Anda di halaman 1dari 29

TREND DAN ISUE KEPERAWATAN ANAK

BAHAYA MAKANAN YANG MENGANDUNG MSG BAGI


KESEHATAN ANAK

Disusun Oleh :
Ika Hayun Al Aziz
NIM P 27220012 118

JURUSAN DIV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2013 / 2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
atas limpahan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyusun
dan meyelesaikan makalah ini dalam batas waktu yang telah ditentukan oleh
pembimbing. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak semester 3 tahun ajaran 2013/2014.
Dengan dibuatnya makalah ini maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Asrining selaku Pembimbing dan koordinator Mata ajar Keperawatan
Anak.
2. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Surakarta.
3. Teman-teman se-Jurusan DIV Keperawatan Poltekkes Surakarta.
Sebagaimana kita tahu dalam kehidupan sehari-hari banyak makanan
maupun minuman jajanan anak yang beredar bebas di masyarakat umum. Namun
tanpa kita sadari sebenarnya dalam makanana tersebut terkandung zat-zat yang
berbahaya bagi tubuh terutama untuk tumbuh kembang anak. Zat-zat tersebut
umumnya digunakan bebas demi menarik minat konsumen terutama anak dan
mendapatkan keuntungan yang besar tanpa melihat dampak negatifnya bagi
kesehatan konsumen. Makanan yang beredar di masyarakat tersebut diantaranya
mengandung zat adikif buatan yang sangat berbahaya seperti pemanis, pengawet,
penyedap rasa buatan, dan lain sebagainya. Sebaiknya penggunaan zat seperti ini

harus dikurangi jangan sampai menggunakan secara berlebihan karena mengingat


kesehatan anak lebih sensintif terhadap zat yang berbahaya tersebut.
Tiada gading yang tak retak,saya menyadari bahwa karangan ilmiah yang
saya buat belum sempurna.Masih banyak kesalahan dan kekurangan ,saya mohon
maaf karena bagaimanapun juga saya mempunyai kekurangan dan kelemahan
dalam diri saya.Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
saya harapkan sebagai bahan penyempurna dikemudian hari.Semoga karangan
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Surakarta, 15 September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................... 1
Rumusan Masalah ...................................................................... 2
Tujuan ......................................................................................... 2
Manfaat ....................................................................................... 3

BAB II

ISI
Pengertian MSG .........................................................................
Sejarah Munculnya MSG ...........................................................
Proses Pembentukan MSG .........................................................
Kandungan dalam MSG .............................................................
Bahaya Penggunaan MSG ..........................................................
Kontroversi Penggunaan MSG bagi Kesehatan Anak ............
Cara Menyikapi Penggunaan MSG ...........................................

BAB III

PEMBAHASAN

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai
bidang,termasuk dalam bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa
dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu
meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, dan dapat pula meningkatkan
diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif
kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen
dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya. Zat aditif adalah
bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk
meningkatkan

kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran

produk tersebut.
Hampir disetiap bahan makanan mengandung zat aditif khususnya
monosodium glutamat (MSG) atau mononatrium glutamat yang merupakan
senyawa sintetik yang dapat menimbulkan rasa enak (flavour potentiator) atau
menekan rasa yang tidak diingankan dari suatu bahan makanan (Winarno,
1988:208). MSG juga merupakan zat penyedap rasa yang banyak digunakan
oleh produsen makanan untuk membuat produknya menjadi lebih enak. Zat
tersebut merupakan pembentuk protein, sehingga apabila zat makanan
ditambahkan vetsin (MSG) akan berasa seperti ditambah kaldu daging
(protein).

MSG juga merupakan zat penambah rasa pada makanan yang dibuat dari
hasil fermentasi zat tepung dan tetes dari gula tebu. Ketika MSG ditambahkan
pada makanan, dia memberikan fungsi yang sama seperti glutamat yaitu
memberikan rasa sedap dan enak pada makanan. MSG terdiri dari air,
sodium, glutamat. Sebenarnya MSG yang berbentuk kristal putih ini tidak
memiliki rasa, tetapi mempunyai fungsi sebagai penegas cita rasa (flavour
enhancer) makanan, terutama dari protein hewani (daging, ikan, ayam)
Dari berbagai senyawa pembangkit cita rasa yang beredar bebas di pasaran
seperti misalnya MSG, 5 nukleotida, maltol (soft drink), dioctyl sodium
sulfosuccinate (untuk susu kaleng) dan lain sebagainya, ternyata hanya
monosodium glutamat (MSG) yang banyak menimbulkan kontroversi antara
produsen dan konsumen (Winarno 2004). Namun sejauh ini, belum banyak
penelitian langsung terhadap manusia. Hasil dari penelitian dari hewan,
memang diupayakan untuk dicoba pada manusia. Tetapi hasil-hasilnya masih
bervariasi. Sebagian menunjukkan efek negatif MSG seperti pada hewan,
tetapi sebagian juga tidak berhasil membuktikan. Yang sudah cukup jelas
adalah efek ke terjadinya migren terutama pada usia anak-anak dan remaja.
Sampai sekarang penggunaan MSG masih menjadi kontroversi. Beberapa
peneliti mengatakan penggunaan MSG dalam batas berlebihan dapat
menyebabkan berbagai penyakit, namun ahli pangan Amerika dan BPOM
Indonesia masih memperbolehkan penggunaan zat ini baik untuk anak, ibu
hamil dan dewasa karena hasil riset masih banyak menunjukkan kegagalan
dari hasil uji terhadap efek MSG itu sendiri (Sediaoetama,1989).

Oleh karena itu, penulis sangat tertarik mengupas tentang bahaya dari
penggunaan

zat

penyedap

rasa

sintesis

ini

pengaruhnya

terhadap

pertumbuhan dan perkembangan anak ini yang masih menjadi pro dan kontra
bagi kita semua terutama kita orang kesehatan yang menjadi advocad dalam
keperawatan anak nantinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Monosodium Glutamate (MSG) ?
2. Bagaimana sejarah munculnya MSG dalam dunia pangan ?
3. Bagaimana proses pembentukan MSG sehingga bisa menjadi bahan
penyedap rasa pada makanan ?
4. Apa kandungan dalam MSG sehingga dapat penyedap rasa makanan ?
5. Meliputi apa saja bahaya penggunaan MSG terutama bagi tumbuh
kembang anak-anak ?
6. Mengapa terjadi kontroversi dalam penggunaan MSG ?
7. Bagaimana cara menyikapi dan mencegah bahaya penggunaan MSG
khususnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak ?

C. Tujuan
Tujuan Umum :
1. Menjelaskan dan memaparkan tentang pengertian Monosodium Glutamate
(MSG).

2. Memaparkan proses pembentukan MSG sehingga bisa menyedapkan cita


rasa makanan dan anak cenderung menyukainya.
3. Menjelaskan apasaja kandungan dalam MSG
4. Mendeskripsikan bahaya dari penggunaan MSG terutama bagi anak.
5. Mendeskripsikan cara menyikapi penggunaan dan bahaya dari MSG.

Tujuan Khusus :
Agar para Ibu dapat memberikan penanganan terbaik dan lebih berhati hati
lagi dalam memberikan makanan.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan tentang MSG (Monosodium Glutamat) mulai dari
pengertian sampai bahayanya bagi tumbuh kembang anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis : menambah pengetahuan dan mengetahui batas aman
penggunaan dan tentang zat aditif yang terkandung dalam makanan
terutama pada MSG.
b. Bagi Pembaca : menambah pengetahuan dan wawasan tentang
makanan yang mengandung MSG dan bahayanya bila dikonsumsi
dalam jumlah berlebihan. Semakin lebih selektif dalam memilihkan
makanan

atau

membuatkan

makanan

untuk

anaknya

memperhatikan makanan yang dikonsumsi oleh anaknya.

dan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Monosodium Glutamate (MSG)


Glutamate atau asam glutamat adalah asam amino yang secara alami
terdapat pada bahan makanan yang mengandung protein misalnya susu,
daging dan ikan. Glutamate dapat diproduksi sendiri oleh tubuh dan
diperlukan untuk metabolisme (usus) dan fungsi otak (meningkatkan
rangsangan pengantar pesan pada syaraf). Sedangkan mononatrium
glutamat atau monosodium glutamate (MSG) atau vetsin atau micin dengan
rumus kimia HCOCCH(HN2)2COO-NA merupakan hasil kombinasi ikatan
garam natrium hidroksida (sodium) dan asam glutamate (asam amino nonesensial penyusun protein), yang dibuat dari hasil fermentasi tetes gula tebu
dan

berfungsi

sebagai

penguat/penyedap

rasa

pada

makanan

(duniaveteriner.com, 2013).
Asam glutamat atau yang sering disebut dengan MSG (Monosodium
Glutamat). pada tahun 1940, asam glutamat telah digunakan di berbagai
macam jenis produk makanan di berbagai negara, khususnya dalam kurun
waktu 40 tahun terakhir. Asam glutamat merupakan salah satu dari 20 asam
amino yang ditemukan pada protein dan MSG merupakan monomer dari
asam glutamat. MSG memberikan rasa gurih dan nikmat pada berbagai
macam masakan, walaupun masakan itu sebenarnya tidak memberikan rasa
gurih yang berarti. Penambahan MSG ini membuat masakan seperti daging,
sayur, sup berasa lebih nikmat dan gurih(Anonimous 2006).

MSG dijual dalam berbagai bentuk produk dan kemasan, produk


penyedap rasa seperti Ajinomoto atau Royco mengandung MSG sebagai
salah satu bahan penyedap rasa. Produk makanan siap saji, makanan beku
maupun makanan kaleng juga mengandung MSG dalam jumlah yang cukup
banyak. Selain lada dan garam,botol berlabel penyedap rasa yang
mengandung MSG juga dapat dengan mudah ditemukan di rak bumbu
dapur maupun di atas meja restoran.Umumnya, Restoran Cina banya
menggunakan MSG untuk menyedapkan masakan-masakannya.
Walaupun sebagian besar orang dapat mengkonsumsi MSG tanpa
masalah, beberapa orang memiliki alergi bila mengkonsumsi berlebihan
yaitu gejala seperti pening, mati rasa yang menjalar dari rahang sampai
belakang leher, sesak nafas dan keringat dingin. Secara umum, gejala-gejala
ini dikenal dengan nama sindrom restoran cina.
Chinese restaurant syndrome (CRS) mengandung karakteristik gejalagejala facial pressure, sakit dada, dan burning sensation. Awalnya,
walaupun percobaan didesain kurang, oleh Gore, et al., menemukan bahwa
pemasukkan oral dari bermacam konsentrasi 1.5, 3, dan 6 g MSG yang
terdisosiasi dalam air dingin selama semalam, 13.9% dari partisipan acak
mengalami reaksi MSG dibanding 4.2% yang merespon placebo. Gejalagejala yang terjadi paling sering dalam percobaan ini adalah sakit kepala,
mual, hypersalivation dan kekenyangan.
Sindrom ini disebut dengan sindrom rstoran china, karena umumnya
restoran China menyajikan makanan dengan jumlah kandungan MSG yang

banyak. Hal ini disebabkan untuk menambah rasa pada masakan China
sehingga terasa gurih. Namun ternyata kandungan MSG yang banyak ini
tidak bisa diterima oleh orang yang sensitif dengan MSG. Sehingga mereka
yang sensitif tidak cocok dengan makanan china ini, khususnya pada MSG
yang terkandung di dalamnya, mengalami semacam alergi.
B. Sejarah Munculnya Monosodium Glutamate (MSG)
Monosodium Glutamate (MSG) mulai terkenal tahun 1960-an, tetapi
sebenarnya memiliki sejarah panjang. Selama berabad-abad orang Jepang
mampu menyajikan masakan yang sangat lezat. Rahasianya adalah
penggunaan sejenis rumput laut bernama Laminaria japonica. Pada tahun
1908, Kikunae Ikeda, seorang profesor di Universitas Tokyo, menemukan
kunci kelezatan itu pada kandungan asam glutamat. Penemuan ini
melengkapi 4 jenis rasa sebelumnya asam, manis, asin dan pahit dengan
umami (dari akar kata umai yang dalam bahasa Jepang berarti lezat)
(Anonimous 2006). Sebelumnya di Jerman pada tahun 1866, Ritthausen
juga berhasil mengisolasi asam glutamat dan mengubahnya menjadi dalam
bentuk monosodium glutamate (MSG), tetapi belum tahu kegunaannya
sebagai penyedap rasa.
Ikeda melakukan penelitian pada bumbu tradisional Jepang yaitu
kaldu dari rumput laut (Kombu). Dia berhasil mengisolasi sumber rasa yaitu
asam glutamat dan di Jepang rasa ini dikenal Umami. Ikeda mendapatkan
hak paten atas metode produksi MSG tersebut. Namun, asam glutamat
murni yang dihasilkannya tidak menarik secara komersial karena sifat fisik

dan kimianya. Akhirnya Ikeda mensenyawakan glutamate dengan sodium


menjadi Monosodium Glutamat (MSG). Dengan berbagi hak paten dengan
pabrik Iodine, Ikeda berhasil memproduksi dan memasarkan MSG di
Jepang tahun 1909. Saat itu MSG diproduksi melalui proses ekstraksi gluten
hingga 1960. Karena tidak dapat memenuhi permintaan pasar Jepang dan
dunia, 1956 inovasi teknologi fermentasi membantu meningkatkan produksi
MSG dengan bahan baku glukosa yang menghasilkan asam glutamat lalu
dilakukan penambahan garam sehingga mengkristal. Sehingga bentuk MSG
yang ditemukan di pasaran umumnya dalam bentuk kristal putih
(duniaveteriner.com, 2013).
C. Kandungan dalam Monosodium Glutamate (MSG)
MSG tersusun atas gabungan senyawa, meliputi 78% Glutamat, 12%
Natrium (sodium) dan 10% air. Berdasarkan penelitian dari College of
Medical, Kanazawa University (2009), glutamate adalah asam amino yang
digunakan untuk metabolisme protein, karbohidrat dan lemak, sumber
energi bagi absorbsi unsur-unsur nutrisi kedalam darah di usus halus,
pankreas dan lambung serta penghubung jaringan antar sel di otak dan otot.
Dalam penelitian Brian S. Meldrum (Inggris) dalam Journal of Nutrition
(2000), glutamate dapat merangsang ekskresi cairan ludah dan lambung,
sehingga pencernaan makanan (protein) lebih cepat dan sempurna.
Sodium atau natrium adalah mineral zat gizi, berfungsi sebagai
pengaturan asam basa dalam tubuh bersama potasium, mendukung kerja
kontraksi otot, pengendali air, tekanan darah, sistem saraf, serta penyerapan
gula.Meskipun natrium yang terkandung lebih rendah dari natrium pada

garam, tetapi hal ini dapat membuat dehidrasi anak karena sifatnya menarik
kandungan air dalam tubuh (babyorchestra.wordpress.com, 2013).
D. Proses Pembentukan Monosodium Glutamate (MSG)
Monosodium glutamat merupakan senyawa sintetik, dengan kata lain
MSG merupakan zat aditif buatan. Proses pembuatan MSG menurut
Profesor Dr. Umar Anggara Jenie, guru besar Fakultas Farmasi UGM dan
PAU-Bioteknologi UGM adalah sebagai berikut:
1. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes gula (molases) oleh
bakteri (Brevibacterium lactofermentum). Dalam proses fermentasi
ini, pertama-tama akan dihasilkan asam glutamat. Asam glutamat
yang terjadi dari proses fermentasi ini, kemudian ditambah soda
(Sodium Carbonate), sehingga akan terbentuk monosodium glutamat
(MSG). MSG yang terjadi ini, kemudian dimurnikan dan
dikristalisasi, sehingga merupakan serbuk kristal murni, yang siap
dijual di pasar.
2. Sebelum bakteri (pada butir 1) tersebut digunakan untuk proses
fermentasi pembuatan MSG, maka terlebih dahulu bakteri tersebut
harus diperbanyak (dalam istilah mikrobiologi: dibiakkan atau
dikultur) dalam suatu media yang disebut Bactosoytone. Proses pada
butir 2 ini dikenal sebagai proses pembiakan bakteri, dan terpisah
sama sekali (baik ruang maupun waktu) dengan proses pada butir 1.
Setelah bakteri itu tumbuh dan berbiak, maka kemudian bakteri

tersebut diambil untuk digunakan sebagai agen biologik pada proses


fermentasi membuat MSG (proses pada butir 1).
3. Bactosoytone sebagai media pertumbuhan bakteri, dibuat tersendiri
(oleh Difco Company di AS), dengan cara hidrolisis enzimatik dari
protein kedelai (soyprotein). Dalam bahasa yang sederhana, protein
kedelai dipe-cah dengan bantuan enzim sehingga menghasilkan
peptida rantai pendek (pepton) yang dinamakan Bactosoytone itu.
Enzim yang dipakai pada proses hidrolisis inilah yang disebut
Porcine, dan enzim inilah yang diisolasi dari pankreas babi.
4. Perlu dijelaskan disini bahwa, enzim Porcine yang digunakan dalam
proses pembuatan media Bactosoytone, hanya berfungsi sebagai
katalis, artinya enzim tersebut hanya mempengaruhi kecepatan
reaksi hidrolisis dari protein kedelai menjadi Bactosoytone, tanpa
ikut masuk ke dalam struktur molekul Bactosoytone itu. Jadi
Bactosoytone yang diproduksi dari proses hidrolisis enzimatik itu,
jelas bebas dari unsur-unsur babi, selain karena produk Bactosoytone
yang terjadi itu mengalami proses klarifikasi sebelum dipakai
sebagai media pertumbuhan, juga karena memang unsur enzim
Porcine ini tidak masuk dalam struktur molekul Bactosoytone,
karena

Porcine

hanya

sebagai

katalis

saja.

proses clarification yang dimaksud adalah pemisahan enzim Porcine


dari Bactosoytone yang terjadi. Proses ini dilakukan dengan cara

pemanasan 160F selama sekurang-kurangnya 5 jam, kemudian


dilakukan filtrasi, untuk memisahkan enzim Porcine dari produk
Bactosoytone-nya. Filtrat yang sudah bersih ini kemudian diuapkan,
dan Bactosoytone yang terjadi diambil.
5. perlu

dijelaskan

disini,

bahwa

proses

pembuatan

media

Bactosoytone ini merupakan suatu media pertumbuhan bakteri, dan


dijual di pasar, tidak saja untuk bakteri pembuat MSG, tetapi juga
untuk bakteri-bakteri lainnya yang digunakan untuk keperluan
pembuatan

produk

biotik-industri

lainnya.

catatan: nama Bactosoytone merupakan nama dagang, yang dapat


diurai sebagai berikut: Bacto adalah nama dagang dari Pabrik
pembuatnya (Difco Co); Soy dari asal kata soybean: kedelai, tone,
singkatan dari peptone; jadi Bactosoytone artinya pepton kedelai
yang dibuat oleh pabrik Difco.
6. setelah bakteri tersebut ditumbuhkan pada media Bactosoytone,
kemudian dipindahkan ke Media Cair Starter. Media ini sama sekali
tidak mengandung Bactosoytone. Pada Media Cair Starter ini bakteri
berbiak dan tumbuh secara cepat.
kemudian, bakteri yang telah berbiak ini dimasukkan ke Media
Cair Produksi, dimana bakteri ini mulai memproduksi asam glutamat;
yang kemudian diubah menjadi MSG. (duniaveteriner.com, 2013).

E. Kontroversi Penggunaan MSG bagi Kesehatan Anak


Sampai sekarang penelitian belum membuktikan adanya risiko
penggunaan MSG terhadap perkembangan anak. Namun, kontroversi
terhadap penggunaan MSG tetap ada. Berikut beberapa laporan dan
penelitian mengenai kontroversi positif dan negatif dari penggunaan MSG :
1. Y.Takasaki (1979) dan Fernstorm (1994) meneliti bahwa MSG dalam
makanan tidak berpengaruh buruk terhadap fungsi normal otak dan
kerusakan otak dalam jangka panjang.
2. W.Partridge (1979) dan Vichai (2000), meneliti glutamat tidak dapat
menembus otak karena mekanisme blood-brain barrier dan tidak
terakumulasi di dalam plasma.
3. Q.Smith (2000), glutamat di dalam otak selalu terjaga konstan terpisah
dari glutamat di dalam sistem peredaran dalam tubuh.
4. Woessner (1999) dan Geha (2000), MSG tidak menimbulkan reaksi
alergi maupun asma, namun dalam dosis tinggi menimbulkan reaksi
pada seseorang yang sensistif.
5. Reeds (2000) dalam babycenter (2009), percobaan pada kera rhesus dan
tikus hamil diberi MSG pada trimester 3 menunjukkan bahwa MSG
yang diberikan ke induk tidak mempengaruhi janin karena tidak
menembus placenta, pada pemberian MSG yang berlebihan (>200
mikromol/dl) menunjukkan MSG menembus plasenta dan otak janin
serta penyerapan MSG 2x lipat daripada otak induknya dan lebih rentan
mengalami kejang dibanding induk yang tidak mengonsumsi MSG.

6. Snapir (1971) dan Baptist (1974), MSG menyebabkan kerusakan ginjal,


penyakit radang hati, SDP berubah mejadi sel kanker, jumlah sel otak
berkurang 24% dan menurukan tingkat kecerdasan (IQ) anak sekolah.
7. Penelitian JECFA (komite gabungan FAO dan WHO) (1987),
menyimpulkan MSG ADI not specified (Acceptable Daily Intake not
specified, generally recognized as safe). MSG digolongkan memiliki
toksisitas yang rendah tidak menimbulkan bahaya. Dalam PP RI No.69/
1999, BPOM melarang penambahan MSG pada MP-ASI maupun susu
formula untuk menghindari risiko gangguan kesehatan anak, karena
pencernaan anak belum kuat. Dalam PerMenKes RI No.722/Menkes/
Per/IX/1988, penggunaan MSG dibatasi tidak boleh melampaui batas
(30 mg/kgBB/hr atau 5 gr/hr). WHO tidak merekomendasikan bayi di
bawah umur 12 minggu untuk mengonsumsi MSG.
8. Russell Blaylock, penulis buku ExcitotoxinsThe Taste That Kills,
MSG adalah excitotoxin (zat kimia yang merangsang,mematikan sel-sel
otak serta memperburuk gangguan saraf degeneratif seperti alzheimer,
Parkinson, autisme, ADD (attention deficit disorder) dan mempercepat
pertumbuhan sel kanker. Menurut Blaylock gangguan spesifik yang
berhubungan dengan MSG antara lain kejang, mual, sakit kepala, mulut
kering dan hilang ingatan. Anak lebih rentan dibandingkan dewasa dan
anak yang kebanyakan mengkonsumsi MSG dapat kekurangan hormon
thyroxin dan parathyroid yang berdampak pada pertumbuhan tulang

dan perkembangan tubuh karena tubuh kehilangan kalsium dan fosfor


(childrenclinic.wordpress.com, 2013).

F. Bahaya Penggunaan Monosodium Glutamate (MSG)


Bahaya penggunaan MSG bagi kesehatan anak diantaranya :
1. Menurunnya fungsi otak.
Ketika sel-sel neuron di otak pada bagian hypothalamus menerima
senyawa MSG akan meningkatkan impuls pada tingkat kelelahan yang
tinggi dan neuron akan mati. Jika banyak sel neuron yang mati, maka
fungsi otak menurun, berbahaya bagi perkembangan otak anak,
memperburuk

autisme,

mengurangi

kemampuan

perhatian

dan

mengakibatkan hiperaktif pada anak. Anak yang mengkonsumsi


makanan yang mengandung MSG darahnya mempunyai tingkat
excitotoxin 6x lebih besar yang dapat menghancurkan neuron pada
hypothalamus.
2. Chinese Restaurant Syndrome
Tahun 1968 dr. Ho Man Kwok menemukan penyakit pada pasiennya
yang gejalanya cukup unik. Leher dan dada panas, sesak napas, mual
muntah dan disertai pusing-pusing. Pasien itu mengalami kondisi ini
sehabis menyantap masakan cina di restoran. Masakan cina memang
dituding paling banyak menggunakan MSG. Karena itulah gejala serupa
yang dialami seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut Chinese
Restaurant Syndrome.

Bagaimana sampai MSG bisa menimbulkan gejala di atas, masih


dugaan sampai saat ini. Tetapi diperkirakan penyebabnya adalah terjadinya
defisiensi vitamin B6 karena pembentukan alanin dari glutamat mengalami
hambatan ketika diserap. Konon menyantap 2 12 gram MSG sekali
makan sudah bisa menimbulkan gejala ini. Akibatnya memang tidak fatal
betul karena dalam 2 jam Cinese Restaurant Syndrome sudah hilang.
3. Alergi.
Glutamat bukan penyebab hipersensivitas (alergi), gejala ini muncul
karena senyawa hasil metabolisme seperti GABA (Gama Amino Butyric
Acid), serotinin atau histamin. MSG tidak mempunyai potensi untuk
mengancam kesehatan masyarakat umum, tetapi juga bahwa reaksi
hypersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi MSG
Memang dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari konsumen.
Beberapa peneliti bahkan cenderung berpendapat nampaknya glutamat
bukan merupakan senyawa penyebab yang efektif, tetapi besar
kemungkinannya gejala tersebut ditimbulkan oleh senyawa hasil
metabolisme

seperti

misalnya

GABA

Acid),serotinin atau bahkan oleh histamin

(Gama

Amino

Butyric

4. Adiktif (ketagihan).
Anak yang terbiasa mengkonsumsi makanan dengan MSG akan
menolak jika diberi makanan tanpa MSG.
5. Obesitas.
MSG mengganggu hubungan endokrin antara meta-thermoregulatory
modulators (neuropeptida dan peptin) dan brown fat. MSG mengurangi
thermogenicity brom fat dengan menekan asupan makanan.
6. Kerusakan Retina.
Retina berfungsi menerima cahaya sebelum diteruskan ke otak untuk
diterjemahkan sebagai objek penglihatan.MSG dalam dosis tinggi dapat
merusak neuron (sel-sel saraf) pada lapisan dalam retina mata. Kerusakan
retina mengakibatkan mata juling, kerusakan otak, gangguan hormonal dan
gangguan jiwa (duniaveteriner.com, 2013).
7. Kanker
MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari
sudut pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat
pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama. pirolisis ini sangat
karsinogenik. Padahal masakan protein lain yang tidak ditambah MSG
pun, bisa juga membentuk senyawa karsinogenik bila dipanaskan dengan
suhu tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena asam amino penyusun
protein, seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan metionin juga dapat
mengalami pirolisis dari penelitian tadi jelas cara memasak amat
berpengaruh.
G. Cara Menyikapi Penggunaan Monosodium Glutamate (MSG)
Karena penggunaan MSG sampai sekarang masih menjadi kontroversi
baik positif maupun negatif, untuk itu demi kesehatan tubuh dan
pertumbuhan anak sebaiknya orang tua menghindari atau membatasi

penggunaan MSG tidak berlebihan (30 gr/kgBB/hr) sesuai yang telah


ditetapkan oleh BPOM dan mengganti penyedap rasa sintetis tersebut
dengan bahan tradisional seperti garam dan gula tetapi dalam batas dan
takaran yang normal juga. Selain itu untuk menetralisir kandungan zat yang
berbahaya dalam MSG setelah makan konsumsi bawang putih atau bahan
makanan yang mengandung anti oksidan.
MSG memberikan rasa gurih dan nikmat pada berbagai macam masakan,
Walaupun masakan itu sebenarnya tidak memberikan rasa gurih yang
berarti. MSG aman dikonsumsi sejauh tidak berlebihan. Meski dinilai aman,
MSG hendaknya tidak diberikan bagi orang yang tengah mengalami cidera
otak karena stroke, terbentur, terluka, atau penyakit syaraf. Konsumsi MSG
menyebabkan penumpukan asam glutamat pada jaringan sel otak yang bisa
berakibat kelumpuhan. Batasan aman yang pernah dikeluarkan oleh badan
kesehatan dunia WHO (World Health Organization), asupan MSG per hari
sebaiknya sekitar 0-120 mg/kg berat badan.

BAB III
PEMBAHASAN

Asam glutamate digolongkan pada asam amino non essensial,


karena tubuh manusia sendiri dapat menghasilkan asam glutamat.

Glutamat dibuat dalam tubuh manusia dan memainkan peran esensial


dalam metabolisme. MSG mempunyai rumus kimia C5H8O4NNaH2O
(Gambar 2.1) terdiri atas Natrium sebanyak 12%, glutamate 78% dan air
10%. MSG bersifat larut dalam air (Geha, 2000), glutamat yang terdapat
dalam MSG merupakan suatu asam amino yang banyak dijumpai pada
beberapa makanan, kandungan glutamate 20% dari total asam amino pada
beberapa makanan baik bebas maupun terikat dengan peptida atau protein
(Garattini, 2000).

Gambar 2.1 Struktur Kimia MSG (Loliger, 2000)

Sementara glutamat yang terdapat di dalam MSG dan yang berasal


dari hidrolisa protein tumbuhan merupakan glutamate dalam bentuk bebas.
Konsumsi glutamat bebas akan meningkatkan kadar glutamate dalam
plasma darah (Gold, 1995). Metabolisme asam amino non esensial,
termasuk glutamat, menyebar luas di dalam jaringan tubuh. Telah
dilaporkan bahwa 57% dari asam amino yang diabsorpsi dikonversikan
menjadi urea melalui hati, 6% menjadi plasma protein, 23% absorpsi asam
amino melalui sirkulasi umum sebagai asam amino bebas, dan sisanya
14% tidak dilaporkan dan diduga disimpan sementara di dalam hati
sebagai protein hati/enzim. Menurut The Glutamat Association dari

Amerika Serikat, Juli 1976, protein yang dimakan sehari-hari mengandung


20-25% glutamat (Sukawan, 2008). MSG sendiri sebenarnya sama sekali
tidak menghasilkan rasa yang enak, bahkan sering menghadirkan rasa
yang dideskripsikan sebagai rasa pahit, dan asin. Akan tetapi ketika MSG

ditambahkan dengan konsentrasi rendah pada makanan yang sesuai maka


rasa, kenikmatan dan penerimaan terhadap makanan tersebut akan
meningkat (Halpern, 2002).
Tubuh manusia membuat sekitar 50 g glutamat bebas setiap hari.
Sebagian besar glutamate dalam makanan dengan cepat dimetabolisme
dan digunakan sebagai sumber energi. Dari sudut nutrisi, glutamate adalah
asam amino non esensial yang berarti bahwa jika diperlukan, tubuh kita
dapat membuat sendiri glutamate dari sumber protein lain. Asam glutamat
merupakan metabolit yang penting dalam metabolisme asam amino dan
merupakan sumber energi utama pada sel otot jantung. MSG ditambahkan
dengan bentuk sediaan garam sodium murni ataupun bentuk campuran
komponen asam amino yang dan peptida yang berasal dari asam atau
enzim hidrolisa protein.
Sementara itu Ohara (2008), melaporkan bahwa pemberian MSG dosis
tunggal 1 g/ kg berat badan mencit dewasa, yang diberikan secara
intraperitoneal, subkutan atau per oral selama 10 hari, 23 hari, dan 4 bulan,
akan menyebabkan kadar asam glutamate plasma naik dengan cepat
mencapai nilai maksimal dalam 10-30 menit setelah pemberian dan
kembali ke normal dalam 90 menit. Kadar puncak asam glutamate setelah
pemberian per oral nyata lebih rendah dibanding dengan intraperitoneal
atau subkutan. efek yang timbul setelah mengkonsumsi MSG. Misalnya
telah dilaporkan adanya MSG- Symptom Complex yang timbul setelah
satu jam mengkonsumsi MSG sebesar 3 g melalui makanan, terutama jika

dikonsumsi dalam kondisi perut kosong. MSG Symptom complex ditandai


dengan rasa terbakar dan kebas di belakang leher, lengan, dan dada, hangat
di wajah dan pundak, rasa nyeri di dada, sakit kepala, mual, denyut jantung
meningkat, bronchospasme (FDA, 1995).

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Monosodium glutamate (MSG) adalah hasil kombinasi ikatan garam
natrium hidroksida (sodium) dan asam glutamat (asam amino non-esensial
penyusun protein). Dimana kandungan dari MSG adalah 78% Glutamat,
12% Natrium (sodium) dan 10% air, dibuat melalui proses fermentasi
glukosa oleh bakteri brevibacterium lactofermentum menghasilkan asam
glutamat kemudian ditambah Sodium sehingga terbentuk monosodium
glutamat. Adapun efek positifnya antara lain berperan dalam metabolisme
tubuh (protein, karbohidrat dan lemak), sebagai reseptor SSP (otak) dan
sumber energi bagi absorbsi unsur nutrisi dalam darah (usus). Efek
negatifnya adalah menurunkan dan merusak fungsi syaraf (otakhipotalamus), penyebab kanker, hipersensitivitas, kerusakan retina dan
gangguan tumbang.

B. Saran
Sudah sepantasnya mulai sekarang kita bersikap bijaksana dengan
mengurangi penggunaan MSG dalam masakan anak. Karena saat itu anak
mengalami tumbang yang sangat pesat, adanya zat yang berbahaya dapat
mengganggu/menghambat proses tumbang tersebut. Oleh karena itu orang
tua sebaiknya peduli dan memperhatikan gizi dan makanan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Ridawati dan Alsuhendra, 2013. Bahan Toksik dalam makanan , PT Remaja


Rosda Karya, Bandung.
Peraturan Mentri Kesehatan, RI. No. 772/Menkes/Per/IX/88/ dengan revisi No,
1168/Menkes/Per/X/1999, Tentang Bahan Tambahan Makanan, Departemen
Kesehatan, Jakarta.
Alan Berg dan Robert J.Muscat, 2002. Faktor Gizi. PT Gramedia Pustaka Utara,
Jakarta.
http://anaa-ziiyah.blogspot.com/2012/04/makalah-hubungan-pengaruh-msgterhadap.html, diakses 5 September 2013.

http://childrenclinic.wordpress.com/2010/10/01/mitos-salah-tentang-msg-faktailmiah-msg-aman/, diakses 10 September 2013.

http://duniaveteriner.com/2009/12/mengenal-bahaya-msg-monosodium-glutamatterhadap-kesehatan-masyarakat/print, diakses 5 September 2013.


http://mencari-tau.blogspot.com/2010/01/bahaya-monosodium-glutamat-msg.
html, diakses 5 September 2013.
http://kenali-zatkimia-dalam-makanan.wordpress.com,
2013.

diakses

September

https://babyorchestra.wordpress.com/tag/pengaruh-msg-bagi-perkembanganjanin/, diakses 12 September 2013.

Nadesul, Handrawan. 2009. Artikel Bolehkah Makanan Bayi Diberi Perasa


Buatan?,(http://erniestevens.wordpress.com/2009/01/29/bolehkahmakanan-bayi-diberi-perasa/), diakses 5 September 2013.

Sediaoetama, Achmad.1989. Ilmu Gizi Jilid II. Jakarta : Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai