Anda di halaman 1dari 5

KURANGNYA ASUPAN MAKAN SEBAGAI PENYEBAB KEJADIAN

BALITA PENDEK (STUNTING)


Apri Sulistianingsih1), Desi Ari Madi Yanti2)
Program Studi D III Kebidanan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
sulistianingsih.apri@gmail.com

ABSTRACT
Inadequate food intake is one of the causes of malnutrition in young children, where the
children are not enough nutrients will have an impact on nutritional disorders like short or
stunting. Lace short nutritional disorder is higher than the age indicated chronic disorders of
growth hormone.
The aim of this study was to determine the relationship meal intake with the incidence of short
children (stunting) in RT 01 RW 01 New Peace Tanjung Bandar Lampung in 2015. The study
design was used analytic observational with cross sectional approach. The sample in this study is
a pair of mothers and children aged 2-5 years of 48 people, and the measuring instrument using a
food frequency questionare, chec sheet and microtois list.
The results were obtained There is a relationship of protein intake (ρ = 0.002), vitamin A (ρ =
0.000) and iron (ρ = 0.041) and the incidence of stunting, and there is no relationship calories (ρ
= 0.178), carbohydrates (ρ = 0.300) and zinc (ρ = 0.732) and the incidence of stunting.
Researchers recommendation is to increase the diversity of food and nutritional balance in foods
toddlers.
Keywords: Eating Intake, toddlers, short, stunting

Pendahuluan kemungkinan balita menderita gangguan


Status gizi Bayi Dibawah Lima Tahun nutrisi.4
(balita) berpengaruh yang sangat besar Nutrisi yang tidak adekuat merupakan
dalam mewujudkan sumber daya manusia salah satu penyebab gangguan gizi pada
yang berkualitas di masa yang akan datang. balita, dimana balita yang nutrisinya tidak
Status gizi berhubungan dengan kecerdasan cukup akan berdampak pada gangguan gizi
anak. Pembentukan kecerdasan pada masa seperti kependekan atau stunting. Gangguan
usia dini tergantung pada asupan zat gizi gizi kependekan merupakan rendanya tinggi
yang diterima. Semakin rendah asupan zat dibandingkan usianya yang
gizi yang diterima, semakin rendah pula mengindikasikan gangguan kronis dari
status gizi dan kesehatan anak. Gangguan hormon pertumbuhan.5
gizi pada masa bayi dan anak-anak terutama Menurut WHO (2008), jumlah penderita
pada umur kurang dari lima tahun dapat gizi balita stunting di dunia mencapai 21%
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan keadaan gizi balita pendek menjadi
jasmani dan kecerdasan anak. Pertumbuhan penyebab 2,2 juta dari seluruh penyebab
sel otak berlangsung sangat cepat dan akan kematian balita di seluruh dunia. Keadaan
berhenti atau mencapai taraf sempurna pada gizi balita kurus pada balita juga dapat
usia 4-5 tahun. Perkembangan otak yang dijumpai di Negara berkembang, termasuk
cepat hanya dapat dicapai bila anak berstatus di Indonesia.4
gizi baik.1, 2 Masalah gizi balita kurus ini menjadi
Balita merupakan salah satu kelompok tantangan semua pihak dan petugas
yang rawan gizi. Pada masa ini pelayanan kesehatan. Menurut data Riset
pertumbuhan sangat cepat diantaranya Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
pertumbuhan fisik dan perkembangan didapatkan balita dengan gizi pendek
psikomotorik, mental dan social.3 Balita sebesar 37,2%. Dari prevalensi total
mempunyai risiko yang tinggi dan harus tersebut, Indonesia mengalami kasus balita
mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin pendek yag serius. Hasil Riskesdas pada
tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi
balita tersebut maka akan semakin besar balita pendek di Provinsi Lampung justru

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 71


lebih tinggi dari angka nasional yaitu Populasi dalam penelitian ini adalah balita
42,6%.1 berusia 2-5 tahun yang berjumlah 76 orang.
Masalah gizi pada balita dapat muncul Sampel dalam penelitian ini berjumlah 48
karena beberapa faktor yaitu penyebab orang yang di ambil dengan cara simple
langsung, tidak langsung, akar masalah dan random sampling. Dalam penelitian ini
pokok masalah. Masalah gizi berawal dari adalah balita yang sehat dan ibu yang
kekurangan nutrient yang spesifik atau memperbolehkan balitanya untuk dijadikan
karena diet yang tidak adekuat atau karena responden. Penelitian ini menggunakan
komposisi proporsi makanan yang analisis chi square.
dikonsumsi tidak tepat. Penyebab langsung Hasil Penelitian
yaitu asupan makan yang kurang dan Analisis Univariat
penyakit infeksi yang diderita balita. 4 Analisis Univariat dilakukan terhadap tiap
Balita yang mendapat asupan makanan variabel penelitian. Pada analisis ini akan
yang cukup tetapi sering menderita penyakit menghasilkan distribusi frekuensi pada
infeksi misalnya diare, akhirnya dapat variabel dan disajikan dalam bentuk tabel
menderita kekurangan gizi. Sebaliknya dan teks
balita yang tidak cukup makan dapat
melemahkan daya tahan tubuhnya Tabel 1 Gambaran data balita (2-5 tahun) di
(imunitas), menurunkan nafsu makan dan Desa Tanjung Baru Kota Bandar Lampung
mudah terserang infeksi, sehingga akhirnya tahun 2015
juga dapat terjadi kekurangan gizi. 6, 7 Keteranga Mean±S Frekuen Persenta
Penyebab tidak langsung diantaranya n D si (n) se (%)
pengetahuan ibu, ketersediaan pangan, pola Umur 35,21±8
asuh, pelayanan kesehatan, dan lainnya. (bulan) ,1
Faktor tidak langsung ini saling berkaitan Tinggi 96,3±8,
dan bersumber pada akar masalah yaitu Badan 5
pendidikan, dan ekonomi keluarga.8, 9 (cm)
Pertumbuhan dan perkembangan Nilai Z- 0,56±1,
merupakan suatu hal yang perlu mendapat score dan 8
perhatian besar. Hal ini karena pada masa kejadian
tahun merupakan masa dengan pertumbuhan stunting
yang sangat pesat dan kritis. Gangguan gisi Normal 36 75
seperti balita pendek tidak hanya Stunting 12 25
berpengaruh pada tinggi fisik saja melaikan Asupan
kemampuan intelenjensi dapat berpengaruh Kalori
saat di usia kerja dan menurunkan daya Sesuai 32 66,7
saing bangsa.5, 10 AKG
Pemerintah melalui Rencana Kurang 16 33,3
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dari AKG
(RPJMN) 2010-2014 telah bertekad Asupan
menurunkan prevalensi gizi kurang dari Karbohidr
18,4% menjadi 15% dan menurunkan at
prevalensi balita pendek dan sangat pendek Sesuai 31 64,6
dari 36,8% menjadi 32% AKG
Berdasarkan studi pendahuluan di RT Kurang 17 35,4
01 desa tanjung baru kedamaian ditemukan dari AKG
setidaknya terdapat 10 balita yang termasuk Asupan
kategori pendek. 6 diantaranya memiliki Protein
asupan gizi yang tidak maksimal. Sesuai 34 70,8
Berdasarkan latar belakang tersebut maka AKG
peneliti tertarik untuk melakukan peneliti Kurang 14 29,2
bermaksud meneliti hubungan asupan dari AKG
makanan dengan kejadian stunting di RT 01 Asupan
RW 01 Desa Tanjung Baru Kedamaian Vitamin
Bandar Lampung. A
Metodologi Penelitian Sesuai 30 62,5
Desain penelitian ini adalah observasional AKG
analitik dengan pendekatan crossectional. Kurang 18 37,5

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 72


dari AKG Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa
Asupan hasil uji statistik asupan kalori memiliki
Besi nilai ρ-value 0,178 dan CI 0,677-9,992. Nilai
Sesuai 29 60,4 ini angkanya lebih besar dari alpha yang
AKG ditetapkan 0.05 yang berarti hipotesis nol
Kurang 19 39,6 diterima dan hipotesis alpha ditolak, dengan
dari AKG demikian dinyatakan bahwa tidak ada
Asupan hubungan jumlah kalori dengan kejadian
Seng stunting pada balita.
Sesuai 31 64,6 Hasil uji statistik asupan karbohidrat
AKG memiliki nilai ρ-value 0,300 dan CI 0,598-
Kurang 17 35,4 8,64. Nilai ini angkanya lebih besar dari
dari AKG alpha yang ditetapkan 0.05 yang berarti
Total 48 100% hipotesis nol diterima dan hipotesis alpha
Data Primer (2015) ditolak, dengan demikian dinyatakan bahwa
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa rata- tidak ada hubungan asupan karbohidrat
rata umur balita 35,21±8,1, dengan rata – dengan kejadian stunting pada balita.
rata tinggi badan 96,3±8,5. Berdasarkan data Hasil uji statistik asupan protein
tersebut juga diperoleh nilai rata – rata Z- memiliki nilai ρ-value 0,002 dan CI 2,262-
Score 0,56±1,8 dan balita yang mengalami 44,203. Nilai ini angkanya lebih kecil dari
stunting sebanyak 12 orang (25%). alpha yang ditetapkan 0.05 yang berarti
Berdasarkan asupan makanan sebagian besar hipotesis nol ditolak dan hipotesis alpha
balita mengkonsumsi makanan sesuai AKG. diterima, dengan demikian dinyatakan
Terlihat dari jumlah kalori (66,7%), bahwa ada hubungan asupan protein dengan
karbohidrat (64,6%), protein (70,8%), kejadian stunting pada balita. Berdasarkan
vitamin A (62,5%), besi (60,4%) dan seng nilai OR diperoleh sebesar 17,5 hal ini dapat
(64,6%). diartikan bahwa balita yang kurang asupan
vitamin A akan 17,5 kali lebih berisiko
Analisis Bivariat menderita stunting bila dibandingkan
Analisis ini digunakan untuk melihat dengan balita yang cukup asupan vitamin A.
hubungan asupan makan dengan kejadian Hasil uji statistik asupan vitamin A
balita pendek (stunting ) pada balita (2-5 memiliki nilai ρ-value 0,000 dan CI 3,167-
tahun), maka dilakukan analisis chi square 96,705. Nilai ini angkanya lebih kecil dari
dengan Cl 95% dan α =0,05 dapat dilihat alpha yang ditetapkan 0.05 yang berarti
pada tabel berikut: hipotesis nol ditolak dan hipotesis alpha
Tabel 2 diterima, dengan demikian dinyatakan
Hubungan asupan makanan (kalori, bahwa ada hubungan asupan vitamin A
karbohidrat, protein, vitamin A, Besi dan dengan kejadian stunting pada balita.
Seng) dengan kejadian stunting pada balita Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar
2-5 tahun di Desa Tanjung Baru Kota 10,00 hal ini dapat diartikan bahwa balita
Bandar Lampung Tahun 2015 yang kurang asupan protein 10 kali lebih
berisiko menderita stunting bila
Keterangan P- CI 95% Odds dibandingkan dengan balita yang cukup
value Ratio asupan vitamin A.
Asupan Kalori 0,178 0,677- 2,60 Hasil uji statistik asupan besi memiliki
9,992 nilai ρ-value 0,041 dan CI 1,128-18,324.
Asupan 0,300 0,598- 2,27 Nilai ini angkanya lebih kecil dari alpha
Karbohidrat 8,64 yang ditetapkan 0.05 yang berarti hipotesis
Asupan 0,002 2,262- 10.00 nol ditolak dan hipotesis alpha diterima,
Protein 44,203 dengan demikian dinyatakan bahwa ada
Asupan 0,000 3,167- 17,5 hubungan asupan besi dengan kejadian
Vitamin A 96,705 stunting pada balita. Berdasarkan nilai OR
Asupan Besi 0,041 1,128- 4,54 diperoleh sebesar 4,54 hal ini dapat diartikan
18,324 bahwa balita yang kurang asupan protein
Asupan Seng 0,731 0,374- 1,429 4,54 kali lebih berisiko menderita stunting
5,549 bila dibandingkan dengan balita yang cukup
Data Primer (2015) asupan besi.

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 73


Hasil uji statistik asupan besi memiliki turun dalam waktu yang sebentar dan
nilai ρ-value 0,731 dan CI 0,374-5,549. . menyebabkan gangguan gizi akut seperti
Nilai ini angkanya lebih besar dari alpha gizi kurang dan gizi buruk. Kelebihan
yang ditetapkan 0.05 yang berarti hipotesis sumber energi ini juga merupakan masalah
nol diterima dan hipotesis alpha ditolak, sendiri yang akan menyebabkan kegemukan
dengan demikian dinyatakan bahwa tidak pada balita. Hal ini sesuai dengan konsep
ada hubungan asupan seng dengan kejadian stunting yang disebabkan oleh gangguan gizi
stunting pada balita kronis yang berkepanjanga. Oleh sebab itu
Pembahasan tidak menjadi masalah apabila hasil
Stunting merupakan masalah gizi kronis penelitian menyebutkan bahwa tidak ada
yang disebabkan oleh asupan gizi yang hubungan yang signifikan kalori dan
kurang dalam waktu yang cukup lama. karbohidrat dengan kejadian stunting.13
Kondisi stunting terjadi saat masih dalam Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
janin dan akan nampak setelah balita berusia bahwa protein berhubungan dengan kejadian
2 tahun.5 stunting p-value 0,002. Hal ini sesuai
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dengan kajian teori bahwa fungsi protein
bahwa kejadian stunting di Desa Tanjung adalah sebagai zat pembangun. Seluruh
Baru sebanyak 25%, kondisi ini jauh lebih lapisan sel terdiri dari protein yang
rendah dari prevalensi nasional 37,2% dan membawa mikronutrien. Protein berfungsi
prevalensi provinsi Lampung yaitu 42,6 %. dalam menjalankan regulasi tubuh dan
Rendahnya prevalensi ini diduga, tempat pembentukan DNA baru bagi tubuh.
penelitian bukan merupakan daerah risiko Kekurangan protein dalam jangka panjang
atau endemik terjadinya stunting akan menyebabkan terganggunya regulasi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tubuh dan hormon pertumbuhan dapat
bahwa kalori, karbohidrat dan seng tidak terganggu yang dapat menyebabkan
berhungungan dengan kejadian stunting gangguan gizi seperti stunting.13
pada balita, sedangkan pada asupan protein, Sejalan dengan hasil penelitian di
vitamin A dan besi terdapat hubungan yang Sukoharjo didapatkan bahwa tingkat asupan
signifikan dengan kejadian stunting pada protein defisit pada anak SD stunting lebih
balita di desa Tanjung Baru kota Bandar besar daripada asupan anak SD non stunting.
Lampung tahun 2015. Asupan protein defisit pada anak defisit pada
Kondisi ini sesuai dengan hasil anak SD non stunting sebesar 6,3%. Asupan
penelitian di kabupaten Purwakarta dengan protein anak yang masih kurang akan
hasil uji statistik di peroleh p value = 0,007, menjadikan anak mengalami gangguan
maka dapat disimpulkan terdapat hubungan pertumbuhan yaitu anak akan tumbuh
antara asupan gizi balita dengan kejadian stunting. 14
stunting. Hasil analisis diperoleh pula nilai Hasil uji statistik didapatkan adanya
OR = 2,6 (95% CI: 1.288-5.561) artinya hubungan yang signifikan antara asupan
bahwa balita dengan asupan gizi balita vitamin A dan besi dengan kejadian
kurang mempunyai risiko 2,6 kali lebih stunting. Sejalan dengan hasil penelitian
besar terkena stunting dibanding balita Ayumi tahun 2014 yang menyebutkan
dengan asupan gizi balita baik.11 bahwa asupan besi dan vitamin A .
Makanan yang diberikan kepada balita berhubungan signifikan dengan kejadian
tidak hanya sekedar kenyang, tetapi juga stunting pada anak. Vitamin A berfungsi
haru mengandung zat gizi baik dalam pematangan sel-sel baru. Kekurangan
makronutrient dan mikronutrient yang vitamin A dapat menyebabkan fungsi
dibutuhkan oleh tubuh. Masalah gizi balita pertumbuhan terganggu yang menyebabkan
seperti stunting dapat muncul karena tinggi balita lebih rendah dari normalnya
proporsi makanan yang dikosumsi tidak (stunting). Selain itu fungsi zat besi berguna
tepat. hal ini dapat disebabkan karena daya untuk membawa oksigen dan nutrisi ke sel
beli masyarakat yang kurang atau ketidak seluruh tubuh. Bila asupan besi berkurang,
tahuan orang tua untuk memberikan gizi maka akan menyebabkan anemia defisiensi
yang seimbang bagi balita.12 besi yang berdampak pada gangguan
Sesuai dengan kajian teori bahwa kalori aktivitas dan growth hormone.15
merupakan jumlah energi yang diterima oleh Berdasarakan hasil uji statistik tidak
balita. Sumber energi dapat berupa terdapat hubungan yang signifikan asupan
karbohidrat dan lemak, kekurangan energi seng dengan kejadian stunting. Hal ini
dapat menyebabkan balita berat badannya berbeda dengan penelitian Ayumi tahun

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 74


2014 yang menyatakan bahwa asupan seng 8. Hartono P. Ilmu Gizi Korelasi,
berhubungan dengan kejadian stunting. Kesehatan dan Produktifitas Kerja.
Sumber Zn yang paling baik berasal dari Jakarta Salemba Medika; 2005.
sumber protein hewani seperti daging, hati, 9. Yasmin G, Kustiyah L, Dwiriani Cm.
kerang dan telur. Bahan sumber protein Risk Factors of Stunting among
nabati juga terdapat kandungan Zn, seperti School-Aged Children from Eight
serealia tumbuk dan kacang- kacangan Provinces in Indonesia. Pakistan
namun dalam hal ini memiliki ketersediaan Journal of Nutrition. 2014;13(10):557.
biologik rendah. Defisiensi Zn pada anak 10. Abubakar A, Uriyo J, Msuya SE, Swai
akan mempengaruhi tubuh pendek dan M, Pedersen PS. Prevalence and Risk
mengganggu metabolisme vitamin A.3 Factors for Poor Nutritional Status
Perbedaan ini mungkin dapat terjadi among Children in the Kilimanjaro
karena proses pengambilan data dan kondisi Region of Tanzania. Int J Environ Res
sampel yang kurang mereprentasikan asupan Public Health. 2012;9:13.
makanan yang mengandung seng. 11. Arifin DZ, Irdasari SY, H. S. Analisis
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Sebaran dan Faktor Risiko Stunting
kesimpulan bahwa asupan makan dapat pada Balita di Kabupaten Purwakarta
berhubungan dengan kejadian stunting. 2012. Bandung: Universitas
Oleh sebab itu sangat disarankan bagi orang Padjajaran; 2012
tua untuk memberikan makanan yang 12. Thompson B. Food-Based Approaches
beraneka ragam pada anaknya dan For Combating Iron Deficiency. In:
memberikan gizi yang seimbang bagi balita (FAO) FaAO, editor. Rome2008.
agar pertumbuhan balita dapat maksimal dan 13. Rolfes SR, Pinna K, Whitney E.
dapat mencegah terjadinya gangguan gizi Understanding Normal and Clincial
pada balita Nutrition. United Stated of America:
Thomson Wadsworth; 2006.
Daftar Pustaka 14. Ayumi C. Perbedaan Tingkat Asupan
Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro
1. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar. (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, Sd Stunting Dan Non Stunting Di
2013. Kecamatan Kartasura Kabupaten
2. SDKI. Indonesia Demographic Health Sukoharjo. Surakarta: Universitas
Survey. Jakarta: Kementrian Muhammadiyah; 2014.
Kesehatan RI, 2012. 15. Collings R, Harvey LJ, hooper L,
3. Almatsier. Gizi Seimbang Dalam Daur Hurst, Brown Tj, Ansett J. The
Kehidupan. Jakarta Gramedia Pustaka absorbtion o iron from whole diet: as
Utama; 2011. Systematic review. Am J Clin Nutr.
4. Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, 2013;98:18.
Caulfield LE, Onis MD, all e. Maternal
and child undernutrition: global and
regional exposures and health
consequences. The lancet. 2008;07:14.
5. Mca Indonesia. Stunting dan Masa
Depan Indonesia. Mca Indonesia.
2015.
6. Sulistianingsih A. Faktor - faktor yang
berhubungan dengan status gizi balita
di desa podomoro kabupaten
pringsewu tahun 2013. Jurnal STIKes
Muhammadiyah. 2012.
7. Paudel R, Pradhan B, Wagle RR,
Pahari DP, SR O. Risk Factors for
Stunting Among Children: A
Community Based Case Control Study
in Nepal. Kathmandu Univ Med J.
2012;39(3):7.

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 75

Anda mungkin juga menyukai