Anda di halaman 1dari 7

Studi Koordinasi Proteksi Sistem

Pembangkit UP GRESIK (PLTG dan PLTU)


Rifgy Said Bamatraf; Margo Pujiantara, Dedet Chandra Riawan
Jurusan Teknik Elektro FTI ITS
PLTU 2 100 MW dibangun pada tahun 1981 sedangkan
PLTU 2 200 dibangun pada tahun 1987. Jadi umur
pembangkit PLTG #1 dan #2 yaitu 35 tahun sedangkan
PLTU #1 dan #2 berumur 30 tahun dan #3 dan #4 berumur
24 tahun. Sejak dibangun sampai saat ini sistem proteksi
listrik pembangkit PLTU dan PLTG belum pernah di studi
ulang apakah kelayakannya masih terjamin, dengan usia
yang sudah lebih dari 20 tahun serta pertumbuhan
pembangkit disekitarnya maka evaluasi terhadap sistem
proteksi di PLTU dan PLTG mutlak diperlukan untuk
menjamin keandalan dari sistem pembangkit secara
keseluruhan. Untuk itu, dipandang perlu untuk
melaksanakan Studi Koordinasi Proteksi Sistem Unit
Pembangkit Gresik, untuk memperoleh rekomendasi setting
dan kelengkapan peralatan pengaman pada unit pembangkit
sehingga dapat mencapai keandalan serta stabilitas yang
layak.

Abstrak - Proteksi terhadap sistem kelistrikan serta


peralatannya adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam
industri. Sistem proteksi berperan penting dalam
mendeteksi adanya gangguan dan dapat mencegah
kerusakan yang diakibatkan gangguan. Koordinasi sistem
proteksi yang baik akan mengisolasi daerah gangguan dan
mencegah pemadaman di daerah lain. Hal ini dapat
meningkatkan keandalan sistem dengan menjaga
kontinyuitas suplai pada beban. Untuk menjaga dan
meningkatkan performa sistem proteksi perlu dilakukan
suatu studi terhadap koordinasi rele pengaman yang
terpasang. Tugas Akhir ini bertujuan untuk menyajikan
analisis terhadap koordinasi rele pengaman pada Unit
Pembangkit PLTU dan PLTG PT.PJB GRESIK. Dari dua
tipikal koordinasi yang dianalisis dapat diketahui bahwa ada
beberapa kesalahan koordinasi pada setelan (setting) pickup dan time delay. Dari hasil analisis dalam tugas akhir ini,
direkomendasikan melengkapi peralatan pengaman
khususnya pada pengaman generator, penyetelan ulang rele,
dan penggantian sistem pentanahan menggunakan sistem
pentanahan dengan impedansi (NGR).

II . Sistem Kelistrikan dan Evaluasi Peralatan Pengaman


PLTG dan PLTU
Sistem kelistrikan di PT PJP UP Gresik dibagi
kedalam dua blok, yaitu blok PLTU dan PLTG. Blok PLTU
terdiri atas 4 pembangkit yaitu, pembangkit #1 dan #2
dengan kapasitas 100 MW dan pembangkit #3 dan #4
dengan kapasitas 200 MW. Blok PLTG hanya memiliki dua
pembangkit yaitu, pembangkit #1 dan #2 26 MW. Gambar
di bawah ini akan menunjukkan single line diagram dari
masing-masing blok.

Kata Kunci Koordinasi, rele pengaman generator,


gangguan
I . Pendahuluan
Dalam upaya melayani kebutuhan masyarakat Unit
Pembangkit Gresik mengoperasikan PLTG 2 26 ,
PLTU 2 100 dan 2 200 . PLTG dibangun
pada tahun 1976.

Gambar 1. Single Line Diagram PLTG

Gambar 2. Single Line Diagram PLTU


Lanjutan Tabel 1. Perbandingan Peralatan Pengaman PLTU
dengan Standar IEEE

Sistem pengaman yang lengkap dibutuhkan untuk


melindungi unit pembangkit PLTU dan PLTG, dengan
begitu maka unit pembangkit dapat melayani kebutuhan
masyarakat dengan baik.
Adapun terdapat peralatan pengaman yang digunakan
untuk mengamankan masing-masing unit pembangkit. Jadi
jika terjadi gangguan secara tiba-tiba maka peralatan
pengaman dapat mengisolasi daerah terjadinya gangguan
sehingga gangguan tidak menyebar ke peralatan yang lain
[1]. Namun tidak semua peralatan pengaman pada PLTU
dan PLTG dapat mengatasi semua gangguan yang mungkin
terjadi, oleh karena itu dibuat perbandingan antara
kelengkapan peralatan pengaman PLTU dan PLTG dengan
standar IEEE. Berikut ini adalah tabel perbandingannya.

No.

Function

9
10
11
12
13
14

Tabel 1. Perbandingan Peralatan Pengaman PLTU dengan Standar


IEEE

15

Device No.
No.

Function

Voltage balance or loss of


potential relay
Volts/hertz overexcitation
protection for the generator and
its associated step-up and
auxiliary transformers

Frequency relay. Both under


frequency and overfrequency
protection may be required

Differential relay. Primary


phase-fault protection for the
generator

Loss of field protection

Stator unbalanced current


protection. Negative sequence
relay
Voltage controlled or voltagerestrained time overcurrent
relay. Backup for system and
generator zone phase faults

IEEE

PLTU 1/2

PLTU
3/4

16

60G

60G2

60G4

17

24

v/f

v/f

18
19

81

95G-L /
95G-H

95G-L /
95G-H

87G

87G

87G

40

40G

40G

46

46G

46G

51V

51VG

20

Device No.
IEEE

PLTU 1/2

PLTU
3/4

64F

64GE

64GE

87T

87AT

87AT

Undervoltage relay

27

Overvoltage protection

59

32

91A-91B

87U

87GT

87GT

51TN1

51NMT

51NMT

59GN

64G

64G

51TN2

51NAT

51NAT

21

44

49

50

50/51GN

Voltage relay. Primary


protection for rotor ground
faults
Differential relay. Primary
protection for GSU or UAT
transformer

Reverse-power relay. Motoring


protection
Differential relay for overall
unit and transformer
Main Transformer Neutral
Time overcurrent relay
Generator neutral overvoltage
Time overcurrent relay.
Provides backup protection for
GSU ground faults
Distance relay. Backup for
system and generator zone
phase faults
Stator thermal protection
instantaneous overcurrent
relays
Ground Fault Time overcurrent
relays with instantaneous
element

21

Time overcurrent relay

51

51AT

51AT

23

Transformer oil gas level

71

24

Loss of synchronism protection

78

Tabel 2. Perbandingan Peralatan Pengaman PLTG dengan Standar


IEEE

Lanjutan Tabel 2. Perbandingan Peralatan Pengaman PLTG


dengan Standar IEEE
Device No.

Device No.
No.

Function
IEEE

PLTG 1/2
No.

Voltage balance or loss of potential relay

60G

Volts/hertz overexcitation protection for


the generator and its associated step-up
and auxiliary transformers

24

Frequency relay. Both under frequency


and overfrequency protection may be
required

81

Differential relay. Primary phase-fault


protection for the generator

13
14

15
87G

87G

16

Function

Differential relay for overall unit and


transformer
Main Transformer Neutral Time
overcurrent relay
Generator neutral overvoltage
Time overcurrent relay. Provides backup
protection for GSU ground faults
Distance relay. Backup for system and
generator zone phase faults

IEEE

PLTG 1/2

87U

51TN1

59GN

51TN2

64TN

21

Loss of field protection

40

40G

17

Stator unbalanced current protection.


Negative sequence relay

46

46G

18

Stator thermal protection

49

Voltage controlled or voltage-restrained


time overcurrent relay. Backup for
system and generator zone phase faults

19

instantaneous overcurrent relays

50

50T

20

Ground Fault Time overcurrent relays


with instantaneous element

50/51GN

50/51GN

Voltage relay. Primary protection for


rotor ground faults
Differential relay. Primary protection for
GSU or UAT transformer

51V

64F

64F

21

Time overcurrent relay

51

87T

87T

22

Exciter or dc generator relay

53

Undervoltage relay

27

27

23

Transformer oil gas level

71

11

Overvoltage protection

59

59G

24

Loss of synchronism protection

78

12

Reverse-power relay. Motoring


protection

32

32G

9
10

III . Evaluasi dan Perbaikan Koordinasi Relay


Koordinasi Pengaman Overcurrent Phasa
Peralatan pengaman overcurrent adalah peralatan yang
mutlak perlu dikoordinasikan. Berikut ini plot dari tipikal
pengaman overcurrent phasa pada unit pembangkit PLTU
A.

Gambar 3. Hasil Plot Kurva Eksisting Koordinasi Pengaman Overcurrent Fasa

Dari hasil plot tersebut dapat diketahui bahwa


terdapat miskoordinasi pada setting instan pengaman
overcurrent phasa. Dengan setting yang demikian, maka
terjadi gangguan hubung singkat pada daerah 4.16 kV,
setting instan rele beban dalam hal ini pengaman motor
tidak trip namun pengaman overcurrent pada rele 87AT
akan men-trip-kan pembangkit. Hal ini akan sangat

merugikan. Seharusnya pengaman beban yang harus trip.


Oleh sebab itu sebaiknya setting tap pada rele 87 AT perlu
dinaikkan dan pengaman instan beban diturunkan.
Dengan mengacu pada aturan sebelumnya , maka
dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan setting
peralatan pengaman overcurrent fasa PLTU sebagai
berikut:

Pengaman Beban (50/51)


Dalam menentukan tipikal setting untuk
pengaman overcurrent pada beban, maka yang
harus diperhatikan adalah beban dengan daya
terbesar. Pada PLTU, beban terbesar adalah motor
boiler feed pump dengan kapasitas 3 MW. Adapun
data yang perlu diperhatikan dalam menentukan
setting pengaman overcurrent pada beban adalah
sebagai berikut :
- Full Load Amperes (FLA)
= 488 A
=2440A
- Starting current (Istart)
- Minimum through
=1992A
fault current (Isc Min.)
- Rating CT fasa
= 750/5
Dari data tersebut maka dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
Low-set Tap (I>)
Pick-up
= 1.3 FLA
= 1.3 488
= 687.4 A
687 .4
I>
= 750 5
= 4.58 A
dipilih low-set tap 5A
High-set Tap (I>>)
1.3 Istart Pick-up 0.8 Isc Min.
Pick-up
= 1.5 Istart
= 1.5 2440
= 3660 A
3660
I>>
= 750 5

akan menghasilkan setting overcurrent instan


sebesar 5120 A seperti yang dapat kita lihat pada
Gambar 3 sebelumnya. Seperti yang telah
dijelaskan pada rule setting di atas, pick-up
overcurrent instant sebaiknya diusahakan berada
di atas arus gangguan maksimum yang dapat
terjadi di sisi tegangan 4.16 kV. Dengan arus
hubung singkat maksimum yang dapat mengalir
adalah sekitar 6550 A di sisi primer trafo auxiliary,
maka setting pick-up diferensial sisi primer
sebaiknya diubah sebagai berikut :
- Rating CT Primary
= 1000/5
- Rating CT Sekundary
= 4000/5
1.1 Isc Max .
Pick-up
=
8
1.1 6550

=
8
= 900.625 A
900.625
Primary Tap
= 1000 5
= 4.5 A
dipilih primary tap 4.6 A

Pengaman Trafo Auxiliary (51AT)


Untuk menentukan setting pick-up dari rele
inverse time overcurrent pengaman trafo auxiliary
ini harus diperhatikan FLA primer trafo, yaitu
sebesar 615.8 A. dengan rating CT sebesar 1000/5
maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Low-set Tap (I>)
Pick-up
= 1.3 FLA
= 1.3 615.8
= 800.54 A
800 .54
I>
= 1000 5

= 24.4 A
dipilih high-set tap 25 A

= 4.003 A dipilih tap 4 A

Element Instant Overcurrent Rele Diferensial


(87AT)
Berdasarkan manual book rele GBT2D-BT2,
rele tersebut memiliki elemen instant overcurrent
yang akan pick-up dan langsung men-trip-kan
pembangkit apabila mengalir sebesar 8 kali setting
pick-up. Oleh sebab itu, apabila dengan kondisi
eksisting setting pickup primer sebesar 640 A,

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat diplot hasil resetting untuk tipikal koordinasi sistem
pengaman overcurrent fasa pada sistem kelistrikan
PLTU seperti pada gambar berikut.

Gambar 4. Hasil Plot Kurva Resetting Koordinasi Pengaman Overcurrent Fasa

B.

Koordinasi Pengaman Fault


Besarnnya arus gangguan ground fault sangat
tergantung pada sistem pentanahan yang digunakan.
Dimana sistem pentanahan yang digunakan adalah solid.
Peralatan pengaman ground fault juga peralatan pengaman

yang perlu dikoordinasikan. Adapun untuk melakukan


koordinasi tersebut perlu di plot kurva setting eksisting dari
pengaman tersebut, kemudian dibandingkan nilai
settingannya dengan arus ground fault yang mungkin
terjadi. Berikut ini hasil plot dari pengaman ground fault.

Gambar 5. Hasil Plot Kurva Pengaman Ground Fault

Seperti pada hasil plot di atas, dapat diketahui


bahwa terdapat arus gangguan gound fault yang terdapat
sangatlah besar. Hal ini disebakan karena sistem
pentanahan yang digunakan adalah solid gounding,
sehingga arus ground fault yang terjadi sama bahkan lebih
besar dari arus gangguan phasa. Hal ini juga dapat
merugikan, sebab kejadiannya akan sama dengan kejadian
gangguan phasa seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
karena arus gangguan phasa yang mengalir ketika terjadi
gangguan ground fault sangat besar, maka pembangkit akan
trip, karena pengaman 87AT akan pickup terlebih dahulu.
Oleh sebab itu, sebaiknya untuk sistem pentanahan yang
digunakan pada tegangan 4.16 kV digunakan sistem
pentanahan dengan impedansi (NGR)
Dengan menggunakan sistem pentanahan NGR, maka
arus ground fault dapat diperkecil sehingga tidak terlalu
bahaya bagi sistem. Dengan memeperhatikan kebutuhan
grounding peralatan dengan NGR, maka direkomendasikan
NGR dengan rating 400 A; 10 sekon. Adapun pemilihan
rating NGR ini juga berkenaan dengan CT yang digunakan.
Dimana CT yang digunakan adalah residual CT, sehingga
dipilih low resistance grounding untuk mengatasi
keterbatasan sensitifitas CT. Apabila menggunakan high
resistance grounding, maka residual CT tidak akan cukup
sensitif untuk mendetksi arus ground fault yang kecil.
Dengan adanya penambahan NGR seperti yang telah
direkomendasikan, maka untuk menentukan setting ideal
dari koordinasi pengaman ground fault dapat dilakukan
resetting koordinasi sistem proteksi dengan rule sebagai
berikut :

Dengan mengacu pada rule di atas, maka dapat


dilakukan perhitungan untuk menentukan setting peralatan
pengaman ground fault PLTU sebagai berikut :
perhitungan sebagai berikut.
Pengaman Beban (50N)
Untuk pengaman ground fault pada beban,
yang akan digunakan adalah definite time ground
overcurrent. Dengan rating CT sebesar 750/5,
maka rele ini dapat di-set pada kemampuan
maksimum dari sensitifitasnya, yakni sekitar
10% dari rating primer CT. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, dengan menggunakan
NGR maka arus ground fault maksimum dibatasi
pada nilai 400 A.
Dengan arus ground fault maksimum sebesar
400 A, rele pengaman beban dapat di-set pada
75A.
adapun
setting
waktu
yang
direkomendasikan adalah 0.7 detik. Hal ini
sebagai antisipasi dari adanya arus starting yang
sangat besar akibat humidity yang tinggi.
Humidity tersebut akan hilang sebelum 0.7 detik,
sehingga dapat menghindari motor trip saat start.
Berikut ini perhitungan untuk menentukan tap
yang digunakan.
75
I>
= 750 5
= 0.5 A
Pengaman Trafo Auxiliary (51NAT)
Untuk pengaman ground fault pada trafo
auxiliary, yang digunakan adalah rele inverse

time ground overcurrent. Dengan rating CT


sebesar 3000/5 dan range setting minimum
sebesar 4 A, maka arus ground fault minimum
yang dapat terdeteksi adalah sebesar 2400 A. Hal
ini tentu tidak sesuai dengan penggunaan NGR di
mana arus ground fault maksimum yang dapat
terjadi hanya sebesar 400 A. Oleh sebab itu
direkomendasikan juga penggunaan CT yang
lebih sensitif, misalnya 75/5.
Untuk setting pick-up, rele ini juga dapat diset pada 75 A dengan waktu operasi 1 detik pada
arus maksimum 400 A. Hal ini disesuaikan
dengan grading time rele pengaman beban
sehingga menghjasilkan koordinasi yang baik.
Adapun perhitungan untuk menentukan tap yang
digunakan adalah sebagai berikut.
75
I>
= 75 5
=5A
Sedangkan untuk menentukan time dial
yang harus digunakan agar waktu operasinya 1
detik pada arus maksimum 400 A, dapat
didasarkan pada manual book rele yang
digunakan yaitu rele ICO1D-AT1.

Dikarenakan nilai 400 A adalah 5.33 kali


dari pick-up 75 A, maka kurva yang digunakan
adalah kurva dengan time dial yang
menghasilkan waktu sekitar 1 detik pada nilai
arus 5 kali pick-up-nya. Dengan melihat pilihan
tap di atas, maka time dial yang dipilih adalah
time dial 3. Berikut rincian setting untuk rele
51NAT:

CT Ratio
Pick-up tap
Time Dial

= 75/5
=5A
=3

Pengaman Main Transformer (51NMT)


Untuk pengaman ground fault pada main
transformer, setting yang digunakan sudah
sangat tepat, sehingga tidak perlu ada perubahan.
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat di-plot
hasil resetting untuk tipikal koordinasi sistem
pengaman ground fault pada sistem kelistrikan
PLTU seperti pada gambar berikut.

Gambar 6. Hasil Plot Kurva Resetting Koordinasi Pengaman Ground Fault

Untuk pengaman ground fault pada PLTG yang dapat


dibahas adalah rele proteksi generator 7UM62. Berikut ini
adalah data setting rele tersebut:
-

CT Ratio
I> pick up
I> Td
I>> pick up
I>> Td

setting high-set, dan 3 detik untuk setting low-set. Sehingga


untuk setting pengaman ground fault pada PLTG sudah
cukup baik.
V . Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil simulasi dan analisis yang dilakukan,
terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu:
1. Terdapat beberapa fungsi pengaman generator
belum tersedi seperti reverse power, lost of
synchro, dan pengaman thermal stator.
2. Terdapat beberapa fungsi pengaman utama
main/aux transformer belum tersedia, terutama
pengaman gangguan internal trafo
3. Untuk meningkatkan keamanan dan keandalan
sistem, sebaiknya peralatan pengaman dilengkapi
terutama peralatan pengaman utama generator.

: 10/5
: 10 mA
: 3.00 sec
: 23 mA
: 1.00 sec

A.

Untuk sistem pentanahan yang digunakan pada


generator adalah sudah menggunakan high resistance
grounding, sehingga arus ground fault yang dapat terjadi
sangatlah kecil. Adapun rating CT yang digunakan sudah
cukup sensitif, sehingga rele dapat membaca arus ground
fault yang sanagt kecil, sedangkan untuk setting time dial
yang digunakan juga sudah cukup lama yaitu, 1 detik untuk

4.

Terjadi miskoordinasi pada setting pengaman


instan overcurrent phasa dan dapat menyebabkan
pembangkit trip seketika apabila terjadi gangguan
phasa pada sistem 4.16 kV.

SMA Negeri 1 Makassar pada tahun 2007, penulis


melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya, Jurusan Teknik Elektro, Bidang
Studi Teknik Sistem Tenaga. Semasa kuliah penulis aktif
mengikuti berbagai seminar dan pelatihan. Penulis yang
merupakan salah satu asisten di Laboratorium
Instrumentasi Pengukuran dan Identifikasi Sistem Tenaga
(B.204) ini juga aktif mengikuti berbagai kegiatan
kemahasiswaan, salah satunya menjadi Kepala
Departemen Komunikasi dan Informasi Ikami Sul-Sel
Cab. Surabaya periode 2009-2011. Penulis pernah
menjadi octofinalis East Java Varsities English Debate
2009, dan juga best speaker electrical English debate
tahun 2009. Penulis dapat dihubungi di alamat email
rifgy.saidl@gmail.com.

B. Saran
Sistem pentanahan yang digunakan sebaiknya diganti,
yaitu pada pentanahan sistem 4.16 kV. Sistem
pentanahan yang digunakan adalah solid grounding,
sehingga arus gangguan ground fault akan sangat
besar sehingga dapat menyebabkan miskoordinasi
dengan pengaman phasa. Sistem pentanahan yang
direkomendasikan pada tegangan 4.16 kV adalah
sistem pentanahan dengan impedansi (NGR) dengan
rating 400 A; 10 detik. Perlu dilakukan resetting rele
overcurrent (phasa dan ground) pada sistem
kelistrikan PLTU sesuai dengan yang telah
direkomendasikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. IEEE Std 242-2001, IEEE Guide for AC Generator
Protection, The Institute of Electrical and Electronics
Engineers, Inc., New York, Ch. 15, 2001
2. Wahyudi, Diktat Kuliah Pengaman Sistem Tenaga
Listrik, Teknik Elektro ITS, Surabaya, Bab 2, 2004
3. INTRODUCTION
MANUAL-DIV.
IV
GENERATOR AND ELECTRICAL EQUIPMENT
BOOK E-2
4. Penangsang, Ontoseno, Diktat Kuliah Analisis Sistem
Tenaga Jilid 2, Teknik Elektro ITS, Surabaya, Bab 1,
2006
5. Lazar, Irwin, Electrical System Analysis and Design
for Industrial Plant, McGraw-Hill Inc.,USA, Ch. 1,
1980
6. Hewitson, L.G. (et al), Practical Power Systems
Protection, Elsevier Ltd., USA, Ch.1, 2004
7. Sleva, Anthony F., Protective Relay Principles,
CRC Press, USA, Ch. 5, 2009
8. IEEE Std 242-2001, IEEE Recommended Practice
for Protection and Coordination of Industrial and
Commercial Power Systems, The Institute of
Electrical and Electronics Engineers, Inc., New York,
Ch. 15, 2001

Biografi Penulis
Penulis memiliki nama lengkap
Rifgy Said Bamatraf. Lahir di
Ujung Pandang pada tanggal 15
April 1989. Anak kedua dari
pasangan Said Bamatraf dan Sri
Mawar Said ini mengawali
pendidikannya di SDN Mangkura
IV pada tahun
1995-2001,
kemudian melanjutkan ke SMP
Negeri 6 Makassar hingga tahun 2004. Setelah lulus dari

Anda mungkin juga menyukai