PENGKAJIAN GASTROINTESTINAL
MAKALAH
PENGKAJIAN GASTROINTESTINAL
Disusun oleh :
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
DiahRiniSetiyawati
Dimas JanuPratama
DwiSeptyaningrum
FinaWijayanti
FitriFauziahApriliani
HidayatulKhosidah
Ika safitri
Ike Kusuma Rimbani
Indri DwiPratiwi
2 Reguler B
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah pengkajian kesehatan dan diasnotik ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu
memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah pengkajian
kesehatan dan diasnotik ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Bp. Supriyo
yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis
makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan
tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik
itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Pekalongan, 04 september 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................
ii
Daftar Isi................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Tujuan Penulisan................................................................................................
C. Manfaat Penulisan..............................................................................................
1
1
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
Pemeriksaan fisik..................................................................................................
Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring..............................................................
Pemeriksaan fisik pada abdomen..........................................................................
Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan............................................
2
3
3
5
iv
iv
Daftar Pustaka.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala-gejala
umum disfungsi gastrointestinal. Gejala-gejala dimana pengkajian difokuskan mencakup
nyeri, kembung, bising usus, mual dan muntah, hematemesis, perubahan kebiasaan defekasi
serta karakteristik feses.
Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal. Kaji lokasi,
durasi,
pola,
frekwensi,
distribusi
penyebaran
dan
waktu
nyeri
Indigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan bagian lain
GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena lemak berada di
lambung lebih lama Sendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan
sendawa (pengeluaran gas melalui mulut bila gas mencapai lambung) dan flatulensi
(pengeluaran gas dari rektum). Keluhan yang sering dirasakan : kembung, distensi atau
merasa penuh. Mual dan muntah. Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat
dicetuskankan oleh bau, aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel
yang tidak dapat dicerna atau darah (hematemesis). Diare dan konstipasi. Diare secara umum
terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu cepat dan terdapat ketidakadekwatan
waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau perlambatan pengeluaran feses dari
rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang yang keras, kering
dan volume yang lebih kecil dari normal. Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering
mengejan, frekwensi dua kali setiap minggu. Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat
kesehatan terdahulu, kesehatan keluarga dan riwayat psikososial.
B. Tujuan
Untuk mempelajari tentang pengkajian gastrointestinal.
C. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam
melakukan pengkajian gastrointestinal
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai gastrointestinal
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang didapat dari
pasien. Abdomen diinspeksi, diauskultasi, di palpasi dan diperkusi. Pasien ditempatkan pada
posisi supine. Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan
lokal, distensi atau gelombang peristaltik. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi
untuk mencegah terjadi perubahan motilitasi usus. Karakter, lokasi dan frekwensi usus
dicatat, timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi
massa abdomen atau area nyeri tekan.
Adanya temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kwadran atau regio-regio untuk
menggambarkan abdomen. (Kwadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kwadran kiri
bawah)
Regio-regio abdominalis
Hipokondria kanan
Lobus kanan hepar
Bagian duodenum
Fleksur hepatica
Ginjal kanan
Kelenjar suprarenal
Epigastrik
Akhir pilorik
Duodenum
Pankreas
Hipokondria kiri
Lambung
Limpa
Ginjal kiri
Lumbal kanan
Kolon asenden
Bagian duodenum dan yeynu
Umbilikalis
Omentum
Mesentrika
Bag. Bawah duodenum
Yeyenum dan ileum
Lumbal kiri
Kolon desenden
Bagian bawah ginjal kiri
Bag. Jejunum dan ileum
Inguinalis kanan
Sekum
Apendik
Ureter/ovarium
Hipogastrik
Ileum
Kandung kemih
uterus
Inguinalis kiri
kolon sigmoid
ureter
ovarium
2) Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring
Inspeksi warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus
Kemampuan membuka dan menutup mulut
Isspeksi lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa
Keadaan gigi geligi dan gusi, dikaji apakah ada carries, inflamasi atau tanda-tanda Perdarahan
3) Pemeriksaan fisik pada abdomen
Inspeksi
Perubahan warna di abdomen
Distribusi rambut
Adanya ras, lesi, striae, petechie, scar atau ikterik
Kesimetrisan
Auskultasi
Bising usus bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap kwdran abdomen,
bising usus normal terdengar 5-12 kali/menit
Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis, ileus paralitik
Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro enteritis,
obstruksi usus
Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing)
Perkusi
Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomen
Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomen
Dilakukan disemua kwadran
Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan limpa
Palpasi
Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi nyeri
Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam dilakukan penekanan
sedalam 4 cm
Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran
Kwadran-kwadran abdomen
Lien
Badan dan ekor pancreas
Pleksur splenikus colon
Sebagian kolon tranversum dan asenden
Kwadran kanan bawah :
Sekum
Apendiks
Ureter kanan
Ovarium kanan dan tuba fallopi
Korda spermatikus kanan
Kwadran kiri bawah :
Kolon sigmoid
Ureter kiri
2)
3)
4)
atau tidak.
Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan
bisa
dilakukan
pada
saat
manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui
sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada
disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk
karakteristik lainnya. Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk
mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh
cairan yang bisa didapat.
Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.
2.
dan
cairan
dari
lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau
tidak
dapat
berfungsi
sebagaimana
mestinya.
Intubasi Nasoenterik. Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung
lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk
biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk
analisa
aktivitas
enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak
menimbulkan nyeri.
3.
Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat
jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan
endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami
iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh
jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya. Endoskop juga bisa digunakan untuk
pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di
dalam endoskop: Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan
menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil. Sebuah
jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan
menghentikan perdarahannya. Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita
biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa
menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat
pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi
dari
penggunaan
endoskopi
relatif
jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya
endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
4.
Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop.
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian
5.
lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya
ulkus,
erosi,
tumor
dan
varises
kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan
barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam
saluran
pencernaan.
Proses
ini
juga
bisa
direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah.
Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan
struktur lainnya. Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak
nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam
tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang
berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
6.
Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.
Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah
kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi
lambung
atau
usus,
penyakit
hati,
kanker
atau
pecahnya
limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau
untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk
memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik
dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan
dengan
tabung
suntik
ke
dalam
rongga
perut
dimana
cairan
terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan
diambil
untuk
mengurangi
pembengkakan
perut.
7. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan
juga
USG
bisa
juga
menunjukkan
dapat
daerah
abnormal
menunjukkan
di
adanya
dalamnya.
cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan,
sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus
halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak
memiliki
resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke
berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa
dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
8. Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun
kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja
terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah
yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa
diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker
dan
kelainan
lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan
pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia
lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut daritubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
B.
Saran
`Di
sarankankepadapembaca
pembacalebihbaikdalammengkajidanlebihtelitidalammengkaji gastrointestinal.
DAFTAR PUSTAKA
http://aianpramadhan.blogspot.com/2012/04/pengkajian-keperawatansistem.html
Diposkan oleh Nissa Uchil di 9:30:00 am
agar
Reaksi:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
yang ditekan
- Tanda :
Status Emosi depresi, menolak, marah, ansietas
4. Eliminasi
- Gejala : Diare / Konstipasi, Nyeri abdomen tak jelas dan distres, kembung
5. Makanan/Cairan
- Gejala :
Lapar terus menerus atau menyangkal lapar, napsu makan normal, meningkat, atau
-
menghilang
Tanda :
Penururnan berat badan / pemeliharaan berat badan 15%
memotong makanan dalam potongan kecil, muntah, muntah darah / adanya robekan esofageal
Hygiene
Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh / lanugo, kehilangan rambut
axila/pubis, kuku rapuh, tanda erosi email gigi, kondisi gizi buruk
7. Neurosensori :
- Tanda : Afek tepat, kecuali tentang tubuh dan makan, afek depressi, ( munhgkin depresi),
perubahan mental ( apatis, bingung, gangguan memori) karena malnutrisi/kelaparan
8. Nyeri/Kenyamanan
- Gejala : Sakit Kepala
9. Interaksi Sosial
Gejala :
Latar belakang kelas menegah atau atas. Ayah pasif / ibu dominan, anggota keluarga dekat,
kebnersamaam dijunjung tinggi, batas pribadi tak dihargai, Riwayat menjadi diam, anak
dapat bekerja sama, krisis emosional dari beberapa orang, seperti pada saat timbul pubertas
atau keluarga pindah, gangguan berhubungan ( tak menikah, cerai), penyiksaan sexual,
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
-
JDL dan Diferensial : Menentukan adanya anemia, leukopenia, limfositosis. Trombosis darah
fungsi hypofisis : Respon TSH terhadap TRF tak normal pada annorekaia nervosa
Metabolisme Kortisol : Dapat meningkt
Tes Skresi Hormon Leutenizing : Pola mirip gadis pra pubertas
Estrogen : Penurunan
Gula Darah dan BMR : Mungkin rendah
Kimia Lain : SGOT/SGPT
Kadar MHP 6 : Tanda Malnutrisi/depresi
Urinalisa dan Fungsi Ginjal : BUN meningkat, adanya keton menunjukan kelaparan
EKG : Tak normal dengan tegangan rendah, inversi gelombang T, disritmia
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
Pada pemeriksaan abdomen kita harus kembali mengingat pembagian daerah abdomen
menurut :
9 Regio dan 4 kuadrant
A. Inspeksi
-
Amati bayangan bendungan pembuluh darah vena di kulit abdomen, normal pembuluh darah
dikulit abdomen berasal dari pertengahan abdomen, ada yang menuju ke atas ada yang
menuju kebawah dan tidak terlalu menjonjol
B.
Mendengar suara peristaltik usus ( normal berkisar 5-35 kali per menit)
Patologis setelah 5 menit tidak terdengar bunyi peristaltik baru dikatakan negatif
C.
-
area lumbal kanan dan kiri, Bruit arteri femoralis di lipat paha kanan dan kiri
Palpasi
Sebelum dipalpasi, bertanyalah apakah ada bagian perut pasien yang terasa nyeri (spontan)
benjolan / tumor, feses, periksa juga turgor kulit perut untuk melihat hidrasi pasien.
Sesudah itu periksalah dengan tekanan pada regio supra pubic (cystitis) titik MC Burney
(Appendicitis) Regio Epigastrika (Gastritis), regio iliaca (adnexitis) barulah palpasi hepar dan
lien
2.
3.
4.
5.
Aktivitasr / istirahat
Gejala : Letih, lelah, malaise, keterbatasan akibat keadaan, ketegangan mata, kesulitan
membaca, lemah.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hypertensi
Tanda : Hypertensi, pucat , wajah tampak kemerahan
Integritas Ego
Gejala : perasaan ketidakmampuan, keputusasaan, depresi ketidakberdayaan
Tanda : Kekuatiran, ansietas, peka rangsang
Makanan / Caiiran
Gejala : punya kebiasaan makan makanan yang tinggi vasoaktifnya; kafein, coklat MSG,
saos, hotdog daging dlll
Neurosensori
Gejala : Pening, disorientasi( selama sakit kepala), tdk mampu berkonsentrasi, riwayat
kejang
Tanda : perubahan pola bicara dan proses pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus,
6.
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala; misal : Migrain mungkin menyeluruh
atau unilateral
Clusster : paroksismal tiba-tiba tdk berdenyut, unilateral, kluat
Ketegangan Otot : Bertahap, bilateral, terasa terekan, tdk berdenyutserak kaku sakit
Meningeal : nyeri berat menyeluruh dsn konstan
Tumor Otak : Nyeri hebat menetap, menyelutruh / itermitenseringkali membuat ternangun
Pascatrauma : berat dan biasanya bersifat kroniskontinou atau itermiten, setempat atau umum
insnsitas beragam
Sinus : awitan tiba-tiba. Sakit kepala pagihari sangat hebat. Nyeri bersifat tumpul dan
tekanan akibat perubahan posisi memperberat sakit
PEMERIKSAAN FISIK
Melakukan Uji Kekuatan Otot
Diawali dengan mmeriksa tonus otot, trofi otot, ( tonus dihubungkan dengan ketegangan, trofi
dihubungkan dengan ukuran otot) dengan cara inspeksi palpasi. Bandingkan kiri dan kanan
demikian pula dengan kekuatan otot
Kekuatan otot dinailai dengan angka nol sampai lima
0
= Otot sama sekali tidak mampu bererak tanpa berkontraksi pun tdk, bila lengan/tungkai
dilepaskan, akan jatuh 100% pasif
= Tampak Kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh
= Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya gravitasi (saja), tapi dengan
sentuhan akan jatuh
= Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tdk mampu melawan
tekanan/dorongan dari pemriksa
= Kekuatan Utuh
Uji kekuatan otot sekali-kali bukan membandingkan kekuatan pasien dengan sipemeriksa
Menilai Reflek reflek Fisiologik
Reflek fisiologik diperiksa pada ketukan tendon yang akan dijawab dengan kontraksi otot.
Diperiksa reflek tendon biceps, triceps, lutut dan achiles
Mencari Reflek patologik Babinski
Reflek patologik babinski normal tidak ditemui
Caranya
Normal
: Kelima jari jari kaki akan melakukan gerak plantar flexi. Hasil seperti diatas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kejang
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
9.
Urine : Biasanya < 400ml/24 jam( fase oliguria) yg terjadi 24-48 setelah ginjal rusak
Warna urine : Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Berat jenis > 1010
3.
4.
5.
6.
peningkatan bermakna
Natrium : Biasanya menurun tetapi l;ebih dari 40 m Eq/L bila ginjal tdk mampu lagi
7.
8.
9.
mengabsorbsi natrium
Bikarbonat : Meningkat bila ada asidosis metabolik
SDM : mungkin ada karena infeksi, batu gtrauma tumor atau peningkatan GF
Protein : Protein derajat tinggi ( 3 +, 4+)sangat menunjukan kerusaka adanya n glomerolus
bila SDM dan warna tambahan juga ada Warna Tambahan : Biasanya tanda penyakit ginjal
dan infeksi. Warna tambahan seluler dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel
2.
Pergerakan sendi
3.
Keseimbangan dan
4.
Gerakan terkoordinasi
Trauma
Degeneratif
Tumor
Metabolik
Ex : Gangguan muskuloskeletal karena trauma :
Gangguan Muskuler : Menurunya masa otot sebagai dampak imobilitas dapat menyebabkan
Aktivitas
Tanda : ada keterbatasan /kehilangan fungsi pada bagian yang terganggu
2.
Sirkulasi :
Tanda : Hypertensi ( kadang respon terhadap Nyeri/ ansietas), Hypotensi ( akibat cedera dan
perdarahan), pembengkakan jaringan
3.
Neurosensori :
Gejala : Hilangnya pergerakan/ sensasi, spasme otot, kesemutan / parastesis
Tanda : Deformitas lokal ; angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, hilang fungsi.
4.
Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba saat cedera, spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
5.
Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Profil Koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah / cedera hati
PEMERIKSAAN FISIK
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
1.
Inspeksi :
2. Palpasi :
-
Kulit
Derajat
Rentang
Normal
Bahu
Adduksi : gerakan dari lengan kelateral dari posisi sampingkepala
Siku
Flexi : angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah meuju bahu
Pergelangan Tangan /kaki
Fleksi : Tekuk jari-jari tangan / kaki ke arah belakang sejauh mungkin
Extensi : Luruskan pergelangan tangan /kaki dari posisi flexi
Hiperextensi: tekuk jarijari tangan /kaki ke arah belakang sejauh mungkin
Abduksi : Tekuk pergelangan tangan / kaki ke arah ibu jari
180
150
80-90
80-90
70-90
0-20
30-50