Anda di halaman 1dari 3

Tes Kerenggangan Busi, Enak Rapet Atau Nangkang?

Gap diukur menggunakan feeler gauge

Gap busi bukan harga mati. Meski pabrikan sudah mematok kerenggangan antara
ground dan elektroda busi di angka kisaran 0,9 mm, toh angka ini masih bisa
dikutak-katik sesuai selera dan geografis kita tinggal. Mau dibikin rapet atau malah
ngangkang. Asal masih dalam kerapatan yang ditoleransi oleh pabrik. Lalu,
bagaimana jika terlalu rapet, atau malah terlalu ngangkang? Hmm...
Kerapatan yang dianjurkan pabrikan mulai 0,7 mm hingga 1 mm. You knowlah.
Bahwa kerenggangan busi, mempengaruhi power yang dihasilkan mesin. Kan setiap
berubah kerenggangannnya, berubah pula kondisi api yang dihasilkan. Materi ini
sudah
diajarkan
di
SMK.
Jadi,
gak
usah
bahas
di
sini.
Paling sip, kita akan menguji, berapa power yang dihasilkan kala kerenggangan busi
kita ubah. Mulai gap paling sempit, standar pabrik hingga paling lebar. Karakter
kerenggangan atau gap busi akan menentukan karakter mesin. Power mesin berada
di
putaran
bawah,
tengah,
atas
atau
malah
ga
bisa
menyala.
Sebagai kelinci percobaan, uji busi standar Minerva 150 S keluaran 2012. Masih
kinyis-kinyis dan perawan alias belum diobok-obok tangan jail mekanik. Pengetesan
menggunakan Dynotest tipe 250i milik Aerospeed yang stay di Jl. H. Nawi Raya No.
74, Jakarta Selatan. Telepon (021) 7201190. Kamsia, ya Bos.

STANDAR
PABRIK
Pengetesan diawali dengan gap standar referensi pabrikan. Dengan gap 0,9 mm
power bisa mencapai 14,45 HP dan torsi 7, 20 ft.lb. Ini kemampuan maximal yang
diberikan
busi
ketika
diseting
kerenggangan
di
0,9
mm.
Grafik AFR (Air Fuel Ratio) dilihat memang dibikin econo power. Econo power adalah
power maksimal yang didapat dengan perbandingan grafik AFR yang paling bagus.
Antara 13 : 1 sampai 14 : 1. Dimaksudkan agar mesin awet dan bisa irit bahan bakar.
PALING
SEMPIT
Dari beberapa ukuran yang kami coba 0,1 mm adalah gap minimal antara anoda dan
ground busi. Saat motor distarter, sudah terlihat gejala abnormal. Mesin tidak bisa
idle alias ndut-ndutan. Kadang idup, tapi lebih sering mati. Untung gak sampe
dikubur.
Saat di dino, grafik menunjukkan power bawah mesin naik-turun, tepatnya mulai
rpm 6.900. Power mesin pun terkorupsi sekitar 0,10 HP. Dari grafik pengetesan juga

terlihat, konsumsi bahan bakar lebih boros. Udah lemot, boros pula. Rugi dua kali.
RENGGANG
Gap paling ngangkang, kami memilih 1,5 mm. Bisa dibilang cukup reggang
dibanding standar pabrik yang hanya 0,9 mm. Angka 1,5 mm berarti 0,6 mm lebih
renggang
dibanding
standar.
Diluar dugaan, motor bisa idle alias langsam. Dan anehnya lagi, power tidak
terkorupsi, sebaliknya naik menjadi 10,63 HP dan torsi 7,29 ft.lbs.
Bisa jadi angka power bisa naik karena api busi yang dihasilkan lebih besar. Namun
harus ditunjang sistem pengapian yang kuat. Misalnya koil harus punya tegangan
cukup tinggi. Kebetulan dalam pengujian menggunakan motor baru. Jadi semua
komponen
pengapian
masih
fit.
Tapi, di grafik AFR, kerenggangan 1,5 mm menunjukan motor lebih haus bahan bakar
dibanding 2 tes sebelumnya. Bisa dilihat di grafik AFR yang menurun sejak gasingan
awal, pertanda motor terlalu kaya bahan bakar. (motorplus-online.com)

Anda mungkin juga menyukai