memiliki daya analgesik lebih tinggi atau analgesik opioid, injeksi hyaluronate atau pembedahan
(Dipiro, et al. 2008).
Berdasarkan skenario A, terdapat analisa DRPs meliputi pemberian over dose pada peresepan
celecoxib 200 mg (2x1 tablet sehari) untuk mengobati OA pada pasien dengan riwayat Ischemic
Heart Disease (IHD) terkontrol, dosis berlebih pada penggunaan piroxicam 20 mg (2 x 1 tablet
sehari) untuk mengatasi OA sebelumnya, terdapat efek samping PUD akibat penggunaan piroksikam
selama 5 tahun dan terdapat sub dosis pada peresepan omeprazol 20 mg (1x1 kapsul sehari) untuk
mengatasi PUD. Hasil analisis non DRPs meliputi BMI pasien termasuk kategori obesitas dan
memiliki kebiasaan meminum kopi 5 cangkir sehari. Rekomendasi terapi yang diberikan yaitu
omeprazol 40 mg (2 kapsul 20 mg) sekali sehari selama 4-8 minggu untuk mengobati PUD dan
celecoxib 200 mg sehari (1 tablet x 1 kali minum dalam sehari) jika OA kambuh. Berdasarkan
penelitian Mc Cormack tahun 2011, celecoxib 200 mg/hari memiliki efektivitas sama dengan
beberapa NSAID non selektif seperti 150 mg/hari na diklofenak, na diklofenak-kolestiramin 280
mg/hari, deksibuprofen 800 mg/hari, ketoprofen 220 mg/hari dan naproxen 1 g/hari (McCormack,
2011). Berdasarkan penelitian Walsem, dkk, 2015 na. diklofenak 150 mg/hari 85% lebih efektif
meringankan nyeri dari pada celecoxib 200 mg/hari, naproxen 1 g/hari dan ibuprofen 2,4 g/hari dari
hasil Visual Analogue Scale (VAS) pada 60 studi selama 6 minggu dan.36 studi selama 12 minggu.
Namun, sebanyak 13 studi menyatakan bahwa na diklofenak memiliki resiko kejadian Antiplatellet
Trialists Collaboration (APTC) sama dengan celecoxib RR 1.1 (0.7;1.8), naproxen RR 0.9 (0.4;2.0),
etoricoxib RR 1.0 (0.9;1.2) dan ibuprofen RR 0.9 (0.5;1.6). Sebanyak 15 studi menyatakan na
diklofenak memiliki resiko kejadian Cardiovascular (CV) sama dengan celecoxib RR 1.2 (0.8;1.8),
naproxen RR 0.9 (0.4;1.9), etoricoxib RR 1.1 (0.9;1.3) dna ibuprofen RR 1.1 (0.7;1.9). Sebanyak 20
studi menyatakan bahwa na diklofenak memiliki resiko GI ulcer lebih rendah daripada naproxen RR
0.3 (0.2;0.6) dan ibuprofen RR 0.5 (0.3;0.9) sedangkan lebih tinggi dari pada celecoxib RR 1.4
(0.8;2.3) dan etoricoxib RR 1.5 (1.3;1.9) (Waslem, et al., 2015).
Edukasi yang diberikan kepada pasien terkait PUD dan OA yaitu omeprazol dikonsumsi rutin 40
mg 1 kapsul sehari 30 menit sebelum makan pagi, kapsul jangan dikunyah dan obat disimpan pada
suhu ruang hindari dari lembab dan cahaya matahari. Celecoxib dikonsumsi 200 mg sehari sekali
bersama makanan jika nyeri OA kambuh, tablet jangan dikunyah, perbanyak minum air 2-3 liter
sehari dan obat disimpan pada suhu ruang terhindar dari lembab dan cahaya matahari. Jika nyeri
perut dan BAB kehitaman masih terjadi dan nyeri jantung sebelah kiri hentikan pengobatan dan
segera hubungi dokter. Edukasi lain yaitu mengurangi atau menghentikan mengkonsumsi kopi 5
cangkir sehari. Jika terasa berat dilakukan, pasien dapat mengganti kopi dengan permen rasa kopi
atau rasa yang lain. Melakukan program penurunan berat badan (penurunan 5 kg dapat menurunkan
symptom dan disability), terapi fisik dan okupasi, seperti terapi panas-dingin dan relaksasi untuk
memperbaiki fungsi sendi, rutin olah raga tiap pagi atau sore dan istirahat yang cukup
diseimbangkan dengan bergerak (Dipiro, et al. 2008).
DAFTAR PUSTAKA
1. American Pharmacist Association. 2008. Drug Information Handbook. 17th edition. USA. Lexicomp.
2. Dipiro, et al. 2008. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach. 7 th edition. USA. Mc
Graww Hill Companies, Inc. p. 569-583 and 1520-1537.
3. McCormack, Paul.L. 2011. Celecoxib : a Review of Its Use Simptomatic Relief in the Treatment
of Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, and Ankylosing Spondylitis. Adis Drug Evaluation. 71
(18) : p. 2462-2464.
4. Waslem, et al., 2015. Relatife Benefit Risk Comparing Diclofenac to Other traditional Non
Steroidal Anti Inflammatory Drugs and Cyclooxygenase-2 Inhibitor in Patients with
Osteoarthritis or Rheumatoid Arthritis : a Network meta analysis. Arthritis Research and
Therapy. 17 (66) : p. 1-18.