PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengelolaan manajemen pelayanan klinis (clinical care) sebagai pelayanan
utama tidak banyak mengalami perubahan, pelayanan masih diberikan seperti
sebelumnya yaitu dengan pendekatan tim, penerapan clinical governance, penerapan
continium of care masih belum banyak dilakukan. Pelayanan penunjang seperti
pengelolaan SDM sebagai tulang punggung utama sarana pelayanan kesehatan tidak
banyak mengalami perubahan, perhitungan jumlah SDM terlambat mengantisipasi
peningkatan jumlah pasien.
Data WHO menunjukkan, Indonesia termasuk dalam 57 negara yang
menghadapi krisis tenaga kesehatan. Padahal 80% keberhasilan pembangunan
kesehatan ditentukan SDM kesehatan guna mencapai universal health coverage
(UHC), SDM kesehatan mutlak diperlukan. Analisis beban kerja menjadi salah satu
metode terbaik untuk merencanakan kebutuhan SDM kesehatan di Indonesia. Dampak
langsung dari kuantitas tenaga kesehatan yang tidak sepadan dengan beban kerja akan
berakibat pda penurunan kualitas layanan yang secara langsung menurunkan mutu
layanan.
Selain itu pula, Perhitungan remunerasi masih banyak yang berbasis fee for
service. Pengelolaan keuangan juga belum menghitung secara cermat posisi keuangan
RS terhadap pola INA CBGs ataupun Puskesmas dengan kapitasinya. Minimnya
intervensi regulasi maupun manajerial membuat berbagai alat peningkatan mutu di
dalam aspek teknis pelayanan kesehatan juga tidak banyak diterapkan, atau diterapkan
tanpa terkait dengan upaya peningkatan mutu layanan.
Keperawatan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memiliki peran dalam
fungsi layanan pada tingkatan mikro dalam sebuah pelayanan khususnya di Rumah
Sakit memiliki pengaruh besar. Dampak dari ketiadaan upaya perbaikan di tingkat
mikro inilah yang membuat adanya perilaku para klinisi yang bekerja tidak sesuai SOP.
Tenaga-tenaga kesehatan ini juga menurunkan standar pelayanan yang diberikan
kepada pasien. Sistem kapitasi "menciptakan" mindset tenaga kesehatan untuk "lebih
rajin" merujuk pasien dan kurang giat bekerja (money oriented). Bahkan, ada juga yang
sampai melakukan kecurangan dalam pelayanan kesehatan (fraud). Sepanjang tahun
2014 lalu potensi fraud layanan kesehatan sudah terdeteksi banyak terjadi di rumah
sakit. Bukan tidak mungkin di tahun 2015 fraud akan semakin besar. Ini berpotensi
meningkatkan biaya kesehatan dan menurunkan mutu pelayanan kesehatan.
Untuk menjawab kondisi tersebut, banyak program yang digulirkan oleh
pemerintah yang termaktum dalam banyak aturan perundang-undangan. Salah satunya
adalah menjamin kesejahteraan perawat dengan mengeluarkan kebijakan Kementrian
Kesehatan RI melalui Keptusannya No. 625/Menkes/SK/V/ 2010 tentang Pedoman
penyusunan sistem remunerasi pegawai BLU Rumah Sakit di lingkungan Kemenkes
telah mengatur remunerasi di rumah sakit. Pelaksanaanya di Rumah Sakit, indeks point
yang digunakan untuk perhitungan remunerasi banyak memakai basic salary yaitu
hanya melihat dari kepangkatan, jabatan, lama kerja maupun pendidikan.
Pada makalah ini akan coba dilakukan penghitungan remunerasi di rumah sakit
dengan komponen incentive (Pay for Performance). Tentang incentive ini, prioritas
unit pelayanan harus lebih besar dari unit administrasi. Pembobotanpun dalam indek
juga harus fair dan acceptable karena pasti akan muncul rasa iri terhadap orang lain.
Perhitungan indeks point akan melibatkan Analisa Beban Kerja (ABK).
1.2 TUJUAN
1.2.1 Memahami sistem remunerasi perawat di Rumah Sakit
1.2.2 Memahami perhitungan Beban Kerja perawat di Rumah Sakit
1.2.3 Membuat peprhitungan indek point remunerasi berdasarkan Analisa Beban
Kerja Perawat di Rumah Sakit.
BAB 2
KONSEP TEORI
2. 1. SISTEM REMUNERASI
2. 1. 1
PENGERTIAN
Remunerasi adalah suatu sistem pengupahan yang mengatur gaji,
insentif dan merit/bonus karyawan pada suatu perusahaan. Remunerasi
merupakan salah satu unsur yang penting untuk diketahui oleh para manajer
rumah sakit karena menyangkut kesejahteraan seluruh karyawan.
Seringkali ketidakseimbangan gaji atau insentif antara kelompok
dokter,
perawat,
tenaga
kesehatan
lain,
tenaga
administrasi
dan
TUJUAN
agar terdapat solusi yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan, antara
lain :
1. Kebersamaam, karena dalam organisasi rumah sakit karyawan bekerja
saling membutuhkan dan koordinasi yang baik antara Revenue Center
maupun Cost Center.
2. Keterbukaan, semua karyawan dalam bekerja harus terbuka dan saling
mengingatkan guna pencapaian hasil optimal.
3. Keadilan, dalam pelaksanaannya system pembagian remunerasi ini harus
adil dan wajar sesuai dengan penampilan kerja masing-masing karyawan.
2. 1. 4
PENDANAAN
Sumber dana dalam remunerasi pada prinsipnya berasal dari jasa
e. Konsultasi gizi
f. Kartu berobat/Emboss
g. Pengurusan Akte kelahiran, visum dan asuransi
h. Pelayanan ambulance
i. Pengelolaan ruang pertemuan
j. Praktek kerja lapangan dan penelitian
2.
operasional
penunjang
medis
(Laboratorium,
Rdiologi,
JENIS
RS
REMUNERAS
I
UNIT
PAJAK
Jasa Pelayanan
(Dokter Umum)
Jasa Pelayanan
(Dokter Gigi)
Jasa Pelayanan
Keperawatan
Laba Operasional
Laboratorium
Laba Operasional
Radiologi
Laba Operasional
Fisioterapi
Laba Operasional
Farmasi
12,5
%
30 %
50 %
7,5 %
50 %
30 %
20 %
25 %
62,5 %
12,5 %
90 %
9%
1%
90 %
9,5 %
0,5 %
25 %
67 %
12,5 %
85 %
13,5 %
1,5 %
2. 1. 6
DISTRIBUSI
Indexing
Indexing adalah teknik untuk menentukan besaran score individu
=1
SMP
=2
SMA/SMU
=3
D1/SPK/Bidan
=4
D3
=5
S1/D4
=6
S2 Umum/Dr Umum/Drg/Apoteker
=7
Dokter Spesialis
=8
S3/Dr Subspesialis
=9
3. Risk Index adalah nilai untuk risiko yang diterima karyawan akibat
pekerjaannya. Nilai resiko terbagi menjadi 3 (tiga) grade, yaitu :
a. Risiko grade I dengan nilai index 1 adalah kemungkinan terjadi risiko
kerja yang bersifat fisik, apabila karyawan yang bersangkutan bekerja
sesuai protap (SOP). Adapun yang termasuk di dalam grade ini adalah
Sekretariat,
Personalia,
Keuangan,
Kamtib,
Kerumahtanggaan,
= Rate 1
b. Kualifikasi Index
= Rate 2
c. Risk Index
= Rate 3
d. Emergency Index
= Rate 3
e. Position Index
= Rate 3
f. Performance Index
= Rate 4
8. Score adalah nilai individu yang merupakan perkalian dari indeks terhadap
rating atau bobot
9. Total
score
individu
adalah
penjumlahan
dari
score
basic,
Objek
Basic Index :
1) Setiap gaji karyawan Rp 50.000 bernilai
index 1
2) Rp 25.000 bernilai index 0.5
3) > Rp 25.000 bernilai index 1
Kualifikasi/capacity index
1) SD
2) SMP
3) SMA/SMU
4) D1/SPK/Bidan
5) D3
6) S1/D4
7) S2/Dr Umum/Dr Gigi/Apoteker
8) Dokter Spesialis
9) S3/Dr Subspesialis
Risk Index
1) Grade I
2) Grade II
3) Grade III
Emergency Index
1) Grade I
2) Grade II
3) Grade III
Position Index
1) Kasubid, Ketua Panitia, Koordinator dan
Pengawas
2) Kanit dan Kasi
3) Ketua Komite Medik, SPI, Kabag,
Kabid dan Manajer
Performance Index
Sementara semua dianggap sama
TOTAL SCORE
Index
Rating
Score
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
1
2
3
2
4
6
Analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja
orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan
dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan
untuk menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung
jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas.
Beban kerja secara umum menurut Groenewegen dan Hutten (1991)
adalah keseluruhan waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas atau
kegiatan dalam kerja. Menurut Finkler dan Koyner (2000), beban kerja
diartikan sebagai volume kerja dari suatu unit atau departemen. Dari
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah
keseluruhan waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan di suatu unit
atau departemen.
Sedangkan beban kerja perawat menurut Hubber (2000) adalah
pengukuran dari aktifitas kerja perawat dan ketergantungan klien terhadap
asuhan keperawatan. Beban kerja perawat di rumah sakit terkait dengan dua
fungsi variabel, yaitu jumlah harian klien dan waktu asuhan keperawatan
setiap klien per hari (Kirby dan Wiczai, 1985; dalam Hubber, 2000).
Beban kerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam
memperkirakan beban kerja perawat pada suatu unit tertentu, seorang
pemimpin atau manajer harus mengetahui (Gillies, 1989): (1) berapa banyak
klien yang dimasukkan ke unit per hari, bulan atau tahun, (2) kondisi klien di
unit tersebut, (3) rata-rata klien yang menginap, (4) tindakan perawatan
langsung dan tak langsung yang dibutuhkan masing-masing klien, (5)
frekuensi dari masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan,
dan (6) rata-rata waktu yang dibutuhkan dari masing-masing tindakan
keperawatan baik langsung maupun tidak langsung.
2. 2. 2
TUJUAN
Analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah
10
hal ini, analisa beban kerja sangat membantu dalam penentuan indek point
yang didapatkan perawat selama bekerja dan menjadi dasar dalam pemberian
remunerasi secara adil berbasis fee for performance.
2. 2. 3
11
kerja dengan norma waktu dan volume kerja. Target beban kerja ditentukan
berdasarkan rencana kerja atau sasaran yang harus dicapai oleh setiap jabatan,
misalnya mingguan atau bulanan. Volume kerja datanya terdapat pada setiap
unit kerja, sedangkan norma waktu hingga kini belum banyak diperoleh
sehingga dapat dijadikan suatu faktor tetap yang sangat menentukan dalam
analisis beban kerja.
Teknik perhitungan yang digunakan adalah teknik perhitungan yang
bersifat praktis empiris, yaitu perhitungan yang didasarkan pada
pengalaman-pengalaman basis pelaksanaan kerja masa lalu, sesuai judgement
disana-sini dalam pengukuran kerja dilakukan berdasarkan sifat beban kerja
pada masing-masing jabatan, mencakup :
1. Pengukuran kerja untuk beban kerja abstrak
Untuk mengukur beban kerja abstrak diperlukan beberapa
informasi antara lain :
12
13
14
15
BAB 3
APLIKASI
Di bawah ini, beberapa panduan atau simulasi yang dapat digunakan untuk
menghitung
remunerasi
bagi
perawat.
Masing
masing
kategori
menggunakan
Golongan dan Kepangkatan. Dikategorikan dengan Gol 2a, 2b, 2c dst sampai 4d.
Masing masing golongan memiliki nilai sendiri sendiri, misalnya : 2a = 7 index, 2b = 8
indek, 2c = 9 indek dst. Bagi rumah sakit swasta yang tidak memiliki golongan
kepangkatan, bisa diasosiasikan dengan golongan yang berlaku di rumah sakit tersebut.
2.
Masa Kerja. Masa kerja bisa dihitung dari 0-3 bulan, 3-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3
tahun dst. Masing masing juga dengan indek berbeda. Misal 0-3 bulan = 0,0 indek, 3-1
tahun = 0,5 indek, 1-2 tahun = 1 indek, 2-3 tahun = 1,5 indek dst.
3.
Volume Kerja. Volume kerja dihitung berdasar absensi harian. Misal selama satu
bulan cuti 12 hari = 4 indek, cuti 8 hari = 5 indek, cuti 4 hari = 6 indek, tidak cuti = 6
indek.
4.
Pendidikan. Pendidikan dikategorikan dari SPK, D1, D3, D4, S1, S1 Profesi, S2
Profesi dst. Misal : SPK = 1 indek, D1 = 1,5 indek, D3 = 2,5 indek, D4 = 3 indek, S1 =
5 indek, S1 Profesi 6 indek dst.
5.
6.
7.
16
Dengan pedoman ini, masing masing perawat dilihat dan dihitung jumlah indek yang
dimiliki, kemudian dikalikan dengan harga indek pada bulan itu.
Sebagai contoh :
Perawat Yesvi, seorang Kepala Ruang ICU dengan masa kerja 10 tahun, Gol 3A, Pendidikan
S1. Maka bisa dihitung jumlah indeknya. Bila jumlah indeknya 40, dan harga indek pada
bulan itu adalah Rp.75.000,- maka jasa pelayanan yang diterima oleh perawat Yesvi adalah
40 x Rp.75.000 = Rp. 3.000.000,-. Inipun masih ditambah dengan Indek langsung, yang
didapat dari kinerja ruang yang ditempati perawat Yesvi.
Cara penghitungan harga indek/poin dan jasa langsung dalam pembagian jasa
pelayanan bagi perawat.
Bila kebijakan rumah sakit telah memberikan porsi tersendiri bagi komunitas
perawat dalam jasa pelayanan, maka penghitungan indek akan cukup mudah dan
transparan, karena porsi yang diberikan oleh manajemen rumah sakit sudah jelas.
Simulasi :
Pada bulan Januari 2010, dari seluruh jasa pelayanan yang dihasilkan rumah sakit untuk
dibagikan kepada seluruh karyawan sebesar 2 milyar. Dan berdasarkan kebijakan,
umpamanya profesi perawat mendapatkan 33% dari 2 milyar. Maka uang yang dibagikan
untuk seluruh perawat sebesar Rp. 660.000.000,Dari Rp.660.000.000,- dibagi menjadi dua, yaitu untuk Jasa Langsung dan Jasa Tidak
Langsung. Prosentase Jasa Langsung dan Jasa Tidak Langsung disepakati bersama di
komunitas perawat, apakah 20%:80% atau 30%:70% disesuaikan dengan selera masing
masing.
Taruhlah kita ambil 30% untuk Jasa Langsung dan 70% untuk Jasa Tidak Langsung.
Penghitungan indek/poin digunakan untuk membagi Jasa Tidak Langsung. Sehingga yang
dibagi dengan indek/poin sebesar Rp.660.000.000 x 70% = Rp.462.000.000,Setelah didapatkan angka itu, langkah berikutnya adalah menghitung jumlah indek seluruh
perawat di rumah sakit. Pada tulisan sebelumnya dicontohkan perawat Yesvi memiliki indek
sebanyak 40. Perawat lain ungkin ada yang 30, 35, 42, 38 dst. Seluruhnya di hitung, sehingga
didapatkan jumah kumulatif seluruh indek perawat. Contoh saja, kalau rata rata indek adalah
40 dan di rumah sakit kita ada 400 perawat, berarti ada 40 x 400 = 16000 indek.
17
Nah untuk menghitung harga indek adalah dengan cara uang yang dibagi untuk Indek Tidak
Langsung di bagi dengan total indek. Kalau menggunakan contoh di atas, berarti Rp.
462.000.000,- : 16.000 = Rp. 28.875,- Artinya satu indek harganya Rp. 28.875,- Kalau
diilustrasikan kepada perawat Yesvi yang memiliki indek 40, maka tinggal dikalikan dengan
harga indek. Sehingga didapatkan 40 x Rp. 28.875 = Rp. 1.155.000,- Berarti dalam bulan
Januari, perawat Yesvi mendapatkan Jasa Pelayanan dari Jasa Tidak Langsung sebesar Rp.
1.155.000,Masing masing perawat tentu berbeda, tergantung dari jumlah indek/poin yang dimiliki oleh
perawat tersebut.
Ilustrasi
Di ruang A, dari laporan bulan Januari menghasilkan pendapatan tindakan perawatan sebesar
25 juta. Ruang B sebesar 30 juta. Ruang C sebesar 28 juta dst. Dengan cara menghitung
prosentase kontribusi terhadap pendapatan perawat, maka masing masing ruang bisa dihitung
berapa besar kontribusi yang diberikan.
Contoh pendapatan seluruh tindakan perawatan adalah 200 juta. Maka ruang A yang
memberikan kontribusi 25 juta berarti berkontribusi sebesar 12,5%. Ruang B yang
menghasilkan 30 juta berarti berkontribusi sebesar 16% dst.
Di atas sudah diilustrasikan, bahwa jumlah Jasa Langsung adalah 30% x Rp.660.000.000 =
Rp. 198.000.000 atau sama dengan Rp.660.000.000 Rp.462.000.000 = Rp. 198.000.000,Ruang A yang berkontribusi sebesar 12,5%, maka Jasa Langsung yang diterima oleh ruang A
berarti Rp.198.000.000 x 12,5% = Rp. 24.750.000. Nah bagaimana membagi ke masing
masing perawat terhadap Jasa Langsung ini? Tentu diserahkan ke masing masing ruang.
Apakah dengan cara menghitung seluruh aktifitas perawatan masing masing orang dalam
18
19
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada ilustrasi dan simulasi perhitungan sistem remun dengan pengumpulan indek
point contoh kasus diatas, didapatkan perbedaan pendapatan perawat Yesvi yaitu jika
dengan sistem pembagian merata didapatkan nilai Jasa Perawatan sebesar Rp.2.392.500,sedangkan jika sistem pembagiannya dengan analisa beban kerja didapatkan nilai Jasa
Perawatan sebesar Rp.2.196.162,-. Perbandingan antara keduanya adalah sebesar Rp.
196.338,-. Nilai besaran insentif pada perawat Yesvi memang kecil jika menggunakan
dasar analisa beban kerja, akan tetapi jika diberlakukan dengan perhitungan tersebut bisa
mendapatkan hasil yang adil secara perhitungan walaupun dengan konsekuensi
mendapatngkan konflik internal dari ruangan bersangkutan.
Pengumpulan data analisa beban kerja harus dilakukan dengan mengkajianya
melalui pendekatan organisasi sehingga memperoleh kejelasan mengenai tugas pokok dan
fungsi, rincian tugas dan rincian kegiatan yang dilakukan diruangan oleh setiap unsure
anggota yang ada di dalamnya. Banyak cara yang dilakukan untuk mendapatkan data data
ini diantaranya dengan menyebarkan formulir, wawancara dan observasi
Dari analisa beban kejra berdasarkan pendekatan organisasi dibuat kesimpulan
kategori beban kerja yaitu; indicator beban kerja ringan (1,25 point), sedang (2,5 point),
cukup berat (3,75 point), berat (5 point). Terkait dengan indek point yang ada ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara unsure-unsur dalam organisasai tersebut dan ditetapkan
melalui kebijakan yang ruangan dan structural Rumah sakit.
Dengan besaran nilai jasa langsung di Ruang A yaitu sebanyak Rp.24.750.000
maka dapat dihitung pembagian remunerasi pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Pembagian Remunerasi dari jasa Langsung Ruang A
No
Indicato
Jumlah
Nilai
20
r ABK
Perawa
t
Point
Indikator ABK
Ringan
1,25
Rp. 1.544.751
Rp. 386.187
Sedang
20
2,5
Rp. 15.447.672
Rp. 772.375
Cukup
Berat
3,75
Rp. 3.123.701
Rp. 1.041.162
Berat
Rp. 4.634.038
Rp. 1.544.679
Rp. 24.750.000
TOTAL
21
Dari hasil diatas, maka akan didapatkan nilai yang adil secara perhitungan beban
kerja masing-masing perawat yang ada di Ruang A. Dengan pertimbangan perhitungan
ABK ini diharapkan perawat ruangan dapat termotivasi meningkatkan kinerja perawatan
sehingga mutu layanan keperawatanpun meningkat.
Ada banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan disempurnakan dalam
penyusunan sistem remunerasi ini, terutama dalam analisa beban kerja perawat yang
dilakukan dengan metode menyebarkan kuesioner, wawancara maupun observasi.
Dikhawatirkan pandangan subjektifitas mendominasi dalam penentuan beban kerja
tersebut, selain itu jika dalam perhitungan menggunkan metode observasi akan
membutuhkan banyak tenaga dan menghabiskan banyak waktu dalam pelaksanaanya.
22
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam penentuan sistem insentif berupa remunerasi memiliki perbedaan pada
setiap rumah sakit tergantung pada kebijakan yang disepakati oleh pihak pengelola
berdasarkan analisa situasi rumah sakit yang ada. Beberapa Rumah Sakit
menerapkan pembagian remunerasi dengan mekanisme berkeadilan artinya sama rata
pada setiap perawat akan tetapi setelah dilakukan pembagian kepada ruangan sesuai
dengan stressing kerja masing-masing ruangan. Disisi lain, ada juga yang
membaginya dengan sebelumnya melakukan penganalisisan beban kerja pada setiap
perawat ruangan yang memang setelah dilakukan pengkajian, membutuhkan waktu
dan tenaga lebih serta meminimalisir subjektifitas pada penilai.
5.2. Saran
Format yang telah dibuat oleh setiap rumah sakit memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing walaupun dalam pembuatannya memiliki dasar berfikir
yang praktik yang disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Sehingga tidaklah
menutup kemungkinan akan dilakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan
melalui kajian-kajian ilmiah. Sehingga diharapkan banyak perawat yang melakukan
riset-riset yang menguji instrument atau format pembagian remunerasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
24