Radiologi Ileus
Radiologi Ileus
PENDAHULUAN
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus yang segera memerlukan pertolongan dokter. Ileus menjadi salah
satu kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, yaitu 60% - 70%
dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendisitis akut. Ileus memiliki
mortalitas tinggi jika tidak segera didiagnosis dan ditangani dalam 24 jam. Ileus
sendiri merupakan suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding
usus terganggu. Gerak peristaltik seperti gerakan kontraksi bergelombang yang
merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan baik
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan otot polos usus, system saraf
simpatis, system saraf parasimpatis, keseimbangan elektrolit, dan sebagainya.
Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.
Keduanya mempunyai perbedaan yang cukup berarti tak terkecuali dalam bidang
radiologi. Baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik mempunyai gambaran khas
yang berbeda.
Mengingat penegakan diagnosis ileus seperti pemeriksaan penunjang
terutama pemeriksaan radiologi sangat penting untuk menentukan penanganan
slanjutnya yang dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini sangat
berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh
dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya.
Karena itu, makalah mengenai ileus ini diharapkan agar para pembaca
dapat mengerti mengenai ileus baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik dan
juga perbedaan masing-masing, tak terkecuali mengenai gambaran radiologis khas
pada masing-masing ileus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi Usus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus
halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi
bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar
3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai
menjadi sekitar 2,5 cm.1
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini
agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif
lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar 25
cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan jejunum
ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada
krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan
duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum
suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah
jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum.. Jejenum terletak di region
abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di region
abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada junctura denojejunalis dan ileum
berakhir pada junctura ileocaecalis. 1
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior
abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang
dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek
melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen
sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kanan dari kiri vertebra lumbalis kedua
Tunica Serosa. Tunica serosa atau lapisan peritoneum, tak lengkap di atas
duodenum, hampir lengkap di dalam usus halus mesenterica, kekecualian
pada sebagian kecil, tempat lembaran visera dan mesenterica peritoneum
bersatu pada tepi usus.
2.
Tunica Muscularis. Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk tunica
muscularis usus halus. Ia paling tebal di dalam duodenum dan berkurang
tebalnya ke arah distal. Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan
dalamnya stratum circulare. Yang terakhir membentuk massa dinding usus.
Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan saluran limfe terletak diantara
kedua lapisan otot.
3.
Tela Submucosa. Tela submucosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terletak diantara tunica muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis
mukosa, yang terletak di bawah mukosa. Dalam ruangan ini berjalan jalinan
pembuluh darah halus dan pembuluh limfe. Di samping itu, di sini ditemukan
neuroplexus meissner.
4.
Tunica Mucosa. Tunica mucosa usus halus, kecuali pars superior duodenum,
tersusun dalam lipatan sirkular tumpang tindih yang berinterdigitasi secara
transversa. Masing-masing lipatan ini ditutup dengan tonjolan, villi..
Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat menambah luas
2.
3.
hanyalah sekitar 2.00 cm. Valvula koniventes, vili dan mikrovili bersama-sama
menambah luas permukaan absorpsi sampai 2 juta cm, yaitu menigkat seribu kali
lipat.
Usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti juga bagian usus
lainnya. Akan tetapi, ada beberapa gambaran yang khas pada usus besar saja.
Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga
pita yang dinamakan taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, dengan
demikian rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang
taenia lebih pendek daripada usus, hal ini menyebabkan usus tertarik dan berkerut
membentuk kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan melekat di
sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan
mukosa usus halus dan tidak mengandung villi atau rugae. Kriptus lieberkn
(kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet
daripada usus halus.
II.1.2 Vaskularisasi
Pada usus halus, arteri mesentericus superior dicabangkan dari aorta tepat
di bawah arteri seliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum
yang sebagian atas duodenum adalah arteri pancreotico duodenalis superior, suatu
cabang
arteri
gastroduoodenalis.
Sedangkan
separoh
bawah
duodenum
dan akhirnya
mesentericus superior.2
Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe
yang terletak di sepanjang perjalanan arteri vena kolika. Untuk kolon ascendens
dan dua pertiga dari kolon transversum cairan limfenya akan masuk ke nodi
limphatici mesentericus superior, sedangkan yang berasal dari sepertiga distal
kolon transversum dan kolon descendens akan masuk ke nodi limphatici
mesentericus inferior.2
II.1.4 Persarafan Usus
Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus)
dari pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk
jejenum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)
dari pleksus mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis merangasang
aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat
pergerakan usus. Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri,
sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf
intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach
yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan
submukosa. 2,3
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan
perkecualian sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum,
appendiks dan kolon ascendens dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan
parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf mesentericus superior. Pada kolon
transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis
nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior dan
inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal
kolon transversum; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus
pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis
dari pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf parasimpatis nervus pelvikus.
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta
10
lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino)
melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sesl-sel
tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat
berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian kurang
dimengerti. 3
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrodrolisa oleh enzim lipase
pancreas, hasilnya bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel
kemudian memasuki membran sel secara pasif dengan difusif, kemudian
mengalami disagregasi, melepaskan garam empedu yang kembali ke dalam lumen
usus dan asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk
kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan
apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki
lakteal. Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke
vena porta. Garam empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam
ileum distalis. Dari kumpulan 5 gram garam empedu yang memasuki kantung
empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali
dalam 24 jam. 3
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses
proteolisis. Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh
enterokinase menjadi tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan
proses pencernaan protein, menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu
peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk
diabsorpsi. 3
Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati
menjadi maltosa (atau isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian
11
disakarida ini, bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa,
dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim
laktase, sukrase, maltase, dan isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak di
dalam mikrovili brush border sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi
monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka
berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa,
galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera disbsorpsi ke dalam darah porta. 3
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan
duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi.
Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif.
Natrium dan khlorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut organik atau
secara transport aktif. Bikarbonat diabsorpsi secara pertukaran natrium/hidrogen.
Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum dan jejenum,
dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium diabsorpsi
secara difusi pasif. 3
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi
air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung. 3
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek
serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500
ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal.
Kapasitas sekitar 5 liter/hari. 3
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon
kanan, meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling
umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh
antikolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan
pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0
12
cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali
sehari, terjadi dengan defekasi.3
Sepertiga berat feses kering adalah bakterri; 10-10/gram. Anaerob >
aerob. Bakteroides paling umum, Escherichia coli berikutnya. Sumber penting
vitamin K. Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi
intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri
membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna.
Normalnya 600 ml/hari.3
Fungsi motorik pada saluran pencernaan tergantung pada kontraksi sel otot
polos dan integrasi dan modulasi oleh saraf enterik dan ekstrinsik. Kontraksi yang
terjadi sepanjang saluran pencernaan dikendalikan oleh myogenic, mekanisme
saraf dan kimia. Kekacauan mekanisme yang mengatur fungsi motorik
pencernaan ini dapat menyebabkan motilitas usus berubah. 3
Modulator motilitas gastrointestinal meliputi sistem saraf pusat (SSP),
saraf otonom, dan sistem saraf enterik (ENS). ENS merupakan cabang bebas dari
sistem saraf perifer, terdiri dari sekitar 100 juta neuron dibagi dalam dua pleksus
ganglion (Gambar 22-2). Pleksus myenteric yang lebih besar, juga dikenal sebagai
pleksus Auerbach, terletak di antara lapisan otot longitudinal dan sirkular dari
externa muskularis; pleksus ini berisi neuron yang bertanggung jawab atas
motilitas gastrointestinal dan regulasi output enzimatik dari organ-organ yang
berdekatan. Pleksus submukosa yang lebih kecil disebut sebagai pleksus
Meissner's. ENS berhubungan langsung dengan usus sel otot polos, tetapi juga
memainkan peran penting dalam fungsi aferen visceral.3
Myogenic mekanisme kontrol termasuk faktor yang terlibat dalam
mengatur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh sel otot polos pada saluran
pencernaan. Sebuah komponen penting dari sistem kontrol myogenic adalah
kegiatan pacu listrik yang berasal dari sel-sel interstisial dari Cajal (ICC). ICC
membentuk sistem alat pacu jantung nonneural terletak di antara lapisan otot
sirkuler dan longitudinal dari usus kecil. Gelombang lambat dari usus kecil,
biasanya disebut sebagai aktivitas kontrol listrik (ECA) dan potensi perintis (PP),
berasal dari jaringan ICC berhubungan dengan pleksus Auerbach. Selain
13
14
II.3 Ileus
Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalannya
makanan) di usus yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus dibagi
mwnjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.4
II.3.1 Ileus Obstruktif
Definisi
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu.Ileus obstruktif disebut juga ileus
mekanik.4
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstruktif dibedakan atas:4,5
Letak tinggi: duodenum sampai jejunum
Letak rendah: kolon sigmoid rectum
Obstruksi letak tinggi dan letak rendah di batasi oleh iliocecal junction
Berdasarkan stadiumnya, ileus obstruktif dibedakan atas:4,5
Etiologi
Ileus obstruktif disebabkan oleh berbagai hal:
a. Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat adanya peritonitis setempat atau
umum. Adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal
maupun multiple, mungkin setempat maupun luas.7
b. Hernia
15
16
Patofisiologi
17
peritoneum
Pelepasan bakteri
dan Toksin dari
Usus yang
Nekrotik
Peritonitis
Septikemia
Ileus paralitik atau adynamic ileus atau keadaan dimana usus gagal, tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik
ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit
primer, seperti tindakan operasi yang berhubungan dengan rongga perut, toksin
dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Ileus
paralitik merupakan kondisi dimana terjadi kegagalan neurogenik atau hilangnya
peristaltic usus tanpa adanya obstruksi mekanik.6
Ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara akibat suplai
saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak
mampu mendorong isi sepanjang usus, contohnya amiloidosis, distrofi otot,
gangguan endokrin, seperti diabetes militus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson.6
Ileus paralitik terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa
adanya obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal
untuk mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi
menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam usus. 6
Klasifikasi
Berdasarkan Klasifikasinya Ileus paralitik terbagi men jadi dua, yaitu:
1. Ileus Paralitik Generalisata
a. Dilatasi usus halus dan usus besar
b. Gambaran air fluid level yang panjang
c. Biasa hanya pada pasien post operasi
2. Ileus Paralitik Lokalisata
a. Dilatasi persisten hanya pada usus 1-2 loop dari usus halus atau
usus besar
b. Terdapat gas di rektum atau sigmoid
Etiologi
18
Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada proses intraabdominal seperti
pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis,
pankreatitis, perdarahan), sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan
yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis,
dan ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia,
hipofosfatemia) dan obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid,
antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus halus biasanya pertama
kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam) dan kolon
(48-72 jam).8
Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya
obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk
mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan
akumulasi gas dan cairan dalam usus. 8
Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah
keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan
konsekuensi yang diharapkan dari pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali
normal spontan dalam 2-3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali normal. Ileus
yang berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus
adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi setelah operasi
intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan retroperitoneal
dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat terjadi setelah
pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka waktu yang
lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka. 7,8
Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan
ileus merasa tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi
paru. Ileus juga meningkatkan katabolisme karena gizi buruk. Secara keseluruhan,
ileus meningkatkan biaya perawatan medis karena memperpanjang rawat inap di
rumah sakit.7,8
19
A. Trauma abdomen
B. Pembedahan perut (laparatomy)
C. Serum elektrolit abnormalitas
1. Hipokalemia
2. Hiponatremia
3. Hipomagnesemia
4. Hipermagensemia
D. Infeksi, inflamasi atau iritasi (empedu, darah)
1. Intrathorak
1. Pneumonia
2. Lower lobus tulang rusuk patah
3. Infark miokard
2. Intrapelvic (misalnya penyakit radang panggul )
3. Rongga perut
1. Radang usus buntu
2. Divertikulitis
3. Nefrolisiasis
4. Kolesistitis
5. Pankreatitis
6. Perforasi ulkus duodenum
E. Iskemia usus (Mesenterika emboli, trombosis iskemia)
F. Cedera tulang (Patah tulang rusuk atau Vertebral Retak misalnya kompresi
lumbalis Retak )
G. Pengobatan
1. Narkotika
2. Fenotiazin
3. Diltiazem atau verapamil
4. Clozapine
5. Obat Anticholinergic
Selain itu dapat disebabkan juga akibat neurogenik yang merupkan refleks
inhibisi dari saraf afferent berupa incisi pada kulit dan usus pada operasi
abdominal atau refleks inhibisi dari saraf efferent yang menghambat pelepasan
20
neurotransmitter asetilkolin.7,8
Begitu pula dengan adanya hubungan hormonal. Dalam hal ini,
kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum
terutama sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam lemak
dan monogliserida di dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek yang kuat
dalam meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi mengeluarkan empedu
kedalam usus halus dimana empedu kemudian memainkan peranan penting dalam
mengemulsikan substansi lemak sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi.
Kolesistokinin juga menghambat motilitas lambung secara sedang. Oleh karena
itu disaat bersamaan dimana hormon ini menyebabkan pengosongan kandung
empedu, hormon ini juga menghambat pengosongan makanan dari lambung untuk
memberi waktu yang adekuat supaya terjadi pencernaan lemak di traktus
gastrointestinal bagian atas.7
Hormon lainnya seperti sekretin dan peptide penghambat asam lambung
juga memiliki fungsi yang sama seperti kolesistokinin namun sekretin berperan
sebagai respons dari getah asam lambung dan petida penghambat asam lambung
sebagai respons terhadap asam lemak dan asam amino.
Penyebab dari Inflamasi dipengaruhi oleh makrofag yang melepaskan
proinflammatory cytokines (NO). Serta, prostaglandin inhibisi yang menyebabkan
kontraksi otot polos usus.7
Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki kemiripan
setelah terjadinya obstruksi, tanpa memandang penyebab obstruksi tersebut
apakah karena penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan yang tampak adalah
bila ileus tersebut disebabkan oleh penyebab non mekanik maka peristaltik usus
dihambat dari permulaan, sedangkan pada ileus karena penyebab mekanik maka
peristaltik mula-mula kuat kemudian bertambah pelan sampai akhirnya hilang.7
Semua etiologi ileus menyebabkan usus di bagian distal kolaps, sementara
bagian proksimal berdilatasi. Usus yang tersumbat awalnya berperistaltik lebih
keras sebagai usaha alamiah dan akhirnya pasase usus jadi melemah dan hilang.
Usus yang berdilatasi menampung cairan dan gas yang merupakan hasil
akumulasi cairan dan gas yang menyebabkan distensi usus. Distensi usus tidak
21
hanya pada daerah sumbatan tapi dapat menjalar ke daerah proksimal. Distensi
yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah
berkurang (iskemik) dan dapat terjadi perforasi.7
Usaha usus untuk berperistaltik disaat adanya sumbatan menghasilkan
nyeri kolik abdomen dan penumpukan kuman dalam usus merangsang muntah.
Pada obstruksi usus dengan stranguasi, terdapat penjepitan yang menyebabkan
gangguan peredaran darah sehingga terjadi iskemia, nekrosis kemudian gangren.
Gangren ini kemudian menyebabkan tanda toksis yang terjadi pada sepsis yaitu
takikardia, syok septik dengan leukositosis.7
Manifestasi Klinis
Gambaran klinik untuk obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak
tergantung kepada penyebab obstruksinya. Hanya pada keadaan strangulasi, nyeri
biasanya lebih hebat dan menetap.8
Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri abdomen
yang bersifat kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak
adanya flatus. Rasa nyeri perut dirasakan seperti menusuk-nusuk atau rasa mulas
yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat datang serangan, biasanya
disertai perasaan perut yang melilit.8
Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan
muntah yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah biasanya timbul
sesudah distensi usus yang jelas sekali, muntah tidak proyektil dan berbau
feculent, warna cairan muntah kecoklatan.8
Ileus obstruktif
22
Nyeri
Darm contour
Darm steifung
Bunyi bising usus
Rectal toucher
Kontinu
+
menghilang
terowongan
Kolik
+
+
Meningkat
Kolaps
Sedangkan pada ileus paralitik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya
gerakan usus yang disebabkan oleh penghambatan neuromuscular dengan aktifitas
simpatik yang berlebihan. Sangat umum, terjadi setelah semua prosedur abdomen,
gerakan usus akan kembali normal pada: usus kecil 24 jam, lambung 48 jam,
kolon 3-5 hari.8
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung ( abdominal
distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula
tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan
keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai
keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal.8
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi
timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar
sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada
perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas
negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang
ditemukan adalah gambaran peritonitis.8
Patofisiologi
Ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya sistem saraf
simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus gastrointestinal.
Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: yaitu dengan tahap
melalui pengaruh langsung norepineprin pada otot polos dan pada tahap melalui
pengaruh inhibitorik dari noreepineprin pada neuron-neuron sistem saraf enterik.
perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan
makanan melalui traktus gastrointestinal. 7
Gambaran Radiologi
23
pelembungan (bulging).
- Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.
- Kontur ginjal kanan dan kiri.
- Gambaran udara usus :
Normal
Pelebaran lambung, usus halus, kolon
Penyebaran dari usus usus yang melebar
Keadaan dinding usus
Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
b) Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)
- Gambaran udara bebas di bawah diafragma
c) Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)
- Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya
antara hati dengan dinding abdomen.9
Foto polos abdomen
adanya obstruksi usus, dengan adanya pelebaran loop, dilatasi lambung dan
24
duodenum, dengan atau tanpa gas usus serta batas antara udara dengan cairan (airfluid level). 5,9
Foto dengan kontras dapat menunjukan adanya obstruksi, baik bagian
proksimal maupun distal. Malrotasi dengan volvulus midgut patut dicurigai bila
duodenojejunal junction berada di lokasi yang tidak normal atau ditunjukan
dengan letak akhir dari kontras berada. Foto dengan kontras juga dapat
menunjukan obstruksi bagian bawah, dilakukan juga pada pasien dengan gejala
bilious vomiting untuk mencurigai adanya penyakit Hirschsprung, meconium plug
syndrome dan atresia.5,9
Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan
hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan
radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada
obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya
pada masa pra-bedah.5,9
25
26
Foto 3. Gambaran Air fluid level yang panjang pada kasus ileus.
Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Penebalan dinding
usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
28
membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan
gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen.
Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti
tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam
usus halus yang terdistensi dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon.10
29
Semilunar
shadow
Foto 5. Gambaran free air berupa semilunar shadow pada perforasi akibat ileus
Ileus Paralitik Generalisata
Foto 6. Pasien pasca-bedah dua hari setelah hemikolektomi kanan. Ileus paralitik
generalisata tanpa tanda-tanda obstruksi atau udara bebas intraperitoneal
30
Foto 7. Single x-ray (kiri) menunjukkan loop usus kecil melebar (sentinel loop).
USG (kanan) menunjukkan ileus fokus dengan perubahan inflamasi dalam
kaitannya dengan apendisitis akut.
Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster
sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi
tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek
yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus
halus dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon.9,10
2. CT - Scan
CT- Scan (Computed Tomograhy Scan) merupakan metode body imaging
dimana sinar X yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur
jumlah sinar x yang diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya.
Komputer akan segera menganalisa data dan mengumpulkan dalam bentuk
potongan cross sectional. Foto ini juga dapat disimpan, diperbesar maupun di
cetak dalam bentuk film. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto
31
Foto 8. CT-Scan menunjukan gambaran dilatasi usus dengan Air fluid level.
32
33
Foto 10. CT Scan menunjukan gambaran khas The Whirl Sign (panah);
Volvulus intestinal (kanan) dan Volvulus Midgut (kiri).
Diagnosis ini jarang ditegakkan melalui gejala klinis, 50% ditegakan
melalui gambaran radiologi dengan karakteristik coffe bean atau tear drop
(bascule) appearances. Foto dengan kontras barium beresiko terjadi perforasi
karena agar kontras barium mencapai kolon bagian kanan, insuflasi yang ekstensif
diperlukan. Namun jika diagnosis belum dapat dipastikan dari foto, kontras water
soluble dapat dimasukan melalui kolonoskopi. Laparotomi juga dapat dilakukan
Foto 11. Coffee bean appearance; gambaran di tengah bawah abdomen terlihat
dilatasi usus; khas pada volvulus sekum dan sigmoid.
Berdasarkan penelitian, volvulus sigmoid paling sering terjadi diantara
volvulus lainnya. Volvulus sigmoid ditegakan melalui gambaran radiologi foto
polos abdomen dimana menggambarkan karakteristik "omega" atau "inverted
loop". Pada kasus yang meragukan, foto dengan kontras dapat menunjukan
34
Foto 12. Birds Beak appearance; foto kontras khaspada volvulus sigmoid dan
sekum.
Diagnosis banding
Masalah yang perlu dipertimbangkan umum untuk ileus adalah pseudoobstruksi, juga disebut sebagai sindrom Ogilvie, dan obstruksi usus mekanik.
Pseudo-obstruksi didefinisikan sebagai penyakit akut, ditanda dengan distensii
dari usus besar. Seperti ileus, itu terjadi didefinisikan karena tidak adanya
gangguan mekanik. Beberapa teks dan artikel cenderung menggunakan ileus
sinonim dengan pseudo-obstruksi. Namun, kedua kondisi itu adalah hal yang
berbeda. Pseudo-obstruksi ini jelas terbatas pada usus besar saja, sedangkan ileus
melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Usus besar kanan terlibat dalam klasik
pseudo-obstruksi, yang biasanya terjadi pada pasien yang terbaring lama di tempat
tidur dengan gambaran penyakit ekstraintestinal serius atau pada pasien trauma.
Agen farmakologis, aerophagia, sepsis, dan perbedaan elektrolit juga dapat
berkontribusi untuk kondisi ini. 12,13
Kondisi kronis pada pseudo-obstruksi usus juga diamati pada pasien
dengan penyakit kolagen-vaskular, miopati viseral, atau neuropati. Bentuk kronis
35
dari pseudo-obstruksi melibatkan dismotilitas baik dari usus besar dan kecil.
Dismotilitas ini disebabkan hilangnya kompleks motorik yang berpindah dan
bakteri berlebih. semua hal ini bermanifestai klinik sebagai obstruksi usus
kecil.13,14
Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan tanda perut kembung tanpa rasa
sakit, namun pasien bisa juga mempunyai gejala mirip obstruksi. Radiografi dari
foto polos abdomen mengungkapkan adanya keadaan yang terisolasi, dilatasi usus
proksimal yang membesar, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah, dan
pencitraan kontras membedakan ini dari obstruksi mekanik.14
36
usus. Dekompresi melalui kolonoskopi cukup efektif dalam mengurangi pseudoobstruksi. Neostigmine intravena mungkin juga efektif, menghasilkan perbaikan
pseudo-obstruksi dalam waktu 10-30 menit. Dosis 2,5 mg dari neostigmine
diinfuskan perlahan-lahan selama 3 menit dengan pengawasan jantung untuk
mengamati
Laparotomi dan reseksi usus untuk peritonitis dan iskemia merupakan jalan
terakhir. Selain itu, Obstruksi mekanik usus juga dapat dijadikan diagnosis
banding. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh adhesi, volvulus , hernia,
intususepsi , benda asing, atau neoplasma. Pasien datang dengan nyeri kram perut
berat yang paroksismal. Pemeriksaan fisik ditemukan borborygmi bertepatan
dengan kram perut. Pada pasien yang kurus, gelombang peristaltik dapat
divisualisasikan. Dengan auskultasi dapat terdengar suara bernada tinggi, denting
suara bersamaan dengan aliran peristaltic. Jika obstruksi total, pasien
mengeluhkan tidak bisa BAB. Muntah mungkin terjadi tapi bisa juga tidak jika
katup ileocecal kompeten dalam mencegah refluks. Tanda peritoneal terlihat nyata
jika pasien mengalami strangulasi dan perforasi. Menegakkan diagnosis dari
obstruksi usus mekanik dapat dibantu dengan pencitraan endoskopi menggunakan
kontras.15,16
37
Foto 14. Obstruksi mekanik usus disebabkan oleh karsinoma kolon kiri.
Perhatikan tidak adanya gas usus sepanjang usus besar.
Tabel 1. Berikut menyajikan perbedaan antara ileus, pseudo-obstruksi, dan
obstruksi mekanis.16
Gejala
Ileus
sakit
Pseudo-obstruksi
perut, nyeri
kram
kembung,
mual, konstipasi,
muntah, konstipasi
Mekanikal Obstruksi
perut,
nyeri kram perut,
mual,
muntah,
anoreksia
Temuan
Silent
abdomen, Borborygmi,
Pemeriksa
kembung, timpani
an Fisik
gelombang
timpani, Borborygmi,
peristaltik, timpani, gelombang
bising
hipoaktif,
distensi,
nyeri terlokalisasi
Gambaran
Radiografi
dan
besar, terlokalisir,
diafragma
diafragma ladder
meninggi
pattern,
berkurangnya
meninggi
kolon
di
gas
distal,
diafragma
agak
Jenis Ileus
Nyeri Usus
Distensi
Muntah
Bising Usus
Ket. Abdomen
Obstruksi
++
+++
Meningkat
+++
Meningkat
tinggi
(kolik)
Obstruksi
+++
38
rendah
(Kolik)
Lambat,
fekal
Obstruksi
++++
++
+++
Tak tentu
strangulasi
(terus-
biasanya
menerus,
meningkat
terlokalisir)
Paralitik
++++
Menurun
Oklusi
+++++
+++
+++
Menurun
vaskuler
Tatalaksana
Ileus obstruksi
Pengelolaan ileus obstruktif adalah sebagai berikut:6
Ileus paralitik
Pengelolaan ileus paralitik adalah dengan konservatif. Tindakannya berupa
dekompresi dengan pipa nasogastrik, menjaga cairan dan elektrolit,
mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang
adekuat.6,16
Prognosis
Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada penyebab ileus itu
sendiri.Prognosis memburuk pada kasus-kasus tetentu dimana kematian jaringan
39
usus terjadi, operasi menjadi perlu untuk membuang jaringan nekrotik. Bila
penyebab primer dari ileus cepat tertangani maka prognosis menjadi lebih baik.
BAB III
PENUTUP
40
DAFTAR PUSTAKA
41
42