Oleh:
Windi Wijaya
10070314040
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam melakukan pembangunan daerah sangat diperlukkan adanya
koordinasi baik didalam daerah itu sendiri,tetapi juga dengan daerah lainnya
terutama daerah yang memiliki kedekatan letak wilayah,kesamaan struktur
wilayah,budaya maupaun sektor-sektor basis ekonomi yang sama.Koordinasi ini
berkaitan dengan pelimpahan sebagian kekuasaan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan mendekatkan
pelayanan
umum
melaluiUndang-Undang
No.
32
tahun
2004
tentang
analisis
SWOT
(Strenght,Weakness,Opportunity,Threat)
untuk
mencari keunggulan dan kelemahan daera nya masing-masing dan salah satu
langkah dalam menyiasati kelemahan daerah terutama pada tingkat Kota atau
Kabupaten,banyak pemerintah Kabupaten/Kota yang melakukan kawasan
kerjasama antar daerah baik dengan daerah yang satu provinsi maupun dengan
Kota atau Kabupaten di provinsi lainnya..
Dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No.21 tahun 2003 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengahdisebutkan bahwa di Jawa tengah terdapat
8 Kawasan Kerjasama Antar-Daerah Kabupaten/Kota :
Temanggung)
Kawasan SUBOSUKAWONOSRATEN (Surakarta,Boyolali, Sukoharjo,
pada
Regional
Marketing.
Penandatanganan
Kesepakatan
Yang
dimaksud
Homogenous
Region,Nodal/Polarised
Region,dan Planning/Administrative?
Bagaimanakah Contoh Dari Homogenous Region,Nodal?polarised
terhadap
Pendapatan
daerah
anggota
total
regional
Contoh
Dari
Homogenous
Region,Nodal/polarised
kontribusi
BARLINGMASCAKEB
PDRB
terhadap
setiap
Pendapatan
daerah
anggota
total
regional
BARLINGMASCAKEB
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Bagi kami selaku peneliti merupakan sarana pengembangan wawasan serta
pengalaman
dalam
menganalisis
wilayah
regional
BARLINGMASCAKEB.
2. Mampu memberi informasi dan gambaran bagi pemerintah guna
merancang kebijakan yang mendukung dan percepatan pertumbuhan
kawasan BARLINGMASCAKEB.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumentasi yang
bermanfaat untuk dijadikan bahan penyusunan penelitian yang serupa dan
lebih mendalam bagi akademis.
4. Bagi masyarakat penelitian ini dapat menjadi gambaran dan informasi
tentang yang terjadi di wilayah regional BARLINGMASCAKEB.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah gambaran singkat mengenai permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini, sehingga pembaca diharapkan memperoleh
gambaran jelas tentang isi dari penelitian ini yang terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I Pendahuluan
Bab I terdapat lima sub bab yaitu latar belakang masalah berisi alasan
pemilihan topik ; rumusan masalah berisi inti dari topik yang dibahas; tujuan
penelitian berisi sasaran yang ingin dicapai dan deskripsi sasaran penulisan;
kegunaan penelitian berisi manfaat penelitian; dan sistematika penulisan sendiri
berisi garis besar penulisan dari pendahuluan, isi sampai penutup.
BAB II Landasan Teori
Landasan teori merupakan sebuah kerangka berisi konsep serta teori yang
mendukung tulisan yang dapat diperoleh dari jurnal penelitian, buku, dll. Serta
menjelaskan materi yang berkaitan dalam pembahasan kawasan regional
BARLINGMASCAKEB.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan langkah langkah yang menguraikan secara cermat
metode pengumpulan informasi, analisis informasi, penarikan kesimpulan, serta
merumuskan saran.
BAB IV Pembahasan
Merupakan uraian hasil kajian, temuan serta ide pengembangan yang
sesuai dengan rumusan masalah.
BAB V Penutup
Berisi kesimpulan dan saran yang direkomendasikan penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Ruang,Wilayah dan Region
Pengertian ruang menurut Undang-Undang N0. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup
lain, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Konsep Region dan wilayah masih dapat dikatakan bias banyak ahli yang
menganggap bahwa wilayah dan Region adalah konsep yang berbeda sementara tidak
sedikit pula yang menanggap konsep wilayah dan konsep region sebagai konsep yang sama.
Glasson (1978) ada dua cara pandang yang berbeda mengenai wilayah, yaitu
subyektif dan obyektif.Cara pandang subyektif, yaitu wilayah adalah alat untuk
mengidentifikasikan suatu lokasi yang didasarkan atas kriteria tertentu atau tujuan tertentu.
Dengan demikian, banyaknya wilayah tergantung kepada kriteria yang digunakan. Wilayah
hanyalah suatu model agar kita bisa membedakan lokasi yang satu dengan lokasi lainnya. Hal
ini diperlukan untuk membantu manusia mempelajari dunia ini secara sistematis. Sedangkan
pandangan obyektif menyatakan wilayah itu benar-benar ada dan dapat dibedakan dari ciriciri/gejala alam di setiap wilayah.
Bambang Supriyadi(2010) Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan
bumi. Pengertian permukaan bumi adalah menunjuk pada tempat atau lokasi yang dilihat
secara horizontal dan vertikal. Jadi, di dalamnya termasuk apa yang ada pada permukaan
bumi. Karena kita membicarakan ruang dalam kaitannya dengan kepentingan manusia, perlu
dibuat batasan bahwa ruang pada permukaan bumi adalah sejauh manusia masih bisa
menjangkaunya atau masih berguna bagi manusia.
Isard (dalam bambang supriyadi 2010), menganggap pengertian suatu wilayah pada
dasarnya bukan sekedar areal dengan batas-batas tertentu. Menurutnya, wilayah adalah suatu
area yang memiliki arti (meaningful) karena adanya masalah-masalah yang ada di dalamnya
sedemikian rupa, sehingga ahli regional memiliki interest di dalam menangani permasalahan
tersebut
Sumaatmadja (1988:42) Region berarti suatu wilayah yang memiliki karakteristik
tertentu yang khas, yang membedakan diri dari region-region lain di sekitarnya,lebih lanjut
menurut Dickinson (dalam Sumaatmadja, 1988), Suatu region adalah suatu komplek
keruangan atau komplek teritorial yang terdiri dari penyebaran gejala-gejala yang berbeda
sesamanya, yang mengungkapkan suatu keseluruhan aspek tertentu sebagai ruang geografi
Rustiadi, dkk (2007) memandang, kerangka klasifikasi konsep wilayah yang lebih
mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah : (1) wilayah
homogen (uniform), (2) wilayah sistem/fungsional, dan (3) wilayah perencanaan/pengelolaan
(planning region atau programming region). Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah
ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem.
Sedangkan dalam kelompok konsep wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah
administratif-politis dan wilayah perencanaan fungsional.
System sederhana
System/fungsio
Wilaya
nall
Konsep non
Alamiah
Perencanaan/pengel
olaan
Nodal (pusatDesa
Kota
hiterland
Budidaya - Lindung
System
kompleks
menjelaskan
bahwa
region
dapat
diklasifikasikan
menjadi
P1
n
populasi
Primate city
rank
Dimana :
Satuan wilayah atas dasar pertimbangan ekonomi atau disebut Satuan Wilayah
Ekonomi (SWE) dapat diperinci menjadi satuan wilayah produksi dan satuan wilayah
pemasaran. Satuan wilayah produksi, didasarkan pada proses pengolahan sumber sumber
alam, sedangkan satuan wilayah pemasaran didasarkan pada proses pencapaian konsumen.
Satuan wilayah produksi dianggap efektif dalam menjalankan fungsinya apabila berada pada
jangkauan satuan wilayah pemasaran.Ditinjau dari sudut lingkungan kehidupan, satuan
wilayah ekonomi dapat dibagi dalam lingkungan kehidupan perkotaan dan lingkungan
kehidupan perdesaan.
Satuan wilayah menurut dasar pertimbangan sosial, politik dan budaya terdapat
adanya
satuan
wilayah
etnik
serta
pemerintah
membentuk
satuan
wilayah
wilayah yang ada disekitarnya.Digunakan data data berikut untuk mengetahui gravitasi
daerah pusat, yaitu : jarak antara kota A dan B (dalam kilometer), jumlah aliran barang yang
berasal dari kota A menuju kota B dan Jumlah aliran barang yang berasal dari kota B menuju
kota A. Berikut adalah rumus dari breaking point :
D b=
Dimana :
Db
Dab
Pa
Pb
Dab
P
1+ ( a )
PB
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.Data
sekunder
merupakan
data
yang
diperoleh
secara
tidak
majalah-majalah,
jurnal-jurnal,
buku-buku
penelitian, surat kabar dan membaca dan mempelajari arsip-arsip atau dokumen-dokumen
yang terdapat di instansi terkait. Untuk melengkapi paparan hasil penelitian juga
digunakan rujukan dan referensi dari bank data lain yang relevan, misal dari jurnal, laporan
hasil penelitian terdahulu, serta publikasi yang relevan dengan penelitian ini.
3.2
data yang relevan, akurat reliable yang hendak kita teliti. Oleh karena itu perlu diguunakan
metode pengumpulan data yang baik dan cocok. Dalam penelitian ini digunakan metode
pengumpulan data berupa :
Dokumentasi.Metode ini dilakukan dengan metode studi pustaka yaitu mengadakan
survei terhadap data yang telah ada dan menggali teori-teori yang telah berkembang
dalam bidang ilmu yang terkait.
3.3 Metode Analisis Data
Teknik analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik
deskriptif disertai dengan grafik dan diagram selain itu manggunakan pendekatan teknik
kualitatif
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Regionalisasi Homogenous,Nodal,Administrative dan planning Region
beserta contoh wilayahnya.
Regionalisasi (Pewilayahan) di dalam geografi adalah suatu upayamengelompokkan
atau
mengklasifikasikan
unsur-unsur
yang
sama.Sumaatmadja
(1988:51)
bahwa,
Kebumen
dikatakan
Inti (pusat simpul) adalah pusat-pusat pelayanan dan atau pemukiman, sedangkan
plasma adalah daerah belakang (periphery/hinterland), yang mempunyai sifat-sifat tertnetu
dan mempunyai hubungan fungsional. Konsep wilayah nodal lebih berfokus pada peran
pengendalian/pengaruh central atau pusat (node) serta hubungan ketergantungan pusat
perubahan-perubahan penting
Wilayah BARLINGMASCAKEB secara geografis terletak diantara 10830 10950 BT, dan 710 - 750 LS, dengan batas administrasi dan fisiografis:
Brebes
Sebelah timur dengan KabupatenWonosobo dan Purworejo;
Sebelah selatan dengan samudera Indonesia; dan
Sebelah barat dengan Provinsi Jawa Barat.
Wilayah BARLINGMASCAKEB memiliki luas 6,480 km2 atau sekitar 20.54 persen dari
total keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Purbalingga
49km
Banyumas
69km
113km
Banjarnegara
Purbalingga
49km
Banyumas
69km
20km
Cilacap
132km
81km
Kebumen
114km
95km
Sumber :Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2011
61km
75km
Cilacap
132km
147km
61km
94km
Kebumen
114km
95km
75km
94km
Dalam peta letak kabupaten Cilacap dan kabupaten Kebumen cenderung lebih sulit
diakses dari kota anggota BARLINGMASCAKEB yang lain,sementara pemerintah
Kabupaten Banyumas lebih dekat jaraknya jika di jangkau oleh kabupaten lainnya.Hal inilah
yang menyebabkan banyak pertemuan yang membahas regional BARLINGMASCAKEB
dilaksanakan di kota Banyumas.
4.3.2 Jumlah Penduduk
Kabupaten
Jumlah Penduduk
Banjarnegara
875,214
Purbalingga
858,798
Banyumas
1,570,598
Cilacap
1,651,940
Kebumen
1,162,294
BARLINGMASCAKEB
6,118,884
Sumber :Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2012
Kabupaten
yang
memiliki
jumlah
penduduk
terbanyak
di
Kawasan
2001
16225114.
26
3088157.4
4
1661566.6
2063504.0
1
2113428.2
8
25153771.
59
2002
17678237.9
2
2003
18832659.8
1
2004
3227485.17
3347157.9
3486633.67
1734318.82
1784728.21
1844532.08
2081096.23
2142274.21
2225095.9
2195988.36
2260404.12
2287004.74
26919128.5
28369227.2
5
29967511.31
20122240.92
2005
2006
2007
2008
21729328.83
3598399.16
23464768.76
3713747.34
21109000
3958646
22390000
4171469
1921653.92
2002000.3
2075857
2257393
Banjarnegara
Kebumen
BARLINGMASCA
KEB
Kabupaten
2321117.64
2376695
2495786
2619990
2360449.9
2461000
2572000
2721000
31932954.45
34020217.4
32213296
34161860
2009
Cilacap
Banyumas
2010
2011
22739000
4400542
23739000
4654634
24792000
4927351
Purbalingga
2390245
2525873
2669197
Banjarnegara
2753936
2888524
3029689.47
Kebumen
BARLINGMASC
AKEB
2828000
2946000
3068923
35113732
36756041
38489171.47
Cilacap
menyumbang
hampir
65%
terhadap
PDRB
wilayah
15000000
Banyumas
Purbalingga
10000000
Banjarnegara
Kebumen
5000000
0
2001
2002
2003
2004
20000000
15000000
10000000
5000000
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
BarlingmasCakeb
15000000
10000000
5000000
0
Cilacap
Banyumas
Purbalingga
-1
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Banjarnegara
Kebumen
Barligmascakeb
-6
-11
Secara
Laju
pertumbuhan
Cilacap,Kabupaten
PDRB
pada
Banyumas,Kabupaten
saat
sebelum
dan
Purbalingga,Kabupaten
setelah
Kabupaten
Banjarnegara,dan
Kabupaten Kebumen tidak berubah secara signifikan pada saat dua tahun setelah
Barlingmascakeb tetapi selepas tahun 2006 beberapa daerah mengalami Kenaikan
pertumbuhan PDRB meskipun masih tidak Stabil.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Homogeneous region merupakan Konsep wilayah homogen lebih
menekankan aspek homogenitas (kesamaan) dalam kelompok. Dengan
demikian,
wilayah
homogen
tidak
lain
adalah
wilayah
yang
sebagai
pusat
Kendal,Demak,Ungaran,Salatiga,Dan
atau
Purwodadi.
core,sementara
Contoh
Region
Ngawi,Madiun,Magetan,Bojonegoro,Tuban,Lamongan,Gresik
planning
adalah
dan
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2006. Jawa Tengah Dalam Angka 2006.
Semarang: Jawa Tengah.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2010. Jawa Tengah Dalam Angka 2010.
Semarang: Jawa Tengah.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2011. Jawa Tengah Dalam Angka 2011.
Semarang: Jawa Tengah.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2012. Jawa Tengah Dalam Angka 2012.
Semarang: Jawa Tengah.
Glasson, John. 1978. An Introduction to Regional Planning. London
Hoover, Edgar M. 1974. An Introduction To Regional Economi, Second Edition.
New York: Alfred A. Knopf.
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No.21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nomor 21 Tahun 2003
Rustiadi, Ernan, dkk, 2007, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah,
Crestpent Press, P4W-LPPM IPB, Bogor.
Sukirno, Sadono. 1981. Beberapa Aspek Persoalan Dalam PembangunanDaerah.
Jakarta: FEU
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan.
Bandung: Alumni.
Supriyadi,Bambang.2010.Modul
Ilmu
Kewilayahan.Sumedang:Institut