Family Folder Hipertensi
Family Folder Hipertensi
Family Folder Hipertensi
Disusun oleh :
Novia Yosephin Nirigi
102011332
BAB I
Pendahuluan
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh orang perorang atau
keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Untuk mewujudkan
keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan diharapkan
memenuhi faktor 3A 2C I dan Q, yaitu available, accesible, affordable, continue, comprehensive,
1
integreted dan quality. Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal
atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah
termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki karakteristik
tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran mempengaruhi kesehatan serta berkaitan
erat dengan host (pejamu) dan agent (penyebab penularan).1
Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses interaksi antara:
Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan (environment). Segitiga epidemiologi (John Gordon)
menggambarkan relasi tiga komponen penyebab penyakit seperti penjamu, agent dan lingkungan.
1. Agent (A):
- Jumlahnya bila hidup.
- Konsentrasinya bila tidak hidup.
- Infektivitas/patogenisitas/virulensi/antigenisitas bila hidup.
Patogenicity, kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada host sehingga
timbul penyakit (diseases stimulus).
Virulensi, ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit.
Antigenicity, kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh
(antigen) pada host.
Infectivity, kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri, bertempat
tinggal dan berkembang biak dalam host
- Toksisitas/reaktivitas bila tidak.
2. Host (H):
- Derajat kepekaan.
- Imunitas terhadap (A) hidup, toleransi terhadap (A) mati.
- Status gizi, pengetahuan, pendidikan, perilaku, kebiasaan, adat istiadat dst.
3. Lingkungan (L):
- Kualitas dan kuantitas kompartemen lingkungan yg berperan thd terjadinya transmisi (A) ke
-
(H).
Aspek fisik, biologis, sosial, dan ekonomi.
Sedangkan Hendrik L. Blum, menggambarkannya sebagai hubungan antara 4 faktor yaitu keturunan,
Lingkungan biologik : bakteri, virus, jamur, nyamuk, kutu, lalat, hama, tumbuhan, hewan.
Lingkungan fisik : udara, sinar matahari, tanah, air, sampah, iklim.
Lingkungan ekonomi: pekerjaan, pendapatan dan kemiskinan.
Lingkungan sosial : tingkah laku, kepandaian, adat istiadat, kepadatan, isolasi.
Pendekatan ekologis pemecahan masalah kesehatan lingkungan melalui pengawasan lingkungan, ada 5
prinsip yaitu:2
1) Isolasi
2) Substitusi/mengganti
3) Shielding/melindungi
4) Treatment/mengobati
Di Indonesia, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja
pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang
ditimbulkannya. Hal tersebut berkaitan dengan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti
stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.
Jumlah pasien yang terdaftar dalam Internal Medicine Section of the Emergency Department pada tahun
1996 adalah 14.209 orang. Dimana 1634 orang adalah kasus emergensi-urgensi, 449 pasien termasuk
kriteria krisis hipertensi menurut Joint National Committee dan memiliki tekanan darah diastolik lebih
dari 120 mmHg.
3
Pada 23% pasien hipertensi diketahui adalah krisis hipertensi dan 28% dari 23% tersebut adalah
hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi juga lebih sering ditemukan dibandingkan dengan hipertensi
emergensi.
Kriris hipertensi biasanya lebih sering mengenai wanita bila dibandingkan dengan laki-laki,dimana 60%
pada wanita dan 40% pada laki-laki3.
Morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler meningkat meningkat sejalan dengan meningkatnya tekanan
darah sistolik dan diastolik tetapi pada individu yang berusia lebih dai 50 tahun tekanan darah sistolik
merupakan prediktor komplikasi yang lebih baik. Pada Penelitian oleh 18.700 dokter, peningkatan
tekanan darah sistolik perbatasan (140 159 mmHg) berhubungan dengan peningkatan kejadian stroke
sebanyak 42% dan kematian kardiovaskuler 56%.
Bab II
Laporan Kasus
Puskesmas
: Kecamatan Grogol
Tanggal kunjungan rumah : 24 Juli 2015
Data Riwayat Keluarga
I.
Identitas pasien :
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
Telepon
II.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kebersihan perorangan
Penyakit yang sering diderita
Penyakit keturunan
Penyakit kronis/ menular
Kecacatan anggota keluarga
Pola makan
Pola istirahat
Jumlah anggota keluarga
: cukup
: Hipertensi dan diabetes melitus
: Hipertensi
: Tidak ada
: Tidak ada
: Sedang
: Sedang
: 7 orang
III.
a.
b.
c.
d.
e.
Psikologis keluarga
Kebiasaan buruk
: Tidak ada
Pengambilan keputusan
: Bapak
Ketergantungan obat
: Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
Pola rekreasi
: Kurang
IV.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
V.
a.
b.
Spiritual keluarga
Ketaatan beribadah
Keyakinan tentang kesehatan
VI.
a.
b.
c.
d.
e.
VII.
a.
b.
Kultural keluarga
Adat yang berpengaruh
Lain-lain
: Permanen
: Keramik dan semen
: 50 m2
: Kurang
: Sedang
: Kurang
: Ada
: Ada
: Sumur bor
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Sedang
: Baik
: Sedang
: Tidak ada
: Tidak ada
1
2
3
Nama
dan
jenis
kelami
n
Ds.
Saputr
a
Neneg
Sulast
ri
Gita
Hilmi
Rosida
Rizki
Tanggal
lahir
pekerjaa
n
pendidik
an
Hub
Status
keluarg perkawin
a
an
Domisili
serumah/tid
ak
Keadaan
kesehat
an
penyakit
bila ada
sehat
4 mei
1948
Pensiun
guru SD
D2
Suami
Menikah
serumah
18
agustus
1955
15 juni
1986
1
novemb
er 1978
6 Maret
2010
IRT
SMP
istri
Menikah
serumah
Hiperten
si & DM
IRT
SMK
Anak
Menikah
Serumah
sehat
Wiraswa
sta
SMK
Anak
Menikah
serumah
sehat
Cucu
serumah
sehat
Keluhan utama
Kepala terasa sakit
IX.
Keluhan tambahan
Tegang dan kaki terasa lemas.
X.
XI.
XII.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital :
: Baik
: Compos mentis
: Normosefali
Mata
: Kedua konjungtiva tidak tampak anemis dan kedua sklera tidak tampak
ikterik
Hidung
Telinga
: Pada kedua telinga tidak tampak sekret, meatus akustikus eksternus lapang
Leher
: Tidak tampak pembesaran KGB regional dan kelenjar tiroid tidak tampak
membesar.
Ekstremitas
XVI. Prognosis
Penyakit
Keluarga
Masyarakat
: dubia
: dubia
: dubia ad bonam
XVII. Resume
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 60 tahun dengan keluhan utama kepala
terasa pusing, kaki dan tangan terasa lemas.
Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi
Pemeriksaan Fisik:
Tekanan darah: 140/80 mmHg
Diagnosis : Hipertensi grade I
Bab III
Tinjauan Pustaka
3.1 Definisi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya
Berlebihan, Tensi artinya Tekanan/Tegangan; Jadi, Hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal)
Komite Nasional Gabungan Amerika Serikat untuk prevensi, deteksi, evaluasi dan pengobatan tekanan
darah tinggi (Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure, yang selanjutnya disingkat JNC)(4) mendefinisikan bahwa hipertensi adalah bila tekanan
darah sistolik mencapai 140 mm Hg atau lebih atau tekanan darah diastolik melebihi 90 mm Hg atau
lebih. Sedangkan menurut Kaplan(5) hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri yang dihubungkan
dengan perbedaan usia dan jenis kelamin. Tekanan darah sistolik adalah tekanan maksimum yang timbul
di arteri sewaktu darah masuk ke dalam arteri. Tekanan diastolik adalah tekanan minimum di dalam arteri
sewaktu darah mengalir keluar ke pembuluh perifer.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80
mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal
memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
rendah pada saat tidur malam hari.
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal
dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis).
2. Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan
hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya
penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan
hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan
naiknya tekanan darah.
3. Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu
akan:
meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap
160-179 mmHg
100-109 mmHg
180-209 mmHg
110-119 mmHg
Sensitivitas Garam
Homeostasis Renin
10
Resistansi Insulin
Tidur Apneu
Genetik (keturunan)
Umur
Obesitas
Timbulnya hipertensi tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, melainkan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang tidak berdiri sendiri tetapi secara bersama-sama. Faktor keturunan atau
faktor riwayat keluarga merupakan faktor utama yang berperan dalam patofisiologi hipertensi.
Williams et al juga melaporkan bahwa seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi memiliki
resiko terkena penyakit hipertensi empat kali lebih besar daripada orang tanpa riwayat keluarga
hipertensi pada umur 50 tahun. Riwayat keluarga hipertensi yang dimaksud terutama yang berasal
dari keluarga terdekat atau first degree, seperti orang tua atau saudara kandung. Jika seseorang
memiliki dua atau lebih keluarga terdekat yang menderita hipertensi pada umur kurang dari 55
tahun, maka seseorang tersebut memiliki resiko 3,8 kali terkena hipertensi pada umur 20-49 tahun.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi yang penyebabnya karena penyakit lain atau yang disebut hipertensi sekunder, diderita
kira-kira 5% dari penderita hipertensi. Penyebab hipertensi sekunder dapat digolongkan menjadi
empat.
Pertama, karena kelainan kardiovaskuler. Hipertensi akibat kelainan kardiovaskuler biasanya
Penyakit Ginjal:
diturunkan)
Trauma pada
ginjal
(luka
yang
mengenai ginjal)
Kelainan Hormonal:
Hiperaldosteronisme
Sindroma Cushing (sekresi kortisol yang berlebihan)
Feokromositoma
Obat-obatan:
Pil KB
Kortikosteroid
Siklosporin
Eritropoietin
Kokain
Penyalahgunaan alkohol
Kayu manis (dalam jumlah sangat
besar)
Penyebab Lainnya:
Koartasio aorta
Preeklamsi pada kehamilan
Klasifikasi menurut WHO-ISH (International Society of Hypertension) tahun 1996 sebagai berikut
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah (WHO)
Klasifikasi
Tekanan Darah Optimal
Tekanan Darah Normal
Tekanan Darah Normal
Tinggi
Hipertensi Ringan
Hipertensi Sedang
Hipertensi Berat
140-159
160-179
> 180
90-99
100-109
> 110
Dan
atau
Atau
atau
Klasifikasi lain :
12
Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmhg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap
orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan
menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200
penderita hipertensi.
3.4 Faktor Resiko Hipertensi
1. Faktor keturunan
Pada
70-80%
kasus
hipertensi
esensial,
didapatkan
riwayat
hipertensi
di
dalam
keluarga. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila
salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai
peran memicu hipertensi. Peranan faktor genetik juga pernah dilaporkan pada penelitian yang
dilakukan Williams et al. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa interaksi antara faktor
predisposisi berupa genetik dan faktor lingkungan adalah penyebab timbulnya hipertensi.
Seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi memiliki kemungkinan 3,8 kali lebih besar terkena
hipertensi daripada seseorang tanpa riwayat keluarga hipertensi pada umur di bawah 55 tahun.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mendapat perhatian paling besar adalah asupan garam. Asupan garam
yang tinggi adalah asupan garam yang melebihi asupan maksimal yang dianjurkan. Asupan garam
yang dianjurkan adalah kurang dari 100 mmol atau 2,4 gram Na atau NaCl sebanyak 6 gram per
hari. Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah arterial karena kadar natrium
dalam darah yang tinggi dapat meningkatkan volume darah. Hal ini disebabkan oleh sifat Na yang
menyerap air sehingga tekanan darah dan denyut jantung meningkat.
Faktor lingkungan seperti stres, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga juga berpengaruh
memicu hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui
aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress
berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
3. Kegemukan
Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Walaupun belum dapat dijelaskan
hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya
13
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
4. Merokok
Telah diketahui bahwa rokok mengandung zat karsinogenik yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Resiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap tiap hari bukan pada lama merokok.
Penyebabnya diduga nikotin yang terkandung dalam rokok. Nikotin berpengaruh pada pelepasan
katekolamin oleh system saraf otonom. Katekolamin inilah yang dapat mengakibatkan
peningkatan frekuensi denyut jantung serta gangguan irama jantung.
5. Alkohol
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara alkohol dan timbulnya hipertensi.
Peminum alkohol berat akan cenderung hipertensi meskipun mekanismenya belum diketahui
secara pasti.
6. Usia
Hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hipertensi pada usia lanjut adalah
apabila tekanan darah 140/90 mm Hg. Terdapat hubungan antara hipertensi dan bertambahnya
usia penah dilaporkan oleh Dhianingtyas dan Hendrati dalam penelitiannya yang menyatakan
bahwa hipertensi diderita oleh subjek yang sebagian besar berumur 41-60 tahun (78,1%). Subjek
yang tidak menderita hipertensi sebagian besar berumur 18-40 tahun (53,1%). Dengan
bertambahnya usia juga terjadi penurunan elastisitas arteri sehingga dapat menyebabkan
peningkatan tekanan perifer.
7. Jenis Kelamin
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhianingtyas dan Hendrati menunjukkan bahwa subjek yang
menderita hipertensi sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Subjek yang tidak menderita
hipertensi sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Pada usia dini terdapat bukti adanya
perbedaan tekanan darah antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja, batas rata-rata
tekanan darah laki-laki lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan
setengah baya. Pada usia tua perbedaan itu menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik.
Banyak kajian yang sedang dilakukan untuk membuktikan bahwa estrogen dapat melindungi
kenaikan relatif tekanan darah pada masa tua wanita.
3.5 Fisiologi
1. Tekanan darah
Jantung secara bergantian berkontraksi untuk memompa darah ke dalam arteri dan bereaksi untuk
menerima pemasukan darah dari vena. Peristiwa pada jantung disebut dengan siklus jantung yang
berawal dari sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya (12). Siklus
14
jantung terdiri dari sistol yaitu periode ketika jantung berkontraksi dan diastol yaitu periode ketika
jantung relaksasi dan darah mengisi jantung.
Tekanan darah berarti kekuatan yang dihasilkan oleh oleh darah setiap satuan luas dinding
pembuluh. Tekanan maksimum yang timbul di arteri sewaktu darah masuk ke dalam arteri selama
sistol atau yang disebut tekanan sistolik, adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri
sewaktu darah mengalir ke luar ke pembuluh perifer selama diastol atau yang disebut tekanan
diastolik, rata-rata 80 mmHg. Perbedaan antara kedua tekanan ini sekitar 40 mmHg disebut
tekanan nadi. Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan sistolik di atas tekanan
diastolik.
Tekanan rata-rata adalah tekanan rata-rata selama siklus jantung. Apabila volume darah yang
masuk arteri sama dengan volume darah yang meninggalkan arteri selama periode yang sama
maka tekanan darah arteri akan konstan.
Tekanan darah arteri rata-rata dijaga secara konstan oleh reflek baroreseptor. Pada dasarnya, reflek
ini dimulai oleh reseptor regang yang disebut baroreseptor atau presoreseptor. Baroreseptor
merupakan ujung saraf yang terletak di dinding arteri dan akan terangsang bila baroreseptor ini
teregang. Pada dinding hampir semua arteri besar yang terletak di daerah toraks dan leher dapat
dijumpai beberapa baroreseptor. Jumlah baroreseptor sangat banyak ditemukan dalam dinding
setiap arteri karotis interna yang terletak agak di atas bifurkasio karotis, suatu daerah yang dikenal
sebagai sinus karotis serta pada dinding arkus aorta. Sinyal yang dijalarkan dari sinus karotis akan
melewati saraf Hering yang sangat kecil kemudian ke saraf glossofaringeal dan menuju ke traktus
solitarius yang terletak di daerah medulla batang otak. Sinyal dari arkus aorta dijalarkan melalui
nervus vagus dan menuju daerah yang sama di medulla batang otak.
Sinus karotikus dan arkus aorta merupakan reseptor terpenting dalam mengatur tekanan darah
secara terus-menerus. Reseptor ini memiliki letak yang sangat strategis untuk menyediakan
informasi penting mengenai tekanan darah arteri di pembuluh-pembuluh yang mengalir ke otak
(baroreseptor sinus karotikus) dan di arteri utama sebelum bercabang untuk memberikan suplai
darah pada bagian tubuh yang lain (baroreseptor lengkung aorta). Potensial reseptor pada kedua
baroreseptor ini akan meningkat jika tekanan darah meningkat sehingga peningkatan potensial
aksi di neuron aferen juga meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika tekanan darah turun maka
potensial reseptor di kedua baroreseptor akan menurun dan mengakibatkan pembentukan potensial
aksi di neuron aferen menurun.
Pusat integrasi yang menerima impuls aferen mengenai perubahan tekanan darah adalah pusat
kontrol kardiovaskuler. Pusat kontrol kardiovaskuler ini terletak di dalam batang otak. Tugasnya
untuk mengubah aktivitas simpatis dan parasimpatis pada jantung dan pembuluh darah. Jadi ketika
15
terjadi peningkatan tekanan darah akan terjadi peningkatan pembentukan potensial aksi pada
neuron aferen. Kemudian impuls ini akan diteruskan ke pusat kontrol kardiovaskuler. Di pusat
kontrol kardiovaskuler, impuls tadi direspon dengan cara mengurangi aktivitas simpatis dan
meningkatkan aktivitas parasimpatis. Hal ini mengakibatkan penurunan denyut jantung,
menurunkan volume sekuncup, dam menimbulkan vasodilatasi pada arteriola dan vena sehingga
pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan curah jantung dan tahanan perifer.
Baroreseptor dapat bekerja dengan dua cara, yaitu dengan penyesuaian jangka pendek dan jangka
panjang. Penyesuaian jangka pendek yang terjadi dalam beberapa detik dilakukan dengan
mengubah curah jantung dan tahanan perifer. Penyesuaian jangka panjang yang terjadi dalam
beberapa menit sampai hari mengubah volume darah dengan memulihkan keseimbangan garam
dan air melalui mekanisme pengeluaran urin dan rasa haus.
Gambar 1. Efek Sistem Parasimpatis Pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Arteri RataRata(5).
stimulasi
parasimpatis
kecepatan
denyut jantung
Jantung
tekanan
curah
Gambar 2. Efek Sistem Saraf Simpatis pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Arteri
darah
jantung
Rata-Rata4.
stimulasi
simpatis
jantung
kecepatan
denyut
jantung
kekuatan
kontraksi
jantung
arteriola
vasokontriksi
curah
jantung
volume
sekuncup
Resistensi
perifer total
tekanan
darah
3.6 Patofisiologi
aliran
volume
curah
venokontriksi
vena
Hipertensi tidak diketahui patofisiologi
sesungguhnya.
Kemungkinan
faktor hormon (renin
balik
sekuncup
jantung
vena (prostaglandin dan radikal bebas) dalam kenaikan tekanan
angiotensin) dan produk lokal vaskuler
darah ikut terlibat(13). Penting untuk kita ketahui fisiologi dari tubuh dalam menaikan tekanan darah.
Renin yang disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin dalam sel-sel
jukstaglomerular pada ginjal. Sel jukstaglomerular merupakan modifikasi dari sel-sel otot polos yang
terletak di dinding arteriol aferen, tepat di proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri turun, reaksi
16
intrinsik dalam ginjal itu sendiri meyebabkan banyak molekul protein dalam sel jukstaglomerolus
terurai dan melepaskan renin. Sebagian besar renin memasuki darah dan meninggalkan ginjal menuju
ke sirkulasi seluruh tubuh, walaupun sejumlah kecil tetap berada dalam cairan lokal ginjal dan
mengawali beberapa fungsi intrarenal.
Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma, yaitu suatu globulin yang disebut
angiotensinogen untuk melepaskan peptida asam amino, yaitu angiotensin I. Angiotensin I memiliki
sifat vasokonstriksi ringan dan tidak cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional yang
bermakna dalam fungsi sirkulasi.
Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, terdapat dua asam amino tambahan yang
memecah dari angiotensin untuk membentuk angotensin II. Perubahan ini hampir seluruhnya terjadi
selama beberapa detik sementara darah mengalir melalui pembuluh kecil pada paru-paru, yang
dikatalisis oleh suatu enzim pengubah, yang terdapat di endotelium pembuluh paru.
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat dan memiliki efek lain yang juga
mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah selama 1 atau 2 menit karena secara
cepat akan diinaktivasi oleh berbagai enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama disebut
angiotensinase.
Angiotensin menyebabkan ginjal menahan garam dan air melalui dua cara:
1. Angiotensin bekerja langsung pada ginjal untuk menimbulkan retensi garam dan air
2. Angiotensin menyebabkan kelenjar-kelenjar adrenal menyekresikan aldosteron, dan aldosteron
kemudian meningkatkan reabsorpsi garam dan air melalui tubulus ginjal.
Dalam menangani kasus hipertensi, fisiologi dari ginjal haruslah dipahami. Hal ini erat kaitannya
dalam pemberian obat-obatan yang mungkin berpengaruh pada fungsi ginjal itu sendiri.
Pada keadaan dimana fungsi filtrasi glomerolus menurun maka didapatkan pula perlambatan laju
aliran pada ansa henle yang menyebabkan peningkatan absorpsi natrium klorida pada ansa henle
tersebut dan didapatkan pula penurunan konsentrasi natrium klorida di macula densa.
Penurunan konsentrasi natrium klorida di macula densa memiliki sinyal yang mempunyai efek:
1.
Penurunan tahanan arteriol aferen dengan mekanisme pelebaran sehingga meningkatkan pula
tekanan hidrostatik glomerolus dalam rangka membantu mengembalikan glomerolus filtration
2.
17
- gelisah
- pandangan menjadi kabur (yang terjadi karena
adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal)
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera.
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai
oleh tekanan darah >180/120 mmHg.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target
akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit
jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting
aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang
progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada
tingkat 1 dalam waktu beberapa jam s/d beberapa hari.
3.8 Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat
atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata,
ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit
serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina),
gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko
kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan
kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai
18
peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
jantung.
Gambar 1
Ginjal
Insufisiensi ginjal
OTAK
Jantung :
HIPERTENSI
Stroke
TIA
MATA
Retinopati
Pembuluh Darah :
Arteriosklerosis
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit jantung koroner
19
Hipertensi
Dislipidemia
Merokok
Diabetes , dll
20
PVD
Disfungsi diastolik
mati mendadak
Disfungsi sistolik
ventrikel kiri
Hipertrofi
ventrikel kiri
remodelling
STROKE
aterosklerosis
Disfungsi endotel
Gagal jantung
kongestif
Disfungsi endotel
Gagal jantung
tahap akhir
Faktor risiko
KEMATIAN
Hipertensi
Gagal ginjal
tahap akhir
Tekanan
glomerulus
Disfungsi mesangial
sitokin
Proteinuria
sklerosis & fibrosis
Perubahan
di
dalam
jantung,
terutama
pembesaran
jantung,
bisa
ditemukan
pada
Hematologi Rutin
Urine rutin
hs-CRP
Glukosa Puasa
Urea-N
22
Glukosa 2 Jam PP
Cholesterol Total
Cholesterol HDL
Trigliserida
Apo B
Kreatinin
Asam urat
Mikroalbumin
Kalium
Natrium
Urine rutin
Glukosa Puasa
Cholesterol Total
Cholesterol HDL
Trigliserida
Apo B
Urea-N
Kreatinin
Asam urat
Mikroalbumin
Kalium
Natrium
Urine rutin
Kreatinin
Urea-N
Cystatin C
Mikroalbumin
3.12 Diagnosis
Anamnesis riwayat penyakit merupakan prioritas dalam menentukan diagnosis dan penatalaksanaan
hipertensi. Dapat ditemukan adanya keluhan dari gejala-gejala susunan saraf pusat, otonom, jantung
dan disfungsi visual. Perlu diperhatikan pula penggunaan obat-obatan yang dapat mencetuskan
hipertensi seperti, simpatomimetik.
23
Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat
antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan
obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan
secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai pembatasan pemasukan
natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.
Aktifitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak
30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau
olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat
menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat
badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik
terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target.
Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien
hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat
diakibatkan oleh merokok.
Tabel 4. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*
Modifikasi
Rekomendasi
Kira-kira penurunan
tekanan darah, range
5-20 mmHg/10-kg
penurunan BB
Adopsi
DASH
pola
makan Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk 8-14 mm Hg1
susu rendah lemak
24
2-8 mm Hg
klorida)
Aktifitas fisik
untuk perempuan
Singkatan: BMI, body mass index, BB, berat badan, DASH, Dietary Approach to Stop Hypertension
* Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan
2. Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda
dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah.
Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk
memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik,
terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia.
a. Diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati
hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga
menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan
tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Diuretik sangat efektif pada:
orang kulit hitam
lanjut usia
kegemukan
penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun
Preparat obat : klortalidon, hidroklorotiazid, indapamide, metozalone.
b. Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, betablocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.
25
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon
terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada:
penderita usia muda
penderita yang pernah mengalami serangan jantung
penderita dengan denyut jantung yang cepat
angina pektoris (nyeri dada)
sakit kepala migren.
Preparat obat : atenolol, betaxolol, bisoprolol, metoprolol, dll.
c. Angiotensin converting enzyme inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan
tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
Obat ini efektif diberikan kepada:
orang kulit putih
usia muda
penderita gagal jantung
penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal
menahun atau penyakit ginjal diabetik
pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
Preparat obat ; benazepril, captopril, enalapril, fosinopril,dll.
d. Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme
yang mirip dengan ACE-inhibitor.
e. Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang
benar-benar berbeda. Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat
cepat dan bisa diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi,
sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat.
Sangat efektif diberikan kepada:
orang kulit hitam
lanjut usia
penderita angina pektoris (nyeri dada)
denyut jantung yang cepat
sakit kepala migren.
Preparat obat: amlodipin, nifedipin, nisoldipin, dll.
f. Vasodilator
26
Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini
hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.
Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan
tekanan darah tinggi dengan segera.
Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan
secara intravena (melalui pembuluh darah):
diazoxide
nitroprusside
nitroglycerin
labetalol
Tujuan Akhir
Menurunkan resiko
Meminimalkan kebutuhan akan obat untuk mengontrol tekanan darah
Mencapai dan menjaga status gizi baik
Tujuan Diet
Menurunkan tekanan darah (diastole) 90 mmHg
Menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
Mencapai dan menjaga BB dengan IMT 18.5 25
Syarat Diet
Menerapkan Diet Garam Rendah, yaitu sebagai berikut:
Cukup energi, protein, mineral dan vitamin
Komsumsi karbohidrat kompleks
Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
Jumlah konsumsi natrium disesuaikan dengan berat tidaknya hipetensi
Hindari bahan makanan yang tinggi natrium
Konsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi kalium, tinggi serat
Jenis Diet
Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
27
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi berat. Tidak
ditambahkan garam dapur dalam pengolahan makanannya. Hindari juga bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak terlalu berat.
Boleh menggunakan sdt (2 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan. Boleh
menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
3.15 Pencegahan
Bab V
28
Penutup
Kesimpulan
Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses interaksi
antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan (environment). Segitiga
epidemiologi (John Gordon) menggambarkan relasi tiga komponen penyebab penyakit seperti
penjamu, agent dan lingkungan. Sedangkan Hendrik L. Blum, menggambarkannya sebagai
hubungan antara 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.1,2
Hipertensi dibedakan menjadi primer dan sekunder yang bergantung pada faktor etiologinya.
Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya,
sekitar 90% penderita hipertensi adalah hipertensi primer. Hipertensi yang penyebabnya
karena penyakit lain atau yang disebut hipertensi sekunder, diderita kira-kira 5% dari
penderita hipertensi
Obat-obatan anti hipertensi yang dapat digunakan antara lain, diuretik, beta blocker,
penggantian kalium, panghambat saluran kalsium dan ace inhibitor.
Yang termasuk hipertensi emergensi antara lain hipertensi ensefalopati, hipertensi dengan
perdarahan intrakranial, gagal jantung kiri akut, aneurisma aorta yang pecah, dan pada
talasemia.
Hipertensi maligna tanpa komplikasi hipertensi perioperatif, dan hipertensi pada pasien yang
memerlukan operasi segera termasuk keadaan hipertensi urgensi. Perbedaan antara keduanya
kadang-kadang tidak jelas sehingga pengelolaan secara profesional sangat diperlukan 18. perlu
diperhatikan pula bahwa pemberian obat oral pun untuk hipertensi mendesak dapat
menimbulkan iskemia miocard dan hipoperfusi serebral.
Hipertensi yang terkontrol dapat memberikan harapan hidup yang lebih baik. Prognosis
sangat baik, tergantung gaya hidup.
29
Daftar Pustaka
1. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.
2. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.
3. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit
FKUI, 2003.
4. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia
Kedokteran No. 150, 2006 35
5. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World
Congress of Cardiology, Tokyo, 1978
6. Boedhi-Darmojo. R, Imam Parsudi dkk. Knowledge and Attitude of doctors on
Hypertension, 3rd ASEAN Congress of Cardiology, Singapore (1980), in MEDIKA
II,7, 634-638, 1985
7. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in certain Ethnic
Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 1976
8. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension, Med. Clin. NAm., 61.3,531, 1977
9. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO
Chronicle 1962
(tampak depan)