PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan adalah salah satu unsur penting yang mempengaruhi
kesehatan seseorang. Setiap makanan yang kita makan akan berubah
menjadi zat-zat gizi yang sangat penting dan dibutuhkan oleh tubuh. Oleh
karena itu, kecukupan gizi memegang peranan utama dalam proses tumbuh
kembang tubuh. Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa dan
sebagai modal pembangunan. Anak yang sehat dan normal akan tumbuh
sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya, tetapi pertumbuhan ini juga
akan dipengaruhi oleh intake ( masukan) zat gizi yang dikonsumsi dalam
bentuk makanan.
Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status
gizi. Kecukupan gizi merupakan salah satu faktor terpenting dalam
mengembangkan kualitas sumber daya manusia, prestasi belajar dan
produktifitas kerja. Hal ini sangat dipengaruhi oleh masukan zat gizi dari
makanan yang dimakan setiap harinya, yaitu menu makanan seimbang yang
terdiri atas makanan pokok (nasi, roti, umbiumbian, dan jagung), lauk pauk
(sumber hewani dan nabati), sayur mayur, buah dan ditambah susu.
Pemenuhan gizi seimbang dimulai dari tingkat yang paling rendah
yaitu tingkat rumah tangga / keluarga. Pengelolaan gizi di tingkat rumah
tangga menjadi hal yang sangat penting, mengingat bahwa kebiasaan
konsumsi makan seseorang berawal dari kebiasaannya saat kecil di rumah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan melaporkan bagaimana
kondisi pengelolaan gizi di tingkat rumah tangga. Tetapi dikarenakan jarak
rumah yang jauh, maka penulis mengamati dan menganalisis kondisi
pengelolaan gizi di rumah tempat penulis tinggal saat ini yakni di Perum
Mutiara Cilolohan Blok A16.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : Bagaimana gambaran pengelolaan gizi di tingkat rumah
tangga?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai yakni untuk mengetahui bagaimana
kondisi pengelolaan gizi di tingkat rumah tangga serta upaya yang harus
dilakukan agar pengelolaan gizi ini lebih baik.
BAB II
GAMBARAN PENGELOLAAN GIZI DI RUMAH
Rumah yang menjadi tempat penelitian dalam observasi ini terletak di
Perum Mutiara Cilolohan Blok A no 16. Didalam rumah ini, terdapat 1 orang
kepala keluarga dan 5 orang anggota. Berdasarkan kategori umur, seluruh
anggota keluarga ini berumur 19-20 tahun yang mana pekerjaan sehari-harinya
sebagai mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Siliwangi. Untuk pendapatan keuangan, setiap anggota keluarga wajib
membayar iuran sebesar Rp. 50.000,- per minggu sebagai pemasukan untuk
kebutuhan sehari-hari seperti membeli bahan makanan, membayar uang
keamanan, membayar listrik dan kebutuhan lainnya.
Keluarga ini juga memiliki pembagian tugas sehari-hari seperti jadwal
piket kebersihan dan jadwal memasak. Yang mana jadwal tersebut dibuat untuk
2 hari sekali dan khusus untuk hari minggu pekerjaan dibereskan secara
bersama-sama. Tetapi dalam pelaksanaannya, kadang tidak selalu sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat. Hal ini dikarenakan kesibukan dari masingmasing anggota keluarga yang berbeda-beda.
Analisis laporan ini, dilakukan melalui proses observasi langsung dan
wawancara. Pertama observasi dimulai dari pengamatan langsung mengenai
letak dan kondisi rumah. Rumah keluarga ini terletak di tempat yang cukup
strategis. Hal tersebut terlihat dari jarak rumah ke jalan utama tidak terlalu jauh
(jalan raya), jauh dari kebisingan, dekat dengan mesjid, dekat dengan pos
keamanan, luas ruangannya cukup untuk melakukan aktivitas keluarga, air
sumur yang bersih dan subur serta kemudahan dalam berbelanja bahan
makanan
sehari-hari
(ada
tukang
sayur
keliling).
Kemudian
penulis
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gizi Sektor Informal
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, formal artinya resmi dan informal
tidak resmi. Adapun didalam pendidikan, formal diartikan sebagai jalur
pendidikan terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
menengah dan tinggi. Sedangkan non formal diartikan sebagai jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang melalui keluarga dan lingkungan.
Gizi sektor informal merupakan penyelengaraan makanan tanpa
manajemen dan struktur jelas. Semua kegiatan di mulai dari penyediaan
bahan makanan, mengolah sampai menyajikan dilakukan sendiri dan tidak
mengikuti aturan penyelenggaraan makanan. Makanan yang disediakan,
kandungan gizinya tidak diperhatikan karena hanya berdasarkan pengetahuan
seadanya dari penjamah makanan. Contoh gizi sektor informal yaitu
penyelengaraan makanan di tingkat keluarga (rumah tangga), warung-warung
nasi kecil, Food street dan sebagainya.
makanan
selingan,
usahakan
menggunakan
tinggalkan
makanan
yang
telah
dimasak
pada
terhadap
suatu
makanan
tertentu,
tetap
harus
Pengolahan Makanan
1. Cara merebus
a. Merebus adalah memasak bahan makanan dengan cara
memasukkannya ke dalam air mendidih atau kaldu
b. Air yang anda gunakan sesedikit mungkin, sesuai dengan
kebutuhan
c. Rebus bahan makanan dengan isi panci yang tertutup, jangan
merebus bahan makanan terlalu lama. Hal tersebut dapat
mengurangi kandungan vitamin dan memudarkan warna sayuran
sehingga terlihat kurang segar
d. Rebus bahan makanan secara bertahap, sesuaikan dengan
bahan jenis makanan yang anda olah.
2. Cara mengukus
Mengukus adalah memasak bahan makanan dengan
menggunakan kukusan atau risopan (steam). Alat mengukus yang
harus digunakan biasanya disesuaikan dengan bahan makanan yang
hendak di kukus. Lama mengukus antara bahan makanan yang satu
dengan yang lain biasanya pun berbeda. Contohnya waktu
mengukus sayuran biasanya relatif lebih cepat dari pada mengukus
pepes ikan.
3. Cara mengetim
Mengetim adalah memasak dalam tempat tertentu seperti
mangkuk kecil kemudian di masukkan kedalam panci yang berisi air
penyajian
makanan,
ada
beberapa
yang
harus
diperhatikan diantaranya :
1. Setelah dimasak, sebaiknya makanan segera dimakan.
2. Apabila disimpan diruang terbuka (tidak di dalam lemari es)
hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan ditutup agar terhindar dari
serangga atau binatang lain.
3. Apabila makanan akan dihangatkan sebaiknya hingga 60 C.
Makanan jangan dihangatkan terlalu lama dan sering karena zat
gizinya akan hilang dan rusak.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Gizi sektor informal merupakan penyelengaraan makanan tanpa
manajemen dan struktur jelas. Semua kegiatan di mulai dari penyediaan
bahan makanan, mengolah sampai menyajikan dilakukan sendiri dan tidak
mengikuti aturan penyelenggaraan makanan. Dalam laporan ini, rumah yang
menjadi tempat observasi adalah terletak di Perum Mutiara Cilolohan Blok A
no 16. Yang mana di rumah ini, terdapat 1 orang kepala keluarga dan 5
orang anggota. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan gizi di rumah keluarga ini masih sangat jauh
dari teori yang ada. Oleh karena itu, sangat diperlukan kesadaran masingmasing dari anggota keluarga mengenai pentingnya pengelolaan gizi ini,
sehingga pemenuhan gizi seimbang yang dianjurkan pemerintah dapat
tercapai.
B. SARAN
1. Bagi rumah yang diteliti
a. Diharapkan lebih memperhatikan lagi mengenai pengelolaan gizi
yang baik ditingkat rumah tangganya
b. Pengolahan makanan sebaiknya dilakukan dengan cara di rebus,
dikukus dan ditim. Terlalu sering mengolah makanan dengan cara di
tumis dan di goreng, dapat meningkatkan resiko penyakit kanker
karena mengandung zat-zat karsinogenik
c. Penyusunan
menu
sebaiknya
dibuat
agar
tidak
menjadi