Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada praktikum kali ini percobaan yang dilakukan adalah analisis bioekivalen (BE) in
vitro ranitidine generik yang sudah beredar di pasaran dengan membandingkannya terhadap
innovator dari Ranitidin, yaitu ranitidine braded. Penggunaan ranitidine braded sebagai
produk pembanding dikarenakan berdasarkan peraturan Kepala BOPM tentang pedoman uji
bioekivalen yang menyatakan bahwa produk pembanding adalah produk innovator, selain itu
dikarenakan produk innovator yang telah memiliki izin edar telah terbukti efikasi, keamanan
dan mutunya. Tujuan dari praktikum ini untuk mempelajari perbedaan profil disolusi dari
masing-masing produk.
Percobaan ini dilakukan berdasarkan uji disolusi terbanding, yaitu mengukur % disolusi
masing-masing obat tersebut dalam medium dapar posfat pH 4,5 sehingga diperoleh nilai
faktor perbedaan dan faktor similaritas ranitidine generik terhadap ranitidine branded sebagai
innovator dari ranitidin. Adapun tujuan dari penggunaan medium dapar posfat pH 4,5 adalah
untuk mengetahui profil disolusi dari ranitidin di usus yang mempunyai pH asam sehingga
dapat memprediksi jumlah ranitidin yang dapat di absorpsi di usus.
Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah membuat kurva baku dari zat
ranitidine dengan

panjang gelombang maksimum ranitidin adalah 314 nm. Alasan

penggunaan panjang gelombang maksimum ini dikarenakan panjang gelombang maksimum


memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar dan
memenuhi hukum Lambert-Beer. Pada absorbsi yang maksimum, sensitivitas optimum akan
didapat. Karena perubahan minimal untuk sedikit perubahan panjang gelombang, error
diminimalkan. Hasilnya akurasi dan presisi yang baik didapatkan. Kemudian dilakukan
pengukuran absorbansi zat dengan berbagai variasi konsentrasi pada maksimum tersebut.
Dalam percobaan ini dibuat variasi konsentrasi zat sebesar 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm,
dan 100 ppm tablet ranitidine diambil sebanyak 32 mg lalu dilarutkan di dalam air sebanyak
1000 ml untuk memperoleh konsentrasi sebesar 1000 ppm sebagai larutan stok, kemudian
dilakukan kembali pengenceran hingga konsentrasi 100 ppm. Dari konsentrasi sebesar 100
ppm tersebut kemudian dilakukan pengenceran hingga diperoleh variasi konsentrasi yang
akan diukur. Setelah semua variasi konsentrasi selesai dibuat maka dilakukan pengukuran
serapan/absorbansi dengan spektroskopi sinar UV.
Saat pengukuran sampel dengan spektrofotometer ultraviolet, kuvet yang akan
digunakan dikalibrasi terlebih dahulu. Pertama, kuvet diisi dengan dapar fosfat pH 4,5, lalu
disesuaikan nilai absorbansinya hingga menunjukkan angka nol. Tujuan melakukan kalibrasi

adalah untuk menghindari kesalahan perhitungan konsentrasi. Karena pelarut yang digunakan
adalah dapar fosfat sesuai dengan kondisi fiisiologis usus didalam tubuh maka blanko yang
digunakan dalam pengukuran kurva baku ranitidine adalah dapar fosfat untuk menghindari
terjadinya pengukuran yang tigkat ketelitian jauh dari nilai sebenarnya. Setelah dilakukan
pengukuran absorbansi dengan berbagai variasi konsentrasi senyawa baku, maka dari data
yang ada dibuat persamaan regresi linearnya. Tujuan dari pembuatan kurva baku ini adalah
untuk memperoleh persamaan larutan baku dalam penentuan kadar sampel. Nilai R yang
diperoleh dari kurva baku harus mendekati 1,00 yang menujukan terbentuk garis lurus linear
pada rentang konsentrasi yang dibuat. Persamaan regresi yang diperoleh dari kurva baku
adalah y = 0.0092x-0.0816 dengan R2 = 0,99. Persamaan ini digunakan untuk menghitung
konsentrasi sampel, sehingga diperoleh persen disolusi dari masing-masing sampel. Dari hasil
ini di peroleh faktor similaritas dan faktor perbedaan dari masing-masing sampel terhadap
ranitidin.
Selanjutnya adalah dilakukan uji disolusi terhadap ranitidine generik dan ranitidine
branded

sebanyak 3 butir tablet ranitidin generik dan 3 butir tablet ranitidin branded

dimasukkan ke dalam apparatus disolusi sesuai dengan ketentuan Farmakope yang


menyatakan bahwa uji disolusi untuk tablet ranitidin dilakukan menggunakan apparatus tipe
2 (metode dayung) dengan kecepatan 50 rpm dalam waktu 45 menit dan dengan medium
disolusi sebanyak 900 mL. Uji disolusi merupakan suatu uji in vitro yang berfungsi untuk
menggambarkan kondisi secara in vivo. Pada praktikum ini, medium disolusi yang digunakan
adalah dapar fosfat dalam suasana basa dan suasana asam untuk menggambarkan kondisi
pada lambung dan usus serta untuk melihat ranitin akan larut lebih banyak pada suasana asam
(lambung) atau pada suasana basa (usus). Selain itu, pengujian dilakukan pada suhu 37 0C
yang mencerminkan keadaan suhu tubuh pada manusia. Selanjutnya, tablet ranitidin
dibiarkan melarut dan dilakukan pengambilan sampel pada waktu ke 5, 10, 15, 30, dan 45
menit. Kemudian sampel diukur serapannya pada spektrofotometer UV dengan panjang
gelombang 314 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum dari ranitidin.
Pengukuran perlu dilakukan pada panjang gelombang maksimum zat yang akan diukur untuk
meminimalisasi error dan reprodusibilitas.
Nilai absorbansi seharusnya memenuhi hukum lambert beer dimana rentangnya antara
0,2 hingga 0,8 karena pada rentang ini dianggap bahwa nilai absorbansi tersebut kesalahan
fotometrik yang terjadi adalah paling minimal. Namun sebagian hasil nilai absorbansi tidak
memenuhi hukum lambert beer. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor kimia dan
instrumen. Faktor kimia disebabkan dengan perubahan kimia yaitu ionisasi dan hidrolisis

pada zat yang diukur. Ionisasi akan mengubah konsentrasi zat yang diukur. Sedangkan
hidrolisis disebabkan reaksi suatu partikel dengan air yang bisa menyebabkan penyimpangan
karena dapat mengurangi konsentrasi larutan yang diukur. Lalu, faktor berkaitan dengan
keadaan alat seperti penggunaan yang terus menerus dalam periode waktu cukup lama
sehinga alat menjadi terlalu panas dan ketidakmonokromatisan sinar (menyebabkan
penyimpangan karena hal tersebut mempengaruhi nilai absorpsitivitas yang akhirnya
mepengaruhi serapan sinar).
Dari hasil percobaan yang dilakukan, berikut adalah tabel nilai faktor similaritas dan
faktor perbedaan sampel terhadap ranitidine branded :
Sampel
Ranitidin generik

Faktor Similaritas

Faktor Perbedaan

52.112

12.609

Suatu obat dinyatakan bioekivalen terhadap obat pembanding jika mempunyai nilai faktor
similaritas pada rentang 50-100 dan faktor perbedaan pada rentang 0-15. Dari tabel diatas
dinyatakan bahwa semua produk sampel bioekivalen karena memiliki nilai faktor similaritas
memasuki rentang 50-100 dan farktor perbedaan pada rentang 0-15. Dari nilai ini
menunjukan bahwa semua produk memiliki kemiripan profil disolusi sehingga akan
menghasilkan kemiripan profil bioavaibilitas yang akan memberikan efek yang sama, baik
dalam hal khasiat, efikasi maupun keamanan.
Meskipun semua produk dinyakatakan ekivalen karena memiliki nilai faktor similaritas
sesuai rentang yang diperbolehkan, akan tetapi masing-masing produk masih memiliki nilai
faktor perbedaan, walaupun faktor perbedaan ini masih memenuhi persyaratan. Hal ini dapat
terjadi karena adanya perbedaan teknologi formulasi dari masing-masing produk, misalnya
teknik pembuatan produk, zat tambahan yang digunakan, jenis sediaan, dll sehingga
menghasilkan perbedaan biofarmasi dari produk tersebut.
Dari hasil percobaan diperoleh % disolusi masing-masing produk pada medium dapar
posfat pH 4,5 yang disajikan dalam tabel berikut ini :
Waktu
(menit
)
10
15
30
30
45

Disolusi
Generi Brande
k
d
49.058 56.781
66.454
70.767
85.770
79.192
89.488
80.586
88.982
78.969

Untuk memberikan efek terapi, zat berkhasiat harus dapat berikatan dengan reseptornya
di dalam tubuh. Molekul zat berkhasiat yang dapat berikatan dengan reseptor adalah molekul
utuh dari zat berkhasiat tersebut. Oleh karena itu dari hasil percobaan ini dapat diketahui
untuk menghasilkan profil bioavaibilitas ranitidin yang baik dan cukup untuk menghasilkan
efek, maka diperlukan formulasi yang akan membuat ranitidin diabsorpsi secara maksimal,
sehingga menghasilkan bioavaibilitas yang cukup untuk menghasilkan efek terapi.

Anda mungkin juga menyukai