Celah itu muncul karena pengawasan, kontrol, dan penegakan hukum dari
kementerian terkait, terutama untuk ijazah ilegal, masih lemah. Belum ada sistem
permanen yang dibuat dan dijalankan untuk mengantisipasi praktik itu. Saat
bersamaan, penegakan hukum dari kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan untuk
pemalsuan ijazah belum serius. Para penjual jasa dan pembeli jasa ijazah palsu
belum diancam dengan sanksi hukum yang membuat jera.
perlukan untuk membuat ijazah tersebut sangatlah mudah, yang mereka perlukan
adalah:
1. Foto, diusahakan berbaju kemeja putih
2. Tanda tangan
3. Tempat tanggal lahir
4. Nilai yang diinginkan
5. Nama jurusan
6. Nama universitas
7. Nama orang tua
8. Tahun lulus yang diinginkan
Dengan memenuhi persyaratan diatas, para pembeli ijazah palsu juga
mendapatkan transkrip nilai, dan legalisir, nomor induk mahasiswa, nomor seri
ijazah yang tercantum di Kopertis dan Diknas Universitas yang diinginkan. Situs
ini juga menjamin keaslian dan tercantumnya nama pembeli tersebut di
universitas yang ia inginkan karena adanya jaminan ada oknum unversitas
tersebut yang ikut ambil andil dalam pembuatan ijazah palsu tersebut.
Dengan perbedaan yang sangat jauh ini, jelas ini merusak citra pendidikan
Indonesia yang sebenarnya tidak kalah dengan pendidikan negara maju lainnya.
Perbedaan yang mencolok terhadap ijazah palsu dan asli adalah masa pendidikan
yang ditempuh oleh mahasiswa atau para pembeli ijazah palsu tersebut. Para
pembeli tidak akan mendapatkan pengetahuan seperti yang dijalankan mahasiswa
yang dengan susah payah menempuh dan menyelesaikan beban sks serta skripsi
atau tesis sebagai salah satu persyaratan kelulusan.
Kasus ijazah palsu ini sudah dipastikan oleh Menristek PT untuk ditindak
lanjuti dan mengenakan sanksi bagi para pembuat serta pelayan ijazah palsu
tersebut. Sanksi ini juga akan dikenakan untuk para pembeli ijazah tersebut karena
ikut andil dalam memalsukan dokumen resmi tersebut.
(1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat
menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu
pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi
sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang
lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak
dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu
kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selamalamanya enam tahun.
(2) Dengan hukuman serupa itu juga dihukum, barangsiapa dengan sengaja
menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-olah surat itu asli
dan tidak dipalsukan, kalau hal mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu
kerugian.
R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal menjelaskan bahwa yang
diartikan dengan surat dalam ketentuan tersebut adalah segala surat baik yang
ditulis dengan tangan, dicetak, maupun ditulis memakai mesin tik dan lainlainnya. Selain itu, surat yang dipalsu itu harus suatu surat yang:
a.
Dapat menerbitkan suatu hak (misalnya: ijazah, karcis tanda masuk, surat
andil, dll);
b.
Dapat menerbitkan suatu perjanjian (misalnya: surat perjanjian piutang,
perjanjian jual beli, perjanjian sewa, dsb);
c.
Dapat menerbitkan suatu pembebasan utang (kuitansi atau surat semacam
itu); atau
d.
Suatu surat yang boleh dipergunakan sebagai suatu keterangan bagi sesuatu
perbuatan atau peristiwa (misalnya: surat tanda kelahiran, buku tabungan pos,
buku kas, buku harian kapal, surat angkutan, obligasi dan masih banyak lagi).
Lebih jauh, R. Soesilo menjelaskan bahwa penggunaan surat palsu itu
harus dapat mendatangkan kerugian. Kerugian tersebut tidak hanya meliputi
kerugian materiil, akan tetapi juga kerugian di lapangan kemasyarakatan,
kesusilaan, kehormatan dsb. Masih menurut R. Soesilo, yang dihukum menurut
pasal ini tidak saja memalsukan surat (ayat 1), tetapi juga sengaja
mempergunakan surat palsu (ayat 2). Sengaja maksudnya, bahwa orang yang
menggunakan itu harus mengetahui benar-benar bahwa surat yang ia gunakan itu
palsu. Jika ia tidak tahu akan hal itu, ia tidak dihukum. Tentunya terkait dengan
tahu atau tidak tahunya pemohon itu harus dibuktikan dalam pemeriksaan oleh
penyidik maupun dalam persidangan.
Dampak dari ijazah palsu ini adalah pengusaha atau perusahaan tidak
melirik lulusan dari Indonesia. Mereka menganggap bahwa jika ijazah kelulusan
itu palsu, bagaimana dengan kinerja kerja mereka?. Selain itu, ijazah palsu ini
mencoreng citra pendidikan Indonesia.