Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH (SMK) SESUAI KURIKULUM

2006
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2006 diberi istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan Kurikulum 2004 (KBK) yang disempurnakan mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan
penjabaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Oleh karena itu, kurikulum 2004
merupakan embrio dari Kurikulum 2006. Kurikulum sebagai rancangan pembelajaran
memiliki kedudukan yang sangat tinggi yang akan menentukan proses dan hasil belajar
peserta didik bahkan hasil pendidikan secara keseluruhan.
Pada kurikulum 2006 pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan, BSNP
menyusun Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP meliputi: Poin
1: visi, misi, tujuan satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, beban belajar dan kalender
akademik. Poin 2: silabus setiap mata pelajaran yang disusun oleh setiap guru. Dan poin 3:
RPP yang disusun oleh setiap guru.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini adalah tujuan
pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan atau standar-standar yang lebih
operasional, serta kesesuaiannya dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, sosial budaya
masyarakat, kebutuhan dan potensi SMK dan peserta didik. KTSP ini di susun untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan berbagai karakteristik, kebutuhan
dan potensi tersebut.
Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiyayaan, dan penilaian pendidikan, dua dari kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan
acuan utama bagi SD/MI dalam mengembangkan kurikulum.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SMK di nyatakan tercapai apabila
kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan

pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes, dan nontes.
Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan
terencana dengan baik, agar dapat diterima untuk: (1) memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat dan masyarakat global; (2) mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi
perkembangan dunia global; dan (3) melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan/ atau
mengembangkan keterampilan untuk hidup mandiri1
Berdasarkan uraian diatas, maka kami mengkaji semua yang telah tersebutkan di atas
dengan judul makalah Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan di SMA.

BAB II
1

H. Muhaimin, Hj. Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada: 2008), hlm, 333-334.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang
ada didaerah.
Mulyasa dalam Heri Gunawan mengemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan.2
Menurut Wina Sanjaya, dihubungkan dengan konsep dasar dan desain kurikulum,
maka KTSP memiliki semua unsure tersebut yang sekaligus merupakan karakteristik KTSP
itu sendiri, yakni:
a. Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu.
Hal ini dapat dilihat dari pertama, struktur program KTSP yang memuat sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajaran yang
harus dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama disiplin ilmu juga ditentukan
jumlah jam pelajaran secara ketat. Kedua, criteria keberhasilan KTSP lebih banyak
diukur dari kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran
seperti diukur dari hasil Ujian Nasional. Soal-soal dalam UN itu lebih banyak bahkan
seluruhnya menguji kemampuan kognitif siswa dalam setiap mata pelajaran.
Walaupun dianjurkan kepada setiap guru menggunakan sistem penilaian proses
mislanya dengan portofolio, namun pada akhirnya kelulusan siswa ditentukan oleh
sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat
dilihat dari prinsip-prinsip pelajaran dalam KTSP yang menekankan kepada aktivitas
siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai
pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan mislanya melalui CTL, inkuiri,
pembelajaran portofolio, dan lain sebagainya. Demikian juga secara tegas dalam
2

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 61.

struktur kurikulum terdapat komponen pengembangan diri, yakni komponen


kurikulum yang menekankan kepada aspek pengembangan minat dan bbakat siswa.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada
salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian, maka KTSP adalah
kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan program muatan
lokalnya, KTSP didasarkan kepada keberagaman kondisi, sosial, budaya yang berbeda
masing-masing daerahnya.
KTSP merupakan kurikulum teknologis hal ini dapat dilihat dari adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indicator hasil
belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.3
Masnur Muslich dalam Abdullah Idi mengatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang terbit pada 2006 merupakan penyempurnaa kurikulum 2004 yang
diwujudkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kurikulum KTSP diberlakukan
secara bertahap pada tahun ajaran 2006-2007, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, KTSP disusun oleh satun pendidikan masingmasing. Pemerintah melalui rambu-rambu yang berlandaskan piranti hukum mulai sejak dari
UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP RI No. 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 23/2006, satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA) diharapkan dapat mengembangkan KTSP sebagai dasar dalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran bagi siswa.4
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar, isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, saran dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian.
Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang
dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Termasuk dalam ketentuan umum
3

Wina Sanjaya, Teori dan Praktek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), ( Jakarta : Kencana, 2010 ),

hlm, 131.
4

Abudllah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm, 225.

adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan
langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Keuda, model KTSP sebagai salah
satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan
berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu
tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan hendaknya dugunakan sebagai refrensi.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi
kesempatan peserta didik untuk:
a. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Belajar untuk memahami dan menghayati;
c. Beljaar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;
d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan
e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.5
Menurut pemakalah, KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan
individu yang menekankan kepada aktivitas siswa dan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang terbit pada 2006.
Dan di sesuaikan dengan kompetensi dan potensi yang ada pada satuan pendidikan tertentu.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Landasan penyusunan KTSP sebagai berikut:
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 1&2, Pasal 38 Ayat 2 dan Pasal 51 Ayat 1.
b. Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 17 ayat 1&2, dan Pasal 49 Ayat 1.
c. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomer 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
(SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
e. Peraturan Mendiknas Nomer 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas
Nomer: 22 dan 23.
f. Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomer: DJ. II. 1/ PP.OO/ED/681/2006,
tanggal 1 Agustus 2006, Tentang Pelaksanaan Standar Isi (khusus untuk
madrasah).
5

Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm, 471 472.

g. Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (RPS/M)6


C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan
menengah kejuruan dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau
satuan pendidikan dan komite Sekolah/Madrasah. Sekolah Menengah Kejuruan di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan provinsi sedangkan MAK dibawah koordinasi dan
supervisi departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama, yang
berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam

keterkaitan

dan

kesinambungan

yang

bermakna

dan

tepat

antarsubstansi.

H. Muhaimin, Hj. Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah.Op.cit, hlm, 334-335.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni


Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat
dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
danseni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan

kurikulum

dilakukan

dengan

melibatkan

pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan


kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan (keharusan).
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal
dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling
mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
D. Struktur Kurikulum SMK

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,


kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat
bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan,
mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasardasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu
berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan
mengembangkan diri. Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK
berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan
Diri .
Mata pelajaran wajib terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan, dan Keterampilan/Kejuruan {Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi (KKPI) dan Kewirausahaan}. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja.
Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran (dikelompokkan dalam
Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan) yang bertujuan untuk menunjang
pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri
dalam bidang keahliannya.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan sesuai
dengan program keahlian yang diselenggarakan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang


berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pembentukan
karier peserta didik. Pengembangan diri bagi peserta didik SMK/MAK terutama
ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier.
Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga empat tahun mulai
kelas X sampai dengan kelas XII atau kelas XIII. Struktur kurikulum SMK disusun
berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.
E. KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SMK
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
b. Acuan Operasional Penyusunan KTSP SMK
Kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun dengan memperhatikan:
1) Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia.
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum yang disusun memungkinkan
semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak
mulia.
2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kemampuan peserta didik; Kurikulum disusun agar memungkinkan
pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional,
spritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan;
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman
karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus memuat keragaman
tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan daerah.
4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
Pengembangan

kurikulum

harus

pembangunan daerah dan nasional.


5) Tuntutan dunia kerja;

memperhatikan

keseimbangan

tuntutan

Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik


memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan
kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi.
6) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan
dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7) Agama;
Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan
umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan
sekolah
8) Dinamika perkembangan global;
Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global
dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain.
9) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan;
Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan
nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
10) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan Kurikulum harus dikembangkan
dengan

memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan

menunjang kelestarian keragaman budaya.


11) Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang berkeadilan dan mendorong
tumbuh kembangnya kesetaraan jender.
12) Karakteristik satuan pendidikan.
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri
khas satuan pendidikan.
F. Struktur dan Muatan KTSP SMK
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 37, menyatakan bahwa kurikulum
SMK wajib memuat:
1. Pendidikan Agama;
2. Pendidikan kewarganegaraan;

3. Bahasa;
4. Matematika;
5. 5 IPA;
6. IPS;
7. Senidanbudaya;
8. Pendidikan jasmasi dan olahraga;
9. Keterampilan/kejuruan dan;
10. Muatan lokal;
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK memperhatikan kelompok mata
pelajaran sebagai berikut:
1. Agamadan Akhlak Mulia
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral
sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Agama, Pendidikan kewarganegaraan, Pengembangan Diri, IPA, Seni Budaya, IPS,
Penjaskes, Matematika dan Kejuruan.
2. Kewarganega-raan dan Kepribadian
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk
peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas
dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela
negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa,
pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
Agama, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia , Bahasa Inggris, Seni Budaya,
Penjaskes, dan Pengembangan diri.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMK dimaksudkan
untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi,
kecakapan, dan kemandirian kerja.

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Kejuruan, KKPI, dan
Muatan Lokal.
4. Estetika
Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas,
kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan
harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni
mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu
menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan
sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Seni Budaya, KKPI, Kejuruan dan Muatan Lokal.
5. Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMK dimaksudkan
untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja
sama, dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat
individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari
perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber,
dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah. Penjaskes, IPA, dan Muatan Lokal.

G. Pengembangan Silabus
a. Pengertian Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
b. Prinsip Pengembangan Silabus
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam


silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan spiritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
dan psikomotor).
c. Langkah-langkah Pengembangan Silabus

Langkah-langkah pengembangan silabus disajikan pada diagram alir berikut


ini:
Diagram alir penyusunan silabus mata pelajaran Standar Kompetensi lulusan (SKL
dan SKKNI) SMK Standar Kompetensi dan kompetensi dasar Indikator pencapaian
kompetensi dasar Standar kompetensi dan kompetensi dasar Standar kompetensi
kelompok mata pelajaran
Standar kompetensi lulusa nmata pelajaran Pengkajian Penyusunan Materipokok
Pengalaman belar Alokasi waktu Sumber belajar Komponen silabus Analisis
kedalaman

dan keluasan materi Penilaian Komponen-komponen pengembangan

silabus mencakup unsur-unsur di bawah ini,.Sistim penomoran yang ada bukan


merupakan urutan sedangkan urutan pengembangan silabus disajikan pada diagram
alir di atas.
1. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada standar isi, sesuai dengan tuntutan kegiatan
pembelajaran, dengan memperhatikan hal-hal berikut:a. urutan berdasarkan
hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi;b. keterkaitan
antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; c.
keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
2. Mengidentifikasi materi pokok
Mengidentifikasi materi

pokok yang

menunjang pencapaian

standar

kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:


a. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik ;
b. kebermanfaatan bagi peserta didik;
c. struktur keilmuan;
d. kedalaman dan keluasan materi;
e. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
f. alokasi waktu.
3. Mengembangkan pengalaman belajar

Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan


peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar, melalui pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik. Pengalaman
belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Rumusan
pengalaman belajar juga mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar
peserta didik.
4. Merumuskan indikator keberhasilan belajar
Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan
tanda-tanda, perbuatan, dan/atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh
peserta didik.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik dan dirumuskan dalam kata kerja operasional
yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar
untuk menyusun alat penilaian.
5. Penentuan jenis penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator-indikator yang memuat satu ranah atau lebih. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri dll.

6. Menentukan alokasi waktu


Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh
peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
7.Menentukan sumber belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan
elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi.
H. Unit Waktu Silabus
1. Silabus mata pelajaran:
Disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran
selama penyelenggaraan pendidikan ditingkat satuan pendidikan.
Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama oleh guru yang mengajarkan mata
pelajaran yang sama pada tingkat satuan pendidikan untuk satu sekolah atau
kelompok sekolah, dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing sekolah.
2. Implementasi pembelajaran persemester menggunakan:
Penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
kelompok normatif dan adaptif dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur
kurikulum

Penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi pada mata pelajaran kejuruan


(kelompok produktif).
I. Pengembangan Silabus Berkelanjutan
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran,
dila

ksanakan,

dievaluasi,

dan

ditindaklanjuti

oleh

masing-masing

guru.

Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan


masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan
evaluasi rencana pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai