Anda di halaman 1dari 26

BAB I.

A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Krisis energi dunia yang terjadi beberapa tahun terakhir ini mendorong

pengembangan energi alternatif (biofuel) yang berasal dari sumber daya energi
terbarukan (renewable resource), salah satunya adalah berasal dari tumbuhan (nabati).
Di Indonesia selama ini terdapat 30 jenis tumbuhan penghasil energi. Salah satu
tumbuhan penghasil energi yang sedang dikembangkan di Indonesia adalah
Nyamplung (Calophyllum spp). Nyamplung merupakan tanaman yang berasal dari
Afrika Timur dan Pantai India tetapi banyak tumbuh di daerah tropis khususnya di
negara kepulauan sekitar Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Di Indonesia,
nyamplung tumbuh menyebar merata di seluruh daerah terutama di sepanjang pesisir
pantai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kepulauan Maluku sampai
dengan Papua.
Beberapa nama daerah dari tanaman nyamplung adalah Sumatera : Eyobe
(Enggano), Punaga (Minangkabau), Penago (Lampung), Nyamplung (Melayu), Jawa :
Nyamplung (Jawa Tengah), Nyamplung (Sunda), Camplong (Madura), Bali : Camplong
(Bali), Nusa Tenggara : Mantan (Bima), Camplong (Timor), Sulawesi : Dingkalreng
(Sangir), Dongkalan (Mongondow), Dunggala (Gorontalo), Ilambe (Buol), Punaga
(Makassar), Pude (Bugis), Maluku : Hatan/Bintangur (Ambon), Fitako (Ternate), Bita
(Serui, Papua) .
Nyamplung merupakan tanaman hutan yang memiliki potensi dan prospek untuk
dikembangkan sebagai bahan baku biofuel. Biji nyamplung dapat dikonversi menjadi
biofuel dengan rendemen yang tinggi (diperkirakan mencapai 65%) dan dalam
pemanfaatannya tidak berkompetensi dengan bahan pangan. Selain itu nyamplung
mempunyai keunggulan ditinjau dari prospek pengembangannya ke depan dan
pemanfaatan lain, yaitu : 1) Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara
alami di Indonesia, regenerasinya mudah dan berbuah sepanjang tahun, menunjukkan
kemampuan dengan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan, 2) Tanaman ini
relatif mudah dibudidayakan baik melalui hutan tanaman sejenis (monocultur) atau
hutan tanaman campuran (mixed-forest), 3) Cocok tumbuh di daerah beriklim kering,
permudaan alami dan berbuah sepanjang tahun, 4) Hampir seluruh bagian tanaman

nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang bernilai ekonomi,


5)

Tegakan nyamplung berfungsi sebagai wind breaker atau perlindungan untuk

tanaman pertanian dan konservasi sempadan pantai, 6) Pemanfaatan biofuel


nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon untuk kebutuhan kayu bakar.
Penyebaran nyamplung yang merata di seluruh daerah menunjukkan tingginya
daya survival tanaman ini. Di Papua, nyamplung tumbuh merata di sepanjang pesisir
pantai di Fakfak, Sorong, Manokwari, Nabire, Biak, Pulau Yapen dan Jayapura.
Tegakan nyamplung dari hutan alam memberikan jumlah anakan alami yang melimpah.
Komposisi tegakan terdiri atas tegakan muda sampai tegakan tua yang masih produktif
(menghasilkan biji) hingga umur 50 tahun. Namun sampai saat ini potensi Nyamplung di
Papua belum diketahui secara pasti. Demikian halnya dengan potensi nyamplung di
Indonesia, masih diketahui berdasarkan penafsiran tutupan lahan Citra Satelit Landsat7
ETM+ seluruh pantai di Indonesia setiap provinsi (Dephut, 2003), diduga tegakan alami
nyamplung mencapai total luasan 480.000 hektar dan sebagian besar berada di
kawasan hutan. Berdasarkan data tersebut di Propinsi Papua Barat, potensi tegakan
nyamplung di kawasan hutan mencapai 28.000 hektar, di luar kawasan 5.300 hektar.
Provinsi Papua seluas 79.800 hektar di dalam kawasan hutan dan 9.400 hektar di luar
kawasan.
Papua dengan kondisi geografis yang sedemikian rupa dan terbatasnya sarana
dan prasarana transportasi, menyebabkan rendahnya akses masyarakat terhadap
energi yang berasal minyak bumi. Potensi nyamplung yang tinggi di Papua sangat
prospektif terhadap pengembangan energi alternatif bagi masyarakat di pedalaman,
mengingat kebutuhan masyarakat akan kayu bakar sebagai pengganti bahan bakar
minyak semakin meningkat. Sehingga diperlukan kajian tentang potensi nyamplung
untuk pengembangan energi alternatif di pedesaan (pedalaman Papua).
B.

Pokok Permasalahan
Kondisi geografis Papua menyebabkan terbatasnya sarana dan prasarana

transportasi, sehingga akses masyarakat di pedalaman terhadap bahan bakar minyak


terbatas, sementara itu potensi nyamplung baik di dalam kawasan maupun luar
kawasan hutan tinggi. Oleh sebab itu potensi nyamplung yang ada di Papua dapat

dikembangkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak

pada

masyarakat pedalaman Papua.

C.

Maksud dan Tujuan Kegiatan


1. mengetahui jumlah pohon dan kondisi permudaan nyamplung di kawasan hutan
primer maupun areal bekas tebangan.
2. mengetahui produktivitas biji nyamplung untuk pengembangan biofuel.

D.

Metode Pelaksanaan Kegiatan

1.

Lokus Kegiatan
Pengamatan kajian potensi tegakan nyamplung dilakukan pada empat (4) lokasi

yaitu Kampung Armarea, Kampung Mariarotu, Kampung Aryepi (Aryepi) dan Pulau
Ambai. Kampung Armarea, Kampung Aryepi dan Kampung Mariarotu terletak di Pulau
Yapen Bagian Selatan, sedangkan Pulau Ambai terletak di Pulau Yapen bagian Timur.
Secara geografis Kabupaten Yapen terletak pada bagian Utara dengan koordinat
13503023.25 BT dan 10360,49 LS, bagian Selatan dengan koordinat 13601953.24
BT dan 105754.17 LS, bagian

Barat dengan koordinat 13502635.70 BT dan

103621.13 LS dan bagian Timur dengan koordinat 13605334.60 BT dan 104716.29


LS. Sedang secara administrasi Kabupaten Yapen

di bagian

Utara berbatasan

dengan Kabupaten Biak, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Waropen dan
Nabire, bagian

Barat berbatasan dengan Kabupaten Wondama dan Manokwari,

bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Waropen.


Topografi Kabupaten Yapen sangat bervariasi dari datar sampai sangat curam,
namun sebagian besar daerah Kabupaten Yapen mempunyai toporafi dari curam
hingga sangat curam. Topografi pada Kampung Armarea adalah datar sampai sangat
curam, sedang Kampung Mariarotu, Kampung Aryepi dan Pulau Ambai dengan
topografi datar sampai curam. Jenis tanah pada keempat lokasi umumnya hampir sama
yaitu Podsolik Merah Kuning. Iklim pada lokasi pengamatan termasuk tipe B dengan
curah hujan berkisar antara 2460 2650 mm/tahun dan rata-rata hari hujan 18 hari.

2.

Fokus Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan difokuskan untuk mengeksplorasi potensi nyamplung

(Calophyllum spp) yang terdapat di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Kepulauan


Yapen, Provinsi Papua. Potensi nyamplung yang ada dapat dijadikan sebagai sumber
benih pembangunan hutan tanaman rakyat berbasis nyamplung sebagai sumber bahan
baku energi alternatif bagi masyarakat.

3.

Ruang Lingkup Kegiatan


Untuk mengetahui potensi tegakan biasanya diperoleh dengan cara inventarisasi

hutan. Inventarisasi hutan dilakukan dengan cara sensus dan sampling.


4.

Bentuk Kegiatan

Prosedur Penelitian
Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan inventarisasi. Pemilihan dilakukan
dengan teknik eksploratif, dimana pohon yang dipilih didata ordinat dan diprediksi benih
rata-rata tahunannya. Eksplorasi dilakukan dengan cara:
1. sensus untuk luas areal 10 ha atau panjang pantai 5km; atau
2. sampling untuk luas areal > 10 ha atau panjang pantai > 5 km dengan jalur ukur
sebagai sampel sistematik lebar 20 m dan besarnya intensitas sampling (Is),
yaitu antara

5-10 %

atau jarak antar jalur ukur 400 m (dengan Intensitas

Sampling 5%) atau 200 m (Intensitas Sampling 10 %) dengan arah jalur relatif
tegak lurus arah pantai.
Pengamatan dilakukan dengan inventarisasi tegakan pada jalur pengamatan.
Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Jumlah batang dan distribusi diameter
Distribusi diameter pohon atau distribusi frekuensi pohon dinyatakan dalam
jumlah batang (frekuensi, kerapatan pohon) menurut kelas diameter.
2. Potensi buah/biji per ha (PB)
- Basis pohon (by single tree), pendugaan buah/biji (Pb) dilakukan tiap pohon.
yang dicacah (berada) pada tegakan obyek yang disurvey.

Basis tegakan (by area), pendugaan dilakukan tiap (nilai tengah) kelas
diameter dari distribusi diameter yang tersusun pada tegakan obyek yang
disurvey.

Pengolahan Data
1. Penyusunan distribusi diameter

dengan mengelompokkan pohon nyamplung

menurut kelas diameter (selang kelas maksimum 5 cm).


2. Pembuatan sebanyak 30-50 pohon contoh produksi buah/biji (Np) yang
mewakili kelas diameternya (proporsional) sesuai distribusi diameter pada Butir
1 di atas dengan jumlah pohon contoh masing-masing kelas diameter (np):
np = Nj/N X Np
3. Penyusunan persamaan penduga produksi buah menurut diameternya, Pb=f(D)
dengan penduga parameter dari model persamaan disesuaikan trend dari
diagram tebar (scattering diagram), dan persamaan regresi disusun berbasis
work-spreadsheet/program Excel (reff: general type of curve dari Steel &
Torrie,1963) atau dapat juga disusun langsung persamaan regresi berbasis
work-spreadsheet/program Excel.
4. Untuk mendapatkan hasil pendugaan yang lebih teliti, persamaan regresi
sebaiknya disusun dengan menggunakan piranti program curve expert.
5. Pendugaan produksi buah/biji per pohon menurut diameter/kelas diameter
berdasarkan persamaan yang disusun pada Butir 6.
6. Penaksiran potensi buah/biji (PB):
n

PB = Pbi (i:1,2...n)/L
i=1

atau
k

PB = Nj Pbj (j:1,2...k)/L
j=1

dimana : Pbi - produksi buah/biji pohon ke i; Pbj - produksi buah/biji per pohon
pada kelas (nilai tengah) diameter ke j ; Nj jumlah pohon pada kelas diameter
ke j.

7.

inventarisasi pohon benih nyamplung yang siap dikembangkan untuk


membangun APB.

BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN


A.

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

1.

Perkembangan Kegiatan
Perkembangan kegiatan pada tahun pertama penelitian sesuai dengan tujuan

penelitian dan target kinerja yaitu memperoleh data dan informasi tentang potensi
nyamplung di beberapa tempat di Pulau Yapen dapat dilaporkan sebagai berikut :
a. Jenis-jenis Nyamplung (Calophyllum spp)
Secara taksonomis jenis nyamplung yang ditemukan di Kabupaten Kepulauan
Yapen terdiri 5 jenis yaitu :
1. Calophylum inophyllum L.
2. Calophyllum costatum
3. Calophyllum macrophyllum Scheffer
4. Calophyllum laticostatum P.E. Stevens
5. Calophyllum peekelii Laut
Namun sebagian besar didominasi oleh jenis Calophylum inophyllum L. yang biji
buahnya lebih berpotensi sebagai sumber bahan baku biofuel, dibanding keempat jenis
lainnya yang ukuran buahnya lebih kecil. Adapun deskripsi masing-masing jenis dapat
disajikan di bawah ini :

1. Jenis
Famili
Nama dagang
Nama daerah
Sinonim
Perawakan
Batang Utama

Tajuk

:
:
:
:
:
:
:

Calophylum inophyllum L.
Clusiaceae
Bintangur, nyamplung
Bita

Pohon berukuran sedang, tingginya mencapai 28 m


silindris, tegak, tinggi bebas cabang mencapai 9 m,
dengan diameter setinggi dada mencapai 30 cm, tidak
berbanir, pepagan kulit luar berlekah berbentuk berlian
atau perahu, warna putih keabuan kuning sampai
kuning tua
: berbentuk kerucut hingga kubah yang sempit, ranting
muda berbentuk segi empat, ukuran panjang pucuk

Takikan Batang

Daun

Perbungaan
Bunga

:
:

Buah

1,5-1,7 cm.
pepagan 1-1,5 cm, bergetah kuning, pepagan dalam
keras berwarna krem.
tunggal, berhadapan silang, bentuk daun membundar
telur hingga melonjong,
tepi rata, pangkal daun
meruncing dan ujung daun terbelah, urat daun
sekunder menyirip, permukaan daun licin, panjang
daun 11-14.5 cm dan lebar daun 6,9-9,9 cm, panjang
tangkai daun 1,7-2,2 cm, lebar tangkai daun 0,2-0,4
mm, ruas tangkai daun 3,1-5 cm, tidak memiliki
stipula.
diujung ranting atau ketiak daun, berbentuk tandan.
berkelamin2, kadang hanya 1 kelamin yang berfungsi,
beraroma harum, hiasan bunga dengan 4-16 daun
tenda, keputih-putihan, dalam beberapa pusaran, putik
1, bakal buah beruang1 dengan 1 bakal biji di pangkal,
1 tangkai putik dan kepala putik berbentuk perisai.
batu, dengan perikarp yang terdiri atas eksocarp,
mesocarp, yang berdaging dan berserat serta
endocarp yang keras seperti batu.

2. Jenis
Famili
Nama dagang
Nama daerah
Sinonim
Perawakan
Batang Utama

:
:
:
:
:
:
:

Tajuk

Takikan Batang

Daun

Perbungaan
Bunga
Buah

:
:

Calophyllum costatum
Clusiaseae
bintangur, nyamplung

Pohon berukuran sedang, tingginya mencapai 12 m.


silindris, tegak, tinggi bebas cabang mencapai 4 m,
dengan diameter setinggi dada mencapai 15 cm,
tidak berbanir, pepagan kulit luar berlekah berbentuk
berlian atau perahu , warna putih keabuan kuning
sampai kuning tua.
berbentuk kerucut hingga kubah yang sempit, ranting
muda berbentuk segi empat, ukuran panjang pucuk
0,6 cm.
Pepagan 1 cm, bergetah kuning, pepagan dalam
keras, berwarna krem
tunggal,
berhadapan
silang,
bentuk
daun
membundar telur hingga melonjong,
tepi rata,
pangkal daun runcing dan ujung daun meruncing,
urat daun sekunder menyirip, permukaan daun licin,
panjang daun 4,2-11,3 cm dan lebar daun 2-2,8 cm,
panjang tangkai daun 0,3 cm, lebar tangkai daun 0,6
cm, ruas tangkai daun 2,6-7,2 cm, tidak memiliki
stipula.
diujung ranting atau ketiak daun, berbentuk tandan.
Batu dengan perikarp yang terdiri atas perikarp
eksokarp, mesokarp yang berdaging dan berserat
serta endokarp yang keras seperti batu.

3. Jenis
Famili
Nama dagang
Nama daerah
Sinonim
Perawakan
Batang Utama

Tajuk

Takikan Batang
Daun

Perbungaan
Bunga
Buah

:
:
:
:
:
:
:

Calophyllum peekelii Laut.


Clusiacea
Bintangur, nyamplung

Pohon berukuran sedang, tingginya mencapai 40 m.


silindris, tegak, tinggi bebas cabang mencapai 21m,
dengan diameter setinggi dada mencapai 100 cm,
tidak berbanir, pepagan kulit luar berlekah berbentuk
berlian atau perahu , warna putih keabuan kuning
sampai kuning tua.

: berbentuk kerucut hingga kubah yang sempit, ranting


muda berbentuk segi empat, ukuran panjang pucuk
1,9 cm.
: pepagan 1-2 cm, bergetah kuning, pepagan dalam
keras berwarna krem.
: tunggal,
berhadapan
silang,
bentuk
daun
membundar telur hingga melonjong,
tepi daun
bergelombang, pangkal daun membundar, ujung
daun runcing, urat daun sekunder menyirip,
permukaan daun licin, panjang daun 13,2-17,3 cm
dan lebar daun 5,4-5,8 cm, panjang tangkai daun
cm, lebar tangkai daun 0,3-0,5 cm, ruas tangkai daun
2-7 cm, tidak memiliki stipula.
: diujung ranting atau ketiak daun, berbentuk tandan.
:
batu, dengan perikarp yang terdiri atas eksocarp,
mesocarp, yang berdaging dan berserat serta
endocarp yang keras seperti batu.

4. Jenis
Famili
Nama dagang
Nama daerah
Sinonim
Perawakan
Batang Utama

:
:
:
:
:
:
:

Calophyllum macrophyllum Scheffer


Clusiaseae
Bintangur, nyamplung

Pohon berukuran sedang, tingginya mencapai 25 m.


silindris, tegak, tinggi bebas cabang mencapai 7 m,
dengan diameter setinggi dada mencapai 30 cm,
tidak berbanir, pepagan kulit luar berlekah berbentuk
berlian atau perahu , warna putih keabuan kuning
sampai kuning tua.
berbentuk kerucut hingga kubah yang sempit, ranting
muda berbentuk segi empat, ukuran panjang pucuk
2-5 cm.
pepagan 1-2,3 cm, bergetah kuning, pepagan dalam
keras berwarna krem.
tunggal,
berhadapan
silang,
bentuk
daun
membundar telur hingga melonjong,
tepi daun
bergelombang, pangkal daun membundar, dan ujung
daun runcing, urat daun sekunder menyirip,
permukaan daun licin, panjang daun ..cm dan
lebar daun 8,9-11,5 cm, panjang tangkai daun 2,12,7 cm, lebar tangkai daun 0,6-0,8 cm, ruas tangkai
daun 10-15 cm, tidak memiliki stipula.
diujung ranting atau ketiak daun, berbentuk tandan.

Tajuk

Takikan Batang

Daun

Perbungaan
Bunga
Buah

:
:
: batu, dengan perikarp yang terdiri atas eksocarp,
mesocarp, yang berdaging dan berserat serta
endocarp yang keras seperti batu.

5. Jenis
Famili
Nama dagang
Nama daerah
Sinonim
Perawakan
Batang Utama

Tajuk

Takikan Batang
Daun

Perbungaan
Bunga
Buah

:
:
:
:
:
:
:

Calophyllum laticostatum P.E. Stevens


Clusiaceae
Bintangur, nyamplung

Pohon berukuran sedang, tingginya mencapai 40 m.


silindris, tegak, tinggi bebas cabang mencapai 20
cm, dengan diameter setinggi dada mencapai 90 cm,
tidak berbanir, pepagan kulit luar berlekah berbentuk
berlian atau perahu , warna putih keabuan kuning
sampai kuning tua.
: berbentuk kerucut hingga kubah yang sempit, ranting
muda berbentuk segi empat, ukuran panjang pucuk
1 cm.

: pepagan 2,4 cm, bergetah kuning, pepagan dalam


keras berwarna krem.
: tunggal,
berhadapan
silang,
bentuk
daun
membundar telur hingga melonjong,
tepi rata,
pangkal daun runcing dan ujung daun meruncing,
urat daun sekunder menyirip, permukaan daun licin,
panjang daun 4,2-20 cm dan lebar daun 3-7,4 cm,
panjang tangkai daun 0,3 cm, lebar tangkai daun 0,6
cm, ruas tangkai daun 2,6-8 cm, tidak memiliki
stipula.
: diujung ranting atau ketiak daun, berbentuk tandan.
:
batu, dengan perikarp yang terdiri atas eksocarp,
mesocarp, yang berdaging dan berserat serta
endocarp yang keras seperti batu.

b.

Potensi Tegakan
Tegakan nyamplung umumnya dijumpai pada daerah pantai dengan ketinggian

tempat antara 0 150 m dpl. Penyebaran nyamplung umumnya dijumpai pada daerah
pinggir pantai dan mengelompok. Pada daerah yang letaknya jauh dari pantai tegakan
nyamplung jarang ditemukan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa tegakan
nyamplung dijumpai pada daerah pesisir pantai dengan jarak antara 0 100 m dari bibir
pantai. .
Berdasarkan hasil pengamatan pada 4 lokasi yaitu Kampung Armarea, Kampung
Mariarotu, Kampung Aryepi dan Pulau Ambai menunjukan bahwa potensi nyamplung
bervariasi antara 2,7 5,3 pohon/ha. Besarnya potensi tegakan nyamplung

masing-

masing lokasi dapat dilihat pada Grafik 1 berikut ini.


6

5.3

5
4
3

2.9

3.5
2.7

Armarea
Mariarotu
Moryei
P. Ambai

1
0
Pohon/Ha

Grafik 1. Potensi tegakan nyamplung pada Kampung Armarea, Kampung Mariarotu,


Kampung Aryepi dan Pulau Ambai, Kabupaten Yapen

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa potensi nyamplung terbesar


terdapat pada lokasi Pulau Ambai yaitu 5,3 pohon/ha kemudian berturut-turut Kampung
Mariarotu sebesar 3,5 pohon/ha, Kampung Armarea sebesar 2,9 pohon/ha dan terkecil
pada Kampung Aryepi sebesar 2,7 pohon/ha. Variasi potensi ini diduga disebabkan
oleh tempat tumbuh dan tingginya pemanfaatan oleh masyarakat sekitar. Kondisi ini
terlihat pada areal Kampung Armarea dan Kampung Aryepi yang sebagian besar
merupakan hutan mangrove dan sagu yang kondisinya tanahnya selalu basah atau
tergenang.

Pemanfaatan tanaman nyamplung oleh masyarakat banyak digunakan

sebagai bahan bangunan, bahan pembuat perahu dan kayu bakar.


Berdasarkan potensi yang ada, maka Kampung Mariarotu dan Pulau Ambai
cukup potensial untuk dikembangkan sebagai sentra produksi nyamplung baik sebagai
sumber benih maupun penghasil buah. Selain itu keadaan topografi pada kedua lokasi
ini relative lebih ringan dibadingkan dengan lokasi Kampung Armarea dan Aryepi.
Penyebaran nyamplung

di Kabupaten Yapen, selain pada 4 lokasi tersebut di

atas yang terletak di bagian Timur dan Selatan Kabupaten Yapen juga terdapat pada
beberapa lokasi di bagian Utara dan Selatan Kabupaten Yapen. Daerah lain yang
terdapat tanaman nyamplung adalah Kabupaten Waren,

Biak Numfor,

Jayapura,

Sarmi, Nabire, Manokwari, Wasior, Sorong, Fak-Fak dan Kaimana.


Berdasarkan penyebaran atau distribusi diameter, menunjukan bahwa distribusi
diameter bervariasi pada masing-masing lokasi. Jumlah pohon dengan selang diameter
terbesar adalah pada diameter 10 15 cm. Distribusi diameter tegakan nyamplung
pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Distribusi diameter tegakan nyamplung pada Kampung Armarea, Kampung
Mariarotu, Kampung Aryepi dan Pulau Ambai, Kabupaten Yapen
Selang Diameter
Armarea
Mariarotu
Aryepi
P. Ambai
10 14,9
5
11
1
10
15 19,9
1
3
2
20 24,9
1
1
25 29,9
2
1
1
30 34,9
1
1
35 39,9
1
40 44,9
2
2
1
3
45 49,9
1
> 50
1
1
Total
12
17
8
16

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa tanaman nyamplung lebih banyak


dijumpai pada selang diameter kecil yaitu selang diameter 10 14,9 cm. Hal ini diduga
disebabkan oleh tempat tumbuhnya tanaman nyamplung yang umumnya terdapat pada
daerah pesisir pantai dan pada tebing-tebing yang pertumbuhannya miring kearah
pantai. Kondisi ini nampak pada lokasi Kampung Armarea, dimana tanaman nyamplung
banyak terdapat di daerah perbukitan sehingga sebaran diameternya lebih banyak pada
sebaran diameter besar yaitu diatas 25 cm.
Bentuk tegakan nyamplung bervariasi pada masing-masing lokasi. Hal ini selain
dapat dilihat dari sebaran diameter, juga nampak pada tinggi rata-rata bebas cabang
dan tinggi totalnya. Tinggi rata-rata bebas cabang tertinggi terdapat pada lokasi
Armarea yaitu 7,1 m, kemudian berturut-turut Aryepi dengan tinggi rata-rata bebas
cabang 6,6 m, Mariarotu dengan tinggi rata-rata 4,8 m dan Pulau Ambai dengan tinggi
rata-rata 3,3 m. Tinggi rata-rata bebas cabang dan tinggi total pada masing-masing
lokasi dapat dililihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Tinggi rata-rata bebas cabang dan tinggi total tanaman nyamplung pada lokasi
Kampung Armarea, Mariarotu, Aryepi dan Pulau Ambai.
Lokasi
Tinggi Bebas Cabang (m)
Tinggi Total (m)
Selang Tinggi Rata-rata

Selang Tinggi Rata-rata

Kampung Armarea

3 13

7,1

8 - 24

13,9

Kampung Mariarotu

18

4,8

6 - 22

11,8

Kampung Aryepi

3 10

6,6

8 - 22

15,3

Pulau Ambai

18

3,3

5 - 19

10,1

c. Potensi Buah
Kondisi tegakan pada saat pengamatan, tidak dalam keadaan musim berbuah
sehingga potensi buah tidak dapat dilakukan. Dari hasil pengamatan menunjukan
bahwa tegakan nyamplung berbuah tidak serentak, namun berdasarkan informasi dari
masyarakat sekitar terdapat 2 musim berbuah tegakan nyamplung yaitu musim berbuah
besar atau serentak dan musim berbuah sedikit. Hal ini nampak dari hasil pengamatan

dimana pada keempat lokasi terdapat beberapa tegakan nyamplung yang sedang
berbunga. Selain itu terdapat pula pohon yang telah berbuah sebanyak 2 pohon
masing-masing sebanyak 1 pohon pada Kampung Moryei dan 1 pohon di Pulau Ambai.
Pada Kampung Aryepi, pohon yang berbuah dengan diameter 10 cm dengan
jumlah buah sebanyak 293 buah dengan berat buah 6,573 kg. Sedang di Pulau Ambai,
pohon yang berbuah dengan diameter 55 cm dengan jumlah buah sebanyak 871 buah
dengan berat buah 19,219 kg. Oleh karena terbatasnya tegakan yang berbuah maka
pengamatan potensi buah nyamplung pada keempat lokasi tidak dapat dilakukan.
d.

Peta Penyebaran Nyamplung


Nyamplung tumbuh menyebar di sepanjang pantai di wilayah Kabupaten

Kepulauan Yapen. Peta penyebaran nyamplung dapat dilihat pada lampiran.

2.

Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan


Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan adalah seringkali turunnya

dana tidak dapat menyesuaikan dengan kebutuhan kegiatan, sebagai contoh musim
buah nyamplung yang datang pada bulan-bulan tertentu, ternyata dana turun meleset
waktunya, sehingga kegiatan menghitung potensi buahnya tidak dapat dilaksanakan.
c.

Pengelolaan Administrasi Manajerial

1.

Perencanaan Anggaran
Perencanaan Anggaran untuk kegiatan 2012 sebelumnya tersaji sebagai

berikut :
Tabel Rencana Anggaran Belanja Kegiatan Penelitian Nyamplung
No.
A.

B.

Rincian Kegiatan

Volume

Harga Satuan

Gaji dan Upah


1. Honor Peneliti (3 org x 8 bln)
- Peneliti Muda (1 org x 40 jam x 6 bln)
- Peneliti Pertama ( 1 org x 40 jam x 6 bln)
- Calon Peneliti (1 org x 40 jam x 6 bln)

960 jam
320 jam
320 jam
320 jam

40.000
35.000
30.000

Jumlah Biaya
150.000.000
47.100.000
33.600.000
12.800.000
11.200.000
9.600.000

2. Honor Tenaga Harian Lepas


a. Pengenal Jenis (5 org x 10 hari)
b. Tenaga Survay (22 org x 10 hari)

270 HOK
50 HOK
220 HOK

50.000
50.000

13.500.000
2.500.000
11.000.000

4.350.000

4.635.000
4.350.000

Bahan Habis Pakai


Bahan Perlengkapan Penelitian

1 paket

No.

Rincian Kegiatan
Kegiatan Survay
- Meter roll
- Buku Ekspedisi
- Sarung Tangan Kain
- Kertas tisu roll
- Parang
- Plastik Spesimen
- Kantong kain
- Kotak Specimen (toolkit)
- Kertas Koran
- Gunting Stek
- Tali rafia
- Caliper mini
- Kuas kecil
- Kantong plastik biasa
- Plakban besar
- Plastik tras bag
- Spiritus
- Sepatu lapang
- Kaos kaki
- Meteran kain
- Pensil
- Ballpoint
- Penghapus
- Spidol permanen
- batere alkalin AAA
- Kertas A4 70 gram
- Cartridge hitam
- Cartridge warna

Volume
1 paket
2 buah
6 buah
12 pasang
7 buah
6 buah
6 buah
5 buah
2 buah
4 kg
6 buah
2 roll
3 buah
6 buah
2 pak
3 buah
2 bungkus
2 liter
3 pasang
6 pasang
2 roll
2 kotak
2 kotak
1 kotak
4 buah
15 buah
5 rim
5 buah
3 buah

Harga Satuan
4.350.000
70.000
15.000
10.000
5.000
80.000
40.000
25.000
100.000
20.000
45.000
35.000
60.000
10.000
30.000
20.000
80.000
40.000
100.000
25.000
10.000
50.000
75.000
35.000
15.000
3.000
40.000
135.000
150.000

C.

Perjalanan Pelaksanaan Penelitian


(Pengambilan Data)
a. Yapen (Serui)
Penginapan 3 org (Gol III) x 9 hari
Uang Harian 3 org (Gol III) x 10 hari
Transport Manokwari Serui (PP)

3 OT
27 hari
30 hari
3 orang

460.000
565.000
2.020.000

35.430.000
12.420.000
16.950.000
6.060.000

b. Yapen (Serui)
Penginapan 3 org (Gol III) x 10 hari
Uang Harian 3 org (Gol III) x 11 hari
Transport Manokwari Serui (PP)

3 OT
30 hari
33 hari
3 orang

460.000
565.000
2.020.000

35.430.000
12.420.000
16.950.000
6.060.000

c. Menghadiri Seminar/Diklat
Penginapan 1 org (Gol III) x 4 hari
Uang harian 1 org (Gol III) x 5 hari
Transport Manokwari Jakarta

2 OT
8 hari
10 hari
2 orang

500.000
500.000
5.007.500

18.015.000
4.000.000
5.000.000
10.015.000

d. Kordinasi/Presentasi Hasil
Penginapan 1 org (Gol III) x 4 hari

1 OT
4 hari

460.000

7.890.000
1.840.000

8 OT

Jumlah Biaya
4.350.000
140.000
45.000
120.000
35.000
480.000
240.000
125.000
200.000
80.000
270.000
70.000
180.000
60.000
60.000
60.000
160.000
80.000
300.000
150.000
20.000
100.000
150.000
35.000
60.000
45.000
200.000
675.000
450.000
96.765.000

No.

Rincian Kegiatan
Uang harian 1 org (Gol III) x 5 hari
Transport Manokwari Jakarta

Volume
5 hari
1 orang

D.

Belanja Lain-lain
- Fotocopy dan Penjilidan
(3 proposal, 6 laporan antara, 3 LHP, 3
arsip)

1 Paket

Harga Satuan
315.000
4.475.000

Jumlah Biaya
1.575.000
4.475.000
1.500.000

15 buku

100.000

1.500.000

Tabel Rencana Anggaran Belanja Nyamplung

2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran


Pengelolaan anggaran kegiatan tahun 2012 seperti tersaji di bawah ini
Tabel Pengelolaan Anggaran Penelitian Potensi Nyamplung
No.
A.

Rincian Kegiatan
Gaji dan Upah
1. Honor Peneliti (3 org x 8 bln)
- Peneliti Muda (1 org x 40 jam x 8 bln)
- Peneliti Pertama ( 1 org x 40 jam x 8
bln)
- Calon Peneliti (1 org x 40 jam x 8 bln)
2. Honor Tenaga Harian Lepas
a. Survayor 12 orang x 8 hari
b. Survayor 7 orang x 8 hari
c. Pengenal Jenis 11 orang x 10 hari
d. Surveyor 5 orang x 5 hari

B.

Bahan Habis Pakai


Bahan Perlengkapan Penelitian
Kegiatan Survay
- Meter roll
- Buku Ekspedisi
- Sarung Tangan Kain
- Kertas tisu roll
- Parang
- Plastik Spesimen
- Kantong kain
- Kotak Specimen (toolkit)
- Kertas Koran
- Gunting Stek
- Tali rafia
- Caliper mini
- Kuas kecil
- Kantong plastik biasa
- Plakban besar

Volume

Harga Satuan

960 jam
320 jam
320 jam

40.000
35.000

Jumlah Biaya
149.877.000
48.150.000
33.600.000
12.800.000
11.200.000

320 jam

30.000

9.600.000

50.000
50.000
50.000
50.000

14.550.000
5.200.000
2.800.000
5.500.000
1.250.000

4.350.000
4.350.000
70.000
15.000
10.000
5.000
80.000
40.000
25.000
100.000
20.000
45.000
35.000
60.000
10.000
30.000
20.000

4.635.000
4.350.000
4.350.000
140.000
45.000
120.000
35.000
480.000
240.000
125.000
200.000
80.000
270.000
70.000
180.000
60.000
60.000
60.000

291 HOK
104 HOK
56 HOK
110 HOK
25 HOK

1 paket
1 paket
2 buah
6 buah
12 pasang
7 buah
6 buah
6 buah
5 buah
2 buah
4 kg
6 buah
2 roll
3 buah
6 buah
2 pak
3 buah

No.

Rincian Kegiatan
- Plastik tras bag
- Spiritus
- Sepatu lapang
- Kaos kaki
- Meteran kain
- Pensil
- Ballpoint
- Penghapus
- Spidol permanen
- batere alkalin AAA
- Kertas A4 70 gram
- Cartridge hitam
- Cartridge warna

C.

Perjalanan Pelaksanaan Penelitian


(Pengambilan Data)
a. Yapen (Serui)
Penginapan 3 org (Gol III) x 10 hari
Uang Harian 3 org (Gol III) x 11 hari
Transport Manokwari Serui (PP)

3 OT
30 hari
33 hari
3 orang

b. Yapen (Serui)
Penginapan 3 org (Gol III) x 9 hari
Uang Harian 3 org (Gol III) x 10 hari
Transport Manokwari Serui (PP)

D.

Volume
2 bungkus
2 liter
3 pasang
6 pasang
2 roll
2 kotak
2 kotak
1 kotak
4 buah
15 buah
5 rim
5 buah
3 buah

Harga Satuan
80.000
40.000
100.000
25.000
10.000
50.000
75.000
35.000
15.000
3.000
40.000
135.000
150.000

9 OT

Jumlah Biaya
160.000
80.000
300.000
150.000
20.000
100.000
150.000
35.000
60.000
45.000
200.000
675.000
450.000
96.092.300

300.000
565.000
2.595.000

35.430.000
9.000.000
18.645.000
7.785.000

3 OT
27 hari
30 hari
3 orang

300.000
565.000
3.831.000

36.543.000
8.100.000
16.950.000
11.493.000

c. Menghadiri Sosialisasi PKPP


Penginapan 1 org (Gol III) x 4 hari
Uang harian 1 org (Gol III) x 5 hari
Transport Manokwari Jakarta

1 OT
4 hari
5 hari
1 orang

460.000
415.000
4.458.300

8.373.300
1.840.000
2.075.000
4.458.300

d. Kordinasi/Konsultasi Hasil
Penginapan 1 org (Gol III) x 4 hari
Uang harian 1 org (Gol III) x 5 hari
Transport Manokwari Jakarta

1 OT
4 hari
5 hari
1 orang

390.000
415.000
3.970.400

7.966.000
1.560.000
2.075.000
3.970.400

f. Pengambilan Data di Yapen


Penginapan 1 org (Gol II)x 6 hari
Uang harian 1 org (Gol II)x 7 hari
Transport Manokwari Serui

6 hari
7 hari
1 orang

300.000
560.000
2.060.500

7.780.000
1.800.000
3.920.000
2.060.500

500

1.000.000
1.000.000

Belanja Lain-lain
- Fotocopy

1 Paket
2000 lembar

3.

Rancangan dan Perkembangan Aset


Aset Penelitian ini berupa data dan informasi tentang potensi dan penyebaran

nyamplung di Kabupaten Kepulauan Yapen. Rencananya aset data dan informasi ini di
masa mendatang akan dipublikasi dalam bentuk leaflet, poster, artikel-artikel di majalah
populer, jurnal ilmiah serta buku petunjuk teknis. Perkembangan sampai saat ini masih
berupa laporan-laporan yang belum terpublikasi.
4.

Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial


Masih

terjadi

penundaan

pencairan

dana

yang

menyebabkan

kurang

terpenuhinya target kinerja yang berakibat pada pembengkakaan dana, sehingga


terdapat aspek kegiatan urung dilakukan. Beberapa kegiatan survey tidak dapat
dilakukan sesuai dengan rencana (misalnya luasan areal ) akibat melambungnya harga
terutama terkait dengan kelangkaan BBM di Kabupaten Yapen.

BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA


A.

Metode Pencapaian Target Kinerja

1.

Kerangka Rancangan Metode Penelitian

Prosedur Penelitian
Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan inventarisasi. Pemilihan dilakukan
dengan teknik eksploratif, dimana pohon yang dipilih didata ordinat dan diprediksi benih
rata-rata tahunannya. Eksplorasi dilakukan dengan cara:
3. sensus untuk luas areal 10 ha atau panjang pantai 5km; atau
4. sampling untuk luas areal > 10 ha atau panjang pantai > 5 km dengan jalur ukur
sebagai sampel sistematik lebar 20 m dan besarnya intensitas sampling (Is),
yaitu antara

5-10 %

atau jarak antar jalur ukur 400 m (dengan Intensitas

Sampling 5%) atau 200 m (Intensitas Sampling 10 %) dengan arah jalur relatif
tegak lurus arah pantai.
Pengamatan dilakukan dengan inventarisasi tegakan pada jalur pengamatan.
Data yang dikumpulkan meliputi :
5. Jumlah batang dan distribusi diameter

Distribusi diameter pohon atau distribusi frekuensi pohon dinyatakan dalam


jumlah batang (frekuensi, kerapatan pohon) menurut kelas diameter.
2. Potensi buah/biji per ha (PB)
- Basis pohon (by single tree), pendugaan buah/biji (Pb) dilakukan tiap pohon.
yang dicacah (berada) pada tegakan obyek yang disurvey.
-

Basis tegakan (by area), pendugaan dilakukan tiap (nilai tengah) kelas
diameter dari distribusi diameter yang tersusun pada tegakan obyek yang
disurvey.

Pengolahan Data
7. Penyusunan distribusi diameter

dengan mengelompokkan pohon nyamplung

menurut kelas diameter (selang kelas maksimum 5 cm).


8. Pembuatan sebanyak 30-50 pohon contoh produksi buah/biji (Np) yang
mewakili kelas diameternya (proporsional) sesuai distribusi diameter pada Butir
1 di atas dengan jumlah pohon contoh masing-masing kelas diameter (np):
np = Nj/N X Np
9. Penyusunan persamaan penduga produksi buah menurut diameternya, Pb=f(D)
dengan penduga parameter dari model persamaan disesuaikan trend dari
diagram tebar (scattering diagram), dan persamaan regresi disusun berbasis
work-spreadsheet/program Excel (reff: general type of curve dari Steel &
Torrie,1963) atau dapat juga disusun langsung persamaan regresi berbasis
work-spreadsheet/program Excel.
10. Untuk mendapatkan hasil pendugaan yang lebih teliti, persamaan regresi
sebaiknya disusun dengan menggunakan piranti program curve expert.
11. Pendugaan produksi buah/biji per pohon menurut diameter/kelas diameter
berdasarkan persamaan yang disusun pada Butir 6.
12. Penaksiran potensi buah/biji (PB):
n

PB = Pbi (i:1,2...n)/L
i=1

atau
k

PB = Nj Pbj (j:1,2...k)/L
j=1

dimana : Pbi - produksi buah/biji pohon ke i; Pbj - produksi buah/biji per pohon
pada kelas (nilai tengah) diameter ke j ; Nj jumlah pohon pada kelas diameter
ke j.
8.

inventarisasi pohon benih nyamplung yang siap dikembangkan untuk


membangun APB.

2.

Indikator Keberhasilan Pencapaian


Indikator keberhasilan capaian program dapat dilihat dengan diperolehnya data

dan informasi tentang jenis-jenis nyamplung, potensi tegakan nyamplung, potensi buah
penghasil biji dan peta sebaran nyamplung yang ada di lokasi penelitian.

3.

Perkembangan Sinergi Kordinasi


Perkembangan sinergi kordinasi sampai saat ini masih pada kordinasi antara tim

peneliti dari BPK Manokwari, Dinas Kehutanan Kabupaten Yapen, Masyarakat di lokasi
penelitian yang sebagian besar terlibat dalam kegiatan survey potensi nyamplung yang
dilakukan serta adanya kordinasi antar peneliti dari BPK Manokwari dan peneliti
nyamplung dari Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan Bogor yang bersedia
sharing pengalaman penelitian yang telah dilakukan.

B.

Potensi Pengembangan ke Depan

1.

Kerangka Pengembangan ke Depan


Dalam perkembangannya ke depan hasil litbangyasa berupa hutan tanaman

rakyat

berbasis

tanaman

nyamplung

dapat dijadikan sumber bahan

baku

pengembangan energi alternatif yang dapat menambah penghasilan masyarakat sekitar


sebagai subjek pengembangan program nyamplung sebagai bahan bakar nabati serta
pengembangan pemberdayaan masyarakat.

2.

Strategi Pengembangan ke Depan


Untuk pengembangan ke depan diperlukan strategi berupa peningkatan

kordinasi antar lembaga yang terlibat dalam kegiatan ini seperti : PPKP Kemristek,
BPK Manokwari, Dinas Kehutanan Kabupaten Yapen, Masyarakat, Pusprohut, Balai
Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN


A.

Sinergi Kordinasi Kelembagaan Program

1.

Kerangka Sinergi Kordinasi

Kordinasi kelembagaan direncanakan ke depannya adalah sebagai berikut :


Pusprohut
PPKP Kemristek

BBPBPTH

BPK Manokwari
Masyarakat

Dinas
Kehutanan
UNIPA
Keterangan ::
1. PKPP Kementerian Ristek sebagai pihak sponsor/penyandang dana
2. Tim peneliti dari Balai Penelitian Kehutanan Manokwari sebagai fasilitator dalam
program pengembangan nyamplung sebagai sumber bahan baku energi
alternatif pengganti bahan bakar tak terbarukan.
3. Masyarakat yang berperan sebagai subjek program. Kelembagaan masyarakat
yang akan dilibatkan berupa kelembagaan adat, kelembagaan formal (LMD) dan
kelembagaan agama.

4. Dinas Kehutanan Kabupaten Yapen berperan sebagai penghubung/perantara


antara tim peneliti BPK Manokwari dengan masyarakat dan juga sebagai pihak
yang berwenang dalam perijinan-perijinan birokrasi pemerintahan.
5. Tim peneliti dari Pusprohut (Pusat Penelitian Peningkatan Produktivitas
Kehutanan) di Bogor dan Peneliti dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan di Yogyakarta sebagai tim supervisi kegiatan.
6. Fakultas Kehutanan UNIPA (Universitas Negeri Papua) sebagai pendukung dari
pihak akademisi.

2.

Indikator Keberhasilan Kordinasi


Adanya komunikasi dan keterlibatan lembaga-lembaga tersebut dalam kegiatan

penelitian ini sehingga terjadi kerjasama dan kordinasi yang sinergis.

3.

Perkembangan Sinergi Kordinasi


Sinergi kordinasi sampai saat ini masih berupa komunikasi dan keterlibatan

lembaga-lembaga seperti PKPP Kemristek (pendukung dana), BPK Manokwari (Tim


peneliti nyamplung), Masyarakat di lokasi penelitian, Dinas Kehutanan Kabupaten
Kepulauan Yapen serta peneliti dari Pusprohut Bogor.

B.

Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

1.

Kerangka dan Strategi Pemanfaatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan acuan pembangunan

hutan tanaman rakyat berbasis nyamplung sebagai sumber bahan baku energi
alternatif. Tegakan nyamplung yang tumbuh secara alami dan menyebar di sepanjang
pantai di wilayah Kabupaten Yapen merupakan sumber benih yang dapat dimanfaatkan
masyarakat sebagai penghasil benih bagi hutan tanaman rakyat.
Strategi pemanfaatan hasil penelitian ini adalah dengan mengembangkan
kordinasi multipihak sehingga terjalin suatu forum komunikasi antar lembaga untuk
mewujudkan pembangunan hutan tanaman rakyat berbasis nyamplung sebagai bentuk
pengembangan energi alternatif di pedesaan.

2.

Indikator Keberhasilan Pemanfaatan


Keberhasilan pemanfaatan dapat terindikasi apabila terdapat :
a. Jalinan forum komunikasi multipihak yang saling mendukung terbangunnya
hutan tanaman rakyat berbasis nyamplung .
b. Terwujudnya demplot tanaman nyamplung sebagai cikal bakal terbangunnya
hutan tanaman rakyat.

3.

Perkembangan Pemanfaatan
Pada tahun pertama kegiatan penelitian ini, hasilnya belum dapat dimanfaatkan

oleh pengguna karena masih berupa data-data dalam laporan yang belum terpublikasi.

BAB V. PENUTUP
A.

Kesimpulan

1.

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran


Tahapan pelaksanaan kegiatan menyesuaikan dengan anggaran yang ada.

Beberapa

kendala

diantaranya

lambatnya

dana

yang

turun

kadang-kadang

mengganggu tahapan kegiatan. Sebagai contoh dana yang turun tidak sesuai dengan
musim buah nyamplung, sehingga sulit untuk dapat mengukur potensi nyamplung.
Membengkaknyaanggaran karena terjadinya kendala non teknis seperti kelangkaan
BBM di daerah dan cuaca buruk menyebabkan tahapan kegiatan tidak dapat dilakukan,
misalnya pengurangan luasan areal survey dan lain-lain.
2.

Metode Pencapaian Target Kinerja


Metode pencapaian kinerja disesuaikan dengan metode penelitian, namun sering

kali terjadi kendala non teknis seperti yang tersebut pada poin 1 diatas.
3.

Potensi Pengembangan ke Depan


Hasil penelitian berupa data dan informasi tentang potensi tegakan nyamplung di

Kabupaten Yapen berpotensi sebagai acuan bagi pengembangan hutan tanaman


rakyat berbasis nyamplung. Tegakan nyamplung alam merupakan sumber benih yang
menopang pembangunan hutan tanaman rakyat.
4.

Sinergi Kordinasi Kelembagaan Program


Telah terjalin kordinasi antar lembaga walaupun masih dalam taraf cikal bakal,

yaitu berupa komunikasi dan kerjasama antar lembaga yakni BPK Manokwari, PPKP

Kemristek, Dinas Kehutanan Kabupaten Yapen, Masyarakat setempat (di lokasi


penelitian) dan Peneliti Pusprohut Bogor.
5.

Kerangka Pemanfaatan Litbangyasa


Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pedoman pembangunan

hutan tanaman rakyat berbasis nyamplung.

B.

Saran

1.

Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan


Perlu

dukungan

semua

pihak

sebagai

bentuk

sinergitas

kordinasi

kelembagaan program untuk terbangunnya hutan tanaman rakyat berbasis


nyamplung yang menopang pengembangan energi alternatif pedesaan.
2.

Keberlanjutan Dukungan Program IPTEK


Perlu dukungan dana yang kontinyu untuk menopang pengembangan

program IPTEK Pengembangan Energi Alternatif Pedesaan Berbasis Nyamplung.

DAFTAR PUSTAKA
Bustomi, dkk. Laporan Tahunan Nyamplung . 2009. Tidak Diterbitkan
Departemen Kehutanan (Dephut), 2008. Tanaman Nyamplung sebagai Sumber Energi
Biofuel. Www. Indonesia.go.id [Diakses tanggal 20 Februari 2012].
Dweek, A.C, and Meadows, T. 2002. Tamanu (Callophylum inophyllum) the Africa,
Asia Polynesian and Pasific Panacea. Int J. Cos. Sci, 24:1-8.
Friday, J.B. and Okano, D. 2006. Callophyllum inophyllum (kamani) Species Profiles
for Pasific Island Agro Forestry. http://www.traditionaltree.org akses tanggal 23
Februari 2012.
Heyne, K.
1987.
Tumbuhan Berguna Indonesia III.
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta.
Mahfuds, 2008. Potensi Pengembangan Nyamplung. Potensi dan Peluang Nyamplung
sebagai Bahan Baku Biodiesel di Indonesia. Balai Besar Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan Jogjakarta. http://fudz1.multiply.com/journal/item/4
[Diakses tanggal 10 Januari 2012].
Martawijaya, A.,I.Kartasujana, K.Kadir dan S.A. Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia.
Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen
Kehutanan. Bogor.

Rostiwati, T., Yetti, H., Yamin M. 2007. Upaya Penanaman Nyamplung (Callophyllum
spp) sebagai Pohon Potensial Penghasil HHBK. Mitra Hutan Tanaman. Vol. 2
No. 2, Oktober.Pp. 34-41.
Sahirman. 2009. Perancangan Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Suara Merdeka, 2008. Nyamplung BBN yang Potensial.
Sudrajat,R., Sahiman, D.Setiawan., 2007. Pembuatan Biodiesel dari Biji Nyamplung.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 25 No. 1, Februari, pp. 41-56.
Sumutcyber.com, 2008. Biji Nyamplung jadi Biofuel.
Suprapto,
H.,
2008.
Biji
Nyamplung
Bisa
Jadi
Energi
www.economy.okezone.com. [ Diakses tanggal 19 Januari 2012].

Alternatif.

Yudistira, P. H., 2008. Pembuatan Biodiesel dari Biji Nyamplung (Callophylum


inophyllum) dengan Proses Transesterifikasi. Undergraduate Theses, Chemical
Engineering RSK 662.88 Han. P. 2007. ITS Library.

Anda mungkin juga menyukai