Anda di halaman 1dari 4

UNIT I: What is Science?

Dita Ardwiyanti (13312241059)


Salah satu masalah utama yang dikaji dalam filsafat ilmu sains
adalah

memahami

bagaimana

teknik

eksperimen,

observasi,

dan

pembentukan teori dapat membantu ilmuan dalam mengungkap berbagai


rahasia alam.
A. Asal Mula Sains Modern
Sains modern berkembang pesat di Eropa pada periode revolusi
sains (1500-1700). Hal ini ditandai dengan penemuan besar dari
beberapa ilmuan di bidang fisika, astronomi, dan biologi.
Tabel 1. Sejarah Perkembangan Sains Modern
No
.
1.

Ilmuan
Nicolas
Copernicus

Penemuan
a. Langkah

penting

yang

mengawali

perkembangan sains modern adalah penemuan


gagasan Heliosentris yang dicetuskan oleh
Copernicus.
b. Temuan ini ditindaklanjuti oleh Johannes Kepler

2.

Johannes
Kepler

3.

Galileo
Galilei

dan Galileo Galilei.


Kepler menindaklanjuti temuan Copernicus dengan
mencetuskan:
a. Hukum I Kepler tentang pergerakan planet.
b. Hukum II dan III Kepler tentang kecepatan
planet dalam mengorbit matahari.
a. Galileo menindaklanjuti temuan

Copernicus

dengan menemukan teleskop. Dengan bantuan


teleskop,

Galileo

dapat

menemukan

pegunungan di bulan, bintik hitam matahari,


dan satelit alam Jupiter.
b. Kontribusi Galileo dalam bidang mekanika justru
lebih berkesan daripada astronomi. Beberapa
pemikiran

Galileo

dalam

bidang

mekanika

diantaranya:
1) Seluruh benda yang jatuh bebas menuju
pusat bumi akan bergerak dengan kecepatan

Dita Ardwiyanti (13312241059) | 1

No

Ilmuan

Penemuan

.
yang sama tanpa memandang bentuk dan
ukuran benda tersebut.
2) Seluruh benda yang jatuh bebas menuju
pusat bumi memiliki percepatan yang sama.
c. Galileo merupakan fisikawan modern pertama
yang menunjukkan bahwa bahasa matematika
dapat

digunakan

untuk

mendeskripsikan

perilaku objek nyata di alam.


d. Galileo menekankan pentingnya membuktikan
4.

Ren

hipotesis melalui eksperimen.


Descartes mengembangkan filsafat mekanika yang

Descartes

menjelasakan

bahwa

dunia

fisik

mengandung

partikel-partikel inert yang saling berinteraksi dan


5.

bertumbukan.
Isaac Newton a. Revolusi sains mencapai puncak kejayaannya
atas temuan Newton yang tidak bisa ditandingi
oleh siapapun.
b. Mahakaryanya

yang

berjudul

Mathematical

Principles of Natural Philosophy dipublikasikan


pada

tahun

1687.

Newton

setuju

dengan

pemikian para filsuf mekanika.


c. Newton mencoba mengembangkan

hukum

gerak dan tumbukan yang digagas Descartes


dengan mencetuskan tiga hukum tentang gerak
(Hukum I, II, dan III Newton) serta prinsip
gravitasi.
d. Newton juga menemukan teknik matematika
yang

berperan

penting

dalam

dunia

pengetahuan, yaitu kalkulus.


e. Newton mampu menunjukkan bahwa Hukum
Kepler tentang pergerakan planet dan Hukum
Galileo tentang gerak jatuh bebas merupakan
konsekuensi dari Hukum Newton serta prinsip
6.

Albert

gravitasi.
Pada awal abad ke-20, Einstein menggagas teori
Dita Ardwiyanti (13312241059) | 2

No

Ilmuan

Penemuan

.
7.

Einstein
Charles

relativitas dan mekanika kuantum.


Perkembangan sains dalam bidang Biologi ditandai

Darwin

dengan penemuan Darwin tentang teori evolusi


akibat seleksi alam yang dipublikasikan dalam

8.

The Origin of Species pada tahun 1859.


Pada tahun 1953, Watson dan Crick menemukan

James
Watson

& struktur double heliks DNA. Penemuan ini mampu

Francis Crick

menjelaskan bagaimana informasi genetik dapat


diduplikasi dari sel yang satu ke sel yang lain serta
menjelaskan kemiripan sifat antara anak dan

orangtuanya.
Seiring dengan berkembangnya penyelidikan ilmiah, dewasa ini
muncul berbagai bidang kajian ilmiah yang baru. Bidang kajian ilmiah
tersebut meliputi ilmu komputer, kecerdasan artifisial, linguistik, dan
neuroscience.
B. Apa itu Filsafat Ilmu Sains?
Tujuan utama filsafat ilmu sains adalah menganalisis metode
penyelidikan yang digunakan dalam ilmu sains untuk mengungkap
asumsi-asumsi yang terkandung secara implisit dalam kinerja ilmiah.
Hal ini tidak dapat diartikan bahwa ilmuan sama sekali tidak
berkecimpung dalam dunia filsafat ilmu sains. Justru beberapa ilmuan
terkenal seperti Descartes, Newton, dan Einstein memegang peranan
penting dalam perkembangan filsafat ilmu sains.
C. Sains dan Pseudo-Sains
Menurut Karl Popper, seorang filsuf ilmu yang berpengaruh pada
abad ke-20, suatu teori ilmiah harus bersifat falsifiable. Suatu teori
ilmiah dikatakan bersifat falsifiable apabila teori tersebut memiliki
peluang untuk disalahkan atau disanggah. Semakin besar peluang
untuk disanggah, semakin baik dan kokoh validitas teori tersebut.
Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa teori ilmiah yang
falsifiable tidak akan selalu cocok dengan situasi nyata. Teori ilmiah
yang senantiasa dapat diterapkan pada seluruh situasi nyata justru
disebut dengan pseudo-science atau ilmu semu.
Dita Ardwiyanti (13312241059) | 3

Contoh pseudo-science yang dikemukakan oleh Popper adalah teori


Psikoanalitik yang dicetuskan oleh Sigmund Freud dan teori sejarah
yang dicetuskan Karl Marx.
1. Teori Freud
Menurut Popper, penggunaan konsep represi, sublimasi, dan
keinginan bawah sadar dalam teori Freud menjadikan teori tersebut
selalu sesuai dengan situasi nyata. Akibatnya, teori tersebut tidak
memiliki peluang untuk disalahkan sehingga bersifat unfalsifiable.
2. Teori Marx
Begitu pula dengan teori Marx yang menyatakan bahwa dalam
masyarakat industrialis, paham kapitalisme akan membuka jalan
bagi perkembangan paham sosialisme dan komunisme. Padahal,
teori Marx tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan cenderung
dipaksa untuk sesuai dengan situasi nyata. Akibatnya, teori tersebut
tidak

memiliki

peluang

untuk

disalahkan

sehingga

bersifat

unfalsifiable.
Kedua teori tersebut berbeda dengan teori relativitas umum yang
dicetuskan oleh Einstein. Einstein telah memprediksikan bahwa cahaya
bintang dapat dibelokkan oleh medan gravitasi matahari. Ternyata
prediksi

tersebut

terbukti

benar.

Walaupun

demikian,

sangat

dimungkinkan bahwa prediksi tersebut salah. Karena teori Einstein


memiliki peluang untuk disalahkan, maka teori tersebut bersifat
falsifiable.
Ilmuan tidak boleh meninggalkan teorinya begitu saja apabila
ditemukan beberapa ketidaksesuaian dengan hasil observasi. Perlu
dilakukan adanya eliminasi konflik/ketidaksesuaian tersebut karena
memang sulit sekali menemukan teori ilmiah yang selalu sesuai
dengan hasil observasi. Jika terlalu banyak ketidaksesuaian yang
ditemui, maka teori tersebut ditolak.
Referensi:
Okasha, Samir. 2002. Philosophy of Science: A Very Short Introduction.
New York: Oxford University Press. (Page 1-17)

Dita Ardwiyanti (13312241059) | 4

Anda mungkin juga menyukai