Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari sifat-sifat reaksi asam amino, melakukan
identifikasi asam amino dan protein, menentukan senyawa-senyawa asam amino secara
kualitatif dan kuantitatif.
1.2 Tinjauan Pustaka dan Bahan
Asam amino adalah komponen penyusun protein, setiap asam amino terdiri dari gugus
karboksilat (-COOH) dan gugus amino, serta adanya rantai samping (R) yang menjadi pembeda
antar asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom C ("C-alfa") sesuai dengan
penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus
karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom C ini, senyawa tersebut merupakan
asam -amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping
tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam
lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.

Protein adalah polimer yang tersusun atas asam amino sebagai monomernya. Monomermonomer ini tersambung dengan ikatan peptida, yang mengikat gugus karboksil milik satu
monomer dengan gugus amina milik monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini
(disebut translasi) secara alami terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom dan tRNA.
Struktur protein dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu struktur primer, sekunder, tersier,
dan kuarterner. Struktur primer adalah struktur linear dari rantai protein. Dalam struktur ini tidak
terjadi antaraksi, baik dengan rantai protein yang lain maupun di antara asam amino dalam rantai
protein itu sendiri.

Gambar 2.. Struktur primer dari protein.

Struktur sekunder adalah struktur dua dimensi dari protein. Pada struktur ini terjadi lipatan
(folding) beraturan, seperti heliks dan sheet, lipatan ini terjadi akibat adanya ikatan
hidrogen di antara gugus-gugus polar dari asam amino dalam rantai protein.

Gambar 3 Struktur sekunder protein (a) Struktur -heliks dari protein


(b) Struktur -sheet dari protein.
Struktur tersier merupakan struktur tiga dimensi sederhana dari rantai protein. Dalam struktur ini,
selain terjadi folding membentuk struktur heliks dan sheet, juga terjadi antaraksi van der
Waals dan antaraksi gugus nonpolar yang mendorong terjadi lipatan.

Gambar 6. (a) Struktur tersier dari protein b) Struktur kuarterner dari


protein hemoglobin dengan empat subunit (a1, a2, b1, b2)
Struktur tertinggi dari protein adalah struktur kuarterner. Dalam struktur ini, protein membentuk
molekul kompleks, tidak terbatas hanya pada satu rantai protein, tetapi beberapa rantai protein
bergabung membentuk seperti bola. Jadi, pada struktur kuartener molekul protein di samping
memiliki ikatan hidrogen, gaya van der Waals, dan antaraksi gugus nonpolar, juga terjadi
antaraksi antar rantai protein baik melalui antaraksi polar, nonpolar, maupun van der Waals.
Contoh dari struktur ini adalah molekul Hemoglobin, tersusun dari empat subunit rantai protein.
Asam amino memiliki 20 macam, yang diantaranya adalah :
1) Asam Amino Dikarboksilat (asam), yaitu
a. Asam aspartat (Asp, D) adalah satu dari 20 asam amino penyusun protein.
Asparagin merupakan asam amino analognya karena terbentuk melalui aminasi
aspartat pada satu gugus hidroksilnya.Asam aspartat bersifat asam, dan dapat
digolongkan sebagan asam karboksilat. Bagi mamalia aspartat tidaklah esensial.
Fungsinya diketahui sebagai pembangkit neurotransmisi di otak dan saraf otot.

Diduga, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kepenatan. Senyawa ini juga
merupakan produk dari daur urea dan terlibat dalamglukoneogenesis.
b. Asam glutamat (Glu, E) adalah asam amino yang bermuatan (polar) bersamasama dengan asam aspartat. Ini terlihat dari titik isoelektriknya yang rendah, yang
menandakan ia sangat mudah menangkap elektron (bersifat asam menurut
Lewis).Asam glutamat dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia sehingga
tidak tergolong esensial. Saat pertama kali diketemukan pada tahun 1970, asam
glutamat dan beberapa asam amino lainnya dianggap sebagai neurotoksin,
ketika senyawa diberikan
sebagai
asupan
melalui mulut kepada
model hewan yang belum dewasa. Degenerasi neuronakut ditemukan pada area
yang tidak terlindungi oleh sawar darah otak, terutama pada areanukleus
arsuat pada hipotalamus.Ion glutamat merangsang beberapa tipe saraf yang ada
di lidah manusia. Sifat ini dimanfaatkan dalam industri penyedap. Garam turunan
dari asam glutamat, yang dikenal sebagai mononatrium glutamat ( dikenal juga
sebagai monosodium glutamat, MSG, vetsin atau micin), sangat dikenal dalam
dunia boga Indonesia maupun Asia Timur lainnya sebagai penyedap masakan
2) Asam Amino Basa, yaitu
a. Lisina (Lys,
K)
adalah
asam
amino penyusun protein yang
dalam
pelarut air bersifat basa, seperti juga histidin. Lisina tergolong asam amino
esensial bagi manusia, yakni asam amino yang dibutuhkan untuk kesehatan, tetapi
tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Kebutuhan rata-rata per hari
adalah 1 - 1,5 g. Lisina menjadi kerangka bagi niasin(vitamin B1). Kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan pelagra.Lisina banyak terdapat pada makanan
yang banyak mengandung protein, seperti daging, keju, susu, ikan dan telur untuk
protein hewani. Sementara untuk protein nabati bisa didapat dari kacangkacangan, seperti kacang kedelai dan hasil proses kedelai lainnya seperti tahu dan
tempe. Biji-bijian serealia terkenal miskin akan lisina. Sebaliknya, bijipolongpolongan kaya akan asam amino ini.Kekurangan lisina dapat menyebabkan tubuh
menjadi mudah lelah, pusing, kehilangan selera makan, anemia, gangguan
pertumbuhan dan gangguan reproduksi.
b. Arginina (Arg, R) memiliki kecenderungan basa yang cukup tinggi akibat eksesi
dua gugus amina pada gugus residunya. Asam amino ini tergolong setengah
esensial bagi manusia dan mamalia lainnya, tergantung pada tingkat
perkembangan atau kondisi kesehatan. Bagi anak-anak, asam amino ini esensial.
Pangan yang menjadi sumber utama arginina adalah produk-produk peternakan
(dairy products) seperti daging, susu (dan olahannya), dan telur. Dari produk
tumbuhan dapat disebutkan cokelat dan biji kacang tanah.
c. Histidina (His, H) adalah asam amino dasar yang ada dalam protein.
Bagimanusia histidina merupakan asam amino yang esensial bagi anak-anak.
Rantai samping imidazol dan nilai pKa yang relatif netral (yaitu 6,0) berarti bahwa
perubahan sedikit saja pada pH sel akan mengubah muatannya. Sifat ini
menjadikan
histidina
sering
menjadi
bagian
darigugus
katalitik pada enzim maupun ligan koordinasi
pada metaloprotein.
Histidina
menjadi prekursor histamin, suatu amina yang berperan dalam sistemsaraf,
dan karnosin, suatu asam amino. Terdapat dua enantiomer histidina yaitu D-

histidin dan L-histidin, namun yang lebih dominan adalah L-histidin (atau Shistidin).
Asam amino juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu asam amino esensial dan
asam amino non esensial.
1. Asam Amino Esensial
Dari sekitar dua puluhan asam amino yang kita kenal, sekitar sepuluh macam tidak bisa
dibentuk oleh tubuh manusia dan harus didatangkan dari asupan makanan. Itulah yang disebut
asam amino esensial, sering juga disebut asam amino indispensable. Asam amino esensial ini
diperlukan untuk pertumbuhan tubuh. Jika kekurangan kelompok asam amino ini akan menderita
busung lapar (kwashiorkor). Berbeda dengan lemak atau karbohidrat yang bisa disimpan, tubuh
kita tidak dapat menyimpan asam amino. Itu sebabnya asupan asam amino yang cukup dari
makanan selalu diperlukan setiap hari.
Sebenarnya dari beberapa jenis asam amino esensial seperti arginin dapat dibuat oleh tubuh,
tetapi prosesnya sangat lambat dan tidak mencukupi untuk seluruh kebutuhan. Jadi juga harus
disuplai dari makanan. Selain itu beberapa jenis asam amino juga berfungsi saling melengkapi
satu sama lain. Contohnya metionin diperlukan untuk memproduksi cystein, atau fenilalanin
diperlukan untuk membentuk tirosin.
2. Asam amino non esensial
Ada sepuluh asam amino yang bisa dibentuk oleh tubuh manusia, dan disebut asam amino
non esensial atau asam amino dispensable. Karena bisa dibentuk sendiri oleh tubuh maka tidak
harus memperoleh asupan dari makanan. Berikut ini adalah daftar asam amino non esensial.

Gambar 5. Macam-macam asam amino

Denaturasi protein adalah Ikatan-ikatan yang lemah pada protein dapat pecah atau rusak
akibat perlakuan tertentu yang dapat mengakibatkan suatu protein terlepas dari ikatannya. Jika
protein dipanaskan, kalor dapat memecahkan beberapa ikatan lemah, seperti ikatan hidrogen,
gaya van der Waals, maupun antaraksi hidrofob antargugus asam amino dalam rantai protein.
Perubahan pH juga dapat merubah struktur protein sebab akan merubah muatan dari gugus rantai
samping asam amino. Pada akhirnya, dapat mempengaruhi ikatan ionik maupun ikatan hidrogen.
Pereaksi seperti larutan urea 8,0 M, dapat merusak, baik ikatan hidrogen maupun antaraksi
hidrofob.Protein yang terdenaturasi dapat diubah kembali membentuk struktur semula, jika
molekul protein masih larut dalam larutan urea. Jika sedikit demi sedikit konsentrasi urea
diturunkan melalui proses dialisis, protein terdenaturasi secara perlahan akan melakukan
renaturasi kembali ke dalam bentuk semula.
Protein memiliki keanekaragaman sangat tinggi maka protein digolongkan berdasarkan
sifat dan fungsinya, seperti protein sebagai enzim, protein transport, protein bahan makanan,
protein kontraktil, protein struktural, protein regulator, dan protein pertahanan.

Gambar 7. Struktur hemin yang terdapat pada hemoglobin, sebagai


gugus pembawa oksigen.
Enzim adalah jenis protein yang memiliki sifat sangat beragam, tetapi spesifik. Enzim berperan
sebagai katalisis untuk berbagai reaksi biokimia. Hampir seluruh reaksi kimia dalam sel makhluk
hidup dikatalisis oleh enzim. Sampai tahun 1980-an telah ditemukan lebih dari 2.000 macam
enzim, masing-masing memiliki kemampuan khusus dalam mengkatalisis reaksi kimia. Protein
transport dalam plasma darah mengikat dan membawa molekul atau ion tertentu dari satu organ
ke organ lain. Hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen pada saat darah memasuki
paru-paru dan membawanya ke jaringan periferal. Pada jaringan tersebut oksigen dilepaskan
untuk proses oksidasi bahan makanan. Plasma darah mengandung lipoprotein yang membawa
lipid dari hati ke organ lain. Protein yang terdapat pada membran sel juga merupakan protein

transpor, berfungsi mentransportasikan glukosa, asam amino, dan nutrien lain melewati membran
sel. Sebagian protein dalam sel tersimpan dalam bentuk bahan makanan. Contohnya dalam bijibijian, protein digunakan untuk pertumbuhan embrio tanaman. Albumin adalah protein utama
dalam putih telur. Kasein merupakan protein terbesar dalam air susu. Semua protein tersebut
merupakan protein bahan makanan. Beberapa protein dalam sel dan organisme mempunyai
fungsi untuk kontraksi. Contohnya, protein aktin atau miosin merupakan protein serabut yang
berfungsi kontraksi otot. Tubulin adalah protein pembentuk mikrotubul yang merupakan
komponen penting pada flagela dan silia untuk bergerak. Beberapa protein berfungsi sebagai
serabut atau pelindung, untuk memberikan kekuatan dan proteksi sel. Komponen utama dari
jaringan tendon dan kartilago merupakan protein serat kolagen yang memiliki kekuatan atau
kekenyalan tinggi. Kulit merupakan protein kolagen. Rambut dan kuku mengandung protein
yang tidak larut dalam air, disebut keratin. Komponen utama sutra dan jaring labah-labah
merupakan protein fibroin. Beberapa protein berfungsi menjaga serangan organisme lain.
Immunoglobin atau antibodi merupakan protein khusus yang dibuat oleh jaringan limfosit untuk
mengenali dan mengendapkan atau menetralkan bakteri, virus, atau protein asing dari jenis lain.
Fibrinogen dan trombin merupakan protein yang bertanggung jawab terhadap pembekuan darah.
Tinjauan bahan pada percobaan Asam-asam amino dan Protein sebagai berikut :
1. Natrium Hidroksida, padatan kristal putih dalam air dan etanol, tidak larut dalam air, titik leleh
-3,15 C. NaOH merupakan basa dan korosif pada jaringan kulit (Bryand,2015)
2. Asam Klorida, merupakan ga berasap titik berwarna. Titik lelehnya -114C, sangat larut dalam
air, alkohol dan eter. Tidak mudah terbakar, korosif, iritan pada kulit dan beracun (Bryand ,2015)
3. Etanol, cairan tidak berwarna, berbau khas, larut dalam eter,dan air. Terbakar di udara,
menghasilkan warna biru muda, dalam pembakaran menghasilkan CO2 dan H2O (Bryand,2015)
4. Tyrosin, asam amino yang mempunyai gugus fenol dan bersifat asam, dapat diperoleh dari
kasein yaitu protein utama yang terdapat dalam keju (Bryand,2015).
5. Alanin, merupakan asam amino dengan rumus HO2(CHCNNH2)CH3 isomer 1 merupakan 1
dari 20 asam amino proteinogenik yang merupakan penyusun protein, termasuk asam amino non
polar (Bryand,2015).
6. Albumin, protein larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas larutan albumin dalam air
dapat diendapkan dengan pemanasan emmonium slfat hingga jenuh (Bryand,2015).
7. Kasein, protein induk yang terdapat dalam susu, merupakan protein yang sangat heterogen
karena mengandung fosfor, tidak larut dalam etanol, dan digunakan untuk memisahkan lemak
dan kasein (Bryand,2015).
8. Pepton, merupakan beberapa jenis susunan pepton yang terlarut dalam air oleh hidrolisi
sebagian dari protein oleh asam (Bryand,2015).

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, penangas air,
gelas kimia 100mL, buret, alat titrasi, pH meter, timbangan, corong buncher dan elektroda.
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini pada kelarutan asam amino dibutuhkan 0,1 g
asam amino, pelarut seperti air,asam encer, etanol , dan kloroform. Reaksi ninhidrin dibutuhkan
1 mL asam amino,dan 5 tetes larutan nynhidrin. Reaksi xanthoprotein dibutuhkan 0,5 mL asam
nitrat pekat, 0,5 mL asam amino,dan larutan NaOH. Kurva titrasi asam-asam amino dibutuhkan
10 mL larutan asam amino, HCL 0,1 N, dan larutan NaOH. Uji biuret dibutuhkan 5 tetes larutan
kuprisulfat, 2 mL larutan protein, 2 mL NaOH. Denaturasi protein dibutuhkan 5 mL larutan
protein, 0,5 mL HNO3 pekat , 2 mL HNO3 pekat. Pengendapan protein dengan logam berat
dibutuhkan larutan logam berat, 2 mL larutan protein. Pengendapan protein oleh asam
dibutuhkan 5 tetes reagen asam, 1-2 mL larutan protein. Penentuan kadar protein secara biuret
dibutuhkan 1 mL larutan protein, 4 mL reagen biuret. Isolasi kasein dari susu dibutuhkan 100 mL
susu, 100 mL buffer asetat, 30 mL etanol, dan campuran etanol-eter (1:1) sebanyak 20 mL.
2.3 Skema Kerja
2.3.1 Kelarutan Asam Amino
0,1 g Asam
amino

Dimasukkan masing-masing dalam tabung reaksi


Diperiksa kelarutannya dengan pelarut air, asam encer, basa encer,etanol
dan kloroform
.
Hasil

2.3.2 Reaksi Ninhidrin


1 mL larutan asam

Dimasukkan dalam tabung reaksi


Dinetralkan
5 tetes larutan nynhidrin ditambahkan
Dimasukkan dalam penangas air selama 2 menit
Hasil

2.3.3. Reaksi Xanthoprotein


0,5 mL asam amino

Ditambahkan 0,5 mL asam nitrat pekat


Didinginkan dan diamati perubahan warnanya
Ditambahakan larutan NaOH secukupnya
Dibandingkan dengan menggunakan larutan fenol
Hasil

2.3.4. Kurva Titrasi Asam-asam Amino


10 mL asam
amino

Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL


Distandartkan pH meter dan ditentukan pH larutan
Ditambahkan HCL 0,1 N dari buret secara perlahan
Dicatat setiap penambahan pHnya
Ditambahkan asam sampai pH 1,3
Dicuci elektroda dengan aquades
Distandartkan kembali pH meternya
Dititrasi 10mL asam amino dengan larutan NaOH sampai pH menjadi 2,5
Hasil

2.3.5. Uji Biuret Protein


2 mL larutan

Ditambahkan 5 tetes larutan kuprisulfat kedalamnya


Ditambahkan 2 mL NaOH
Dikocok dan dicatat perubahan warna yang terjadi
Hasil

2.3.6. Denaturasi Protein Oleh Panas dan pH Ekstrim


5 mL larutan
protein

Dimasukkan dalam 3 tabung reaksi


Ditambahkan 0,5 mL HCL pada tabung ke-1
Ditambahkan 0,5 mL NaOH pada tabung ke-2
Ditambahkan 0,5 mL HNO3 pekat pada tabung ke-3
Diletakkkan pada penangas air selama 10 menit
Didinginkan pada temperature kamar
Dinetralkan dan diamati
Ditambahkan 2 mL HNO3 pekat secara perlahan dalam tabung reaksi yang
berisi 2 mL larutan protein melalui dinding tabung sehingga terbentuk 2
lapisan
Dicampurkan kedua lapisan tersebut
Hasil

2.3.7. Pengendapan Protein dengan Logam Berat


2 mL larutan
protein

Ditambahkan beberapa tetes larutan logam berat


Diamati perubahan yang terjadi
Hasil

2.3.8. Pengendapan Protein oleh Asam


1-2 mL larutan
protein

Ditambahkan 5 tetes reagen asam


Ditambahkan larutan NaOH
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil

2.3.9. Penentuan Kadar Protein secara Biuret


1 mL larutan
protein

Dimasukkan dalam tabung reaksi


Ditambahkan 4 mL reagen biuret
Dikocok dan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar
Dibaca serapannya pada panjang gelombang 540 nm
Dibuat larutan blanko dan larutan standar protein dengan konsentrasi
1,3,5,8,10 mg/L
Hasil

2.3.10. Isolasi Kasein dari Susu


100 mL susu dalam gelas kimia
500 mL

Dihangatkan sampai 40C


Ditambahkan secara perlahan 100 mL buffer asetat sambil diaduk
Ditunggu sampai pH campuran mencapai 4,8
Didinginkan suspensi ini pada temperature kamar dan diamkan 5 menit
Didekantasi endapan yang terjadi beberapa kali dengan sedikit air
Disuspensikan dengan 30 mL etanol
Disaring suspensi dengan corong Buchner dan dicuci dengan campuran
etanol-eter (1:1) sebanyak 20 mL
Dicuci endapan dengan 50 mL eter dan dikeringkan
Dipindahkan tepung kasein pada gelas arloji
Hasil

BAB III
DATA HASIL PENGAMATAN
3.1. Tabel Pengamatan
3.1.1. Kelarutan asam amino
No
.
1.

Perlakuan

Hasil

Ditimbang asam glutamat , alanin, dan glisin sebesar 0,1


gram

2.

Asam amino yang telah ditimbang dimasukkan dalam


tabung reaksi
Diamati warna awal dari asam aminosebelum diberikan
pelarut

Diperoleh berat asam


glutamat, alanin, dan glisin
sebesar 0,1 gram
Asam amino berada dalam
tabung reaksi
Asam glutamat : putih
Alanin : putih
Glisin : putih
Asam glutamat : putih kapur,
tidak larut, terdapat endapan
Alanin : bening, larut
Glisin : bening, larut
Diperoleh berat asam
glutamat, alanin, dan glisin
sebesar 0,1 gram
Asam amino berada dalam
tabung reaksi
Asam glutamat : putih
Alanin : putih
Glisin : putih
Asam glutamat : putih kapur,
tidak larut, terdapat endapan
Alanin : bening, larut
Glisin : bening, larut
Diperoleh berat asam
glutamat, alanin, dan glisin
sebesar 0,1 gram
Asam amino berada dalam
tabung reaksi
Asam glutamat : putih
Alanin : putih
Glisin : putih
Asam glutamat : putih kapur,
tidak larut, terdapat endapan
Alanin : bening, larut

3.

4.

Ditambahkan aquades pada masing-masing tabung reaksi


sebesar 1mL, dan diamati perubahan warnanya.

5.

Ditimbang asam glutamat , alanin, dan glisin sebesar 0,1


gram

6.

Asam amino yang telah ditimbang dimasukkan dalam


tabung reaksi
Diamati warna awal dari asam aminosebelum diberikan
pelarut

7.

8.

Ditambahkan H2SO4 pada masing-masing tabung reaksi


sebesar 1mL, dan diamati perubahan warnanya.

9.

Ditimbang asam glutamat , alanin, dan glisin sebesar 0,1


gram

10.

Asam amino yang telah ditimbang dimasukkan dalam


tabung reaksi
Diamati warna awal dari asam aminosebelum diberikan
pelarut

11.

12.

Ditambahkan NaOH 1M pada masing-masing tabung


reaksi sebesar 1mL, dan diamati perubahan warnanya.

13.

Ditimbang asam glutamat , alanin, dan glisin sebesar 0,1


gram

14.

Asam amino yang telah ditimbang dimasukkan dalam


tabung reaksi
Diamati warna awal dari asam aminosebelum diberikan
pelarut

15.

16.

Ditambahkan etanol pada masing-masing tabung reaksi


sebesar 1mL, dan diamati perubahan warnanya.

17.

Ditimbang asam glutamat , alanin, dan glisin sebesar 0,1


gram

18.

Asam amino yang telah ditimbang dimasukkan dalam


tabung reaksi
Diamati warna awal dari asam aminosebelum diberikan
pelarut

19.

20.

Ditambahkan kloroform pada masing-masing tabung


reaksi sebesar 1mL, dan diamati perubahan warnanya.

Glisin : bening, larut


Diperoleh berat asam
glutamat, alanin, dan glisin
sebesar 0,1 gram
Asam amino berada dalam
tabung reaksi
Asam glutamat : putih
Alanin : putih
Glisin : putih
Asam glutamat : putih kapur,
tidak larut, terdapat endapan
Alanin : putih kapur, tidak
larut, terdapat endapan
Glisin : putih kapur, tidak
larut, terdapat endapan
Diperoleh berat asam
glutamat, alanin, dan glisin
sebesar 0,1 gram
Asam amino berada dalam
tabung reaksi
Asam glutamat : putih
Alanin : putih
Glisin : putih
Asam glutamat : putih kapur,
tidak larut, terdapat endapan
Alanin : putih kapur, tidak
larut, terdapat endapan
Glisin : bening, larut

3.1.2. Reaksi Ninhidrin


No
1

Perlakuan
Tabung reaksi dicuci dan dibilas dengan
akuades

Tabung reaksi diberi label

Ditambahkan 1 ml (20 tetes) larutan asam


amino ( glisin, tyrosin, tryptofan, asam
glutamat, kasein) pada tabung reaksi

Hasil
Tabung reaksi bersih dan steril
Tabung reaksi berlabel dan mudah
dbedakan
Larutan asam amino sebanyak 1 ml
berada dalam tabung reaksi
- Kasein bening
- As. Glutamat bening
- Tryptofan bening
- Glisin bening
- Tyrosin bening

Ditambahkan 1 ml (20 tetes) NaOH 1N ke


dalam tabung reaksi berisi larutan asam amino
(penetralan)

Ditambahkan 5 tetes larutan Ninhidrin ke


dalam tabung reaksi yang telah mengalami
penetralan

Tabung reaksi berisi larutan asam amino +


NaOH 1N + Ninhidrin dimasukan dalam
penangas air selama 2 menit

Larutan asam amino mengalami


penetralan
- Glisin bening
- Tyrosin bening
- Tryptofan bening
- Kasein bening
- As. glutamat bening
Mengalami perubahan warna pada
larutan asam amino
- Kasein bening
kekuningan
- Tryptofan bening
kekuningan
- Glisin bening kekuningan
- Tyrosin bening kekuningan
- As. Glutamat bening
kekuningan
Didapatkan warna akhir
- Kasein kuning jernih
- Tryptofan kuning jernih
- Glisin kuning jernih
- Tyrosin kuning jernih
- As. Glutamat kuning jernih

3.1.3. Xanthoprotein
Asam Amino

Perlakuan

Hasil

1. Glisin

1. Dimasukkan sebanyak 0,5


ml dalam tabung reaksi,
2.kemudian ditetesi asam
nitrat 0,5 ml
3. Diteteskan fenol 0,5 ml

1. Warna awal : bening


2. Warna setelahnya : bening
3. Warna berubah menjadi
jingga ++

2. Tryptofan

1. Dimasukkan sebanyak 0,5


ml dalam tabung reaksi,
2.kemudian ditetesi asam
nitrat 0,5 ml
3. Diteteskan fenol 0,5 ml

1. Warna awal : bening


2. Warna setelahnya : kuning
3. Warna berubah menjadi
jingga ++

3. Tyrosin

1. Dimasukkan sebanyak 0,5


ml dalam tabung reaksi,
2.kemudian ditetesi asam
nitrat 0,5 ml
3. Diteteskan fenol 0,5 ml

1. Warna awal : bening


2. Warna setelahnya : bening
3. Warna berubah menjadi
jingga ++

4. Fenilalani

1. Dimasukkan sebanyak 0,5


ml dalam tabung reaksi,
2.kemudian ditetesi asam
nitrat 0,5 ml
3. Diteteskan fenol 0,5 ml

1. Warna awal : bening


2. Warna setelahnya : bening
3. Warna berubah menjadi
jingga +++

3.1.4 Kurva Titrasi Asam Amino


No
.
1.

Perlakuan

Hasil

Seluruh alat dibersihkan dengan air Didapatkan alat-alat yang bersih


mengalir dan dibilas dengan akuades
2. Buret sebanyak 2 buah, masing-masing Didapatkan buret yang siap pakai
dikondisikan dengan HCl dan NaOH
3. Buret dipasang di penyangga
Didapatkan buret yang sudah terpasang
di penyangga
4. Dimasukkan HCl dan NaOH menggunakan Didapatkan larutan di dalam buret yang
corong pada masing-masing buret
telah siap digunakan untuk titrasi
5. Larutan asam amino berupa asam glutamat Terdapat gelas kimia yang berisi asam
dimasukkan ke dalam gelas kimia glutamat
menggunakan pipet ukur 10 mL
6. Gelas kimia yang berisi asam glutamat, Terdapat gelas kimia berisi asam
diletakkan di bawah buret
glutamat di bawah buret yang berfungsi
sebagai zat yang diukur pHnya
7. Larutan asam glutamat dititrasi dengan Didapatkan data perubahan pH setiap
HCl dan diamati setiap perubahan pHnya penambahan HCl
hingga mencapai pH 1,3
8. Larutan asam glutamat dititrasi lagi dengan Didapatkan data perubahan pH setiap
NaOH dan diamati setiap perubahan penambahan NaOH
pHnya hingga mencapai pH 12,5
3.1.5 Uji Biuret
NO
1.
2.
3.

Perlakuan
Tabung reaksi dicuci
Tabung reaksi dikeringkan
Tabung reaksi diberi label

Pengamatan
Tabung reaksi menjadi bersih
Tabung reaksi menjad kering
Tabel reaksi berlaber pepton,
kasein, albumin dan gelatin

4.

Tabung reaksi diisi dengan masingmasing protein sebanyak 40 tetes

5.

Ditambah 5 tetes kupri sulfat pada


masing-masing tabung reaksi
Masing-masing tabung reaksi dikocok
Diamati perubahan warna pada
masing-masing tabung

6.
7.

8.

Masing-masing tabung ditambah 40


tetes NaOH

9.
10.

Tabung dikocok
Diamati perubahan warna

Masing-masing tabung reaksi berisi


2 mL protein (kasein, gelatin,
pepton dan albumin)
Tabung reaksi berisi protein dan
kupri sulfat
Protein dan kupri sulfat tercampur
Gelatin berubah dari bening
menjadi biru tua (+ + + +)
Albumin berubah dari kekuningan
menjadi biru dan terdapat
gumpalam putih (+ +)
Pepton berubah dari kekuningan
menjadi biru muda (+ + +)
Kasein berubah dari bening
menjadi kebiruan (+)
Tabung reaksi berisi pepton CuSO4
+ NaOH
Ketiga cairan tercampur
Gelatin berubah dari biru menjadi
ungu tua (+ + + +)
Albumin berubah dari biru menjadi
ungu (+ + + +)
Pepton berubah dari biru menjadi
ungu (+ +)
Kasein berubah biru menjadi ungu
muda (+)

3.1.6. Denaturasi protein oleh panas dan pH ekstrim


No.
1

Perlakuan
Hasil
Masukkan 2 mL larutan protein ke Setiap tabung reaksi berisi 2 mL larutan protein
dalam tabung reaksi
-Gelatin (bening)
-Pepton (keruh)
-Kasein (bening)
-Albumin (bening kekuningan)
HNO3
Penambahan
pekat
sebanyak 2 mL
Gelatin + HNO3

Tidak terjadi perubahan

Pepton +

HNO 3

Cincin kuning, larutan kekuningan

Kasein +

HNO 3

Tidak terjadi perubahan

Albumin +
No.
1

Endapan putih dan kuning

Perlakuan
Hasil
Masukkan 5 mL larutan protein ke Semua tabung berisi 5 mL larutan protein
dalam tabung reaksi
-Albumin (bening kekuningan)
-Kasein (bening)
-Gelatin (bening)
-Pepton (keruh)
Penambahan HCl 1 N 0.5 mL
Albumin + HCl
Kasein + HCl
Gelatin + HCl
Pepton + HCl
Penambahan NaOH 1 N 0.5 mL
Albumin + NaOH
Kasein + NaOH
Gelatin + NaOH
Pepton + NaOH
Penambahan HNO 3 0.5 mL
Albumin +

HNO3

HNO3

Tidak terjadi perubahan kecuali albumin


Muncul endapan putih
Bening
Bening
Keruh
Tidak terjadi perubahan
Bening kekuningan
Bening
Bening
Keruh
Tidak terjadi perubahan
Bening kekuningan

Kasein +

HNO 3

Bening

Gelatin +

HNO3

Bening

Pepton +

HNO 3

Keruh

Tabung reaksi dipanaskan selama 10


menit
Albumin + HCl + dipanaskan
Muncul endapan putih
Albumin + NaOH + dipanaskan
Muncul padatan putih dan lapisan kekuningan
HNO
Muncul endapan kuning
3
Albumin +
+ dipanaskan
Kasein + HCl + dipanaskan
Kasein + NaOH + dipanaskan
Kasein + HNO 3 + dipanaskan

Tidak terjadi perubahan


Tidak terjadi perubahan
Tidak terjadi perubahan

Gelatin + HCl + dipanaskan


Gelatin + NaOH + dipanaskan
Gelatin + HNO3 + dipanaskan

Tidak terjadi perubahan


Tidak terjadi perubahan
Tidak terjadi perubahan

Pepton + HCl + dipanaskan


Pepton + NaOH + dipanaskan

Keruh kekuningan
Keruh kekuningan

Pepton +

HNO 3 + dipanaskan

Keruh Kekuningan

3.1.7. Pengendapan protein dengan logam berat


No

Perlakuan

1
2

Tabung reaksi dicuci terlebih dahulu


Tabung reaksi ditambahkan 40 tetes atau wml
larutan protein (albumin, kasein, gelatin)
Pepton

Gelatin + pb ( CH 3 COOH 2
4

Hasil

Tabung reaksi bersih dan steril


Tabung reaksi terisi larutan protein yang
berwarna bening
Dimasukkan tabung reaksi terisi larutan
protein berwarna kuning
sebanyak Hasilnya berwarna keruh

20 tetes dan dikocok


Gelatin + CuSO 4 sebanyak 20 tetes dan Hasilnya berwarna biru bening
dikocok
Gelatin + Hg ( NO3 2

sebanyak 20 tetes Hasilnya berwarna bening

dan dikocok
Kasein + pb ( CH 3 COOH 2
5

sebanyak Hasilnya berwarna bening

20 tetes dan dikocok


Kasein + CuSO 4 sebanyak 20 tetes dan

Hasilnya berwarna biru bening

dikocok
Kasein + Hg ( NO3 2 sebanyak 20 tetes
dan dikocok
Albumin + pb ( CH 3 COOH 2 sebanyak
6

20 tetes dan dikocok


Albumin + CuSO 4 sebanyak 20 tetes dan
dikocok
Albumin + Hg ( NO3 2 sebanyak 20 tetes

Hasilnya berwarna bening kekuningan +


endapan putih
Hasilnya berwarna gumpalan putih +
endapan putih
Hasilnya berwarna kuning + gumpalan
hijau
Hasilnya berwarna bening + gumpalan

dan dikocok
Pepton + pb ( CH 3 COOH 2 sebanyak
7

20 tetes dan dikocok


Pepton + CuSO 4 sebanyak 20 tetes dan

Hasilnya berwarna bening kekuningan +


endapan putih
Hasilnya berwarna biru bening

dikocok
Pepton + Hg ( NO3 2 sebanyak 20 tetes
dan dikocok

Hasilnya berwarna bening + gumpalan

3.1.8. Pengendapan protein dengan asam


No
Perlakuan
1
Dicuci tabung reaksi
2
Diberi label masing-masing tabel
3
Dimasukkan protein sebanyak 20
tetes
4
Diberi reagen (TCA, Asam Pikrat,
dan Asam Sulfosalisilat)

Diberi NaOH

Hasil
Tabung reaksi menjadi bersih
Tabung menjadi berlabel
Kasein berwarna bening
TCA : keruh, terdapat sedikit endapan
Asam pikrat : kuning, terdapat banayak
endapan
Asam sulfosalisilat : keruh, terdapat sedikit
endapan
TCA : terdapat sedikit endapan
Asam pikrat : terdapat sedikit endapan
Asam sulfosalisilat : terdapat sedikit endapan

3.1.9. Penentuan kadar protein secara biuret


No
1

Protein

Protein
Albumin
Kasein
Gelatin
2
Pepton
Albumin
Kasein
Gelatin
3
Dihomogenkan dan
didiamkan 30 menit
4
Pepton
Albumin
Kasein
Gelatin
3.10. Isolasi kasein dari susu

N
o
1

2
3
4

Perlakuan

Pengamatan
1 mL larutan pepton (tidak berwarna)
1 mL larutan albumin (tidak berwarna)
1 mL larutan kasein (tidak berwarna)
1 mL larutan gelatin (tidak berwarna)
1 mL larutan pepton + reagen biuret 4 mL (biru bening)
1 mL larutan albumin + reagen biuret 4 mL (biru bening)
1 mL larutan kasein + reagen biuret 4 mL (biru bening)
1 mL larutan gelatin + reagen biuret 4 mL (biru bening)
Tidak terjadi perubahan
Nilai absorbansi = 0,058
Nilai absorbansi = 0,168
Nilai absorbansi = 0,062
Nilai absorbansi = 0,064
Hasil

Susu dituang ke gelas kimia sebanyak 100 Didapatkan 100 ml susu dalam gelas
ml
kimia dengan suhu awal 29oC dan pH
5,8
Susu dipanaskan hingga suhu mencapai Didapatkan susu dengan suhu 40 oC
40 oC dengan petunjuk termometer
Susu yang telah mencapai suhu 40oC Tingkat keasaman suhu didapatkan
ditambahkan dengan 20 ml buffer asetat
dengan pH 4,83
Susu didiamkan hingga mencapai suhu Suhu susu kembali ke suhu ruang

5
6

7
8
9

10

ruang
Susu ditambahkan etanol sebanyak 30 ml,
lalu didiamkan
Larutan disaring menggunakan kertas
saring dan corong bunchner

sebesar 29 oC
Terbentuk endapan putih pada dasar
gelas kimia
Endapan dan filtrat terpisah
Massa kertas saring= 1,3455 gram

Endapan diberi etil etanol (1:1) sebanyak


20 ml untuk proses pencucian
Endapan diberi eter sebanyak 20 ml untuk
proses pencucian
Endapan dan kertas saring ditimbang
beserta gelas arlojinya

Endapan bersih

Endapan dioven

3.2. Perhitungan
3.2.1 Kurva tittrasi Asam Amino
1. HCL
N Perubaha
o
n pH

1.
2.
3.
4.

2.71
1.97
1.85
1.3

Jumlah HCl
yang
ditambahka
n
0
0.1
0.2
0.3

Endapan bersih
Massa Arloji + kertas= 39,1 gram
Massa arloji= 24,337 gram
Massa kertas= 14,763
Massa endapan + kertas= 30,4567 gram
Massa endapan= 15,6937 (Kasein)

0.35
0.3
0.25

f(x) = - 0.22x + 0.57


R = 0.94

0.2
0.15

f(x) = 0.06x
R = 0.4

0.1
0.05
0
1.2

1.4

1.6

1.8

2.2

y1 = -0.2153x + 0.5714
y2 = 0.0586x
y1 = y2
-0.2153x + 0.5714 = 0.0586x
-0.2153x - 0.0586x = -0.5714
-0.2739 x = -0.5714
x = 2.086162833
x1 = pKa1 = 2.086162833
2. NaOH
No
Perubahan pH
Jumlah NaOH yang
.
ditambahkan
1.
1.49
0.1
2.
1.63
0.2
3.
2.1
0.3
4.
2.78
0.4
5.
2.95
0.5
6.
3.27
0.6
7.
3.41
0.7
8.
3.71
0.8
9.
4.1
0.9
10.
4.82
1
11.
5.9
1.1
12.
7.94
1.2
13.
8.48
1.3
14.
8.76
1.4
15.
8.93
1.5

2.4

2.6

2.8

16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.

9.18
9.52
9.83
10
10.55
10.66
10.83
10.93
10.02
11.13
11.17
11.23
11.25
11.27
11.3
11.32
11.35
11.38
11.41

1.6
1.7
1.8
1.9
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3
3.1
3.2
3.3
3.4

4
3.5
3
2.5

f(x)
f(x) =
= 0.26x
0.22x - 0.36
R =
= 0.96
0.87
R

2
1.5
1
0.5
0

y1 = = 0.2611x - 0.3586
y2 = 0.2237x
y1 = y2
0.2611x - 0.3586 = 0.2237x
0.2611x - 0.2237x = 0.3586

10

12

0.0374x = 0.3586
x = 9.588235294
x2 = pKa2 = 9.588235294

pI =
=

pKa 1 + pKa2
2
2.086162833+ 9.588235294
2

pI = 5.837199064
3.2.2 Penentuan kadar protein secara biuret
X (ppm)
0
1000
3000
5000
8000
9000

Y (A)
0
0,251
0,279
0,308
0,356
0,412

3.2.3. Isolasi kasein dari susu


Rendamen =

massa kasein
massa susu

4,7742 gram
103 gram

X 100%

X 100%

= 4,6 %
Massa susu = xv
= 1,03 gr/ml X 100 ml
= 103 gram

X.Y
0
106
9 x 106
25 x 106
64 x 106
81 x 106
= 1790 x 104

X2
0
2,51 x 102
837
1540
2848
3708
= 9146

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Analisa prosedur dan analisa hasil
4.1.1 Kelarutan asam amino
Uji kelarutan asam amino dilakukan untuk mengetahui interaksi solvasi asam
amino pada berbagai jenis pelarut. Pelarut polar yang digunakan adalah akuades, HCL 0,1 N,
NaOH 1M,dan etanol, sedangkan pelarut non polarnya kloroform . berdasarkan data hasil
pengamatan glisin merupakan asam amino non polar yang memiliki gugus R alifatik dan bersifat
hidrofobik (tidak suka air). Biasanya terdapat di bagiann dalam protein. Umumnya terdapat pada
protein yang berinteraksi dengan lipid. Pada percobaan glisin larut dalam air, tapi seharusnya
tidak larut karena ke tiga asam amino tersebut merupakan asam amino non polar. Perbedaan hasil
mungkin disebabkan oleh titik lebur yang sangat tinggi dan asam amino dalam larutan netral
tidak dapat terionisasi secara sempurna.
4.1.2 Uji ninhidrin
Pada uji ninhidrin, sampel yang diujinya adalah albumin, gelatin, kasein dan pepton.
Pertama-tama masing-masing sampel dimasukan 0,1ml ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
larutan buffer asetat ph 5, lalu pada masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 20 tetes
larutan ninhidrin, kemudian dipanaskan diatas penangas air mendidih selama beberapa menit.
Penambahan larutan buffer asetat ini bertujuan untuk menjaga ph dari asam amino tersebut.
Karena jika ditambah pereaksi lain, asam amino tersebut akan rusak.
Ninhidrin adalah suatu reagen berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan
konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik, dan bila
bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu (Rahmawati, 2011). Uji ninhidrin
digunakan untuk menunjukan asam amino dalam zat yang diuji. Uji ninhidrin berlaku untuk
semua asam amino. Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) merupakan senyawa kimia yang
digunakan untuk mendeteksi gugus amina dalam molekul asam amino. Asam amino bereaksi
dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul
NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif
ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan yang disebabkan oleh molekul
ninhidrin + hidrindantin yang yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.
Reaksi ninhidrin : Apabila ninhidrin (triketohidrin) dipanaskan bersama asam amino, maka akan
terbentuk kompleks berwarna biru. Kompleks berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhdrin
dengan hasil reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Asam amino dapat ditentukan secara
kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi asam amino tersebut. Pada reaksi ini, dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga asam
amino asam amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3
yang dilepaskan. Prolin dan hidroksi prolin menghasilkan kompleks yang berbeda warnanya
dengan asam amino lainya. Kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua molekul

ninhidrin yang bereaksi dengan amonia yang dilepaskan pada oksidasi asam amino (Tarsana,
2010). Keseluruhan reaksi asam amino dengan ninhidrin adalah dekarboksilasi oksidatif dari
asam amino dan produksi ninhidrin tereduksi, amoniak dan dioksida, dan reaksi ninhidrin
tereduksi dengan molekul ninhidrin yang lain dengan molekul amoniak yang
dihasilkan,pembentukan kompleks berwarna biru. Berdasarkan data hasil pengamatan,
didapatkan larutan asam amino semuanya berwarna kuning jernih. Hal ini dikarenakan gelatin
dan kasein tidak mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan amino yang terbuka sehingga
ketika direaksikan dengan pereaksi ninhidrin tidak menghasilkan reaksi positif.

4.1.3 Reaksi xanthoprotein


Uji xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk
menunjukkan adanya gugus benzena (cincin fenil). Prinsip dari percobaan uji Xantoprotein
adalah berdasarkan adanya reaksi nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein
sehingga menghasilkan senyawa kompleks berwarna kuning jingga. Mula-mula asam amino
akan membentuk derivat nitro dengan adanya pemanasan dalam asam nitrat pekat. Selanjutnya
akan terbentuk garam berwarna jingga melalui penambahan fenol 0,5mL. Asam amino yang
digunakan pada praktikum ini adalah glisin, tryptofan, tyrosin, dan phenilalalnin.Berdasarkan
data pengamatan, hasil positif untuk uji ini adalah tyrosin, phenilalanin,tyrosin, glisin, dan
tryptophan. Hasil ini sudah sesuai karena keempatnya memiliki ikatan aromatik siklik.
4.1.4 Kurva titrasi asam amino
Titrasi asam amino dilakukan dengan menentukan pH isoelektrikyaitu pada suatu pH/titik
dimana muatan total asam amino sama dengan nol. pH isoelektrik dapat ditentukan dengan
menentukan terlebih dahulu nilai pKa dari asam amino. Pada percobaan ini , asam amino yang
dititrasi adalah asam glutamat. Titrasi dengan HCl akan diperoleh pKa 1, dengan NaOH akan
diperoleh pKa 2. pH isoelektrik ditentukan dengan rumus

pKa 1 + pKa2
. Titrasi asam amino
2

bertujuan untuk menetralkan larutan dengan basa NaOH membentuk dimethilol dengan
penambahan formaldehid yang mana gugus amino sudah terikat dan tidak mempengaruhi reaksi
asam basa NaOH.
4.1.5 Uji Biuret
Prinsip uji biuret adalahuntuk mengetahui adanya ikatan peptide dalam suasana basa.
Sampel yang diujinya adalah albumin, gliserin, kasein dan pepton. Pada uji biuret ini pertamatama, masing-masing sampel dimasukan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 tetes
kuprisulfat(CuSO4),dan 40 tetes NaOH lalu diaduk kuat-kuat. Berdasarkan hasil pengamatan
ternyata didapatkan hasil bahwa semua sampel positif membentuk ikatan peptide. Biuret ini
bereaksi dengan membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus CO dan NH pada sam

amino dalam protein. Pada uji biuret ini penambahan CuSO4 ini tidak boleh berlebih karena Cu
merupakan logam besar. Jika penggunaannya terlalu banyak maka albumin akan terdenaturasi
membentuk koagulan. Pada suasana alkalis akan terbentuk Cu(OH)2 dari reaksi Cu+ + 2OH-
Cu(OH)2 (ungu) Cu+ berwarna biru intensif, jika berlebihan akan mengakibatkan warna ungu
terkalahkan sehingga hasilnya negative.
4.1.6 Denaturasi protein
Denaturasi protein merupakan suatu perubahan struktur sekunder, tersier, dan kuartener
molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan kovalen. Denaturasi dapat terjadi karena
hidrolisis panas dan pH ekstrim menyebabkan protein kehilangan aktivitas biologisnya. Larutan
protein ini dipanaskan untuk melihat kinerja dan energi termal yang dapat mendenaturasi protein.
Kemudian didinginkan, dan ditambahkan HNO3 untuk mengkondisikan pH yang sangat ekstrim.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil bahwa kerentanan denaturasi terjadi pada kasein,
pepton,dan gelatin. Panas dapatb meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul
penyusun protein bergetar cepat sehingga mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik
non polar. pH eksterim dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik.
4.1.7 Pengendapan protein dengan logam berat
Pada uji ini, pertama-tama albumin,kasein,gelatin dan pepton dimasukan kedalan masing-masing
tabung reaksi lalu masing-masing tabung tersebut ditambahkan perekasi logam berat (Pb-asetat,
Hg(No3)2, dan CuSO4) lalu dilihat endapan pada setiap penambahan tetes demi tetes pereaksi
logam. Prinsip dari uji ini adalah menetralkan muatan negatif pada protein dengan ion positif
dari logam berat dimana proses pengendapan berlangsung pada suasana netral. Reagen logam
berat yang digunakan berfungsi sebagai penyumbang ion logam yang bermuatan positif.
Berdasarkan data hasil percobaan didapatkan hasil bahwa albumin sangat mengendap
dengan penambahan logam berat. Hal ini menunjukkan bahwa polarisasi muatan albumin sangat
tinggi. Albumin yang bermuatan negatif tertarik ionyang bermuatan positif, berikatan,dan
bergabung menjadi makromolekul lalu mengendap. Pada gelatin terjadi perubahan yang agak
lambat karena cenderung bersifat globulan. Secara umum, makin banyak logam berat yang
ditambah maka endapan yang terbentuk jug a semakin banyak.
4.1.8 Pengendapan protein dengan asam
Protein dapat diendapkan dengan penambahan asam dimana senyawa asam ini memiliki
muatan negatif yang besar sehingga menetralkan protein yang bermuatan positif, akibatnya akan
terbentuk garam yang tidak larut. Dari hasil percobaan didapatkan hasil terdapat banyak
endapan. Seiring dengan semakin banyaknya asam, endapan yang terbentuk akan semakin
banyak. Hal ini dikarenakan reaksi kesetimbangan pembentukan garam bergeser kearah kiri.
Penambahan basa seperti NaOH menyebaabkan endapan cenderung hilang. Hal ini sesuai dengan

konsep kesetimbangan dimana adanya basa lain akan menyebabkan kompetisi pembentuksn
garam.

4.1.9 Penentuan kadar protein secara biuret


Prinsip dari percobaan ini adalah pembentukan senyawa kompleks berwarna yang akan
diuji absorbansinya dengan spektronik 20 mengikuti hukum Lambert-Beer. Dari pengukuran
absorbansi yang didapatkan yaitu pepton 2,96x10-9 %,albumin 8,5x10-9 %, kasein 3,16x10-9 %,
dan gelatin 3,27x 10-9%
4.1.10 Isolasi kasein dari susu
Kasein merupakan protein utama dalam susu yang mengandung senyawa nitrogen dan
fosfor. Prinsip dari percobaan ini adalah kelarutan minimum kasein pada pH titik isoelektrik.
Percobaaan isolasi kasein dari susu menggunakan pemanasan sekitar 40C untuk meniungkatkan
kinetika reaksi tanpa merusak struktur susu. Kemudian, ditambah buffer asetat agar susu berada
pada titik isoelektriknya sehingga kelarutan kasein dalam susus menurun. Campuran didinginkan
agar mendapat endapan yang kemudian disuspensikan dengan etanol untuk memisahkan lipid
dari protein dan mencegah penggumpalan. Endapan yang telah disaring dicuci dengan etanol-eter
(1:1) untuk memisahkan pengotor, lalu dicuci lagi dengan eter agar pengotor organik yang tersisa
dapat terangkat. Endapan ini kemudian dikeringkan untuk menghilangkan pelarut. Hasil yang
didapatkan dari perhitungan isolasi kasein dari susu ini adalah massa susu sebesar 103 gram,
massa kasein sebesar 4,7743, dan rendamen sebesar 4,6%.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa asam amino larut dalam pelarut
polar dan sedikit larut atau tidak larut pada pelarut nonpolar. Pada uji ninhidrin, asam amino
menunjukkan hasil positif karena mempunyai gugus -amino. Pada uji xanthoprotein, asam
amino menunjukkan hasil positif karena mempunyai cincin aromatik. Identifikasi ikatan peptida
dapat dilakukan dengan uji biuret, semua asam amino menunjukkan hasil positif. Denaturasi
protein dapat terjadi karena pemanasan dan pH ekstrim yang dialami oleh semua protein. pH
isoelektrik dapat ditentukan dengan cara titrasi menggunakan HCl dan NaOH. Dengan
penambahan asam atau logam berat , protein dapat diendapkan , dan yang paling mudah terlihat
adalah albumin. Kadar protein juga dapat ditentukan dengan uji biuret dengan melihat nilai
absorbansinya. Pada isolasi kasein dalam susu, didapatkan rendamen sebesar 4,6%
5.2 Saran
Saran pada praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat lebih dalam lagi mengerti tentang
praktikum asam amino dan protein ini, dan sebaiknya praktikan bisa mencoba semua percobaan
yang ada agar praktikan lebih paham mengerjakan laporan.

DAFTAR PUSTAKA
Bryand .2015. MSDS. www.emc-msds.com . diupload 13 oktober 2016
Patong,dkk.2009.Biokimia struktur&fungsi molekul.Erlangga.Jakarta
Radecki,dkk.2004.Definition of protein.Burlington house.London.

Anda mungkin juga menyukai