Anda di halaman 1dari 7

Tentang Citra Aster

Pendahuluan
Bahwa perkembangan teknologi penginderaan jarak jauh (RS-GIS) telah memasuki babak baru
dengan diluncurkannya satellite Terra pada tahun 1999 dan pemanfaatannya telah dilakukan
distribusi data untuk keperluan public pada tahun 2000. Perkembangan demi perkembangan dan
manfaat yang diperoleh ternyata hasil yang didapatkan dengan pemanfaatan Citra ASTER ini sangat
mengagumkan oleh para pengguna. Sampai saat ini kebutuhan citra ASTER khususnya di
Indonesia dari waktu ke waktu semakin banyak dan menyadari bahwa Citra ASTER telah membantu
banyak
dalam
pekerjaannya.
Kita telah mengenal beberapa jenis citra satelit khususnya mempunyai focus pada Sumber Daya
Alam (SDA) yang dapat digunakan diantaranya mengidentifikasi dan memonitoring SDA. Contohnya
: Satelite Landsat (mempunyai sensor TM dan ETM+), SPOT, IKONOS, NOAA (mempunyai sensor
AVHRR), RADARSAT, JERS, Satelite TERRA (mempunyai sensor ASTER), dll.
ASTER adalah sensor dari Satelite TERRA dihasilkan oleh proyek kerja sama JAPAN-USA, dalam
memecahkan persoalan yang menyangkut SDA dan Lingkungan. Projec ini didukung sepenuhnya
oleh para ilmuwan JAPAN-USA dari beragam keilmuan diantaranya : geologi, meteorology,
pertanian,
kehutanan,
studi
lingkungan,
gunung
berapi,
dll.
Misi
Proyek ASTER dibawah payung Earth Observing System (EOS) bertujuan untuk melakukan
observasi permukaan bumi dalam rangka monitoring lingkungan hidup secara global dan
penginderaan sumber daya alam. Sensor ASTER yang dikembangkan oleh Kementerian Ekonomi,
Perda-gangan dan Industri (METI) Jepang, merupakan salah satu sensor yang terpasang dalam
satelit Terra yang diluncurkan pada 18 Desember 1999. Ground resolution ASTER adalah lebih
tinggi dibandingkan dengan LANDSAT- TM, demikian juga untuk spectral resolution yang tinggi
dengan 5 thermal-infrared band dan 6 short wave-infrared bands, serta kualitas fungsi stereoscopic
yang lebih tinggi dibandingkan satelit sebelumnya, JERS-1.
Spesifikasi sensor

Sensor Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiome-ter - ASTER merupakan
peningkatan dari sensor yang dipasang pada sa-telit generasi sebelumnya, JERS-1. Sensor ini
terdiri dari Visible and Near-In-frared Radiometer (VNIR), Short Wavelength Infrared Radiometer
(SWIR), Thermal Infrared Radiometer (TIR), Intersected Signal Processing Unit dan Master Power
Unit.
VNIR merupakan high performance dan high resolution optical instrument yang digunakan untuk
mendeteksi pantulan cahaya dari permukaan bu-mi dengan range dari level visible hingga infrared
(520 - 860 mikrometer) dengan 3 bands. Dimana band nomor 3 dari VNIR ini merupakan nadir dan
backward looking data, sehingga kombinasi data ini dapat diguna-kan untuk mendapatkan citra
stereoscopic. Digital Elevation model (DEM) dapat diperoleh dengan mengaplikasikan data ini,
sehingga data ini ti-dak hanya untuk peta topografik saja, tetapi bisa juga digunakan sebagai citra
stereo.
SWIR merupakan high resolution optical instrument dengan 6 bands yang digunakan untuk
mendeteksi pantulan cahaya dari permukaan bumi dengan short wavelength infrared range (1.6 2.43 mikrometer). Penggunaan radiometer ini memungkinkan menerapkan ASTER untuk identifikasi
jenis batu dan mineral, serta untuk monitoring bencana alam seperti monitoring gunung berapi yang
masih
aktif.
TIR adalah high accuracy instrument untuk observasi thermal infrared radi-ation (800 - 1200
mikrometer) dari permukaan bumi dengan mengguna-kan 5 bands. Band ini dapat digunakan untuk
monitoring jenis tanah dan batuan di permukaan bumi. Multi-band thermal infrared sensor dalam satelit ini adalah pertama kali di dunia. Ukuran citra adalah 60 km dengan ground resolution 90m.

Penerapan dan manfaat


Photogeological analysis
Spectra analysis
Synthetic interpretation
Generasi basemap untuk pertambangan dan eksplorasi daerah pesisir
Global warming
Monitoringarea hidrologi
Investigasisumberdaya alam
Klasifikasi tumbuhan
Monitoring bencana alam

Karakteristik
Utama
dari
sensor
ASTER
ini
adalah
Observasi pada 3 VNIR, 6 SWIR, 5 TIR bands atau bekerja dengan 14 bands atau dapat merekam
data citra permukaan bumi dari panjang gelombang daerah visible (sinar tampak) ke daerah
thermal
infrared.

Stereoscopic
data
dapat
diperoleh
dengan
single
orbit.
Space resolutions: 15m untuk VNIR, 30m untuk SWIR, dan 90m untuk TIR.
Vertical pointing function: +- 24 derajat untuk VNIR, +- 8.55 derajat untuk SWIR, +- 8.55 derajat

untuk
TIR.
Sensor optic dengan resolusi geometric dan radiometric yang tinggi pada semua frekuensi chanal.
Sehingga karakteristik ini dapat memenuhi kebutuhan para pengguna/ user data dalam bidang
lingkungan
dan
sumberdaya
alam
(SDA).

Produk standar

Level1 (1Adan1B)
Level 2A03V
Leve l2A03S
Level 2B01V
Level 2B01S Level2B01T
Level2B03
Level2B04
Level2B05V
Level2B05S
Produksemistandar
Level 3A01
Level 4A01 (DigitalTerrainModel-DTM)
Media
Pengiriman (per
1
Januari
2012
hanya
dengan
FTP)
FTP (download) : waktu pengolahan data dan setting ftp site kurang lebih 3 - 25 hari. Perhatian :
kecepatan
transfer
data
internet
ditanggung
oleh
user.

Produk
Cakupan
(coverage)
Satelit Terra / ASTER sensor dapat mengambil gambar seluruh permukaan bumi, termasuk kawasan
Indonesia.
Silahkan lihat pada mozaik.
http://www.aster-indonesia.com/?Produk_Citra_Aster:Tentang_Citra_Aster

Penerapan

Salah satu kelebihan dari citra TERRA/ASTER adalah resolusi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan citra satelit pendahulu dan sekelasnya (mis. JERS-1 dan Landsat). Sebagai contoh
perbandingan
tsb,
silakan
lihat
Gambar
1
di
bawah
ini
TERRA/ASTER
JERS-1
OPS
Landsat
TM
Gambar 1. Perbandingan resolusi citra TERRA/ASTER dengan satelit pendahulunya
Kelebihan ini dapat meningkatkan keakurasian hasil analisa dengan menggunakan citra ini.
Beberapa contoh penerapan citra TERRA/ASTER untuk monitoring permukaan bumi, misalnya
dalam bidang pertam-bangan, kehutanan dan pertanian, ditunjukkan di bawah ini.
1.Karakteristik
spektral
terhadap
mineral
dan
batuan
Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam, sehingga memerlukan penanganan tersendiri
agar dalam proses pengelolaan sumber alam tersebut tidak menimbulkan pengaruh negatif atau
efek sampingan terhadap alam dan lingkungan, khususnya terhadap mahluk hidup di atasnya
termasuknya manusia. Penanganan yang terencana dengan baik akan menghasilkan hasil olah
yang baik pula. Citra TERRA/ASTER diharapkan dapat memberikan bantuan solusi untuk proses
persiapan pengolahan (penambangan) hingga proses paska penambangan. Citra satelit ini
mempunyai 14 channel yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dalam proses analisa citra
satelit. Gambar 2 menunjukkan kepekaan masing-masing sensor dalam TERRA/ASTER (VNIR,
SWIR dan TIR) terhadap masing-masing jenis mineral dan batuan. Contoh penerapannya untuk
pemetaan sifat spectral berdasarkan penyerapan mineral tanah liat di daerah pertambangan
Escondida selatan, Chili ditunjukkan di gambar 3. Gambar 2. Karakteristik masing-masing sensor
dalam satellite TERRA/ASTER
2. Klasifikasi jenis tanah
Citra TERRA/ASTER dapat pula digunakan untuk memetakan jenis tanah, khususnya untuk
keperluan pertanian, khususnya untuk perencanaan tata ruang dan tata kota. Gambar 4
menunjukkan perbandingan cara pemetaan klasik dengan pemetaan dengan menggunakan citra
TERRA/ASTERGambar 4. Hasil klasifikasi jenis tanah di daerah pertanian
3. Monitoring aktifitas gunung berapi
Sensor VNIR dan SWIR dapat diterapkan untuk mengetahui aktifitas gunung, sehingga kerusakan
dan korban yang ditimbulkan oleh bencana alam ini dapat dihindari atau dikurangi. Sensor TIR
dapat digunakan untuk mengetahui distribusi awan panas yang dikeluarkan oleh gunung, dimana
sensor ini dapat dioperasikan utk siang dan malam hari. Gambar 5 menunjukkan hasil analisa untuk
mengetahui kepekatan gas SO2 yang dimuntahkan oleh gunung Oyama, di pulau Miyake, Jepang
Gambar 5. Peta kepekatan gas SO2 (Gunung Oyama di pulau Miyake, Jepang)
4. Pemetaan tumbuhan di daerah kering dan basah
Seperti halnya satelit lain (JERS-1 dan Landsat), citra TERRA/ASTER dapat pula digunakan untuk
memetakan distribusi tumbuhan di permukaan bumi, terutama untuk daerah kering dan basah
dengan menggunakan sensor VNIR dan SWIR
Gambar 6. Hasil klasifikasi tumbuhan daerah Kushiro, Hokkaido, Jepang.
5. Monitoring suhu permukaan laut

Distribusi temperature permukaan laut dapat diperoleh dengan mudah menggunakan citra
TERRA/ASTER, atau langsung dengan menggunakan citra sensor TIR. Aplikasi dari citra ini dapat
digunakan untuk mengetahui distribusi panas air laut, dimana informasi ini dapat diterapkan untuk
mengetahui
fenomena
kelautan,
termasuk
distribusi
tumbuhan
dan
ikan.
Gambar 7. Monitoring temperatur permukaan laut di sekitar teluk Tokyo (16 Mei 2000)
6. Monitoring hutan bakau (mangrove)
Pengrusakan hutan bakau, baik secara sengaja maupun pengaruh perubahan alam, dapat dideteksi
dengan menggunakan citra TERRA/ASTER. Beberapa sensor satelit ini mempunyai kesamaan
dengan JERS-1 maupun Landsat, oleh karena itu kombinasi citra satelit lain dapat digunakan untuk
monitoring hutan bakau dan hutan lainnya. Gambar 8 hingga 10 menunjukkan hasil monitoring
hutan bakau dengan kombinasi citra satelit lain di daerah Can Giao, Vietnam dari tahun 1973 hingga
2002.
Gambar. 8 Area studi hutan bakau di Can Giao, Vietnam dengan menggunakan kombinasi citra
satelit
Landsat/MSS,
JERS-1
dan
TERRA/ASTER
Gambar 9. Citra pembesaran dari area studi hutan bakau di Can Giao, Vietnam dari tahun 1989
hingga
2001
Gambar10. Hasil pengamatan
7. Produk ASTER ortho dan DEM-Z
Satelit TERRA/ASTER juga dapat menghasilkan data ketinggian permukaan bumi (DEM) seperti
contoh pada gambar 11 yang menunjukkan hasil data DEM-Z yang dioverlay dengan citra optik
wilayah Bandung dan sekitarnya. Gambar 11. Birds Eye wilayah Bandung dan sekitarnya
8. DEM-Z ASTER
Gambar 12. Hasil overlay citra optik dengan DEM-Z TERRA/ASTER (Gunung Fuji, Jepang).
9. Monitoring kebakaran hutan
Gambar 13 menunjukkan contoh penerapan citra TERRA/ASTER untuk monitoring kebakaran hutan
di Cairns, Australia pada tanggal 25 Desember 2001. Citra TERRA/ASTER dapat memonitor area
kebakaran hutan, dimana VNIR menghasilkan liputan wilayah bakar dan kumpulan asap yang
dihasilkan oleh kebakaran tsb, SWIR menunjukkan distribusi temparature wilayah bakar, dan TIR
menunjukkan distribusi lahan bakar berdasarkan intensitas suhu permukaan lahan bakar. Warna
merah dan biru dalam gambar menunjukkan distribusi suhu tinggi dan rendah.
Gambar 13. Monitoring kebakaran hutan di Cairns, Australia pada tanggal 25 Desember 2001
10. Monitoring suhu permukaan tanah
Distribusi permukaan bumi dapat diturunkan dengan mudah menggunakan data VNIR dan TIR citra
TERRA/ASTER. Contoh penurunan tersebut ditunjukkan oleh gambar 14, dimana gambar kiri
menunjukkan dasar awal dan gambar kanan hasil penghitungan. Penerapan proses ini dapat
digunakan untuk mengetahui fenomena pemanasan yang terjadi di daerah perkotaan.

Gambar

14.

Analisa

suhu

permukaan

tanah

sekitar

gunung

Fuji,

Jepang.

11. Korelasi DEM\


Data DEM yang diturunkan dari citra TERRA/ASTER (Level 1) dapat diperoleh informasi kontur
permukaan bumi, dimana informasi ini dapat diterapkan untuk berbagai macam bidang, misalnya
pertambangan, pembangkit listrik, perencanaan dam atau bendungan, penanggulangan banjir dan
lain-lain. Contoh software yang dapat dipergunakan untuk membuat DEM atau TM dari citra ASTER
adalah PCI Geomatics.
Catatan: Informasi di atas adalah hasil penelitian bersama Earth Remote Sensing Data Analysis
Center (ERSDAC), Jepang.
(Sumber dari : Indomicrowave Corporation - Japan)
Affiliate
INDOMICROWAVE CORPORATION JAPAN
A-401, 1-22-15 Kurosunadai, Inage-kuChiba-shi, JAPAN

Hingga saat ini dikenal beberapa jenis citra satelit sumberdaya alam yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, memonitoring sumberdaya alam, diantaranya adalah satelit Landsat (dengan sensor TM
dan ETM+), SPOT, IKONOS, NOAA (dengan sensor AVHRR), JERS, RADARSAT dan lain-lain. Data
ASTER merupakan data satelit sumberdaya yang memiliki resolusi spasial yang tinggi yaitu 15X15 meter
pada kanal visual.
ASTER adalah sensor yang dihasilkan oleh proyek bersama antara Amerika Serikat dan Jepang, dalam
berkontribusi memecahkan persoalan sumberdaya alam dan lingkungan. Seri pertama dari sensor ini
telah diluncurkan pada tahun 1999 dengan menggunakan wahana satelit TERRA. Distribusi data untuk
keperluan public mulai dilaksanakan pada bulan Desember 2000. ASTER Science Project didukung
sepenuhnya oleh para ilmuwan dari Amerika Serikat dan Jepang dalam beragam keilmuan yang antara
lain meliputi geologi, meteorology, pertanian, kehutanan, kelautan, dan studi lingkungan.
ASTER adalah sensor optik yang memiliki 14 kanal spektral, dari daerah visible (sinar tampak) ke daerah
thermal-infrared. Karakteristik utama dari sensor ini adalah:

Merekam data citra permukaan bumi dari panjang gelombang daerah visible (sinar tampak) ke
daerah thermal infrared.
Sensor optik dengan resolusi geometrik dan radiometrik yang tinggi pada semua frekuensi kanal.
Data citra tiga-dimensi dapat dibuat pada orbit tunggal menggunakan kanal near infrared.
Terdapat fungsi gerak yang dapat menunjuk suatu daerah yang akan diakuisisi dengan sudut +/8.55 derajat dalam arah lintasan untuk SWIR (Short Wave Infra Red) dan TIR (Thermal Infra Red), dan
+/-24 derajat lintasan untuk VNIR (Visible and Near Infra Red).

Karakteristik diatas akan memenuhi kebutuhan pada pengguna data dalam bidang sumberdaya alam dan
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai