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun
Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) secara signifikan tuntas.

2. Saran
Peneliti mempunyai beberapa saran kepada pihak yang terkait
dengan penelitian ini diantaranya :
a. Guru diharapkan dapat mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai alternatif dalam
meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
b. Guru diharapkan lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga
terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun
antara

guru

dengan

siswa

dan

dapat

memaksimalkan

hasil

pembelajaran.
c. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini perlu diterapkan pada
materi yang lain sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar fisika.
d. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Alvina,dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair


Share Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa
PadaMateri Fluida Statis diKelas XI IPA2 SMA N 8 Kota Jambi. Jurnal
pendidikan fisika 1(3), 4-6.
Aqib, Zainal.2013.Model-model, media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif).Bandung: Yrama Widya.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: CV. Yrama Widya.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
penerapan.Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfa


Beta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Suprijono. Agus. 2009. Cooperative Learning teori dan aplikasi paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Trianto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

46

10

Anda mungkin juga menyukai