Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun, lebih dari sepuluh juta anak di dunia meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan dari 5 kondisi yang
sebenarnya dapat dicegah dan diobati antara lain: pneumonia, diare, malaria,
campak dan malnutrisi dan seringkali kombinasi beberapa penyakit (Soenarto,
2009). Selain itu, lima kondisi di atas menyebabkan 10,8 juta kematian balita
di negara berkembang tahun 2005. Hal di atas dapat disebabkan oleh
rendahnya kualitas pelayanan kesehatan.
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah
dalam ketrampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan dan praktek di
keluarga dan komunitas. Perlu adanya integrasi dari ketiga faktor di atas untuk
memperbaiki kesehatan anak tersebut sehingga tercipta peningkatan derajat
kesehatan anak. Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan dengan
memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi, memberikan
imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain dan memperbaiki
dukungan psikososial (Soenarto, 2009). Berdasarkan alasan tersebut,
muncullah program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Penilaian balita sakit dengan MTBS terdiri atas klasifikasi penyakit,
identifikasi tindakan, pengobatan, perawatan di rumah dan kapan kembali.
Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit, memperbaiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek keluarga dan
masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pertolongan kasus balita
sakit (Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008)
Pelaksanaan MTBS tidak terlepas dari peran petugas pelayanan kesehatan.
Pengetahuan, keyakinan dan ketrampilan petugas pelayanan kesehatan dalam
penerapan MTBS perlu ditingkatkan guna mencapai keberhasilan MTBS
dalam meningkatkan derajat kesehatan anak khususnya balita. Perawat sebagai
salah satu petugas pelayanan kesehatan perlu memiliki pemahaman di atas.
1

1.2 Tujuan
Untuk mengetetahui konsep MTBS dan indikator-indikatornya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SEJARAH MTBS
MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kementerian
Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana
balita sakit. MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi suatu standar
pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan
tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan MTBS yang
merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negaranegara berkembang (Kesehatan Anak, 2011 dalam Ariusta, 2015).

2.2 DEFINISI MTBS


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) menurut WHO adalah suatu pendekatan terpadu
untuk kesehatan anak yang berfokus pada kesejahteraan anak di dunia.
(WHO, 2016)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai strategi yang penting untuk
memperbaiki kesehatan anak. MTBS ini memusatkan pada penanganan anak
bawah lima tahun (balita), tidak hanya mengenai status kesehatannya namun
juga penyakit-penyakit yang menyerang mereka. Fokusnya memperbaiki
kualitas pelayanan kesehatan pada fasilitas tingkat pelayanan dasar (balai
pengobatan dan pelayanan rawat jalan) dengan menggunakan standar serta
pendekatan yang terintegrasi untuk pelayanan kesehatan. (WHO-UNICEF
2003)

2.3 TUJUAN MTBS


Tujuan MTBS menurut Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2011
1. Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait
penyakit tersering pada balita.
2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak
2.4 SASARAN MTBS
Saaran mtbs menurut DEPKES RI, 2008;
Adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran:
1. kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan
2. kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun

2.5 KOMPONEN MTBS


Tiga Komponen Dalam Penerapan Startegi MTBS menurut Direktorat Bina
Kesehatan Anak, 2011 :
1.

Komponen I : meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam


tatalaksana kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan).

2.

Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan


penyakit pada balita lebih efektif

3.

Komponen III : memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam


perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit.

2.6 Perbedaan MTBS 2008/2010 dengan 2015


Pada Bagan MTBS tahun 2015, terdapat penilaian, klasifikasi dan tindakan /
pengobatan anak sakit 2 bulan samapai 5 tahun dengan klasifikasi dari tanda

bahaya umum dan keluhan utama adalah Penyakit Sangat Berat sedangkan di
Bagan MTBS tahun 2008/2010 tidak ada klasfikasi penyakit sakat berat.

Bagan MTBS 2015

MTBS 2008-2010
MTBS 2015
Pada bagian klasifikasi pneumonia Pada bagian klasifikasi pneumonia
pada table tanyakan keluhan utama pada table tanyakan keluhan utama
pada lihat dan dengar ada tiga point pada lihat dan dengar ada tambahan
saja.

berupa (Periksa dengan pulse oxymeter


(jika ada) untuk menilai saturasi

Ada

klasifikasi

klasifikasi
Pada bagian

demam

status

gizi

ada

oksigen.
14 Ada klasifikasi demam ada perubahan

ada

yaitu menjadi 11 klasifikasi


3 Pada bagian status gizi

klasifikasi yaitu :
a. Sangat kurus dan/ atau edema
b. Kurus
c. Normal

ada

klasifikasi yaitu :
a. Gizi buruk dengan komplikasi
b. Gizi buruk tanpa komplikasi
c. Gizi kurang
d. Gizi baik

Pada Bagan MTBS 2015 terdapat Status Pemeriksaan HIV, sedangkan pada
Bagan MTBS 2008/2010 tidak terdapat Status penilaian HIV.

(Bagan MTBS 2015, Status Penilaian HIV)


MTBS 2008-2010
Terdapat bagan Menangani

MTBS 2015
Diare Tidak Terdapat bagan Menangani Diare

Dehidrasi berat sesuai rencana terapi Dehidrasi berat sesuai rencana terapi C
C (modifikasi untuk bayi muda)

(modifikasi untuk bayi muda)

Terdapat table tentang masalah beserta Tidak terdapat table tentang masalah
pemecahan pemberian ASI pada Ibu

beserta pemecahan pemberian ASI pada

Ibu
Tidak terdapat Grafik panjang badan terdapat Grafik panjang badan menurut
menurut umur 0-6 bulan
umur 0-6 bulan
Tidak terdapat grafik panjang badan terdapat grafik panjang badan menurut
menurut umur 6 bulan 2 tahun
umur 6 bulan 2 tahun
Tidak terdapat Grafik tinggi badan terdapat Grafik tinggi badan menurut
menurut umur 2-5 tahun

umur 2-5 tahun

2.7 MTBS-M
Menurut PERMENKES RI NOMOR 70 TAHUN 2013
Pasal 1: Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M)
adalah suatu pendekatan pelayanan kesehatan bayi dan balita terintegrasi
6

dengan melibatkan masyarakat sesuai standar manajemen terpadu balita


sakit (MTBS).
Pasal 3: Penyelenggaraan MTBS-M bertujuan untuk meningkatkan akses
pelayanan Balita sakit di tingkat masyarakat pada daerah yang sulit akses
terhadap pelayanan kesehatan
Pasal 5: Pelayanan MTBS-M dilakukan oleh kader setempat yang telah
mendapatkan pelatihan sebagai pelaksana. Dalam melakukan pelayanannya,
kader pelaksana MTBS-M sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus di
bawah pengawasan tenaga kesehatan yang berasal dari Puskesmas pelaksana
MTBS setempat. (3) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
supervisor.
Pasal 7: Penyelenggaraan upaya kesehatan MTBS-M dilakukan melalui
kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, dan/atau kuratif terbatas.

BAB III
PERTANYAAN
1. Peraturan Mentri Kesehatan nomor berapa yang mengatur tentang
peneyelenggaraan MTBS-M ?
a. No. 70 Tahun 2012
b. No. 70 Tahun 2013
c. No. 72 Tahun 2013
d. No. 60 Tahun 2015
(Fitri Kurniasih)
2. Pendekatan MTBS dikatakan tergolong lengkap karena meliputi :
1. Upaya preventif
2. Perbaikan gizi
3. Upaya promotif
4. Upaya kuratif
Jawab:
a. 1,2,3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4
e. Benar semua
(Niya Apriliniya)
3. Rangkaian berpikir pelaksana MTBS M menurut mentri kesehatan RI
No.70 th.2013 secara teratur
1. Adanya kebijakan dan koordinasi institusionalyang mendukung
MTBS dan MTBS M
2. Peningkatan akses dan ketersediaan intervensi inti dan pelayanan
MTBS M
3. Peningkatan kualitas pelayanan MTBS M yang terbukti dan terjamin
4. Peningkatan prilaku sehat untuk mencari pertolongan perlayanan
kesehatan
Susunan yang sesuai dan teratur adalah...
a. 1,2,3,4
b. 2,3,4,1
c. 4,1,2,3
d. 2,3,1,4
( Sultan Dwi Darmawan)
4. Ada tiga komponen dalam penerapan strategi MTBS, yaitu...
a. Memingkatkan keterampilan petugas kesehatan
b. Memeperbaiki sisitem kesehatan
c. Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat
d. Semua benar
8

(Eva Lutfiah)
5. Seorang perawat mealakukan kunjungan rumah dan menemukan seorang
ank perempuan berusia 3 tahun dengan berat anak 12 kg. Ibu mengatakan
anaknya sering sakit terutama mencret catatan terakhir pada KMS
menunjukan penimbangan berat badan berada pada garis kuning. Ibu
mengatakan tidak mengetahui makanan yang seharusnya di berikan
kepada anak. Apakah prioritas tindakan yang harus di lakukan oleh
perawat?
a. Melakukan rujukan ke rumah sakit
b. Mengajarkan keluarga tentang menu seimbang
c. Menganjurkan keluarga untuk berkunjung ke posiandu
d. Memotipasi keluarga untuk memeriksakan anak ke puskesmas
e. Melakukan konseling kepada keluarga tentang cara perawatan anak
(Eneng suhannah)
6. Angka kejadian gizi buruk tahun 2012 di Dinas Kesehatan X sebanyak 6
%, berdasarkan hasil survey di Desa Y, ditemukan angka gizi buruk 7 %
dalam 3 bulan terakhir 80 % balita pernah mengalami diare. Keadaan
lingkungan kotor dan kebiasaan anak balita bermain di tanah. Apakah
masalah keperawatan yang paling tepat untuk aksus diatas?
a. Tingginya kejadian diare di Desa Y
b. Tingginya kejadian gizi buruk di Desa Y
c. Rendahnya sanitasi lingkungan di Desa Y
d. Resiko meningkatnya kasus gizi buruk di Desa Y
(Fitri Setyaningsih)
7. Dibawah ini penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan
balita (0-12 bulan), kecuali....
a. Diare
b. Pneumonia
c. Tumor
d. DBD
e. Campak
(Imelia Fransiska)
8. Tenaga kesehatan (perawat, bidan atau bidan desa) yang berada di
pelayanan dasar dilatih untuk menerapkan pendekatan MTBS secara aktif
dan terstruktur melakukan penilaian :
1. tanda-tanda atau gejala penyakit
2. membuat klasifikasi
3. menentukan tindakan serta mengobati anak
9

4. memberikan konseling dan pelayanan tindak lanjut


a. 123
b. 24
c. 13
d. 1234 Benar
(Yeyen Dwi Sari)
9. Sasaran mtbs menurut Depkes R.I 2008 adalah...
a. a.0 sampai 5 tahun
b. b.2 bulan keatas
c. c.0 sampai 12 bulan
d. d.3 sampai 5 tahun
(Pandermadon)
10. Menurut WHO, dalam melakukan klasifikasi MTBS itu menggunakan
triage warna. Warna apa saja yang digunakan?
a. Merah, kuning, hijau
b. B. Merah, kuning, hitam
c. C. Merah, kuning, hijau, hitam
d. D. Benar semua
(Yusi Nur Azmi)
11. Pelayanan MTBS tidak terlepas dari peran petugas pelayanan kesehatan
yaitu?
a. Pertolongan dan tanggung jawab
b. Berkomunikasi dan memberi slide
c. Pengetahuan, keyakinan dan keterampilan
d. Tidak dilayankan
(Mirnawati Dewi)
12. Secara umum sasaran penyuluhan kesehatan berorientasi meliputi.
a. Aspek Ekonomi, sosial dan budaya masyarakat
b. Masyarakat umum, kelompok khusus, individu
c. Orang-orang kesehatan dan institusi kesehatan yang terkait
d. Usia, jenis kelamin, pekerjaan masyarakat
e. Individu yang memerlukan pendidikan kesehatan
(Siti Aisyah)
13. Asri khairiah
Ada berapa komponen dalam penerapan strategi MTBS
a. 3
b. 4
c. 5
d. 6
(Asri Khairiah)

10

14. WHO dan UNICEF memperkenalkan MTBS melalui DEPKES RI. MTBS
merupakan progam kesehatan yang di lakukan WHO untuk mengatasi
kematian pada balitayang di sebakan oleh penyakit di bawah ini...
a. Infeksi pernafasan akut (ISPA)
b. Diare, malaria, campak
c. Kurang gizi
d. Semua benar
(Ambar Puspita Sari)
15. Upaya kuratif dalam MTBS dilakukan dengan cara apa?
a. Dilakukan dengan pengobatan secara langsung bagi balita yang sakit.
b. Dilakukan dengan cara konseling gizi, pemberi-an vitamin A. (Ini
jawabannya)
c. Imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit.
d. Pengelolaan balita yang mengalami sakit
(Cindy Nova Selly)
16. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan

keluarga

dan

masyarakat,

yang

dikenal

sebagai

Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat). dalam penerapan


strategi mtbs temasuk pada komponen yaitu:
a. Komponen I
b. Komponen II
c. Komponen III
d. Komponen IV
(Vira Erizka)
17. Tika Silvia Sari
Bagaimana hasil penerapan MTBS terhadap kesembuhan diare pada
balita?
a. Terdapat hubungan antara penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) diare dengan kesembuhan diare pada balita
b. Tidak terdapat hubungan antara penerapan MTBS diare dengan
kesembuhan balita
c. MTBS sangat berpengaruh terhadap diare
d. pengetahuan ibu meningkat dengan adanya MTBS
(Tika Silvia Sari)
18. Beberapa komponen dalam penerapan strategi MTBS, kecuali...
a. meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan
11

b. memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita


lebih efektif
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus

balita sakit

(meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal


sebagai Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat).
d. Meningkatkan kinerja petugas kesehatan mengenai penanganan Balita
Sakit
(Divai Puji Lestari)
19. Hambatan terbesar pelaksaan MTBS adalah..
a. Memakan waktu yang cukup lama
b. Masyarakat kurang percaya tentang penilaian terhadap mtbs
c. Memerlukan biaya yang besar
d. Tidak efisien
(Dinda Ariesti)
20. Rumaisha Shabrina F
Dibawah ini mana yang termasuk dalam proses manajemen kasus yang
menggunakan paduan MTBS?
1. Penilaian dan klasifikasi
2. Tindakan dan pengobatan
3. Konseling bagi ibu
4. Pelayanan tindak lanjut
a. 1,2,3
b. 1,3
c. 2,4
d. 4
e. BENAR SEMUA
(Rumasiha Shabrina F)
21. Proses MTBS disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya
1. Pelayanan Tindak lanjut
2. Penilaian dan klasifikasi
3. Konseling bagi ibu
4. Tindakan dan Pengobatan
Urutan langkah-langkah yang tepat adalah...

12

1-2-3-4

2-3-1-4

2-4-3-1

4-1-3-2
(Alfanida)

22. Pelayanan puskesmas sesuai aturan tatalaksana MTBS yang ditetapkan


oleh Depkes RI, kecuali:
a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit
b. Memberi terapi intensif pada anak dengan alat dan ruangan khusus
c. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
d. Memberi pelayanan tindak lanjut pasa kunjungan ulang
(Putri Sociani Dewi)
s
23. MTBS telah digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti dapat,
kecuali..
a. Menurunkan angka kematian balita
b. Memperbaiki status gizi
c. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan
d. Menurunkan keinginan ibu untuk menyusui
(Jayanti Fauziah)
24. Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas,2013) apa yang menjadi
penyebab utama kematian anak usia 1 bulan - 5 tahun di indonesia ?
a. Pneumonia
b. Malaria
c. Diare
d. Malnutrisi
(Faradilla Attamimi)
25. Sejak kapan program MTBS mulai dikembangkan di Indonesia
a 1985
b 1970
c 1996
d 1998
(Tantio Nugroho)
26. Mana yang termsuk dalam komponen penerapan strategi MTBS:

13

a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana


kasus balita sakit dan memperbaiki system kesehatan agara
penanganan penyakit pada balita lebih efektif.
b. Menurunkan angka kemtian dan kesakitan pada balit
c. Meningkatkan status gizi pada balita
d. Memberikan kontribusi terhadap tumbuh kembang
(Ade Esti fauziah)
27. Pemberian konseling menjadi unggulan dan sekalihus pembeda dari alur
pelayanan sebekum mtbs, materi yang diberikan meliputi ....
a. Keluhan anak, pemberian asi dan susu, pemberian makanan,
kunjungan ulang
b. Kepatuhan minum obat, cara minum obat, pemberian makanan sesuai
umur, kapan melakukan kunjungan ulang, dan kapan harus kembali
c. Riwayat penyakit anak, cara minum obat, pemberian asi dan susu,
kunjungan ulang
d. Riwayat penyakit anak, pemberian asi, pemberian makan, kepatuhan
kunjungan ulang
(Dhenok Tiara Sani)
28. Mtbs penting atau perlu dilakukan, karena..
a. Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang
terkait penyakit tersering pada balita.
b. Memnerikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pada anak.
c. Mudah dilakukan dan praktis
d. A dan B benar
e. Salah semua
(Sri Rahayu)
29. Mengapa MTBS sangat cocok diterapkan di Puskesmas?
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita
sakit (petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS
dapat memeriksa dan menangani pasien balita)
b. Memperbaiki
sistem
kesehatan
(banyak

program

kesehatan terintegrasi didalam pendekatan MTBS)


c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak
meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)
d. Puskesmas menerapkan MTBS berarti turut membantu dalam upaya
pemerataan pelayanan kesehatan dan membuka akses bagi seluruh
14

lapisan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang


terpadu.
e. Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang
terkait pada balita
(Anik Anggraini)
30. Berapa jumlah orang (petugas) MTBS di puskesmas wilayah perkotaan
dan pinggiran kota yang melakukan MTBS ... ??
a. ( Dokter , Bidan , Perawat ) + Berjumlah 12 orang
b. ( Analis ) + Berjumlah 7 orang
c. ( Team Gizi ) + Berjumlah 3 orang
d. ( Team pemeriksaan Ronsen ) + Berjumlah 8 orang
(Desi Nur Ekawati)
31. Apa saja penerapan kegiatan MTBS dipuskesmas?
a. Diseminasi informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
puskes.
b. Persiapan penilaian dan penerapan logistik dan alat alat yg diperlukan
dalam pemberian pelayanan.
c. Persiapan pengadaan formulir.
d. Jawaban a b c benar
(Eny Shofiani)

15

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Hasil diskusi Collaborative Learning:
1. Implementasi MTBS, petugas belum menunjang program karena semua
belum ikut pelatihan.
2. Proses integrasi MTBS menurut WHO, dalam HandBook (2005),
klasifikasikan penyakit anak menggunakan sistem triage. Kategori urgent
dan kategori tidak bahaya. Fokusnya kepada caregiver untuk tidak panik
selama proses pengobatan.
3. Pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan sikap dan ketidakrasional
pengobatan diare tidak spesifik pada balita. Kesimpualnnya, pelatihan 95%
berpengaruh pada responden dan memiliki sikap tiga kali lebih positif.
4. Menurut KEMENKES, kerangka berfikir pelaksanaan MTBS-M;
Menurunkan angka kematian balita membutuhkan peningkatan cakupan
intervensi ini kelangsungan hidup balita di kabupaten dan kota, yaitu:
1. Kebijakan dan koordinasi institusional yang mendukung MTBS
2. Peningkatan akses
3. Peningkatan pelayanan kualitas MTBSM
4. Peningkatan perilaku sehat untuk mencari pertolongan pelayanan
kesehatan
5. Menurut KEMENKES, ruang lingkup MTBS-M
Peayanan kesehatan dengan pendekatan MTBS-M merupakan pendekatan
pelayanan kesehatan balita yang harus didukung oleh pemerintah daerah,
dalam hal ini terutama oleh dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dengan pendekatan MTBS-M,
Kader pelaksana tidak boleh memperlakukan pelayanan yang diberikannya
sebagai praktek perseorangan/mandiri.
Tata laksana kasus di luar paket intervensi MTBS-M yang telah ditetapkan,
harus dirujuk kader pelaksana MTBS-M ke fasilitas pelayanan kesehatan
dasar.

16

DAFTAR PUSTAKA
Ariusta, indriany maya. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Petugas

Kesehatan Dalam Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (Mtbs)


Puskesmas Di Kabupaten Jember.
<repository.unej.ac.id/handle/123456789/72389>
Depkes RI. 2010. Buku Bagan Mnajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta.

DirJen KESMAS. 2011. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ATAU


Integrated Management Of Childhood Illness(IMCI).
<http://www.kesmas.kemkes.go.id/artikel/manajemen-terpadu-balita-sakitmtbs-atau-integrated-management-of-childhood-illness-imci/>
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI). 2016.
<http://www.who.int/materrnal_child_adolescent/topics/child//imci/en/>

17

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.70 th. 2013.


<http://hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.
%2070%20ttg%20Manajemen%20Terpadu%20Balita%20Sakit
%20Berbasis%20Masyarakat.pdf >

18

Anda mungkin juga menyukai