Fix Metal Forming
Fix Metal Forming
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
a. Menentukan kekerasan tembaga hasil pengerolan dari tiap reduksi
yang dilakukan
b. Menentukan nilai n (strain hardening exponent) dan K (Strength
coefficient)
c. Menentukan gaya dan daya pengerolan pelat tembaga berdasarkan
perhitungan dan pengukuran
BAB II
DASAR TEORI
Proses pengerolan merupakan proses deformasi plastis material dengan
gaya kompresi antara roll yang berputar konstan mereduksi benda kerja. Material
yang mengalami rolling akan memiliki struktur butir yang berbeda. Pada proses
pengerolan ketebalan benda kerja akan berkurang (reduksi tebal) dan bentuk
geometrinya berubah tetapi volume benda kerja tetap Dalam proses pengerolan
menurut temperature kerjanya dibagi menjadi 2 yaitu hot rolling dan cold rolling.
Pada hot rolling benda kerja dipanaskan pada temperatur diatas temperatur
rekristalisasinya, karena panas reduksi ketebalannya lebih besar . Pada hot rolling
tidak terjadi strain hardening. Sedangkan pada cold rolling benda kerja di roll
pada temperatur dibawah temperatur rekristalisasi. Hal tersebut menyebabkan
timbulnya strain hardening karena benda kerja mengalami deformasi.
1. Diameter roll
Semakin besar ukuran diameter roll maka gaya pengerolannya semakin
besar, sesuai dengan persamaan :
P=
p*
4. Ada tidaknya front tension dan back tension pada pelat yang dirol. Adanya
front tension dan back tension dapat mengurangi gaya pembebanan rol
sehingga energi yang dibutuhkan saat proses pengerolan lebih sedikit.
-Front tension : pengerolan dimulai dari titik netral, kemudian diberikan
gaya tarik kearah depan. Dihasilkan dari pengaturan kecepatan coiler
terhadap kecepatan roll
No.
1
Hot Rolling
Rolling dilakukan pada
temperatur diatas temperatur
rekristalisasi (T > 1/2Tm, dalam
Kelvin)
Permukaan tidak halus karena
ada lapisan oksida
Cold Rolling
Rolling dilakukan pada temperatur
dibawah temperatur rekristalisasi
(T < 1/2Tm, dalam Kelvin)
Permukaan halus
Gambar (a.) Karena pada cold rolling dilakukan pada temperatur dibawah
temperatur rekristalisasi, maka butir yang terbentuk berbentuk fibrous /
pipih (elongated). Butir yang pipih akan menghasilkan sifat material
menjadi lebih keras dan kuat dengan adanya peningkatan tegangan luluh.
Gambar (b.) Sedangkan pada hot rolling bentuk butirnya bulat (equiaxial),
butir bulat akan membuat sifat material menjadi kurang keras dan kurang
kuat.
1. Sudut kontak berbentuk circular. Tidak ada deformasi elastis pada roll
2. Koefisien gesekan konstan di seluruh titik pada sudut kontak
3. Tidak ada lateral spread, sehingga rolling dapat dianggap sebagai
permasalahan dalam plane strain
4. Bidang vertikal tetap , deformasi bersifat homogen
5. Kecepatan roll konstan
1-
Sepanjang pelat pada proses pengerolan terjadi 2 macam gaya, yaitu gaya radial
dan gaya gesek tangensial. Antara bidang masuk dan titik netral, kecepatan pelat
lebih rendah daripada kecepatan rol, gaya gesek tangensial searah pengerolan.
Sedangkan antara titik netral dan bidang keluar, kecepatan pelat lebih tinggi, gaya
gesek tangensial berlawanan dengan arah pengerolan.
Pr sin
Pr cos
Pr sin
tan
b:lebar pelat
Lp:panjang proyeksi busur rol yang bersentuhan dengan benda kerja
Lp=
h= ho-hf (beda tebal)
Pengerolan sejatinya adalah proses kompresi, tekanan pengerolan dapat
didekati menggunakan persamaan forging dalam kondisi plane strain:
= (
-1)
Q=
hm=
(tebal rata-rata)
p*
, dimana 0 =
0 =Tegangan
)+
alir
b: lebar pelat
Lp : panjang proyeksi busur rol yang bersentuhan dengan benda kerja
Daya pengerolan :
N=
Roll bending : hasil rol tebal pada bagian tengah dan tipis pada bagian
samping
Ketidakhomogenan deformasi:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Lakukan uji keras tehadap tembaga, ukur nilai kekerasan awal tembaga
lakukan uji keras kembali kepada spesimen (juga termasuk yang dipotong)
Selesai
10
BAB IV
DATA PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
A. Data percobaan
Jenis material
: tembaga
Panjang
: 99.2267 mm
Lebar
: 18.88 mm
Tebal
: 10.1967 mm
Kekerasan awal
: 40 HRE
Diameter roll
: 80 mm
Kecepatan putaran
: 4 rad/sec
Koefisien gesek ()
: 0.1
cold rolling
: 0.45
B. Pengolahan data
Dari kurva uji tarik diperoleh nilai F dan l, lalu diolah sehingga
didapatkan kurva log 0 vs log
Keterangan :
= engineering stress (N/m2)
F = beban yang bekerja pada spesimen (N)
A0 = luas penampang awal spesimen (m2)
11
Keterangan :
= engineering strain
lo = panjang awal spesimen (m)
li = panjang akhir spesimen (m)
True stress true strain adalah nilai tegangan dan regangan yang
sebenarnya, yaitu dimana perubahan luas penampang spesimen seiring
dengan penambahan beban juga diperhitungkan. Nilai true stress true
strain dapat dihitung dengan mengkonversi nilai dari engineering stress
engineering strain dengan persamaan :
Sesaat sebelum necking
Keterangan :
t = true stress (N/m2)
= engineering stress (N/m2)
= engineering strain
t = true strain
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
(mm2)
64.05
64.05
64.05
64.05
64.05
64.05
64.05
64.05
64.05
64.05
F
(N)
1613.793
1634.483
1627.586
1640
1641.379
1634.483
1648.276
1641.379
1627.586
1627.586
l
(mm)
0.131579
0.263158
0.394737
0.526316
0.657895
0.789474
0.921053
1.052632
1.184211
1.315789
l0
eng
eng
true
true
log 0
(mm) (N/mm2) (mm/mm) (N/mm2) (mm/mm)
12.81 25.19583 0.010272 25.45463 0.010219 1.405767
12.81 25.51886 0.020543 26.04309 0.020335 1.415693
12.81 25.41118 0.030815 26.19422
0.03035 1.418205
12.81
25.605 0.041086 26.65701 0.040265 1.425811
12.81 25.62653 0.051358 26.94266 0.050083 1.43044
12.81 25.51886 0.061629 27.09157 0.059805 1.432834
12.81 25.73421 0.071901 27.58452 0.069434 1.440665
12.81 25.62653 0.082173 27.73233 0.078971 1.442986
12.81 25.41118 0.092444
27.7603 0.088418 1.443424
12.81 25.41118 0.102716 28.02131 0.097776 1.447488
Lalu, pada grafik antara log 0 dan log . Dapat ditentukan nilai n dan K
Log 0 vs log
1.45
y = 0.0435x + 1.4888
R = 0.9614
1.44
1.43
log 0
No.
1.42
1.41
1.4
1.39
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
log
=K
log =log K +n log
n = 0.0435
log K =1.4888
K = 30.81768417
Dengan nilai n dan K kita bisa mencari tegangan alir material
13
log
-1.99058
-1.69176
-1.51785
-1.39508
-1.30031
-1.22326
-1.15843
-1.10253
-1.05346
-1.00977
hm=
h= ho-hf
Lp=
Q=
0 = ln
f = ln
i = ln
0 =
dimana,
=K
= 30.81768
=
Reduksi Tahap
25%
h0
hf
=3
=3
=3
Hm
Lp
14
8.21
7.87
6.72
5.59
4.98
4.4
3.8
3.23
7.87
6.72
5.59
4.98
4.4
3.8
3.23
2.52
8.04
7.295
6.155
5.285
4.69
4.1
3.515
2.875
0.34
1.15
1.13
0.61
0.58
0.6
0.57
0.71
3.6878
6.7823
6.7231
4.9396
4.8166
4.899
4.7749
5.3292
0.0459
0.093
0.1092
0.0935
0.1027
0.1195
0.1358
0.1854
0.2167
0.259
0.417
0.6011
0.7166
0.8405
0.9871
1.1496
0.259
0.41697
0.60108
0.71663
0.84046
0.98706
1.14958
1.3978
0.04229
0.15797
0.18411
0.11555
0.12383
0.1466
0.16252
0.24822
f vs i
75%
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
1.4
1.6
50%
4
1
3
4
1
2
3
4
25.8
25.75
25.7
25.65
25.6
25.55
25.5
25.45
25.4
25.35
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
engineering strain
Gaya pengerolan :
P=
p*
)+
15
28.94981
29.38597
29.91877
30.26176
30.48258
30.69564
30.90516
31.14165
0 =Tegangan
alir
b: lebar pelat
Lp : panjang proyeksi busur rol yang bersentuhan dengan benda kerja
Q:
Daya pengerolan :
N=
Terhitung
Reduksi
25 %
50 %
75 %
P (N)
N (kW)
3161.266078
3221.835522
3171.029663
2381.687778
4553.395566
4633.60688
3415.971453
3371.001766
3482.237455
3445.894405
3975.068401
6.3808828
6.2407451
5.9050875
3.3111999
11.642478
11.744094
6.3612178
6.1211651
6.431246
6.2029818
7.9861028
Terukur
P {gaya
terukur}
N (kW)
(V)
(N)
1.29
3350
6.758406
1.6
4500
8.712151
1.62
4580
8.524547
1.69
4880
6.7811
2.13
6850
17.50574
2.01
6250
15.83289
2.04
6450
12.00509
2.44
8450
15.33598
2.48
8600
15.87505
2.5
8700
15.653
2.74
9550
19.17668
16
Daya vs Reduksi
25
15
Daya Terhitung
10
Daya Terukur
5
0
25%
50%
75%
Reduksi
No.
Reduksi
Kekerasan HRE
Awal (0%)
40
25%
59.5
50%
64.5
75%
69.67
Kekerasan vs Reduksi
80
Kekerasan (HRE)
Daya
20
60
40
20
0
0%
20%
40%
60%
80%
Reduksi
17
BAB V
ANALISIS DATA
Pada percobaan ini rolling dilakukan dengan mereduksi pelat tembaga.
Pelat tembaga direduksi sebesar 25 %, 50 % dan 75 %. Data yang didapat pada
pengujian ini adalah tebal pelat sebelum & sesudah dirol, voltage dan harga
kekerasan pada masing masing reduksi dan kurva uji tarik hasil uji tarik pelat
tembaga.
Pada pengukururan kekrasan didapatkan hasil kekerasan meningkat
sebanding dengan meningkatnya jumlah reduksi
No.
Reduksi
Kekerasan HRE
Awal (0%)
40
25%
59.5
50%
64.5
75%
69.67
Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada proses cold rolling jika material mengalami
deformasi maka kekerasannya juga akan naik. Karena proses cold rolling
dilakukan pada temperatur dibawah temperatur rekristalisasi maka terbentuklah
struktur butir yang pipih, struktur butir yang pipih lebih rapat maka dari itu
material yang terdeformasi mengalami strain hardening sehingga material menjadi
keras dan kuat.
Pada kurva uji tarik dilakukan perhitungan engineering stress dan
engineering strain dengan pengamatan menggunakan sepuluh titik sebelum
ultimate pada daerah plastis. Lalu dari engineering stress dan engineering strain
dapat diperoleh perhitungan true stress dan true strain. Pada kurva logaritma true
stress dan logaritma true strain (
= 30.81768 MPa.
Nilai n dan K yang didapatkan sangat berbeda dari literatur (Dieter) untuk
material tembaga mempunyai n = 0.54 dan K= 320 MPa. Hal tersebut dapat
disebabkan karena beberapa hal yaitu ketidakteliltian dalam interpretasi data.
Selain itu data uji tarik yang diperoleh langsung dari teknisi tanpa melakukan uji
tarik, sehingga kita tidak tahu apakah pelat tembaga mendapat perlakuan
sebelumnya atau tidak.
Daya & gaya terhitung dan terukur mempunyai nilai yang hampir sama
pada awalnya , tetapi semakin besar reduksi hasilnya semakin berbeda. Hal
tersebut dapat disebabkan kesalahan pada perhitungan tegangan alir yang
dipengaruhi juga dengan adanya nilai n dan K yang diperoleh dari kurva uji tarik
(
) dimana :
0 =
dengan
=K
=
= K
= K*
= K(
Pada hasil rol terdapat pelebaran kesamping , dapat dilihat dari bagian
ujungya yang lebih lebar dari bagian tengahnya. Seharusnya hal tersebut tidak
boleh terjadi karena dalam proses rolling tidak ada peranjangan kea rah lebar.
Cacat tersebut disebabkan adanya lateral spread. Cacat tersebut tentunya akan
mempengaruhi besarnya gaya pengerolan maupun daya pengerolan.
Pelat tembaga setelah dilakukan prosess pengerolan terasa panas. Hal
tersebut terjadi karena pada cold rolling untuk mereduksi material diperlukan gaya
19
pengerolan yang cukup besar. Selain itu gaya gesek antara mesin rol dan pelat
juga cukup besar. Agar pelat dapat di rol, gaya pengerolan harus lebih besar dari
gaya gesek. Gaya pengerolan tersebut akan menghasilkan energi pengerolan yang
besar untuk mengatasi gaya gesek dan akhirnya energi tersebut dilepas menjadi
bentuk panas
20
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN
1. Kesimpulan
No.
Reduksi
Kekerasan HRE
Awal (0%)
40
25%
59.5
50%
64.5
75%
69.67
30.81768417MPa
c.
21
Perhitungan
Reduksi
25 %
50 %
75 %
P (N)
N (kW)
3161.266078
3221.835522
3171.029663
2381.687778
4553.395566
4633.60688
3415.971453
3371.001766
3482.237455
3445.894405
3975.068401
6.3808828
6.2407451
5.9050875
3.3111999
11.642478
11.744094
6.3612178
6.1211651
6.431246
6.2029818
7.9861028
Pengukuran
P {gaya
terukur}
N (kW)
(V)
(N)
1.29
3350
6.758406
1.6
4500
8.712151
1.62
4580
8.524547
1.69
4880
6.7811
2.13
6850
17.50574
2.01
6250
15.83289
2.04
6450
12.00509
2.44
8450
15.33598
2.48
8600
15.87505
2.5
8700
15.653
2.74
9550
19.17668
2. Saran
Sebaiknya asisten praktikum menjelaskan pengolahan data dengan lebih
jelas
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23
engineering stress
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
engineering strain
f vs i
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0
0.5
1.5
25
2.
Daya vs Reduksi
25
Daya
20
15
10
Daya Terhitung
Daya Terukur
0
25%
50%
75%
Reduksi
3.
Kekerasan vs Reduksi
Kekerasan (HRE)
80
60
40
20
0
0%
20%
40%
60%
80%
Reduksi
26
27
28