Anda di halaman 1dari 24

A.

TUJUAN
Melatih keterampilan mahasiswa dalam pengenalan Kubikel/Panel
Tegangan Menengah, Trafo Distribusi, dan melakukan prosedur pengoperasian
(menghubungkan ke beban) dan prosedur melepaskan beban serta melakukan
pengujian dan pengoperasian transformator distribusi dalam rangka pengoperasian
Gardu Distribusi.

B. TEORI DASAR
Kubikel ialah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang berfungsi
sebagai pengendali, penghubung dan pelindung serta membagi tenaga listrik dari
sumber tenaga listrik. Kubikel 20 kV adalah seperangkat peralatan listrik yang
dipasang pada gardu

distribusi yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus,

penghubung pengontrol dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan 20


kV yang biasa terpasang pada gardu distribusi atau gardu hubung yang berupa
beton.

Gambar 1. kubikel 20 kV SM 6
Fungsi Kubikel :

Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama


Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur
Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok
(busbar)

Tipe dan Fungsi Kubikel SM6

Kubikel Tipe IM biasanya digunakan sebagai incoming atau outgoing

switchgear untuk kondisi On Lod Switching


Kubikel Tipe CM yang berisi VT (Voltage Transformer) dilengkapi dengan

fuse dan DS (Disconnecting Switch)


Kubikel Tipe DM1-A adalah kubikel yang menggunakan fixed type circuit
breaker dan dilengkapi dengan relay proteksi. Biasanya digunakan sebagai
incoming atau outgoing feeder.

Kubikel Incoming
Kubikel Incoming berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo
daya ke busbar 20 kV. Tegangan 20 kV dari sisi sekunder trafo masuk ke dalam
busbar 20 kV yang berada di dalam kubikel 20 kV.

Gambar 2. Kubikel Incoming


A. Komponen Kubikel Incoming
1. Busbar
Busbar digunakan untuk mengumpulkan tenaga listrik dengan tegangan 20
kV serta membaginya ke tempat-tempat yang diperlukan.

Gambar 3. Busbar
2. Saklar Pembumian (Grounding)
Saklar pentanahan digunakan jika terjadi pemeliharaan terhadap peralatan lain
dan menghilangkan tegangan akibat kapasitansi yaitu dengan menghubungkan
saluran yang bertegangan ke bumi. Dalam keadaan normal saklar pentanahan pada
posisi terbuka dan bila saluran transmisi mengalami gangguan hubung singkat
maka saklar pentanahan akan ditutup dengan tujuan membebaskan tegangan pada
salusan transmisi.

Gambar 4. Saklar Pembumian


3. Pemutus Daya
Pemutus

tenaga

(PMT)

adalah

saklar

yang

digunakan

untuk

menghubungkan atau memutuskan arus/daya listrik sesuai ratingnya. Pada saat


terjadi pemutusan maka akan terjadi busur api. Pemadam busur api listrik pada

waktu pemutusan dapat dilakukan oleh beberapa macam bahan seperti minyak,
udara atau gas.

Gambar 5. PMT
4. Pemisah (PMS)
Disconnecting switch (DS) atau Pemisah (PMS) adalah peralatan pada
sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah yang dapat memutus
dan menyambung rangkaian dengan arus yang rendah (5A), biasa dipakai ketika
dilakukan perawatan atau perbaikan. PMS terletak di antara sumber tenaga listrik
dan PMT serta di antara PMT dan beban.

Gambar 6. PMS
Mekanisme interlocking :

PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.


Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat ditutup hanya ketika PMS

dalam keadaan terbuka.


PMS dapat ditutup hanya ketika PMT dan ES terbuka.
PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah terbuka atau

telah tertutup.
5. Rele Arus Lebih (OCR)

Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerjanya didasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengamanan tertentu dan dalam waktu
tertentu, sehingga rele ini dapat dipakai sebagai pola pengamanan arus lebih.
Keuntungan dan fungsi rele arus lebih:

Sederhana dan murah


Mudah menyetelnya
Merupakan rele pengaman utama dan cadangan
Mengamankan gangguan hubung pendek antara fasa maupun hubung

pendek
Satu fasa ke tanah dan dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai

pengaman
Beban lebih (overload).
Pengamanan utama pada jaringan distribusi dan subtransmisi radial
Pengaman cadangan untuk generator, trafo tenaga dan saluran transmisi.
6. Heater

Gambar 7. Heater
Heater merupakan alat yang berfungsi untuk menjaga komponen
komponen kubikel dari kelembapan udara, karena kelembapan udara bisa
menimbulkan bercak bercak kotoran sehingga bercak kotoran akan menjadi
karatan di peralatan kubikel. Alat ini di operasikan pada tegangan 220 Volt.
Kubikel Metering
Kubikel Metering berfungsi untuk keperluan pengukuran. Kubikel ini
dilengkapi dengan alat pengukuran , seperti amperemeter, voltmeter, dan
wattmeter. Selain itu, kubikel ini juga dilengkapi dengan alat proteksi, seperti
fuse.

Gambar 8. Kubikel Metering


A. Komponen Kubikel Metering
1. Sekering
Pada kubikel terdapat suatu sekering tegangan menengah yang sering
disebut sebagai solefuse. Rating tegangannya bisa mencapai 34 kV, dan mampu
bekerja pada arus 31.5 kA. Solefuse ini digunakan untuk melindungi trafo
tegangan dari gangguan.

Gambar 9. Solefuse
2. Ampere Meter
Berfungsi mengukur arus listrik yang mengalir melalui fasa.
3. Watt Meter

Berfungsi mengukur besarnya daya yang disuplay dari genset/PLN.


4. kWh Meter
Berfungsi mengukur besarnya daya yang digunakan oleh beban.
5. Power Factor Meter
Berfungsi mengukur factor daya dari PLN/genset.
6. Trafo Tegangan (Potensial Transformer)
Potensial transformer berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi atau
tegangan menengah menjadi tegangan rendah. Trafo ini mengubah tegangan
menjadi besaran ukur sesuai dengan tegangan alat alat pengukuran.

Gambar 10. Trafo Tegangan


7. Trafo Arus
Trafo arus digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper
dari arus yangmengalir dalam jaringan tegangan tinggi. Disamaping untuk
penguran arus, trafo arus jugadigunakan untuk pengukuran daya dan energi,
pengukuran jarak jauh dan relay proteksi.Kumparan primer trafo arus
dihubungkan seri dengan jaringan atau peralatan yang akandiukur arusnya, sedang
kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau relay proteksi.Pada
umumnya peralatan ukur dan relay membutuhkan arus 1 atau 5 A.Trafo arus
bekerja sebagai trafo yang terhubung singkat, kawasan trafo arus yang

digunakanuntuk pengukuran biasanya 0,05 s/d 1,2 kali arus yang akan diukur,
sedang trafo arus untuk proteksi harus mampu bekerja lebih dari 10 kali arus
pengenalnya.
Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Jika pada
kumparan

primer mengalir arus I1, maka pada kumparan primer timbul

gayagerak magnet sebesar N1.I1.Gaya gerak magnet ini mempruduksi fluks pada
inti, kemudian membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan
sekunder. Jika termianal kumparan sekunder tertutup, makapada kumparan
sekunder mengalir arus I2 , arus ini menimbulken gaya gerak magnet N1I1pada
kumparan sekunder.

Gambar 11. Trafo Arus

Kubikel Outgoing
Kubikel outgoing merupakan kubikel penghubung antara busbar 20 kV
yang berada di dalam kubikel dengan jaringan tegangan menengah. Kubikel CB

Outgoing berfungsi sebagai pemutus / penghubung tenaga listrik dalam keadaan


normal mampu keadaan gangguan. Kubikel ini dilengkapi dengan Rele Proteksi
Circuit Breaker ( CB ). Kubikel ini bisa dipasang pada pelanggan TM. Trafo arus (
CT ) yang terpasang pada kubikel ini memiliki dua lilitan sekunder, yang satu
untuk suplai arus ke kwh meter dan satu lagi untuk suplai arus ke rilai proteksi
pada saat terjadi gangguan.

Gambar 12. Kubikel Outgoing


A. Komponen Kubikel Outgoing
1. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)
Circuit Breaker adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk
menghubungkan atau memutuskan arus listrik sesuai dengan ratingnya. Circuit
breaker ini dapat dioperasikan secara otomatis maupun manual dengan waktu
pemutus atau penyambungan yang tetap sama, sebab factor ini ditentukan oleh
struktur mekanisme yang menggunakan pegas.
Adapun jenis Circuit Breaker yang terdapat pada kubikel yang diamati adalah
Circuit Breaker tipe SF6 CB (Sulfur Hexa fluoride Circuit Breaker).
SF6 CB (Sulfur Hexa fluoride Circuit Breaker).adalah pemutus rangkaian
yang menggunakan gas SF6 sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6
merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat memadamkan
busur api yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6
ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api

tersebut dan akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV 760
KV.

Gambar 13. SF6 CB


2. Trafo Arus (Current Transformer)
Current Transformer (CT) adalah suatu peralatan transformator yang
diletakkan dalam rangkaian tenaga listrik yang berguna sebagai peralatan ukur
yang dihubungkan dengan relay pengaman. Dengan transformator arus dapat
diperluas batas pengukuran suatu alat ukur.
2.3.4

Transformator

Gambar 14. Transformator (Step Up)


Transformator yang digunakan untuk menaikkan tegangan dari tegangan
yang dihasilkan pembangkit hingga 20 kV untuk disalurkan pada gardu distribusi.

C. ALAT DAN BAHAN


Tabel 1. Peralatan Kerja Kubikel dan Trafo Distribusi
No.

Alat

Jumlah

Satuan

1.

Kotak Perkakas

Set

2.

Roll Meter

Buah

3.

Tongkat Pemutar Kontak/Engkol

Buah

4.

Megger Isolasi

Set

5.

Alat Ukur Pembumian (Earth Tester) 1

Set

6.
7.

Tangga Fiber
Kunci inggris

1
1

Buah
Buah

8.

Engkol

Buah

9.

Jangka Sorong

Set

D. LANGKAH KERJA
Kubikel/ Panel Tegangan Menengah
a. Menyiapkan pedoman (jobsheet), mendengarkan instruksi dari
pembimbing, dan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.
b. Mempelajari cara mengoperasikan kubikel jenis SM6
c. Menghidupkan kubikel dengan menggunakan engkol
d. Membuka tutup kubikel incoming, outgoing, dan metering sesuai
dengan prosedur.
e. Mencatat nameplate dan spesifikasi komponen dalam kubikel
f. Menutup kembali kubikel sesuai dengan prosedur
A. Posisi Lever Kubikel pada Saat Pengoperasian
Posisi untuk Opening (Membuka/OFF)
Posisi
untuk
Closing
(Menutup/ON)

Gambar 15. Engkol

B. Testing dan Commissioning


Untuk

instalasi

yang

baru

dipasang,

sebelum

melakukan

pengoperasian system harus dilakukan Testing dan Commissioning


pada instalasi tersebut untuk memastikan bahwa instalasi tersebut sudah
siap dimasukkan tegangan dan arus.
Pada pelaksanaan Testing and Commissioning, hal-hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Visual checking keseluruhan instalasi.
b. Mengecek panel, apakah sudah terpasang dengan baik.
c. Mengecek perlengkapan panel, apakah perlengkapan untuk panel sudah
terpasang semua dan terpasang dengan baik.
d. Perangkat panel dioperasikan secara mekanik dan elektrik.
e. Mengecek pengawatan kendali untuk tegangan rendah dan heater.
f. Pengujian megger.
C. Operasional Kubikel SM6 di dalam Sistem (mengONkan)
1. Persiapan sebelum mengONkan Instalasi
a. Memastikan seluruh instalasi sudah siap untuk dioperasikan (dimasukkan
tegangan 220/380 Volt atau 20KV).
b. Memastikan seluruh circuit breaker di sisi LV Incoming (sisi-A), sisi
MV (sisi-B) dan sisi LV-Outgoing (Sisi-C) dalam kondisi Open.

c. Memastikan pada sisi-C Kubikel Incoming MV (Kubikel IM), tidak dalam


kondisi di-grounding (Grounding Switch dalam keadaan Open).
d. Memastikan power supply untuk Kubikel MV sudah ON, memeriksa relay
proteksi/Sepam, apakah sudah mendapat power supply.
2. Pengoperasian mengONkan Instalasi Sisi LV-Incoming (A)
a. Memastikan sumber 220/380 Volt sudah siap untuk disalurkan.
b. Memastikan pada outgoing sisi A sudah aman dan siap untuk dimasukkan
tegangan.
c. MengONkan MCCB (A).
d. Mengecek dengan testpen pada sisi LV trafo apakah tegangan sudah
masuk. Pengecekan dapat juga dilihat pada sisi kubikel MV Incoming &
Outgoing (B).
3. Pengoperasian mengONkan Instalasi Sisi MV-Incoming & Outgoing (B)
a. Pada kubikel Incoming (IM) memastikan sumber 20 KV dari trafo sudah
masuk ke kubikel MV dengan melihat indikator apakah sudah menyala.
b. Memastikan pada kubikel Metering (CM) dan kubikel Outgoing (DM1-A)
dalam kondisi open (OFF).
c. MengONkan kubikel IM dengan menggunakan tongkat.
d. MengONkan kubikel CM dengan menggunakan tongkat. Jika ada
voltmeter, mengecek apakah tegangan 20 KV sudah terbaca.
e. Sebelum mengONkan kubikel Outgoing (DM1-A):
Membuka Grounding Switch dengan tongkat.
MengONkan Disconnecting Switch.
MengONkan kubikel DM1-A dengan push button electric atau
tombol mekanik di CB-Cubicle.
f. Memastikan trafo sudah ON.
Catatan:
Selama kubikel MV, terutama yang tipe DM1 yang menggunakan relay
proteksi/sepam, power supply ke relay proteksi harus tetap ON karena relay
proteksi harus selalu stand by untuk dapat memproteksi Kubikel MV jika
sewaktu-waktu terjadi fault.
4. Pengoperasian mengONkan Instalasi Sisi LV-Outgoing (C)
a. Memastikan sumber 220/380 Volt sudah siap di sisi incoming MCCB.

b. Memastikan pada outgoing sisi-C sudah aman dan siap untuk dimasukkan
tegangan.
c. MengONkan MCCB (C).
D. Operasional Kubikel SM6 di dalam Sistem (mengOFFkan)
1. Pengoperasian mengOFFkan instalasi Sisi LV Outgoing (C)
a. MengOFFkan beban-beban pada Outgoing (C).
b. Memastikan pada outgoing sisi-C sudah aman dan siap untuk diOFFkan.
c. MengOFFkan MCCB (C).
2. Pengoperasian mengOFFkan Instalasi Sisi MV Incoming & Outgoing (B)
a. MengOFFkan kubikel DM1-A dengan push button electric atau tombol
b.
c.
d.
e.
f.

mekanik di CB Cubicle.
Memastikan trafo sudah OFF.
MengOFFkan Disconnecting Switch kubikel DM1-A.
MengONkan Grounding Switch kubikel DM1-A.
MengOFFkan kubikel CM dengan menggunakan tongkat.
MengOFFkan kubikel IM dengan menggunakan tombol merah pada

mechanical cubicle atau dengan tongkat.


g. Kubikel MV yang pada posisi Incoming, setelah kubikel diOFFkan,
tidak boleh langsung di-grounding (Tidak boleh mengoperasikan
Grounding Switch), karena pada sisi bawah (koneksi kabel) tegangan
incoming masih ada.
Catatan:
Untuk kubikel SM6 mempunyai beberapa macam Operating Mechanisms.
Pada kubikel Incoming (IM), memastikan sumber 20 KV dari trafo sudah
masuk ke kubikel MV dengan melihat indikator apakah sudah menyala.
3. Pengoperasian mengOFFkan Instalasi Sisi LV Incoming (A)
a. Memastikan sumber 220/380 Volt sudah siap untuk diOFFkan.
b. Memastikan pada outgoing sisi-A sudah aman dan siap untuk diOFFkan.
c. MengOFFkan MCCB (A).
4. Membuka cover kubikel MV sisi Incoming (Kubikel IM)
a. Memastikan / mengecek trafo sudah OFF.
b. Memastikan indikator lampu sudah mati, hal ini menandakan suplai
incoming sudah tidak ada / sudah OFF.
c. MengOFFkan Disconnecting Switch Kubikel IM dengan menggunakan
tongkat.

d. MengONkan Grounding Switch Kubikel IM dengan menggunakan


tongkat.
e. Cover depan kubikel IM dapat dibuka.

E. ANALISA
Pada job ini, praktikan diinstruksikan untuk mengenal panel tegangan
menengah (kubikel) dengan cara mengamati komponen-komponen penyusunnya.
Terdapat pula transformator step up yang menaikkan tegangan hingga mencapai
20 kV. Maka pada hari pertama yang dilakukan adalah mempelajari cara
membuka dan menutup kubikel dan simulasi mengoperasikannya.
Selanjutnya, dilakukan pengukuran tahanan isolasi trafo step up 20kV, dan
selanjutnya pengukuran tahanan pembumian.
Berikut hasil praktik yang diperoleh:
Pada praktek bengkel catu daya ini, kubikel yang digunakan adalah
kubikel dengan bahan isolasi gas. Gas yang digunakan adalah gas SF6 (Sulfur
Hexafluorida), salah satu keunggulan gas SF6 ini yang digunakan sebagai bahan
isolasi yaitu memiliki sifat kimia yang lamban, stabil, tidak mudah terbakar dan
juga tidak beracun. Umumnya kubikel beroperasi dalam tiga kondisi. Yakni
kondisi ketika standby, maintenance, dan operasi.
Posisi awal kubikel adalah standby, dimana kubikel tersebut siap
dioperasikan baik pada kubikel incoming, metering, maupun outgoing siap untuk
dioperasikan apakah akan digroundingkan atau siap untuk di ON-kan, dan
penutup kubikel tidak dapat dibuka.
Untuk memilih posisi yang diinginkan dapat dilakukan dengan
menggunakan engkol yang telah disediakan. Engkol ini digunakan untuk
membukan atau menutup earthing switch dan menghubungkan dengan
jaringan/busbar.
Untuk mengecek dan mengamati peralatan yang ada pada kubikel maka
harus diubah ke posisi grounding. Hal ini dilakukan agar semua peralatan yang
ada diamankan pada saat pengamatan.
Prosedur mengubah posisi standby menjadi posisi grounding:

a. Dengan memutar kontak (Ground Switch) ke posisi 1 pembumian hingga


terdengar bunyi atau tidak dapat diputar lagi menggunakan engkol.
b. Langkah a dilakukan untuk ketiga kubikel incoming, metering dan
outgoing.
c. Membuka pintu ketiga kubikel untuk mengamati komponen di dalamnya.
Perlu diperhatikan prosedur dalam membuka dan menutup pintu
panel/kubikel.
d. Setelah proses pengamatan telah selesai, maka posisi ground atau
pembumian kembali diubah seperti semula. Yakni posisi stadby.
e. Memastikan bahwa ketiga kubikel tertutup dengan baik.
Prosedur mengoperasikan kubikel:
1. Dengan memutar tongkat/engkol kearah posisi 1 pada kubikel mulai dari
sisi metering. Karena pada incoming terdapat tegangan 20 kV yang sangat
besar sehingga untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja maka
sebaiknya yang dilakukan pemasangan pertama adalah meteringnya.
2. Selanjutnya outgoing dihubungan dengan membuka kunci B terlebih
dahulu sehingga Q1 dapat dihubungkan. Dalam menghubungkan Q1
terlebih dahulu dipastikan tidak ada orang yang berada dijaringan
distribusi untuk menghindari bahaya tegangan.
3. Selanjutnya pada saat outgoing dan metering sudah terpasang maka
incoming sudah bisa di ON-kan. Kunci A digunakan untuk memastikan
outgoing telah terhubung, selanjutnya kunci C untuk membuka pengunci
CB dengan jaringan distribusi, sehingga pada saat tombol ON ditekan,
maka CB akan ON dan tegangan akan mengalir dari kubikel ke jaringan
distribusi.
Pada kubikel outgoing terdapat PMT yang perlu diperhatikan ketersediaan
baterainya. baterai harus berfungsi dengan baik, dan kondisi PMT berada dalam
kondisi charging yang ditandai dengan indicator charging pada kubikel outgoing.
Ketika PMT telah dalam kondisi standby, untuk memastikan PMT dalam kondisi
baik, tombol emergency ditekan. Jika tombol tersebut ditekan maka PMT akan
memutus rangkaian ke jaringan distribusi. Dalam kondisi beroperasi battery yang
digunakan sebagai supply untuk mengoperasikan PMT akan di charge saat sistem

sedang beroperasi. Tapi kubikel outgoing juga menyediakan tuas sebagai charge
manual bagi PMT jika terjadi pemadaman dimana PMT tidak mendapat suplai
baterai. Untuk PMT yang digunakan pada kubikel bengkel catu daya ini,
merupakan PMT tipe gas. Jadi, pada saat melakukan penghubungan ataupun
pemutusan beban, busur api yang ditimbulkan dari proses tersebut akan diredam
oleh media gas SF6.
1. Kubikel Incoming

Gambar 17. Nameplate incoming

Gambar 18. Nameplate metering

Gambar 19. Nameplate outgoing

Spesifikasi Trafo Arus

Gambar 20. Trafo arus dan nameplate


Merk : TRAFINDO
Type : TCI-24-2B
Insulation Class : B
Um : 24 kV
f : 50 Hz
Ith : 5 kA / s
Spesifikasi Fuse

Gambar 21. Fuse dan nameplate


Merk : Scheneider Electric
Type : 737331GC
Ur : 24 kV
Ir : 6,3 A

Spesifikasi Trafo Tegangan

Gambar 22. Trafo tegangan dan nameplate


Merk : TRAFINDO
Type : VTI-24-1
Insulation Class : B
Um : 24 kV
Frequency : 50 Hz

20
100
Primary Secondary Rating : 3 kV : 3 V
Data Spesifikasi Transformator

Gambar 23. Spesifikasi Trafo (Step Up)


Tempat
: Bengkel Catu Daya
Jenis Uji/Ukur
: Spesifikasi Teknik
Alat Uji/Ukur
: Plat nama dan Meter
Tipe
: 1112004
Tanggal Pengukuran
: 20 November 2014
Cuaca
: Cerah

Tabel 2. Data Spesifikasi Transformator


Uraian

Kapasitas/Ukuran/Si
mbol

Satuan

Merk Dagang

CV. Centrado Prima

Daya Nominal

25

Jumlah Phasa

Frekuensi

50

KVA

Hertz

Hubungan Belitan:

Primer
Sekunder

Uraian

Kapasitas/Ukuran/Si

Satuan

mbol
Tegangan Nominal

Volt
21000

Volt

20500

Volt

20000

Volt

19500

Volt

19000

Volt

18500

Volt

18000

Volt

400

Volt

0,72

Ampere

36,08
ONAN

Ampere

50

55
125

C
KV

76,5

cm

43

cm

Berat Minyak

65,5
125

cm
L

Jumlah Berat

320

Kg

Primer

Sekunder

Arus Nominal:

Primer
Sekunder

Pendingin Minyak
Kenaikan Suhu:

Minyak
Kumparan

Tingkat Isolasi Dasar


Dimensi (toleransi 5 %)

Panjang (A)
Lebar (B)
Tinggi (C)

Hasil Pengujian Tahanan Isolasi Transformator

Tempat
Jenis Uji/Ukur
Alat Uji/Ukur
Type
Tanggal Pengujian
Cuaca

: Bengkel Catu Daya


: Tahanan Isolasi
: Megger
: 1010T/Guard
:
: Cerah

Tabel 3.Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Transformator


Sisi Belitan
Primer

Sisi Tegangan
Tegangan

Rendah R Body

(220/380 V)

Sekunder

Primer
Sekunder

Terminal

Nilai Tahanan
(M)
1000

S Body

1000

T Body

1000

N Body

1000

LL
Tegangan Menengah R Body

0
1000

(20 KV)

S Body

1000

T Body
- Tegangan Rendah LV HV

1000
1000

Tegangan Menengah

Harga tahanan isolasi antara dua saluran kawat pada peralatan listrik
ditetapkan paling sedikit adalah 1000 x harga tegangan kerjanya. Berikut
merupakan perhitungan tahanan isolasi minimal untuk trafo yang diamati oleh
praktikan :
Pada sisi primer :
Tahanan isolasi minimal sebesar : 1000 x 220 = 220.000 ohm
Pada sisi sekunder :
Tahanan isolasi minimal sebesar : 1000 x 20.000 = 20.000.000 ohm
Berdasarkan perhitungan di atas maka diketahui tahanan isolasi trafo yang
telah diukur oleh praktikan nilainya lebih tinggi dari syarat minimum yang sudah
ditentukan berdasarkan perhitungan di atas. Maka trafo tersebut dapat dikatakan
masih layak untuk dioperasikan. Namun hal tersebut tidak dapat dipastikan

mengingat alat ukur/megger yang digunakan memiliki batas ukur yang rendah,
disamping itu diketahui bahwa alat ukur yang digunakan sudah tidak lagi
berfungsi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai