Oleh:
Mufidah
1010015015
Pembimbing
dr. Yetty Hutahean Sp.S
SAMARINDA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
utama. Insiden NPB di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang
lebih 60%-80% individu setidaknya pernah mengalami nyeri punggung dalam
hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di
Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%; insidens tertinggi
dijumpai pada usia 45-60 tahun.3 Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah
mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan menyebabkan gangguan
tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan
medis, dan 25% di antaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut.1
Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah
penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri.2 Studi populasi dl
daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6%
pada wanita3
Nyeri punggung bawah(NPB) pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala
dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara lain kelainan
muskuloskeletal, sistem saraf, vaskuler, viseral, dan psikogenik. 1 Oleh karena itu
sebagai dokter umum, kita dituntut untuk mampu mengenali, mendiagnosa,
mengenali dan membedakan masing-masing kasus-kasus yang berhubungan dengan
nyeri punggung bawah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Nyeri Punggung Bawah (NBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah
punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong
bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut
kronik 4
II.2 Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
Diskogenik (sindroma spinal radikuler)
Non-diskogenik
Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus
pulposus yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa
dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan
keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling
sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal.
Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air
sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus
pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai
dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian
dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi
tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah
dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan seratserat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular
dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya
nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial
menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang
epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.5
Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada
serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa
disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang
mengiritasi n. iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis,
daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n.
iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).5
II.3 Anatomi Punggung Bawah
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis
besar terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra,
diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamnetum
longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas
pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus
yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale.
Bagian posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi
apofisial 6
Struktur penting dari kolumna vertebralis yang dihubungkan dengan
NPB adalah Vertebra Lumbal (L1-L5). Vertebra lumbal mempertahankan diri
dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra bukan saja dari berat
badan tetapi juga dari kontraksi otot-otot punggung. Dapat dilihat pada
gambar 2.
Struktur penting lainnya yang terdapat pada vertebra lumbal yang
dapat dihubungkan dengan gejala NPB antara lain cakram diantara lumbal
(disc), ikatan sendi (ligaments) disekitar tulang belakang (spine) dan cakram,
sumsum tulang belakang (spinal cord) dan syaraf, otot pinggang, organ dalam
pelvis dan perut dan kulit yang menutupi area lumbal6
Tulang belakang lumbal dirancang sedemikian rupa sehingga lumbal
yang disusun bersama dapat menyediakan suatu struktur penunjang yang
dapat digerakkan dan juga dengan bersamaan dapat melindungi sumsum
tulang belakang dari luka. Setiap lumbal mempunyai sebuah tulang yang
menonjol (spinous process) di belakang sumsum tulang belakang yang
melindungi jaringan syaraf sumsum. Lumbal juga mempunyai badan yang
bertulang kuat di depan sumsum tulang belakang untuk menunjang berat dari
semua jaringan di atas bokong 6
Cakram adalah bantalan yang bekerja sebagai bantalan antara setiap
vertebrae. Cakram membantu meminimalkan tubrukan dari kekuatankekuatan penekan (stres) pada kolom tulang belakang 6
Ligamen adalah jaringan lunak yang berserabut yang melekatkan
tulang dengan tulang secara kuat. Ligamen melekat pada setiap vertebrae dan
mengelilingi setiap cakram6
Syaraf menyediakan sensasi dan menstimulasi otot-otot tulang
belakang bawah begitu juga dengan kaki, yang keluar dari kolom tulang
belakang melalui portal-portal yang bertulang yang disebut dengan foramen.
Otot bertanggung jawab pada pelenturan, peregangan, dan pemutaran
pinggang, begitu juga untuk menggerakkan kaki. Otot punggung ditunjang
oleh punggung, perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan fleksibel. Semua
otot ini berfungsi untuk menahan agar tulang belakang dan cakram tetap
dalam posisi normal. Kelemahan pada salah satu otot akan menambah
ketegangan pada otot lain dan pada akhirnya akan menimbulkan masalah
NPB6
Sementara itu masih ada satu struktur yang tidak terlihat tetapi sangat
berperan dalam hal terjadinya keluhan NPB. Struktur tersebut ialah status
mental atau kondisi psikologik6
II.4 Patogenesis6
Ada beberapa mekanisme yang telah diajukan mengenai proses
perkembangan nyeri punggung dan kelumpuhan yang bisa digunakan untuk
menentukan apakah proses patologis yang terlihat pada gambaran radiologis
berhubungan dengan gejala yang dialami pasien.
Nyeri pada bagian manapun memerlukan perlepasan dari agen-agen
inflamasi yang menstimulasi reseptor nyeri dan menyebabkan sensasi nyeri pada
jaringan, tulang belakang merupakan struktur yang unik karena memiliki banyak
jaringan di sekitarnya yang dapat memicu nyeri. Inflamasi pada sendi tulang
belakang, intervertebral diskus, ligamen dan otot, meninges dan akar saraf dapat
menyebabkan nyeri pada punggung bawah. Jaringan-jaringan ini memberikan
respon terhadap nyeri dengan melepaskan beberapa agen kimia seperti bradikinin,
prostalglandin dan leukotrin. Agen-agen kimia ini mengaktifkan ujung saraf dan
menyebabkan impuls yang menjalar ke korda spinalis. Saraf-saraf nosiseptif yang
teraktivasi akan melepaskan neuropeptida, dimana yang paling banyak adalah
substansi P. Neuropeptida ini bekerja pada pembuluh darah, menyebabkan
ekstravasasi, dan menstimulasi sel mast untuk melepas histamin dan melebarkan
pembuluh darah. Sel mast juga melepaskan leukotrin dan agen-agen inflamasi
lainnya yang menarik leukosit dan monosit. Proses tersebut menghasilkan gejalagejala inflamasi seperti pembengkakan jaringan, kongesti vaskular, dan stimulasi
ujung-ujung saraf bebas.
Impuls nyeri tersebut dihasilkan oleh jaringan tulang belakang yang
mengalami inflamasi. Korda spinalis dan otak memiliki mekanisme khusus dalam
memodifikasi nyeri yang berasal dari daerah jaringan spinal. Di korda spinalis,
impuls nyeri terkonversi pada neuron yang juga menjadi reseptor sensoris. Hal ini
menyebabkan perubahan derajat sensasi nyeri yang ditransmisikan ke otak melalui
proses yang disebut gate control system. Impuls nyeri selanjutnya akan masuk ke
proses yang kompleks dan berlangsung pada berbagai tingakatan sistem saraf
pusat. Otak akan mengeluarkan substansi kimiawi yang merespon nyeri yang
disebut endorfin. Endorfin merupakan analgesik alami yang dapat menghambat
respon terhadap nyeri melalui serotonorgic pathway
spondilitis tuberkulosa.
Trauma yang menyebabkan fraktur maupun spondilositesis
(bergesernya korpus vertebra terhadap korpus vertebra di
bawahnya)
Keganasan, dapat bersifat primer (terutama mieloma multipleks)
maupun sekunder/metastatik yang berasal dari proses keganasan di
satu sisi.
- Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis.
b. NPB Diskogenik :
- Spondilosis, ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif
pada
diskus
intervertebralis,
yang
mengakibatkan
makin
terkena menurun.
Spondilitis ankilosa, proses ini biasanya mulai dari sendi
sakroiliaka yang kemudian menjalar ke atas, daerah leher, gejala
permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah waktu bangun
tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto rontgen
terlihat gambaran yang mirip dengan ruas ruas bambu sehingga
bamboo spine.
c. NPB Miogenik : disebabkan ketegangan otot, spasme otot, defisiensi
otot, otot yang hipersensitif.
- Ketegangan otot,disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau
berulang ulang pada posisi yang sama akan memendekkan otot
yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini
tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang
tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi
otot otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis
10
akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh
karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta
-
menambah kontraksi.
Defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari
mekanisme yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun
karena mobilisasi.
Otot yang hipersensitif, akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila
dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu
(target area). Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu, dalam
pemeriksaan klinik terhadap penderita NPB, tidak jarang dijumpai adanya
noktah picu ini. Tidak ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri
bercampur rasa sedikit nyaman.
2. Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam, misalnya
kelainan
ginjal
atau
visera,
kelainan
ginekologik,
dan
tumor
bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak
terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat
benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna
vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang
disebabkan oleh iritasi radiks.
12
berkurang atau bertambah dengan perubahan posisi. Punggung bawah dapat sakit
saat dipegang, dapat terjadi spasme otot 8
Nyeri yang menjalar, nyeri bersifat tumpul dan terasa menjalar dari
punggung bawah ke tungkai. Nyeri dapat diikuti dengan nyeri tajam, biasanya
hanya mengenai satu sisi tungkai daripada seluruh tungkai. Nyeri dapat terasa
sampai ke kaki atau hanya sampai lutut. Nyeri yang menjalar biasanya
menandakan adanya penekanan pangkal saraf, misalnya karena HNP, osteoartritis
atau stenosis tulang belakang. Batuk, bersin, mengedan atau membungkuk sambil
menjaga kaki agar tetap lurus dapat memicu munculnya nyeri. Jika terdapat
penekanan berat pada pangkal saraf, atau jika korda spinalis tertekan, maka akan
timbul rasa seperti ditusuk jarum, atau bahkan mati rasa dan hilangnya fungsi
pengendalian berkemih dan pencernaan (inkontinensia) 8 .
Referred pain, nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari lokasi penyebab
nyeri sebenarnya. Misalnya, pada pasien dengan serangan jantung, nyeri dirasakan
pada lengan kiri. Nyeri jenis ini pada punggung bawah cenderung bersifat sakit
dan dalam, dan sulit untuk menentukan lokasi asal nyeri. Pergerakan tidak
memperberat nyeri tersebut 8.
Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke
dalam kelompok9 :
a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
1. Adanya nyeri pada daerha lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran
atau keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung
dari aktivitas fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau
lebih tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan
neurologis
-
c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi
patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
-
Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi
terlentang
Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB pada
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
II.7 Diagnosis3,9,10
Anamnesa
Dimana
letak
nyeri?sebaiknya
penderita
sendiri
yang
disuruh
Bagaimana sifat nyeri ?apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu?
Apakah bertambah pada kegiatan tertentu
Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam. Ada tidak
gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pada inspeksi yang peru diperhatikan :
-
Perlu
dicari
kemungkinan
adanya
atrofi
otot,
fasikulasi,
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang
bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu
saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik
dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang
terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini meliputi pemeriksaan
rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila
ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan
dermatom mana yang terganggu.
2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana
yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4
maka musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya. Pemeriksaan
yang dilakukan :
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki,
ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh penderita melakukan
gerakan fleksi dan ekstensi, sementara pemeriksaan menahan
gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi otot
c. Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang
bersifat halus) pada otot otot tertentu.
3. Pemeriksaan reflek
15
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron
bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah
yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan
menurun atau menghilang
-
1. Pemeriksaan rectal
Pertimbangkan adanya gangguan karsinoma prostate yang mungkin akan
menimbulkan nyeri bila sudah metastase tulang, piriformis sindrom,
penyakit urilogik atau ginekologik yang berada di panggul
2. Pemeriksaan vaginal
Kemungkinan adanya gangguan pada uteroscral ligament, misalnya
penjalaran karsinoma uteri, malposisi uterus, myoma uteri.
3. Pemeriksaan untuk mengetahui mobilitas dari sacroiliac joint
Bila diduga ada penekanan di daerah sacroiliac. Biasa dilakukan oleh
bagian ortopedi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
1. Laju endap darah
Pada proses keganasan ataupun keradangan akan dijumpai peningkatan
laju endap darah yang menyolok.
2. Leukositosis
Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi leukositosis)
3. Protein elektroporesis dan imunoelektroporesis
Pada multiple myeloma akan dijumpai protein yang abnormal
4. Serum kalsium, alkali dan acid pospatase (pria), rheumatoid faktor.
Pemeriksaan Cairan Otak
Pada tumor myelum mungkin dijumpai kenaikan jumlah protein tanpa kenaikan
jumlah sel. Pada keradangan myelum justru akan dijumpai kenaikan jumlah sel
dalam cairan otak. Mungkin juga ditemukan sel-sel ganas dalam cairan otak.
Pemeriksaan Radiologi
1. Plain X-Ray Columna Vertebralis
Dalam posisi AP, lateral, obliq, berdiri, berbaring untuk mendapatkan
gambaran
yang
lebih
jelas
dari
intervertebral
space,
foramen
Increased
Local tenderness, limited
with activity spinal motion
or bending
Decreased
Positive straight leg raise test,
with standing; weakness, asymmetric reflexes
increased with
bending or
sitting
Increased
with walking,
especially up
an incline;
decreased
with sitting
Increased
with activity
thigh
or bending
Untuk mendiagnosa nyeri punggung bawah tidak mudah karena banyak factor
yang dapat menyebabkannya, termasuk factor non organic. Untuk itu pasien
diminta untuk mendeskripsikan distribusi nyeri, dan jenis nyeri. Jika distribusi
yang ditunjukkan tidak sesuai anatomi, harus dipertimbangkan adanya factor
psikogenik. Test waddels dapat dikerjakan untuk mengidentifikasi penyebab
nonorganik10
TABEL 4
Waddell's Tests for Nonorganic Physical Signs
Test
Tenderness
Simulation
Inappropriate response
Superficial, nonanatomic tenderness to light touch
Vertical loading on a standing patient's skull produces low back
pain
20
Axial loading
Passive rotation of shoulders and pelvis in same plane causes low
back pain
Rotation
Distraction
Regional
disturbances
"Cogwheel" (give-way) weakness
Weakness
Nondermatomal sensory loss
Sensory
Overreaction
21
II.9 Penatalaksanaan8
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat
diketahui,maka perlu diatasi penyebab tersebut.Tidak ada pengobatan yang
spesifik untuk penyebab nyeri muskuloskeletal.Tetapi terdapat beberapa tindakan
yang dapat membantu,biasanya tindakan ini juga dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri akibat penekanan tulang belakang tindakan ini meliputi: perbaiki
aktifitas,menggunakan obat pereda nyeri,kompres hangat atau dingin pada daerah
nyeri,dan olahraga.
Untuk nyeri punggung bawah yang baru terjadi,penanganan dimulai
dengan mencegah aktivitas yang memberi stressor pada tulang belakang,misalnya
mengangkat benda berat dan membungkuk.
Penggunaan Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk mengatasi
nyeri.Jika terdapat peradangan maka dapat digunakan obat NSAID yang dapat
mengatasi nyeri dan peradangan.jika keduanya tidak dapatmengatasi nyeri yang
ada,maka dapat digunakan obat golongan Opioid.
Pemakaian relaksan otot seperti cyclobenzaprine, diazepam, atau
methocarbamol, terkadang diperlukan untuk mengatasi spasme otot, tapi
kegunaannya sendiri masih kontroversial. Obat obat ini tidak danjurkan oleh
orang tua,karena lebih sering memberi efek samping.
II. 10 Pencegahan8
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah
dengan olahraga secara teratur.Latihan aerobik dan olahraga untuk meregangkan
dan mengencangkan otot sangat membantu.
Aerobik, berenang, dan berjalan, memperbaiki kebugaran tubuh secara
menyeluruh dan juga memperkuat otot otot. Latihan tertentu dapat meregangkan
dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung sehingga dapat
menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang,latihan peregangan dapat
menambah nyeri punggung,untuk itu latihan perlu dilakukan secara hatihati.Secara umum,olahraga yang menimbulkan atau menambah nyeri harus
dihentikan.
22
II.11 Prognosis
biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering dijumpai
episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien menga-lami keterbatasan dalam
derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami
disabilitas berat. Status pasien setelah 2 bulan terapi merupakan indikator untuk
meramalkan status pasien pada bulan ke-12.Penentuan faktor risiko dapat juga
memperkirakan perkembangan perjalanan penyakit low back pain ke arah
kronisitas. 12
Prognosis LBP setelah 1 bulan pengobatan, 35% pasien dilaporkan
membaik, dan 85% pasien membaik setelah 3 bulan. Dilaporkan tingkat
kekumatan LBP mencapai 62% pada tahun pertama. Setelah 2 tahun, 80% pasien
setidaknya mengalami satu kali kekumatan. 13
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Pinzon, R. 2012. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran: profil Klinis Pasien Nyeri
Punggung Bawah Akibat Hernia Nukleus Pulposus. CDK-198/ vol. 39 no. 10
2. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri
Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Jakarta, 2003.
3. Kasjmir YI. Penatalaksanaan Medik Nyeri Punggung Bawah. Dalam Meliala L,
Suryono B, Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain
Society, Yogyakarta, 2003.
4. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik,
Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba
JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
5. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (2004)
Available from: URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm . Cited
May,20 2016
6. Haldeman, S.D. et al, 2002. An Atlas of BACK PAIN. USA: The Parthenon
Publishing Group.
7. Rumawas RT. Nyeri Pinggang Bawah (Pandangan umum). Kumpulan makalah
lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Palembang, 8-12 Desember 1996.
8. Cianflocco,
A.J.,
2013.
Low
back
pain.
Available
from:
http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/l
ow_back_and_neck_pain/low_back_pain.html [Accesed 18 Mei 2016]
9. Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low Back Pain. The
American academy of family physician. November 15, 1999 [Accesed 18 Mei
2016]
10. Waddel. G, A.K.Burton. Occupational Health Guideline for The Management
Low Back Pain at Work Evidence Review. Occup Med vol.51no. 2 pp 124
135. Oxford University Press. Great Britain. 2001
11. Patel AT, Ogle AA. Diagnosis and management of acute low back pain.
Available
from:
URLhttp://www.afp/low%20back%20pain\Diagnosis
12. Yuliana,2011. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran: Low Back Pain. CDK
185/Vol.38 no.4/Mei-Juni 2011
24
13. Hills,
E.C.
2012.
Mechanical
Low
Back
Pain.
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/310353-overview [Accesed 20
Mei 2016]
25