Skripsi ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun
Pelajaran 2015/2016. Rumusan masalah penelitian ini Apakah Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Purwodadi setelah diterapkan Model
Pembelajaran Think Pair Share (TPS) secara signifikan Tuntas?. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika di kelas X SMA
Negeri Purwodadi tahun 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan
metode eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi
yang berjumlah 201 siswa dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X.2
berjumlah 30 siswa yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan
uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf kepercayaan = 0,05, diperoleh
(3,607) > (1,699) diterima dan ditolak. Dimana hasil rata-rata
kognitif siswa 76,53%, ketuntasan siswa 70% siswa dan tidak ketuntasan siswa
30% sehingga dapat disimpulkan setelah menerapkan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) pada pembelajaran fisika siswa kelas X SMA Negri Purwodadi
tahun pelajaran 2015/2016 secara signifikan Tuntas.
pelaksanaan
pembangunan
tersebut
upaya meraih
mutlak
diperlukan
dilakukan oleh peneliti dengan salah satu guru mata pelajaran fisika di SMA
Negeri Purwodadi pada tanggal 29 Juli sampai 04 Agustus, beliau
mengungkapkan bahwa pencapaian kompetensi mata pelajaran fisika kurang
optimal dan belum sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini terlihat pada nilai rata-rata ulangan tengah semester fisika pada
semester I tahun pelajaran 2015/2016 disalah satu kelas yang berjumlah 32
siswa, hanya 7 siswa (21,87%) yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sedangkan 25 siswa (78,13%) belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70.
Permasalahan tersebut berakibat pada hasil belajar fisika siswa yang masih
sangat rendah.
Proses pembelajaran fisika yang diterapkan di SMA Negeri Purwodadi
selama ini terpusat pada guru sehingga membuat siswa kurang begitu
menyukai mata pelajaran fisika dan mereka merasa bosan ketika belajar fisika
dan menganggap mata pelajaran fisika sebagai mata pelajaran yang sangat
sulit untuk dipahami.
Hal itu terjadi karena pembelajaran fisika yang dilakukan cenderung
melatih kemampuan hafalan siswa dan mancari satu jawaban yang benar
terhadap soal-soal yang diberikan oleh guru kepada siswa. Guru mempunyai
peran penting dalam kegiatan proses belajar pembelajaran karena guru
merupakan salah satu kunci keberhasilan dari proses pembelajaran. Guru
mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena
guru merupakan salah satu kunci keberhasilan dari proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut salah satu upaya untuk meningkatkan
hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS). Dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini
diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling
bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif. Sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan juga dapat tercapai secara maksimal.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
permasalahan dalam penelitian ini yaitu Apakah Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas X SMA Negeri Purwodadi setelah diterapkan Model Pembelajaran
Think Pair Share (TPS) secara signifikan Tuntas?.
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini, yaitu untuk mengetahui untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika
di kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun 2015/2016 setelah diterapkan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS).
B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Belajar
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya.
Menurut Slameto (dalam Syarifudin, dkk, 2010:26), belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
Joyce
dan
Weil
(dalam
Rina,
2015:2),
model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk
kurikulum
(rencana
pembelajaran
jangka
panjang),
Suprijono
(dalam
memimpin
pleno
kecil
diskusi,
tiap
kelompok
permasalahan
dan
menambah
materi
yang
belum
yang ingin
dicapai.
2) Berfikir (Thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan atau
masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa untuk
berfikir sendiri jawaban atau masalah yang telah diberikan oleh
guru.
3) Berpasangan (pairing), guru meminta siswa untuk berpasangan
dengan teman sebangkunya dan mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh.
4) Berbagi (Sharing), pada langkah akhir guru meminta siswa
berpasang-pasangan untuk berbagi jawabannya dengan seluruh
teman sekelas dengan jawaban yang telah mereka diskusikan.
c. Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS).
Menurut Lie (dalam Alvina, dkk, 2014:6), berikut ini merupakan
kelebihan dalam proses pembelajaran Think Pair Share (TPS):
1) Meningkatkan kemandirian siswa.
2) Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbang pemikiran
karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.
3) Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat.
Lie
(dalam
Alvina,
dkk,
2014:6),
berikut
ini
2)
3)
Dengan:
= Kuat arus (ampere)
= muatan listrik (coulomb)
= selang waktu (sekon)
Satuan terkecil yang sering kali digunakan adalah seperti
miliampere dan mikroampere, dimana:
1 = 10-3 A
1 = 10-6 A
Hambatan listrik (R) adalah yang menentukan besar kecilnya kuat
arus listrik. Semakin besar hambatan listriknya, semakin kecil kuat arus
listriknya (Kanginan, 2007:278). Secara matematis hambatan listrik
dirumuskan sebagai berikut:
8
Dengan:
R = Hambatan ()
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)
Secara umum, beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
hambatan listrik pada sebuah kawat penghantar atau bahan adalah sebagai
berikut:
1) Jenis bahan ()
2) Panjang ()
3) Luas penampang (A)
4) Suhu (T)
Hambatan listrik pada kawat penghantar dipengaruhi oleh panjang
kawat, hambatan jenis kawat, dan luas penampang kawat. Secara
matematis nilai hambatan suatu penghantar dirumuskan sebagai berikut:
=
= 0 (1+ )
Dengan :
T
Rt
: hanbatan akhir ()
R0
: hambatan mula-mula ()
b. Hukum Ohm
Bunyi Hukum Ohm:
Kuat arus listrik pada suatu penghantar sebanding dengan beda
potensial diantara ujung-ujung penghantar tersebut dan berbanding
terbalik dengan hambatan (Giancoli, 2001:68)
Semakin besar nilai hambatan maka kuat arusnya semakin besar. Dari
kesebandingan diatas kita dapatkan:
=
Dengan:
I = Arus (ampere)
V = Tegangan (volt)
R = Hambatan (ohm)
C. METODE PENELITIAN
Treatment
X
Post-test
O2
10
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri
Purwodadi yang terdiri dari 7 kelas, sedangkan sampel dalam penelitian yaitu
1 kelas yang diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling.
Yaitu kelas X.2 untuk menjadi sampel .
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think
Pair Share (TPS), variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika siswa.
Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMA Negeri
Purwodadi pada tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 204 siswa.
Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yang dilakukan secara simple random
sampling.
11
Kemampuan pre-test
Pelaksanaan pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu
pada tanggal 21 April 2016 dan diikuti oleh 30 siswa pada kelas X.2.
pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang belum dipelajari.
Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku (pre-test) dapat dilihat
pada tabel 2.
No
1
2
3
4
5
6
Tabel 2.
Rekapitulasi hasil tes awal (pre-test)
Uraian
Pre-test
Jumlah siswa
30
Nilai Rata-rata
37,3
Nilai terendah
14
Nilai tertinggi
54
Rentang Nilai
40
Standar Deviasi
9,61
No
1
2
3
4
5
6
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (post-test)
Uraian
Eksperimen
Jumlah siswa
30
Nilai Rata-rata
76,53
Nilai terendah
53
Nilai tertinggi
94
Rentang Nilai
41
Standar Deviasi
9,89
80
60
76.53
40
37.3
20
0
pre-test
post-test
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil siswa
berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan
statistik mengenai uji normalitas dan data dengan taraf kepercayaan =
5% dan dengan derajat kebebasan (dk) = k-1, dimana k adalah adalah
banyaknya kelas interval. Kriteria pengujian jika 2 hitung 2 tabel,
artinya data berdistribusi normal dan jika 2 hitung > 2 tabel, artinya
data berdistribusi tidak normal. Hasil perhitungan uji normalitas skor
pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Hasil Uji Normalitas Pre-test
Tes
Awal
Akhir
2 hitung
2,225
3,135
Dk
5
5
> 2 tabel
11,1
11,1
Kesimpulan
Normal
Normal
hitung
test) dan tes akhir (post-test) lebih kecil dari 2 tabel. Berdasarkan
ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan
2 (Chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masung data pretest dan post-test berdistribusi normal pada taraf kepercayaan = 5%
dan derajat kebebasan (dk) = 5. Untuk lebih jelasnya berikut ini kurva
yang menunjukkan kurva normal data pre-test dan kurva normal data
post-test.
d. Pengujian Hipotesis
Untuk menarik kesimpulan dari post-test, maka dilakukan
pengujian hipotesis secara statistik. Berdasarkan hasil uji normalitas
yaitu post-test berdistribusi normal. Hipotesis statistik yang diuji
dalam perhitungan uji-t untuk post-test adalah (lihat pada lampiran C).
Ha = Rata-rata nilai hasil belajar siswa setelah penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) mencapai lebih dari
atau sama dengan 70. (Ha : o 70)
Ho = Rata-rata nilai hasil belajar siswa setelah penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) mencapai kurang
dari 70. (Ho : o < 70)
Selanjutnya t
hitung
dibandingkan dengan t
tabel
pada daftar
hitung
>t
tabel
Ho ditolak
E. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar
fisika di SMA Negeri Purwodadi setelah diterapkan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Purwodadi
pada tanggal 18 April sampai 20 Mei 2016. Pada tanggal 19 April dilakukan
uji coca instrumen pada siswa kelas XI.IPA.2. kemudian pada tanggal 21
April dilakukan pre-test
Peran
guru dalam model ini adalah memberikan Lembar Diskusi Siswa (LDS) pada
masing-masing kelompok tentang materi listrik dinamis pada pokok bahasan
kuat arus listrik dan hukum ohm, kemudian guru membimbing, mengarahkan,
dan memotivasi siswa dalam setiap kelompok untuk berdiskusi dalam
menyajikan topik yang akan dipelajari.
Menurut Lie (dalam Alvina, dkk, 2014:6) kelebihan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) adalah meningkatkan kemandirian siswa,
meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbang pemikiran karena merasa
leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya, membentuk kelompoknya lebih
mudah dan lebih cepat, melatih kecepatan berfikir siswa dan kelemahan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yaitu tidak selamanya mudah
bagi siswa untuk mengatur cara berfikir sistematis, lebih sedikit ide yang
muncul. Setelah peneliti melakukan penelitian ternyata kelebihan dan
kelemahan menurut Lie (dalam Alvina, dkk, 2014:6) benar adanya.
Berdasarkan analisis hasil pre-test dan post-test dapat dilihat ketuntasan
hasil belajar kognitif antara kemampuan awal siswa dengan kemampuan akhir
siswa dengan ketuntasan yang hipotesis( o = 70). Nilai rata-rata pre-test
adalah 31,03 < 70,00 sehingga tidak terdapat ketuntasan hasil belajar siswa
atau semua siswa dikatakan tidak tuntas dan nilai rata-rata post-test adalah
76,53 > 70,00 atau sekitar 21 siswa dikatakan tuntas dan 9 orang tidak tuntas
sehingga terdapat hasil belajar tuntas secara klasikal dengan menggunakan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) signifikan tuntas.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Peneliti mempunyai beberapa saran kepada pihak yang terkait
dengan penelitian ini diantaranya :
a. Guru diharapkan dapat mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai alternatif dalam
meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
b. Guru diharapkan lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga
terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun
antara
guru
dengan
siswa
dan
dapat
memaksimalkan
hasil
pembelajaran.
c. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini perlu diterapkan pada
materi yang lain sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar fisika.
d. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
46
10