Anda di halaman 1dari 5

II.

TERAPI
A. Tujuan Terapi
Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau
menghilangkan mual dan muntah; dan seharusnya tanpa timbulnya efek
samping atau efek yang tidak dikehendaki secara klinis.
B. Prinsip Umum
Sebagian besar mual dan muntah dapat sembuh sendiri, secara
spontan membaik, dan hanya memerlukan terapi simptomatik.
Terapi antiemetic diindikasikan untuk pasien dengan gangguan
elektrolit akibat sekunder dari muntah, anoreksia berat atau hilangnya
berat badan, atau mungkin parahnya penyakit karena tidak mau
meneruskan terapi atau buruknya nutrisi.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan konsumsi


makanan dan minuman, dianjurkan menghindari masuknya
makanan.
Intervensi non farmakologi deklasifikasikan sebagai intervensi
perilaku termasuk relaksasi, biofeedback, self-hypnosis, distraksi
kognitif dan desensitisasi sistematik.
Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik.

TERAPI FARMAKOLOGI

Obat antiemetic bebas dan dengan resep paling umum


direkomendasikan untuk mengobati mual dan muntah. Untuk
pasien dapat mematuhi pemberian dosis oral, obat yang sesuai
dan efektif dapat dipilih terapi karena beberapa pasien tidak dapat
menggunakan obat oral, obat oral tidak sesuai. Pada pasien
tersebut disarankan penggunaan obat secara rectal atau
perenteral.
Untuk sebagian besar kondisi, dianjurkan antiemetic tunggal; tetapi
bila pasien tidak memberi respon pada pasien yang mendapat
kemoterapi emetonik kuat, biasanya dibutuhkan regimen multi
obat.
Terapi mual muntah simple biasanya membutuhkan terapi minimal.
Obat bebas atau resep berguna pada terapi ini pada dosis lazim
efektif yang rendah.
Penanganan mual muntah yang kompleks membutuhkan terapi
obat yang bekerja kuat, mungkin lebih dari satu obat emetic.

ANTASID

Antasid OTC tunggal atau kombinasi, terutama yang


mengandung magnesium hidroksida, aluminium hidroksida, dan
atau kalsium karbonat mungkin memberikan perbaikan yang
cukup pada mual muntah, terutama lewat penetralan asam
lambung.
Dosis umum adalah satu atau lebih dosis kecil antacid tunggal
atau kombinasi.

ANTIHISTAMIN, ANTIKOLINERGIK

Anatagonis H2 : simetidin, famotidin, nizatidin, ranitidine,


mungkin dapat digunakan pada dosis rendah untuk mual
muntah simple yang berkaitan dengan heartburn.
Antihistamin dan antikolinergik mungkin cocok untuk terapi
simptomatis simple.
Reaksi yang tidak diinginkan termasuk mengantuk, bingung,
pandangan kabur, mulut kering, retensi urin, pada orang tua
mungkin takikardia.

FENOTIAZIN

Obat ini berguna untuk pasien dengan mual ringan atau


yang mendapat kemoterapi ringan
Pemberian rectal lebih disarankan nila parenteral tidak
praktis dan oral tidak dapat diterima
Pada beberapa pasien, dosis rendah tidak efektif, sedangkan
dosis tinggi fenotiazin mungkin menyebabkan resiko
Yang dapat terjadi : reaksi ekstrapiramidal, reaksi
hipersensitivitas, disfungsi hati, aplasia sumsum tulang, dan
sedasi berlebihan

KORTIKOSTEROID

Kortikosteroid sukses untuk menangani mual muntah karena


kemoterapi dan setelah oprasi dengan sedikit problem
Reaksi yang tidak diinginkan : perubahan mood cari cemas
sampai eforia, sakit kepala, rasa metal dimulut, perut tidak
nyaman, hiperglekima

METOKLOPRAMID

Metoklopramid meningkatkan tonus sfringter esophagus,


membantu pengosongan lambung dan meningkatkan
perpindahan usus halus, kemungkinan lewat penglepasan
asetilkolin

Karena efek samping (efek ekstra pyramidal) pemberian IV


difenhidramin 25-50mg harus diberikan pencegahan atau
antisipasi efek tersebut

RESEPTOR PENGHAMBAT SEROTONIN SELEKTIF/SELECTIVE


SEROTONIN RESEPTOR INHIBITOR (SSRI)

Ondansetron, granisetron, dolasetron, palonosetron


Mekanisme kerja SSRI menghambat reseptor serotonin
pre sinap di saraf sensoris vagus disaluran cerna

KEMOTERAPI MEMICU TERJADINYA MUAL MUNTAH/CHEMOTERAPY


INDUCED NAUSEA-VOMITING (CINV)

Potensi kemoterapi sebagai emetogenik (table 27,2)


menentukan pilihan antiemetic untuk pencegahan mual
muntah
Pasien yang menerima terapi regimen tingkat 2 dapat
mengguankan deksametason 8-20mg, IV atau oral
sebagai pencegah mual muntah. Proklorperazin 10mg. IV
atau oral juga bias digunakna pada orang deawasa
sebagai pilihan
Pasien anak atau dewasa yang menerima terapi tingkat 35 harus menggunakan kombinasi deksametason dan SSRI
Ondansetron dapat diberikan secara IV 30 menit sebelum
kemoterapi. Harus digunakan dosis efektif terkecil 832mg. Terapi oral disarankan 8-24mg, 30 menit sebelum
kemoterapi
Pada dewasa dan anak diatas 2 tahun, granisetron dapat
diberikan secara infuse IV 10mcg/kgBB selamat 5menit,
30menit sebelum diberikan kemoterapi, hanya pada
pemberian kemoterapi. Pada dewasa dapat diberikan
granisetron 1-2mg per oral
Solasetron dapar diberikan dalam dosis tunggal 1,8mg/kg
pada orang dewasa atau dalam dosis tetap 100mg IV
dalam 30 detik atau infuse (diencerkan) 15 menit. Untuk
anak umur 2-6 tahun dolasetron dapat diberikan dengan
dosis sama
Aprepitan, reseptor antagonis senyawa P/NK1 dikombinasi
dengan SSRI dan kortikosteroid per oral (125mg hari dan
80mg hari ke-2 dan ke-3) menunjukkan efektivitas akut
pada pengendalian mual muntah akibat regimen dasar
sisplatin dosis tinggi

Pilihan lain untuk mencegah mual muntah sebelum


kemoterapi adalah palonestron 0,25mg IV selama 30
detik, 30 menit sebelum kemoterapi
Pasien-pasien yang mengalami mual muntah selain
mendapat terapi profilaksis juga diberikan proklorperazin,
lorazepam, atau kortikosteroid sebagai terapi gejala.
Lorazepan, klorpromazin dan kortikosteroid
direkomendasikan untuk pasien anak. SSRI tidak lebih
unggul dari terapi antiemetic konvensional untuk terapi
gejala sesudah kemoterapi.
Deksametason, metoklorpiramid atau SSRI di
rekomendasikan untuk emesis post kemoterapi yang
muncul terlambaT
BENZODIAZEPIN
Benzodiazepine terutama lorazepam, terapi alternative
terbaik untuk mengantisipasi mual muntah akibat
kemoterapi. Dosis regimen satu dosis satu malam
sebelum kemoterapi dan dosis ganda pada setiap
terapi kemoterapi.
Mual-Muntah Sesudah Operasi

Dengan atau tanpa terapi antiemetic, metode non


farmakologi (mengatur gerakan, perhatian pada
pemberian cairan, dan pengendalian nyeri) dapat
efektif menurunkan emesis sesudah operasi
Antagonis serotonin selektif efektif untuk mencegah
mual muntah sesudah operasi, taoi biayanya lebih
tinggi disbanding antiemetic lainnya

Mual-Muntah Akibat Radiasi

Pasien yang menerima radiasi hemibodi atau radiasi dosis


tinggi tunggal pada daerah perut atas harus menerima
terapi profilkasis granisetron 2mg atau ondansetron 8mg.
Emesis Karena Gangguan Keseimbangan
Emesis karena gangguan keseimbangan efektif diatasi
dengan antihistamin-antikolinergik terutama skopolamin
transdermal
Antihistamin atau antikolinergik nampaknya tidak cukup
bermanfaat untuk motion sickness.
Antiemetic Selama Kehamilan
Obat yang umum digunakan adalah fenotiazin
(proklorperazin, prometazin). Antihistamin-antikolinergik

(dimenhidrinat, meklizin, skopolamin), metoklopramid,


dan piridoksin
Efikasi antiemetic dipertanyakan, sementara pengendalian
cara lain seperti pengaturan cairan dan elektrolit,
suplemen vitamin dan bantuan penurunan keluhan
psikomatis, lebih direkomendasikan.
Pertimbangan teratogenik sangat diperhatikan dan factor
penentu pilihan obat. Dimenhidrinat, dipenhidramin,
doksilamin, hidroksizin, dan meklizin, adalah obat yang
tidak teratogenik.

Anda mungkin juga menyukai